NAMA
STAMBUK
LATAR BELAKANG
Pencanangan Indonesia sebagai
penghasil
produk
kelautan
dan
apabila
penyakit
telah
menyerang
ikan,
petani
sulit
menentukan nama atau jenis penyakit yang menyerang ikan mereka sehingga
petani pun kesulitan menentukan langkah tindak lanjut yang akan diambil dalam
menanggulangi penyakit itu. Terlebih lagi, banyak jenis penyakit pada ikan yang
memiliki gejala klinis yang mirip antar satu penyakit dengan penyakit lain
sehingga metode laboratorium sering menjadi alternatif untuk mendiagnosa
penyakit yang menyerang. Salah satunya yaitu metode secara molekuler yang
sering disebut dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) (Likandi, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui metode atau cara
untuk mendeteksi penyakit VNN pada ikan kerapu sangatlah penting, demi
menunjang keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu.
TUJUAN DAN MANFAAT
Praktek
Kerja
Lapang
(PKL)
ini
bertujuan
untuk
melihat
dan
informasi dan masukan bagi mahasiswa, masyarakat, serta para pelaku usaha
budidaya perikanan
jaringan
otak
dan
retina
mata
diekstraksi
untuk
sejumlah sampel. Komposisi pereaksi untuk first PCR dan nested PCR
tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Komposisi pereaksi untuk first PCR (RT-PCR reaction)
Jumlah atau Volume
No.
Pereaksi
Pereaksi
1.
Premix RT-PCR
7 l
2.
IQzyme 2 unit/l
0.5 l
3.
RT-enzyme mix
0.5 l
Pereaksi
Pereaksi
1.
14 l
2.
IQzyme 2 unit/ l
1 l
Suhu
Lama
1.
420C
30 menit
2.
940C
2 menit
3.
940C
30 detik
4.
620C
30 detik
5.
720C
30 detik
6.
720C
30 detik
Jumlah Siklus
1 siklus
15 siklus
1 siklus
200C
7.
7 menit
Lama
1.
940C
20 detik
2.
620C
20 detik
3.
720C
30 detik
4.
720C
30 detik
5.
200C
7 menit
Jumlah Siklus
30 siklus
1 siklus
dipengaruhi oleh suhu dan waktunya. Pada suhu 94-950C DNA mengalami
denaturasis (pembelahan untai ganda menjadi untai tunggal). Waktu yang
diperlukan untuk proses ini sekitar 30 detik pada suhu 95 0C atau 15 detik
pada suhu 970C. Apabila DNA target mengandung banyak nukleotida G/C
suhu denaturasi dapat ditingkatkan. Denaturasi ini merupakan proses yang
penting dimana jika proses ini tidak lengkap akan menyebabkan renaturasi
secara cepat, sedangkan waktu denaturasi yang terlalu lama dapat
mempengaruhi kerja enzim Taq polymerase dan mempengaruhi keberhasilan
proses PCR. Apabila suhunya diturunkan antara 36-720C terjadi proses
penempelan primer (annealing) yang merupakan penempelan primer pada
DNA yang telah terbelah pada tempat yang spesifik. Bila suhunya dinaikan
lagi sampai 720C, maka primer dengan bantuan enzim DNA polymerase akan
membentuk untaian DNA sesuai dengan runutan DNA yang terbelah proses
ini disebut elongasi (extention). Extention adalah pemanjangan primer dengan
bantuan enzim polymerase sehingga akan terbentuk 2 buah DNA untai
tunggal baru. Umumnya setelah proses siklus PCR selesai ditambah post
elongasi selama 5-10 menit pada temperature 720C agar semua hasil PCR
berbentuk untai ganda (Muladno, 2003 dalam Rosadi, 2012).
3. Elektroforesis
Menurut Prasetyo (2009) dalam Rosadi (2012) elektroforesis adalah
perpindahan molekul yang bermuatan sebagai respon terhadap medan listrik.
Angka perpindahan tergantung pada kekuatan medan listrik, muatan listrik,
ukuran dan bentuk molekul, kekuatan ionik, viskositas, dan suhu medium
yang digunakan oleh molekul tersebut untuk berpindah. Ada bermacammacam zat kimia yang digunakan sebagai gel di dalam proses elektroforesis.
Penggunaan jenis gel disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada
kesempatan ini hanya dua cara yang digunakan dalam proses elektroforesis
yaitu elektroforesis gel agarose (AGE) dengan visualisasi menggunakan
dan L-galaktose. Agarose yang dibuat sebesar 1,5-2% dalam larutan 1 x TAE
atau 1 x TBE dalam botol gelas kemudian panaskan pada suhu 100-150 0C
selama 10 menit dalam microwave hingga bening. Setelah dipanaskan
kemudian didinginkan hingga suhunya mencapai 600C. Agarose yang cukup
dingin dituangkan ke dalam cetakan agarose yang telah dipasangi sisir dan
yang perlu diperhatikan saat penuangan yakni menghindari terjadinya
gelembung udara namun jika ada gelembung udaranya dapat dibuang dengan
menggunakan mikrotip.
b.
Running DNA
Setelah gel agarose terbentuk dan siap digunakan maka berlanjut
Pewarnaan DNA
Pewarnaan DNA dilakukan menggunakan larutan EtBr. Larutan ini
DAFTAR PUSTAKA
Johnny, F., K. Mahardika, I.N.A. Giri dan D. Roza. 2007. Penambahan Vitamin C
Dalam Pakan untuk meningkatkan Imunitas Benih Ikan Kerapu Macan,
Epinephelus fuscoguttatus terhadap Infeksi Viral Nervous Necrosis. Balai
Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Likandi, R. U. 2014. Deteksi Penyakit Viral KHV (Koi Herpes Virus) Pada Ikan
Mas menggunakan PCR. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosadi, T. 2012. Proposal Deteksi Virus VNN Dengan PCR pada Kerapu.
Program Study Budidaya Perairan. Universitas Mataram.
Roza, D., F. Johnny, dan Tridjoko. 2006. Peningkatan Respon Imun Non-Spesifik
Benih Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes altivelis dengan imunostimulan
dan bakterin terhadap infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN). Balai Besar
Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Sudaryatma, P. E., A. T. Lestari, N. L. Sunarsih, K. S. Widiarti, S. N. Hidayah, dan
D. Srinoto. 2012. Imunositokimia Streptavidin Biotin: Deteksi Dini Viral
Nervous Necrosis Virus pada Lendir Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan kelas I Denpasar. Bali.