Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIK LAPANG KESEHATAN SATWA AKUATIK Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin

BALAI BESAR KARANTINA IKAN, PENGUJIAN MUTU DAN HASIL


PERIKANAN
(BBKIPMKHP) MAKASSAR

NUR FADILLAH HERMAN, S.KH C034171014


Profil Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia nomor Per.25/MEN/2011 tanggal 26

BBKIPMKHP September 2011 menetapkan bahwa Balai Besar


Karantina Ikan Pengendalian, Mutu dan Keamanan Hasil

Makassar Perikanan (BBKIPMKHP) Makassar, merupakan Unit


Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Hasil
Perikanan.
Wilayah kerja Berkedudukan di wilayah Makassar dan wilayah kerja
administratif meliputi tempat-tempat pemasukan dan
pengeluaran media pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina (HPIK), pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan, serta penerapan sistem manajemen mutu
(bandar udara, pelabuhan laut, dan kantor pos) yang
berada di seluruh provinsi Sulawesi Selatan.
Visi Visi - Menjamin hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman konsumsi
dan terpercaya

dan
Misi - Mewujudkan pencegahan dan penyebaran HPIK serta
Misi pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang mampu
menjamin lalu lintas hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman konsumsi
dan terpercaya
Tugas Pokok
Balai Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar
menyelenggarakan tugas utama yaitu untuk melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya
Hama dan Penyakit Ikan (HPIK) ke/di/keluar wilayah Republik Indonesia, pengendalian mutu dan
keamanan perikanan, serta penerapan sistem manajemen mutu.
Fungsi

• Pelaksanaan pencegahan masuk dan tersebarnya HPIK dari luar negeri dan dari
suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Republik
Indonesia
• Pelaksanaan pencegahan keluar dan tersebarnya HPI dari wilayah Negara Republik
Indonesia yang dipersyaratkan negara tujuan
• Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa HPIK
• Pelaksaan pemantauan HPIK, mutu, dan keamanan hasil perikanan
• Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian HPIK, mutu dan keamanan hasil
perikanan
• Pelaksanaan inspeksi terhadap unit pengolahan ikan dalam rangka sertifikasi
penerapan program manajemen mutu terpadu
• Pelaksanaan surveilen HPIK, mutu dan keamanan hasil perikanan
• Pelaksanaan sertifikasi kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
• Pelaksanaan pengujian HPIK, mutu dan keamanan hasil perikanan
• Penerapan sistem manajemen mutu pada laboratorium dan pelayanan operasional
• Pembuatan koleksi media pembawa dan atau HPIK
• Pengumpulan dan pengolahan data informasi perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil
perikanan
• Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Fasilitas
Instansi
• Kantor instalasi,
• Aquarium air tawar
• Aquarium air laut
• Kolam air tawar
Selain itu BBKIPMKHP memiliki laboratorium uji yang bertempat di Jl.
Landak Baru No. 7 Makassar dengan rincian sebagai berikut :
• Level Laboratorium Balai Besar KIPM Makassar tergolong Level III dengan fasilitas sebagai berikut :
‒ Laboratorium Parasit
‒ Laboratorium Bakteri
‒ Laboratorium Biomolekuler
‒ Laboratorium Histologi
‒ Laboratorium UPLC
• Metode Pemeriksaan yang dapat dilakukan : Standar Diagnosa Hama dan Penyakit Ikan, mengacu pada
standar internasional seperti OIE dan Standar Nasional (SNI)
• Akreditasi Pada Tahun 2012 Laboratorium Penguji Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Makassar telah melakukan kegiatan Surveilan dalam rangka untuk
mempertahankan status akreditasi yang telah diperoleh pada tahun 2007 dengan menerapkan Sistim
Manajemen Mutu sesuai ISO/IEC 17025:2005.
LAB.BIOMOLEKULER
Pendahuluan

Polymerase Chain Reacton (PCR) adalah suatu


teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro.
Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Karry
Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR dapat digunakan
untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah
jutaan kali hanya dalam beberapa jam.
Alur Di Lab. Biomolekuler

PREPARASI EKSTRAKSI AMPLIFIKASI


SAMPEL DNA/RNA RNA/DNA

Konvensiona
Real Time
l

DOKUMENTASI ELEKTROPHORESIS
Jenis Pengujian

PCR PCR
KONVENSIONAL REAL TIME

1. WSSV 2. KHV 3. YHV 1. EHP 2. EMS

4. TSV 5. IMNV 1. WSSV : White Spot Syndrom Virus


2. KHV : Koi Herpes Virus
3. YHV : Yellow Head Virus
6. VNNV 4. TSV : Taura Syndrom Virus
5. IMNV :
6. VNNV : Viral Nervous Necrosis Virus
7. EHP :
8. EMS :
Prosedur Kerja
Ekstraksi DNA/RNA menggunakan lysis buffer

1. Ambil sampel dan masukkan kedalam mikrotube 1.5 ml.


2. Tambahkan 500 ml Lysis Buffer kedalam mikrotube kemudian hancurkan.
3. Masukkan mikrotube ke dalam heating blok pada suhu 95 oC selama 10
menit kemudian disentrifus dengan kecepatan 12000 rpm selama 10 menit.
4. Pindahkan 200 ml supernatant ke dalam mikrotube 0,5 yang baru dan
tambahkan 400 ml dengan 95% etanol.
5. Vortex kemudian sentrifus dengan kecepatan 12000 rpm selama 5 menit
kemudian buang etanol dan keringkan pellet.
6. Larutkan pellet dengan ddH2O atau TE buffer. Catatan : jika sampel ingin
langsung diamplifikasi inkubasi sampel pada suhu 56 oC selama 15 menit.
7. Vortex. Catatan : Jika sampel digunakan untuk waktu lama, dianjurkan
untuk menggunakan TE buffer. Sampel dapat disimpan pada suhu -20 oC
selama 1 tahun. Jika sampel ingin langsung diamplifikasi, inkubasi sampel
pada suhu 56oC selama 15 menit.
Ekstraksi RNA

1. Ambil sampel masukkan kedalan mikrotube 1,5 ml.


2. Tambahkan 500 ml RNA Extraction Solution.
3. Hancurkan, kemudian diamkan pada suhu ruang selmaa 5 menit.
4. Tambahkan 100 ml CHCl3 dan vortex selama 20 detik, diamkan pada suhu ruangan
selama 2-3 menit. Kemudian disentrifus 12000 rpm selama 15 menit.
5. Ambil 200 ml supernatant secara hati-hati pindahkan pada mikrotube 0,5 ml baru dan
tambahkan 200 ml isopropanol. Vortex hingga bercampur.
6. Sentrifus pada 12000 rpm selama 10 menit kemudian supernatant yang mengandung
isopropanol dibuang.
7. Cuci pellet dengan ethanol 75% sebanyak 500 ml. kemudian disentrifus pada 9000 rpm
selama 5 menit. Setelah itu, ethanol dibuang dan dikeringkan pada blockheather.
8. Larutkan pellet dengan DEPC water.
Catatan : Jika sampel digunakan untuk waktu lama, dianjurkan untuk menggunakan TE
Buffer. Sampel dapat disimpan pada suhu -20 oC selama 1 tahun. Jika sampel ingin
langsung diamplifikasi inkubasi pada suhu 56 oC selama 15 menit.
Amplifikasi DNA Step 1

1. Buat larutan PCR dengan komposisi larutan terdiri dari DNA cetakan 1 μL,
10x buffer solution 5 μL, dNTP mix 4 μL, primer P1 0,5 μL, primer P2 0,5
μL, taq polymerase 0,25 μL, MgCl2 4 μL, dan akuades steril 34,75 μL.
2. Hasil campuran dimasukkan ke dalam eppendorf tube 0,5 μl untuk
diamplifikasikan pada mesin PCR thermal cycler.
3. Amplifikasi dimulai dengan pra-PCR denaturasi 93°C (5 menit), renaturasi
57°C (1 menit 30 detik), ekstensi 72°C (1 menit) sebanyak 1 siklus.
4. Denaturasi lagi 93°C (1 menit), renaturasi 57°C (1 menit 30 detik), ekstensi
72°C (1 menit) sebanyak 30 siklus.
5. Selanjutnya denaturasi lagi 93 oC (1 menit), renaturasi 57°C (1 menit 30
detik), ekstensi 72°C (5 menit) sebanyak 1 siklus sebagai paska-PCR.
6. Kemudian disimpan pada suhu 4°C sampai akan digunakan untuk proses
selanjutnya yaitu elektroforesis.
Amplifikasi DNA Step 2

1. Membuat larutan PCR dengan kombinasi sebagai berikut: DNA cetakan


produk 1-step 1 μL, 10x buffer sulotion 5 μL, dNTP mix 4 μL, primer P3 0,5
μL, primer P4 0,5 μL, taq polymerase 0,25 μL, MgCl2 4 μL, akuades steril
34,75 μL.
2. Larutan PCR tersebut dimasukkan ke dalam eppendorf tube 0,5 mL dan
diamplifikasi. Amplifikasi dimulai dengan pra-PCR denaturasi 95°C (3
menit), renaturasi 57°C (1 menit 30 detik), ekstensi 72°C (1 menit),
denaturasi lagi 95°C (30 detik), renaturasi 57°C (30 detik), ekstensi 72°C (30
detik) sebanyak 30 siklus dan sebagai paska-PCR sebanyak 1 siklus dengan
denaturasi 95°C (1 menit), renaturasi 57°C (1 menit 30 detik) dan ekstensi
72°C (5 menit)
3. Disimpan pada suhu 4°C sampai akan digunakan dalam proses
elektroforesis (> 24 jam).
Amplifikasi RNA

1. Siapkan RT-PCR reaction dan nested PCR reaction serta sampel RNA yang diperlukan
pada proses pencampuran reaksi.
2. Siapkan kontrol positif 10-1 dan 1 negatif kontrol (ddH2O atau yeast tRNA)
3. Buat campuran 8 µl reagent first RT-PCR sebagai berikut
RT-PCR reaksi pre-mixed reagent 7,0 µl
IQzyme , 2 unit/µl
TM
0,5µl
Reserve Transcription (RT) Enzyme Mix 0,5 µl
4. Pipet 8µl RT-PCR reaksi kedalam tube 0,2 ml.
5. Tambahkan 2 µl sampel RNA atau larutan standard ke dalam campuran reaksi.
6. Kemudian amplifikasi pada step 1 (RT PCR)
7. Tambahkan 15 µl Nested PCR setelah amplifikasi pertama selesai, dengan komposisi
sebagai berikut:
Nested PCR Pre-Mixed reagent 14 µl
IQZyme, 2 unit/µl 1 µl
8. Vortex larutan hingga bercampur.
9. Amplifikasi pada step 2 (Nested).
Persiapan produk PCR untuk elektroforesis

1. Tambahkan 5-10milimikron campuran produksi amplifikasi loading dye ke dalam satu


per satu sumuran agarose.
2. Ambil 5 milimikron DNA marker , masukkan ke dalam sumuran agarose.
3. Hubungkan gel box dengan power suplay sebelum dinyalakan. Periksa kembali
elektroda dan gunakan 100-150 voltage (tidak boleh lebih dari 150voltage)
4. Elektroporesis dihentikan ketika proses running memperlihatkan warna biru gelap telah
mencapai stengah sampai 2/4 dari gel.

Stainning dan observasi gel

1. Rendam agarose hasil elektroporesis dengan larutan Ethidium Bromide


ke dalam nampan plastik selama 10 menit didalam suhu ruang.
2. Kemudian agarose dikeluarkan dan direndam dengan aquades kedalam
nampan plastik selama 10 menit.
3. Baca hasil akhir dengan meletakkan gel pada UV trans dan amati berat
molekul RNA target yang terlihat dengan jelas dan berpendar berupa
band dengan membandingkan berat molekul target dengan marker yang
digunakan.
4. Dokumentasikan dengan gel documentation.
LAB. PARASIT

Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu


Ruang • Melakukan pengujian terhadap penyakit ikan golongan
parasit pada organ eksternal dan internal ikan serta

Lingkup mengidentifikasi jenis parasit yang ditemukan.


• Matikan ikan yang masih hidup dengan segera.
• Ukur dan atau timbang ikan lalu letakkan pada
nampan bedah
• Amati morfologi organ luarnya meliputi kulit, sirip,
anus dan mata serta gejala klinis seperti lesi, ulcer,
haemorrhage dan perubahan warna kulit).

Metode Preparasi Sampel


• Ambil lendir dengan cara mengerok seluruh /
sebagian permukaan, termasuk sirip.
• Buat preparat smear minimal 3 (tiga)slide.
• Amati Masing – masing preparat di bawah mikroskop.
• Apabilah telah ditemukan parasit , amati lebih teliti
dan diperbesar secara bertingkat untuk melihat
bagian-bagian yang mencirikan

Metode Preparasi Sampel


Metode • Buka rongga perut mulai dari anus, mengikuti linea
lateralis hingga tepat ke belakang dan diantara sirip

Preparasi dada, kemudian potong ke bawah.


• Periksa organ dalam untuk melihat adanya organ
Sampel abnormal, lesi maupun tanda patologis lainnya.
• Organ dalam diambil lalu diletakkan pada cawan petri
yang berisi Nacl.
• Periksa secara mikroskopis
Hasil • Octolasmis sp

Temuan
Kingdom
Animalia
Filum
Arthropoda
Subfilum
Crustacea
Class
Hexanauplia
Subclass
Thecostraca
Famili
Poecilasmatidae
Komoditi Genus
Kepiting, lobster Octolasmis
Organ Target
Insang, Karapaks
Akibat
Kesulitan Bernapas
Octolasmis sp
LAB.
BAKTERIOLOGI

Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu


Pengujian
Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Salmonella
dalam Daging Ikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai