Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR PENGESAHAN

PERIKANAN CAHAYA (LIGHT FISHING) DAN ATRAKTOR


DI PULAU ENGGANO BENGKULU UTARA

LAPORAN AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi sebagian persyaratan Ujian Akhir
Semester 

Disusun Oleh :
Nama : Geni Febriani
Npm :E1I016039
Prodi : Ilmu Kelautan

Laporan ini dinyatakan selesai


pada tanggal 18 Mei 2018

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

Ir. Zamdial Taaladin, M.Si. Dr Ali Muqsit, S.Kel., M.Si.

i
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga tugas laporan Tingkah Laku Ikan tentang
Perikanan Cahaya (Light Fishing) dan Efektifitas Atraktor dengan Menggunakan
Paralon dan Bambu di Pulau Enggano, Bengkulu Utara ini dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya. Selesainya tugas laporan ini berkat bantuan dari
berbagai pihak. Terutama bimbingan para Dosen dan Asisten Dosen serta teman-
teman satu kelompok pratikum yang telah membantu dalam melaksanakan
pratikum lapangan ini.
 Tugas ini penulis buat berdasarkan apa yang telah penulis pratikumkan
langsung dilapangan dan juga penulis kutip dari berbagi sumber baik dari buku
maupu dari jurnal. Semoga isi dari laporan ini dapat berguna bagi penulis tentunya
dan yang membaca dapat menambah wawasan serta pengetahuan.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka
dalam pembuatan laporan Tingkah Laku Ikan ini masih banyak yang harus di
koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap kritik
dan saran dari para pembaca sangat berguna untuk memperbaiki kesalahan dalam
penulisan laporan ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi
laporan ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bengkulu, 11 Mei 2018

Penulis

Geni Febriani
E1I016039

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
BAB III METODOLOGI......................................................................................3
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................3
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................3
3.3 Metode Pelaksanaan.......................................................................................3
3.3.1 Cara Pembuatan Atraktor pipa paralon....................................................3
3.3.2 Cara Pembuatan Atraktor Bambu............................................................4
3.3.3. Pengamatan tingkah laku ikan terhadap cahaya.....................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................6
4.1 Hasil Pengamatan...........................................................................................6
4.1.1 Tabel dan Gambar Ilustrasi Tingkah Laku Ikan Terhadap 5 Perlakuan..6
4.2 Pembahasan..................................................................................................15
4.2.1 Tingkah laku ikan terhadap 7 perlakuan................................................15
4.2.2 Kegunaan atau Fungsi Atraktor.............................................................18
BAB V PENUTUP................................................................................................20
5.1 Kesimpulan...................................................................................................20
5.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengamatan 1 Lampu Petromak Praktikum Pertama..............................8
Tabel 2. Pengamatan 2 Lampu Petromak..............................................................9
Tabel 3. Pengamatan 2 Lampu Petromak dan 1 Lampu LED...............................10
Tabel 4. Pengamatan 2 Lampu Petromak Dan 2 Lampu LED..............................11
Tabel 5. Hasil Pengamatan 2 LED.......................................................................12
Tabel 6. Hasil Pengamatan 1 LED.......................................................................13
Tabel 7. Hasil Pengamatan 2 LED.......................................................................14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 1 lampu Petromak ....................7


Gambar 2. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak.....................8
Gambar 3. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak
dan 1 lampu LED...................................................................................................9
Gambar 4. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak
dan 2 lampu LED...................................................................................................11
Gambar 5. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu LED.............................13
Gambar 6. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 1 lampu Petromak.....................14
Gambar 7. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak.....................15

v
DAFTAR LAMPIRAN

Atraktor Pipa Paralon............................................................................................22


Atraktor Bambu.....................................................................................................22
Light Fishing dengan Menggunakan Lampu Petromak dan LED.........................22

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Enggano sendiri tercatat sebagai Pulau terluar Indonesia bagian barat
dengan wilayah seluas 400,6 kilometer persegi berada pada koordinat 05°.23'21"
lintang selatan, 102° 24'40" bujur timur. Enggano secara administratif merupakan
satu kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dan memiliki 6 desa, yaitu

Bajarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana dan Kahyapu (Putro, 2015).


Respon ikan pada cahaya melalui mata dan organ pineal yang berada pada
bagian atas otak. Terdapat dua jenis fotoreseptor yaitu cone (sel kerucut) dan rod
(sel batang). Secara umum respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis negatif dan phototaxis positif.
Jenis ikan yang menyukai atau mendekati sumber cahaya disebut dengan
phototaxis positif, sedangkan jenis ikan yang tidak menyukai atau menjauhi
sumber cahaya disebut dengan phototaxis negatif. Pemanfaatan cahaya sebagai
alat bantu dalam penangkapan ikan sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam
memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan yang ada
disekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya  dalam aktivitasnya
hidupnya, seperti mencari makan,memijah dan menghindari serangan dari
predatornya.
Atraktor (pemikat) merupakan jenis media yang digunakan dalam
mengumpulkan jenis ikan atau hewan laut lainnya. Biasanya atraktor diletakkan di
dalam perairan laut . Salah satu contoh atraktor yaitu, lampu merupakan alat bantu
untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan pemikat/atraktor berupa lampu
atau cahaya yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

1.1 Maksud
Untuk memenuhi salah satu syarat perkuliahan
1.2 Tujuan
Untuk menganalisis pengaruh penggunaan cahaya terhadap tingkah laku
ikan serta melihat perbandingan efektifitas dua jenis atraktor di perairan Pulau
Enggano.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan cahaya lampu sebagai atraktan pada proses penangkapan ikan


di laut sudah banyak dilakukan, antara lain pada perikanan bagan apung, bagan
tancap, bagan rambo dan pancing cumi. Penggunaan cahaya lampu tersebut
dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan target tangkapan pada area penangkapan
(catchable area) sehingga hasil tangkapannya menjadi meningkat (Susanto,2013).
Cahaya merangsang ikan untuk mendekat dan berkumpul pada sumber
cahaya, ikan kemudian memberikan responnya. Peristiwa ini memanfaatkan salah
satu tingkah laku ikan untuk menangkap ikan itu sendiri. Fungsi cahaya dalam
penangkapan ikan ini adalah untuk mengumpulkan ikan sampai pada suatu
catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan alat jaring ataupun
alat-alat lainnya (Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam jurnal Jayanto, 2006).
Perlakuan warna cahaya lampu terhadap hasil tangkapan pada perikanan
bagan sudah banyak diteliti (Kuroki (1964) dan Kawamoto (1959) dalam Gunarso
(1985), Yami (1976) dan Najamuddin et.al. (1994) dalam Sudirman dan Mallawa
(2004), Hamzah (1992) dalam Gustaman 2008). Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa pengaruh warna lampu pada kegiatan light fishing menunjukkan warna
cahaya lampu yang hasil tangkapannya paling baik adalah warna kuning dan biru
dibandingkan dengan warna hijau, merah, putih dan orange (Gustaman, 2008).
Atraktor merupakan alat bantu dalam mengumpulkan ikan. Jenis atraktor
yang banyak digunakan berupa daun-daunan alami seperti daun kelapa, tyrewall,
jaring dan kumpulan tali yang diikatkan pada bagian rakit telah berhasil
meningkatkan efektivitas rumpon dalam memikat kelompok ikan. Nelayan
tradisional memilih menggunakan daun-daun alami sebagai atraktor, hal ini
dikarenakan jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan atraktor buatan
(Yusfiandayani, 2010).

2
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Lapangan Pengantar Tingkah Laku Ikan ini dilaksanakan pada
tanggal 28 Mei 2018 - 29 Mei 2018, Mulai Pukul 21:00-selesai dan yang
bertempat di Desa Kahyapu Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
 Adapun alat yang dibutuhkan dalam praktikum lapangan Tingkah Laku
Ikan adalah Lampu Petromax, lampu LED 30 Watt 2 buah, Kayu
sepanjang 2 meter, genset, atraktor pipa paralon dan atraktor bambu.
 Adapun bahan yang digunakan adalah Bambu 1 batang, Tali rami 15
meter, Waring 20 meter, paralon 10 meter, semen 15 kg,besi batang 10 m,
pasir dan coral 10 kg, ijuk 4 gulungan, pipa L 8 buah dan Pipa T 12 buah.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Cara Pembuatan Atraktor pipa paralon
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat atraktor
pipa paralon dan atraktor bambu.
2. Memotong pipa paralon untuk panjang 80 cm,untuk lebar 50 cm dan tinggi
50 cm.
3. Membagi panjang 80 cm menjadi 3 bagian dan membagi lebar 50 cm
menjadi 2 bagian
4. Memhubungkan tiap paralon yang sudah dipotong dengan pipa berbentuk
L dan pipa berbentuk T.
5. Membentuk bagian kerangka atraktor dengan bentuk balok.
6. Setelah terbentuk kerangka atraktor, selanjutnya memasukkan semen
dengan campuran pasir dan coral mati dan memasukkan nya kedalam pipa
paralon dengan isi penuh dan padat.ini berfungsi sebagai pemberat atraktor
tersebut.
7. Setelah terisi semen dan kerangka sudah terbentuk kembali,selanjutnya
mengikatkan ijuk sebanyak 12 gulungan dengan ukuran 50 cm.megikatkan
ijuk dari bagian atas ke bagian bawah dengan tiap bagian ada 4 ijuk.
8. setelah diikatkan ijuk kemudian kerangka ditutupi dengan waring pada sisi
kanan,kiri dan sisi atas namun sisi bawah dibiarkan terbuka.

3
9. Setelah semua sudah siap maka terbentuklah satu buah atraktor dari pipa
paralon.
10. Menurunkan atraktor keperairan pulau dua dengan kedalaman 3-5 m,
dimana setelah pipa sudah berada di dasar lalu ditancapkan besi sebanyak
4 bagian pada titik yang berbeda.ini berfungsi sebagai penahan atraktor
agar tidak terbawa oleh arus.

3.3.2 Cara Pembuatan Atraktor Bambu


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan atraktor
bambu.
2. Memotong bambu untuk bagian panjang 90 cm sebanyak 4 bagian,untuk
lebar 50 cm sebanyak 4 bagian dan untuk tinggi 80 cm sebanyak 4
bagian.
3. Melobangi bambu pada bagian atas dan bawah untuk tempat
penyambungan potongan potongan bambu agar dapat membentuk
kerangka atraktor.
4. Mengikat bagian bambu yang sudah disambungkan agar kokoh dan mudah
lepas dari sambungan.
5. Setelah diikat kemudian mengikatkan Tali rami sebanyak 12 gulungan dari
bagian atas sampai kebagian bawah kerangka yg telah dibentuk.
6. Untuk atraktor bambu tidak menggunakan semen sebagai pemberat namun
pada waktu penurunan akan digunakan batu beberapa bagian sebagai
pemberat nya.
7. Menurunkan atraktor diperairan Pulau Dua Desa Kahyapu dengan
kedalaman 3-5 m. Setelah atraktor sudah berada pada dasar kemudian
menancapkan besi sebanyak 6 bagian di titik yang berbeda.ini berfungsi
sebagai penahan dan penyangga atraktor untuk tidak terbawa arus.

3.3.3. Pengamatan tingkah laku ikan terhadap cahaya


1. Menyiapkan alat dan bahan untuk pengamatan tingkah laku ikan terhadap
cahaya.
2. Menghidupkan lampu petromax 1 dan lampu petromax 2.

4
3. Mengikatkan lampu petromax 1 pada ketinggian 1 meter dari air.
4. Melakukan pengamatan yang terjadi pada saat pertama kali diturunkan
lampu petromax hingga 30 menit kemudian.
5. Mengikatkan lampu petromax 2 setelah 30 menit dan melakukan
pengamatan kembali setelah lampu petromax 2 diturunkan.
6. Mencatat Hasil pengamatan.
7. Menghidupkan genset untuk menghidupkan lampu LED.
8. Menghidupkan Lampu LED yang pertama dan mengikatkan lampu dengan
ketinggian 1 meter dari air.
9. Menurunkan perlahan lampu dan kemudian melakukan pengamatan pada
saat lampu pertama kali diturunkan sampai 30 menit setelah nya.
10. Menurunkan lampu LED yang kedua setelah 30 menit kemudian dan
mengamati kembali apa yang terjadi setelah diturunkan lampu yang kedua.
11. Mencatat hasil pengamatan yang terjadi.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel dan Gambar Ilustrasi Tingkah Laku Ikan Terhadap 5 Perlakuan
Tabel 1 Pengamatan 1 Lampu Petromak Pratikum Pertama
No Jenis ikan Waktu
yang terlihat (menit Jumlah yang Keterangan
ke-) teramati
1 Jentik-jentik 02.00 Banyak Mengintari lampu

2 Julung-julung 04.06 1 ekor Melintasi cahaya lampu


(Hemiramphu
s brasiliensis)
3 Belanak 05.30 Tidak pasti - Melintasi cahaya
(Mugil sp) jumlahnya lampu disekitar
kanan kiri lampu
18.38 - Mendekat
disekitar cahaya
19.07 petromak
- Menjauhi cahaya

Pada pengamatan pertama dengan menggunakan 1 lampu Petromak pada


menit ke 2 terlihat jentik-jentik yang bergerombol terlihat seperti berkumpul
mengelilingi cahaya lampu. Pada menit ke 4 lewat 6 detik terlihat satu ekor ikan
julung-julung(Hemiramphus brasiliensis) yang hanya melewati cahaya. Pada
menit ke 5 ikan Belanak(Mugil sp) melintasi cahaya lampu disekitar kanan kiri
lampu, jumlah nya tidak terlalu banyak . Pada menit 18.38 ikan Belanak muncul
kembali mendekat di sekitar lampu petromak ,sedangkan pada menit ke 19.07
ikan Belanak(Mugil sp) menjauhi cahaya.

6
Jentik-jentik Petromak pertama
Ikan belanak

julung-
julung

Gambar 1. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 1 lampu Petromak

Pada gambar ilustrasi diatas pada saat perlakuan pertama dilakukan ikan Belanak
(Mugil sp) tidak terlalu pasti jumlahnya namun ikan terlihat disekitar kanan dan kiri
lampu. Kan ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) terlihat satu ekor yang
hanya melintasi di bawah cahaya lampu.

Tabel 2. Pengamatan 2 Lampu Petromak


NoNo Jenis ikan Waktu Jumlah Keterangan
yang terlihat (menit) yang
teramati
1 Ikan belanak 20.13 Banyak - kembali mendekat kecahaya
(Mugil sp) (tidak petromak ke-2 (scholling)
terhitung) - berada pada sebelah kanan
21.28 lampu petromak yang lebih
terang (petromak 2)

2 Ikan 23.15 - Ikan muncul berada disisi


kembung 24.40 yang agak redup.
(Rastrelliger - Sesekali berenang ke
spp) permukaan air sehingga nampak
25.10 jelas memakan jentik-jentik yang
terbang mengintari cahaya
30.35 Ikan jumlahnya semakin bertambah
3
Cumi-cumi
33.00 ±2-3 ekor - Mulai mendekat
(Loligo spp)

7
Pada pengamatan 2 lampu petromak ikan yang terlihat pada menit ke 20
yaitu ikan Belanak (Mugil sp) bergerombol kembali mendekati cahaya lampu
petromak ke-2 pada menit ke 21 ikan ini berada di sebelah kanan lampu petromak ke-2
yang lebih terang. Pada menit ke 23-30 i kan kembung (Rastrelliger spp) berada
disekitar yang agak redup ,terlihat memakan jentik-jentik yang ada dan ikan yang
terlihat semakin banyak. Dan pada menit ke 33 cumi-cumi (Loligo spp) mulai
mendekat ke arah cahaya.

Petromaks 2 petromaks 2

Ikan belanak

ikan
kembung
cumi-cumi

Gambar 2. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak dan 2 LED

Pada gambar ilustrasi 2 terlihat ikan kembung (Rastrelliger spp) berada


disekitar kiri dan kanan namun berada di tempat yang lebih redup. Sedangkan ikan
belanak (Mugil sp) terlihat sekitar bawah lampu petromak 2. Dan cumi-cumi (Loligo
spp) muncul ke permukaan dari bawah lampu petromak.

8
Tabel 3.Pengamatan 2 Lampu Petromak dan 1 Lampu LED

No Waktu Jenis Organisme Keterangan


1. Detik ke 30 Ikan teri (Stolephorus Mulai mendekati
sp.) sumber cahaya
datang secara
bergerombol
2. Menit 11.12 Ikan Teri(Stolephorus Berada di bawah
sp.) cahaya
3 Menit 13.12 Ikan kembung Mulai mendekati
(Rastrelliger spp) cahaya/ kadang pergi
dan muncul lagi.
Dari pengamatan 2 lampu petromak pada detik ke 30 ikan teri
(Stolephorus sp.) datang bergerombol mendekati sumber cahaya. Pada menit ke
11 ikan teri (Stolephorus sp) berada di bawah cahaya lampu LED. Dan pada menit
ke 13 ikan kembung (Rastrelliger spp) mulai mendekati cahaya kadang pergi dan
muncul lagi.

Ikan teri (Stolephorus sp.)

ikan kembung
(Rastrelliger spp)

Gambar 3. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak dan 1 lampu LED
Pada gambar ilustrasi 3 diatas terlihat ikan teri (Stolephorus sp.) berada di
sekitar bawah lampu dengan bergerombol dan ikan kembung (Rastrelliger spp)
berada disekitar kanan dan kiri lampu.

9
Tabel 4. Pengamatan 2 Lampu Petromak Dan 2 Lampu LED
No Waktu(Menit ke- Jenis ikan/hewan Keterangan
) laut
1 15.12 Ikan Teri Mendekat Di sekitar
(Stolephorus sp.) kurang lebih 1 meter di
sekitar Cahaya LED.

2 17.14 Ikan Julung-julung Mulai mendekati Cahaya.


(Hemiramphus
brasiliensis)
3 18.02 Cumi-cumi (Loligo Mulai naik ke permukaan
spp) dan mendekati Cahaya.

4 19.02 Ikan Julung-julung Mendekat dari arah


(Hemiramphus Kanan lampu LED.
brasiliensis)
5. 21.16 Ikan bayam-bayam mendekati cahaya
(Amaranthus
hybridus)
6. 23.18 Ikan teri (Stolephorus mulai menjauh(karena
sp.) lampu petromak pertama
diangkat)
7. 24.09 Ikan julung - julung Datang dari arah kanan
(Hemiramphus lampu
brasiliensis)
8. 28.21 dan 30.48 Ikan Mendekati cahaya
kembung(Rastrelliger kembali(bergerombol)
spp
9. 32.00 Ikan belanak (Mugil Kembali mendekati
sp) cahaya lampu LED

10. 33.28 Cumi-cumi Muncul dari dalam


(Loligo spp) perairan melewati di
bawah cahaya lampu

Pada tabel 4 pengamatan dengan menggunakan 2 lampu petromak dan 2


lampu LED gerombolan ikan teri (Stolephorus sp ) mulai datang mendekati
cahaya pada menit ke 15. Ikan Julung-julung (Hemiramphus brasiliensis)
mendekati cahaya pada menit ke 17 . Untuk Ikan bayam-bayam (Amaranthus
hybridus) sekitar 1-2 ekor mendekati cahaya pada menit ke 21. Ikan
kembung(Rastrelliger spp) muncul pada menit ke 28 dan 30. Dan cumi-cumi
(Loligo spp) muncul pada menit ke 33.

10
ikan bayam-bayam(Amaranthus hybridus) Ikan Julung-julung(Hemiramphus
brasiliensis)

ikan teri
(Stolephorus
sp )
Ikan
kembung
(Rastrelliger spp) cumi-cumi(Loligo spp)

Gambar 4. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu Petromak dan 2 LED

Pada gambar ilustrasi 4 dengan menggunakan 2 lampu petromak dan 2


LED terdapat ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) satu ekor hanya
melintasi cahaya dari arah kanan lampu. Ikan kembung(Rastrelliger spp) disekitar
kanan dan kiri lampu dengan bergerombol sekitar 2-3 meter dari lampu petromak
dan lampu LED. Pada ikan teri (Stolephorus sp.) selalu bergerombol berada di
bawah lampu. Sedangkan ikan bayam-bayam (Amaranthus hybridus) terlihat satu
ekor sesekali mendekati cahaya lampu dan cumi-cumi (Loligo spp) datang dari
dalam perairan muncul ke arah datangnya cahaya.

11
Tabel 5. Hasil Pengamatan 2 LED
No Jenis ikan Waktu Jumlah yang Keterangan
yang terlihat (menit) teramati
1 Ikan putih 48.20 Sedikit
pepetek Muncul kepermukaan
(Leiognathus air dalam bentuk
dussumieri) gerombolan
2 Ikan 49.08 Cukup banyak Mulai mendekat kearah
kembung lampu tetapi tetap
(Rastrelliger didaerah yang
spp) cahayanya redup
3 Cumi-cumi 50.34 Individu Cumi-cumi muncul dari
(Loligo kiri kearah kanan
spp)dan (cahaya yang agak
julung-julung redup) sedangkan
(Hemiramphu julung-julung dari arah
s brasiliensis) kanan kekiri munculnya
serentak

4 Ikan 54.02 bergerombol Menjauhi lampu kearah


kembung cahaya yang lebih redup
(Rastrelliger
spp)
5 Ikan 56.05 bergerombol Datang dari arah depan
putih/pepetek lampu
(Leiognathus
dussumieri)

Pada tabel 5 pengamatan dengan menggunakan 2 lampu LED ikan yang


pertama kali muncul yaitu ikan pepetek (Leiognathus dussumieri) pada menit ke
48 jumlah nya sedikit muncul ke permukaan air dengan membentuk scholling.
Pada menit ke 49 ikan kembung (Rastrelliger spp) berada di sekitar yang agak
redup. Sedangkan cumi-cumi (Loligo spp) muncul dari kiri melewati lampu
kearah kanan dan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) dari arah kanan ke
kiri.

12
Ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) Lampu LED
Lampu LED

ikan kembung
(Rastrelliger spp)
cumi-cumi
(Loligo spp)

Ikan pepetek (Leiognathus dussumieri)

Gambar 5. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu LED


Pada ilustrasi diatas ikan pepetek (Leiognathus dussumieri) berada di bawah
cahaya lampu . Ikan kembung (Rastrelliger spp) berada pada kiri dan kanan
lampu jaraknya sekitar 2-3 meter di tempat yang lebih redup. Sedangkan ikan
julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) dan cumi-cumi (Loligo spp) hanya
melintasi cahaya.
Tabel 6. Hasil Pengamatan 1 LED
No Jenis
ikan/hewan Waktu Jumlah yang Keterangan
laut yang (menit) teramati
terlihat
1 Ikan teri 02: 19 bergerombol mulai mendekati cahaya
(Stolephorus
sp)
2 Ikan bayam- 03:10 1 Muncul disekitar kiri
bayam lampu
(Amaranthus
hybridus)
3. Ikan 20:55 bergerombol Berjarak sekitar kurang
kembung lebih 3 meter dari
(Rastrelliger sumber cahaya
spp)
4 Cumi-cumi 26:38 ± 2 ekor Mulai muncul
(Loligo spp) daribawah lampu ke
permukaan,tidak
bergerombol namun
perlahan menghilang

13
Pada tabel diatas pengamatan menggunakan 1 lampu LED ikan teri
(Stolephorus sp) mulai muncul pada menit ke 2 dengan membentuk scholling
mulai mendekati cahaya. Pada menit ke 3 satu ekor ikan bayam-bayam
(Amaranthus hybridus) terlihat muncul disekitar kiri lampu. Ikan kembung
(Rastrelliger spp) muncul pada menit ke 20 membentuk gerombolan dan cumi-
cumi (Loligo spp) muncul pada menit ke 26 namun perlahan menghilang.

Lampu LED

Ikan Kembung

ikan teri

(Stolephorus sp)
v
v
Cumi-cumi (Loligo spp)

Gambar 6. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 1 lampu LED

Dari ilustrasi diatas ikan teri sama seperti gambar ilustrasi sebelumnya
ikan teri (Stolephorus sp) selalu berada di bawah lampu dan membentuk
gerombolan. Ikan kembung (Rastrelliger spp) selalu berada di kiri dan kanan
lampu namun berada di tempat yang tidak terlalu terang. Sedangkan cumi-cumi
(Loligo spp) muncul dari dalam perairan namun perlahan menghilang.
Tabel 7. Hasil Pengamatan 2 LED
No Jenis Jumlah yang
ikan/hewan Waktu teramati Keterangan
laut yang (menit)
terlihat
1 Ikan bayam- 31.58 1 ekor Berada dibawah lampu
bayam
(Amaranthus
hybridus)

2 Cumi-cumi 37:11 1 ekor Muncul ke permukaan


(Loligo spp) melintasi cahaya dari
arah kanan lampu
3 Ikan pepetek 46.06 Bergerombol Datang dari arah depan
(Leiognathus 47.49 lampu
dussumieri)

14
Pada tabel diatas pengamatan dengan menggunakan 2 lampu LED pada
menit ke 31 ikan yang muncul yaitu ikan bayam-bayam (Amaranthus hybridus)
satu ekor berada di bawah lampu. Pada menit ke 37 satu ekor cumi-cumi (Loligo
spp) muncul ke permukaan perairan melintasi cahaya dari arah kanan lampu dan
pada menit ke 46-47 ikan pepetek (Leiognathus dussumieri) membentuk scholling
datang dari arah depan lampu.

lampu 2LED

ikan bayam-
bayam
ikan pepetek
Cumi-cumi

Gambar 7. Ilustrasi Tingkah laku ikan terhadap 2 lampu LED

Pada gambar ilustrasi ke 7 ikan bayam-bayam tidak membentuk scholling


begitupun dengan cumi-cumi (Loligo spp), namun ikan pepetek (Leiognathus
dussumieri) membentuk schooling.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkah laku ikan terhadap 7 perlakuan


Dari hasil pratikum yang telah dilakukan terhadap tingkah laku ikan
terhadap cahaya ,bahwa cahaya atau lampu dengan menggunakan warna putih
( lampu LED) yang digunakan ikan yang mendekati cahaya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan perlakuan menggunakan lampu petromak. Hal ini
menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab warna putih
kurang disukai. Salah satu faktornya yaitu ada beberapa ikan yang meenyukai
cahaya yang redup, namun saat pengamatan yang menggunakan 2 lampu
petromak dan 2 lampu LED membuat ikan-ikan yang berdatangan lebih banyak
(schooling) dengan jenis yang berbeda-beda.
Pola kedatangan ikan di sekitar pencahayaan ada yang langsung menuju
sumber cahaya dan ada juga yang hanya berada di sekitar sumber pencahayaan,

15
karena ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola
kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumbercahaya diindikasikan
mendatangi cahaya karena ingin mencari makan. Dari 5 perlakuan yang di
lakukan dihari pertama dan 2 perlakuan lagi dihari kedua, yaitu :
1. Tingkah laku ikan saat 1 lampu petromak diturunkan
2. Tingkah laku ikan saat 2 lampu petromak diturunkan
3. Tingkah laku ikan saat 2 lampu petromak dan 1 lampu LED diturunkan
4. Tingkah laku ikan saat 2 lampu petromak dan 2 lampu LED diturunkan
5. Tingkah laku ikan saat lampu LED diturunkan
6. Tingkah laku ikan saat LED 1 dinyalakan (menggunakan penutup dibagian
samping)
7. Tingkah laku ikan saat 2 LED di nyalakan (menggunakan penutup
dibagian samping)
Pada perlakuan pertama menggunakan 1 lampu petromak , ikan-ikan mulai
mendekati sumber cahaya terutama ikan-ikan kecil terutama ikan teri (Stolephorus
sp) memang merupakan ikan yang menyukai cahaya (phototaksis positif).
Selanjutnya ikan belanak (Mugil sp) dan ikan julung-julung (Hemiramphus
brasiliensis) juga mulai mendekati sumber cahaya lampu petromak. Pada
perlakuan pertama ini ikan-ikan yang datang belum terlalu banyak mungkin
karena cahaya lampu petromak kalah dengan cahaya dari bulan karena pada saat
pratikum bulan sedang purnama.
Selanjutnya pada perlakuan kedua yaitu dengan menggunakan
(menurunkan) 2 lampu petromak ikan-ikan yang datang membentuk schooling
seperti ikan teri (Stolephorus sp), ikan belanak (Mugil sp) dan ikan kembung lebih
banyak yang mendekati sumber cahaya lampu petromak mungkin dikarenakan
cahaya yang ada menjadi lebih terang.
Pada perlakuan ketiga yaitu menurunkan lampu LED (2 Petromak dan 1
LED) pada saat lampu LED diturunkan ikan-ikan lebih banyak berada di bawah
cahaya lampu petromak hal ini dikarenakan perbedaan intensitas cahaya dan
warna lampu menyebabkan respon yang berbeda terhadap ikan.
Pada perlakuan yang keempat dengan menggunakan 2 lampu petromak
dan 2 Lampu LED, ikan-ikan yang datang jauh lebih lama jika dibadingkan

16
dengan perlakuan pertama sampai ketiga, ikan-ikan yang pertama kali mendekat
secara schooling yaitu jenis ikan teri (Stolephorus sp) dan untuk jenis ikan
belanak (Mugil sp) sekitar kurang lebih 1 meter dari sumber cahaya sedangkan
ikan kembung (Rastrelliger spp) tidak terlalu dekat dengan sumber cahaya namun
jaraknya hanya sekitar 2-3 meter dari cahaya lampu LED, pada perlakuan yang
keempat ini ikan-ikan yang mendekati cahaya lebih banyak dari pada perlakuan
1,2,3 dan 5 hal ini dikarenakan cahaya yang dipancarkan dari ke dua lampu
petromak dan dua lampu LED lebih terang dari perlakuan yang lain.
Untuk perlakuan yang kelima yaitu pengamatan 1 lampu LED . Untuk
perlakuan yang terakhir ini ikan-ikan yang mendekati cahaya lebih lama datang
dari keempat perlakuan yang telah dilakukan dan jenis ikan yang datang sama
seperti sebelumnya namun ikan-ikan yang schooling tidak terlalu banyak hal ini
mungkin saja disebabkan cahaya yang terang dari lampu LED membuat ikan tidak
terlalu mendekat, namun menurut Yami (1988) dalam jurnal Notanubus(2010),
ikan selalu menjaga jarak dengan sumber cahaya, karena ikan memiliki batas
toleransi terhadap cahaya.
Pada pengamatan malam kedua di dermaga desa Kahyapu dengan
mneggunakan 1 lampu LED yang dipasangkan penutup dibagian samping lampu
gunanya yaitu agar cahaya lebih banyak masuk ke dalam perairan, pada
pengamatan kedua ini ikan-ikan yang datang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan pengamatan malam pertama . Jenis ikan yang terlihat pun yaitu ikan
bayam-bayam (Amaranthus hybridus) ,ikan teri (Stolephorus sp), ikan kembung
(Rastrelliger spp) dan satu cumi-cumi (Loligo spp).
Dan pada pengamatan terakhir dengan menggunakan 2 lampu LED pada
pengamatan ini jarak lampu kedua dihidupkan yaitu 30 menit. Pada pengamatan
ini ikan-ikan lebih lama menghampiri sumber cahaya dan ikan-ikan yang datang
pun hanya sedikit dibandingkan dengan perlakuan malam pertama. Hal ini
mungkin saja karena faktor cuaca yang sebelumnya hujan dan mendung, dan
angin pada saat perlakuan malam kedua ini pun lebih kencang dari pada malam
pertama.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa intensitas cahaya yang tinggi dari
lampu LED menarik banyak ikan fototaksis positif untuk datang. Ini berimplikasi

17
pada banyaknya ikan-ikan predator yang datang berkumpul di sekitar sumber
cahaya. Meskipun ikan predator tidak tertarik pada cahaya, tapi ikan mencari
makan dengan tetap memanfaatkan indera penglihatan. jenis-jenis ikan yang
mendekati cahaya biasanya adalah ikan pelagis kecil dan ada beberapa jenis ikan
demersal. Dalam jurnal Notanubun(2010) dinyatakan pula bahwa tingkah laku
ikan pada malam terhadap cahaya buatan akan memberikan reaksi yang sama
seperti pada cahaya alami yang intensitasnya sesuai dengan batas toleransinya.
Dengan demikian maka cahaya buatan yang berintensitas kuat akan menarik ikan
untuk mendekat, tapi ikan akan tetap menjaga jarak dengan sumber cahaya
tersebut.

4.2.2 Kegunaan atau Fungsi Atraktor


Pratikum yang dilakukan di desa Kahyapu Pulau Enggano,Provinsi
Bengkulu pada pemasangan atraktor di titik koordinat S 05 o 26’35.1 E
102o23’11.8’’. Pemasangan Atraktor Bambu dan Atraktor Pipa di letakkan ke
dalam perairan sekitar 5-7 meter. Pemasangan atraktor bambu lebih sulit
dibandingkan dengan Atraktor Pipa hal ini disebabkan karena Atraktor Bambu
memiliki daya apung yang sangat tinggi. Kedua atraktor dipasang tujuan
utamanya yaitu agar cumi-cumi dapat meletakkan telurnya di dalam atraktor
tersebut. Atraktor sebenarnya merupakan alat bantu dalam mengumpulkan ikan.
Jenis atraktor yang banyak digunakan berupa daun-daunan alami seperti daun
kelapa, tyrewall, jaring dan kumpulan tali yang diikatkan pada bagian rakit telah
berhasil meningkatkan efektivitas rumpon d alam memikat kelompok ikan.
Namun, pada zaman yang semakin banyak ilmu pengetahuan yang ada
saat ini atraktor dikembangkan dengan menggunakan media pipa atau media drum
bekas, namun media seperti drum dan pipa yang digunakan sebagai atraktor
utamnya untuk media cumi-cimi berkembang biak. Intensitas penangkapan yang
semakin tinggi dengan bertambahnya jumlah armada dan modernisasi alat tangkap
dapat menyebabkan penangkapan yang berlebih atau over fishing. Selain itu,
tingginya laju degradasi habitat pemijahan dan pembesaran cumi-cumi di daerah
pesisir akibat pencemaran, penangkapan yang tidak ramah lingkungan,
sedimentasi, dan konversi lahan sebagai desakan pembangunan dapat

18
mengakibatkan berkurangnya populasi cumi-cumi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya pemulihan stok cumi-cumi (Loligo sp) yang dapat dilakukan secara alamiah
dengan memanfaatkan teknologi atraktor. Atraktor cumi-cumi merupakan salah
satu teknologi tepat guna untuk pengembangan program pengayaan stok cumi-
cumi (Loligo sp) di masa yang akan datang (Baskoro et al, 2011 dalam Jayanto
2016).
Setiap bagian atraktor cumi yang digunakan dalam penelitian saat ini
memiliki beberapa kegunaan pada setiap bagian konstruksinya, yaitu: daun kelapa
yang terdapat pada konstruksi atraktor cumi berfungsi sebagai tempat
persinggahan ikan, apabila daun kelapa mulai membusuk secara tidak langsung
rantai makanan akan terbentuk, hal ini menjadikan atraktor cumi sebagai tempat
bagi ikan untuk mencari makan. atraktor cumi-cumi bahannya dari drum bekas,
di bagian dalamnya diberi tali dari bahan kain perca yang dipilin, dipasang secara
vertikal. Tali ini berfungsi sebagai tempat cumi-cumi untuk menempelkan telur
(Hasmawati dan Sugiarti,2014 dalam Jayanto,2016). Pelampung terbuat dari
Styrofoam berfungsi sebagai penarik badan rumpon sehingga badan rumpon dapat
berdiri dalam perairan. Pemberat yang digunakan terbuat dari cor beton dengan
bobot 15 kg, setiap satu unit rumpon terdapat dua buah pemberat, maka pemberat
yang digunakan dalam satu unit rumpon berbobot total 30 kg. Setiap ikatan
sambungan simpul pada tali utama ke pemberat atau pelampung ditambah dengan
lapisan ikatan kawat tahan karat dengan tujuan agar ikatan pada konstruksi
rumpon tidak mudah lepas. Pada dasarnya ilmu yang telah dikembangkan saat ini
hanya agar sumberdaya di lautan seperti cumi-cumi tetap berkelanjutan nantinya.
Kelestarian setiap makhluk yang hidup di laut harus kita jaga karena jika
organisme yang ada di laut mengalami kepunahan akan berdampak sangat buruk
terutama keseimbangan ekosistem didalamnya akan terganggu.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengamatan dengan menggunakan media lampu (light fishing) petromak dan
lampu LED sangat berpengaruh terhadap jenis ikan-ikan yang menyukai cahaya
(phototaksis positif) dan penggunaan light fishing membuat banyaknya ikan-ikan
predator yang datang berkumpul di sekitar sumber cahaya. Meskipun ikan
predator tidak tertarik pada cahaya, tapi ikan mencari makan dengan tetap
memanfaatkan indera penglihatan.
Pada pemasangan atraktor Desa Kahyapu,Pulau Enggano atraktor bambu
dan atraktor pipa di letakkan ke dalam perairan sekitar 5-7 meter. Pemasangan
atraktor bambu lebih sulit dibandingkan dengan atraktor pipa hal ini disebabkan
karena atraktor bambu memiliki daya apung yang sangat tinggi. Kedua atraktor
dipasang tujuan utamanya yaitu agar cumi-cumi dapat meletakkan telurnya di
dalam atraktor tersebut. Atraktor sebenarnya merupakan alat bantu dalam
mengumpulkan ikan. Namun pada saat ini atraktor telah banyak menggunakan
drum atau pipa yang dirangkai untuk tempat perkembang biakan cumi-cumi.

5.2 Saran
Dalam melakukan pratikum praktikan harus lebih serius agar mampu
melakukan praktikum dengan baik dan saat melakukan pratikum hal yang paling
utama yaitu bekerja sama dengan anggota kelompok dengan baik. Untuk co-ass
harus lebih sabar dalam menjelaskan materi apa saja yang akan dipraktikumkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gustaman.G, Fauziyah dan Isnaini. 2012. Efektifitas Perbedaan Warna Cahaya


Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Perairan Sungsang
Sumatera Selatan. Maspari Journal. 4(1) : 92-102.
Jayanto,B.,Budi,dkk.2016. Pengaruh atraktor cumi terhadap hasil tangkapan alat
tangkap bagan tancap di perairan cahaya. Jurnal Saintek Perikanan. Vol
11(2) : 134-139.
Notanubun, Julianus, dkk. 2010. Perbedaan Penggunaan Intensitas Cahaya Lampu
Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung Di Perairan Selat Rosenberg
Kabupaten Maluku Tenggara Kepulauan Kei. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. Vol.6(3).134-140.
Putro, Hardjojo Yuliardi. 2015. Pulau Enggano Bengkulu Disiapkan Sebagai
Pengganti Nusa Kambangan . https://www.liputan6.com/news/read/2167942/pulau-
enggano-bengkulu-disiapkan-sebagai-pengganti-nusakambangan. Diakses pada 29
januari 2015 pukul 07.51 Wib.

Roza Yusfiandayani. 2010. Perbedaan Bahan Atraktor Terhadap Hasil Tangkapan


Ikan Pelagis Dengan Menggunakan Payang Bugis Di Perairan Pasauran,
Provinsi Banten. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol 1(1) : 47-
60.
Susanto,A dan Dodi Hermawan. 2013. Tingkah Laku Ikan Terhadap Warna
Cahaya Lampu Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian dan Kelautan. Vol
2(1): 47-57.

21
LAMPIRAN

Atraktor Pipa Paralon

Atraktor Bambu

22
Light Fishing dengan lampu Petromak dan LED

23

Anda mungkin juga menyukai