Anda di halaman 1dari 11

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Enhalus acoroides

PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA


SEBONG PEREH, BINTAN

Nia Yulianti,niayulianti3794@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Winny Retna Melani, SP, M.Sc


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Diana Azizah, S.Pi, M.Si,


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat produksi biomassa serta laju pertumbuhan daun
lamun jenis Enhalus acoroides yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Juli
2016 di perairan Kecamatan Teluk Sebong, Bintan. Metode penentuan sampling secara acak
dengan metode random sampling menggunakan software visual sampling plan. Penentuan
biomassa menggunakan metode pengeringan sedangkan laju pertumbuhan dengan metode
penandaan. Rata –rata pertumbuhan daun lamun dalam 30 hari sebesar 0,69 cm/hari sedangkan
pada laju pertumbuhan rata-rata harian sebesar 0,50cm/hari. Biomassa daun lamun Enhallus
acoroides pada pengambilan alami (awal) dengan rata-rata sebesar 254,8 gbk/m2, biomassa hari
ke-30 menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya sebesar 174,40 gbk/m2. Biomassa daun lamun
Enhallus acoroides tertinggi terjadi pada saat pengambilan awal (alami) dibandingkan pada hari
ke-30. Hasil analisis komponen utama pada pengukuran hari ke 30 anatara parameter perairan
dengan laju pertumbuhan menunjukkan bahwa parameter yang berhubungan erat dengan laju
pertumbuhan lamun diantaranya adalah fosfat, pH, suhu, salinitas, dan nitrat. Sedangkan parameter
yang berhubungan lemah diantaranya arus dan oksigen terlarut.

Kata kunci: Produksi Biomassa, Pertumbuhan daun, Enhalus acoroides, Teluk Sebong
PENDAHULUAN
METODE
A. Latar Belakang
Kabupaten Bintan merupakan salah A. Waktu dan Tempat Penelitian
satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau Penelitian ini dilaksanakan di
yang memiliki wilayah laut yang sangat luas Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten
yaitu 86.398,33 km2 atau 98,51% dari total Bintan. Penelitian inidilaksanakan pada
wilayah Kabupaten serta memiliki bulan Oktober 2015 sampai Juli 2016 yang
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat meliputi studi literatur, survei lokasi
potensial, salah satunya padang lamun. penelitian, pengambilan data lapangan,
Kabupaten Bintan terdiri dari 10 kecamatan, analisa sampel, pengolahan data, dan
satunya adalah Kecamatan Teluk Sebong. penyusunan laporan penelitian. Analisis
Secara administrasi Kecamatan Teluk laboratorium dilakukan di laboratorium
Sebong terdiri dari 7 yang salah satunya FIKP dan laboratorium BTKL Batam.Peta
Desa Sebong Pereh (DKP-2011). lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar
Desa Sebong Pereh mempunyai
keanekaragaman jenis lamun yang berfungsi
sebagai tempat mencari makanan, habitat,
dan pemijahan bagi hewan laut yang hidup
di padang lamun. Keberadaan hewan laut
tersebut bergantung pada kondisi padang
lamun. Jika ekosistem lamun dalam keadaan
baik, maka kehidupan hewan laut tersebut
akan optimal. Dalam hasil survey lapangan
di perairan Desa Sebong Pereh terdapat jenis
lamun yang dominan yaitu Enhalus
acoroides dan Thalassia Hemprichii.
Ekosistem padang lamun dikenal B. Prosedur Penelitian
dengan ekosistem yang memiliki
produktivitas yang tinggi. Laju produksi Metode yang digunakan dalam
ekosistem padang lamun diartikan sebagai penelitian ini adalah metode survei, yaitu
pertambahan biomassa lamun selang waktu metode penelitian yang tidak melakukan
tertentu dengan laju produksi perubahan terhadap variabel yang akan
(produktivitas). Produksi yang didapatkan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh
bisa lebih kecil dari produksi yang serta mencari keterangan secara faktual
sebenarnya karena tidak memperhitungkan tentang objek yang diteliti. Data yang
kehilangan serasah dan pengaruh grazing digunakan dalam penelitian adalah data
oleh hewan-hewan herbivora yang primer dan data sekunder. Data primer
memanfaatkan lamun sebagai makanan adalah data yang diperoleh secara langsung
(Azkab, 2000 dalam Hendra, 2011). dari objeknya. Data sekunder adalah data
Daun lamun merupakan bagian yang diperoleh dari pihak lain dan telah
yang lebih cepat mengalami pertumbuhan dilaporkan dalam bentuk publikasi.
dibandingkan dengan rhizoma. Namun Data primer yang dibutuhkan dalam
biomassa daun lamun umumnya lebih kecil penelitian ini adalah data yang meliputi data
di banding dengan bagian rhizoma. Maka kerapatan, pertumbuhan lamun, nilai
pengukuran biomassa daun lamun dapat produktivitas biomassa daun lamun, dan
dijadikan pendekatan dalam perkiraan data kondisi perairan. Data sekunder yang
produksi biomassa secara keseluruhan. digunakan dalam penelitian ini diperoleh
Melihat pentingnya keberadaan dan dibahas dengan menyertakanliteratur
jenis lamun tersebut pada perairan Desa pendukung berupa data pustaka ,penelitian
Sebong Pereh, maka perlu dilakukan terdahulu, buku, laporan ilmiah, jurnal, serta
penelitian tentang pertumbuhan dan sumber-sumber aktual lainnya.
produksi biomassa daun Enhalus acoroides
untuk mengetahui tingkat kesuburannya. Hal 1. Tahap Persiapan
inilah yang melatar belakangi peneliti untuk
mengkaji tentang produktivitas lamun untuk Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
melihat produktif atau tidaknya perairan meliputi konsultasi dengan dosen
Desa Sebong Pereh. pembimbing, survei awal lamun di lapangan,
penentuan lokasi yang akan dijadikan titik node. Sampel lamun (Enhalus acoroides)
lamun, pengumpulan referensi, dan yang telah ditandai kemudian dibiarkan.
persiapan peralatan penelitian.
Lamun yang ditandai sebanyak 1
2. Penentuan Titik Sampling tegakan untuk setiap titik sampling awal
pengamatan setelah menghitung kerapatan.
Penentuan titik sampling dilakukan Pertumbuhan daun lamun diamati setelah 30
dengan metode random sampling hari sejak penandaan daun lamun.
menggunakan software visual sampling Pertumbuhan daun lamun dihitung dengan
plan. Wilayah penelitian di bagi 30 titik menggunakan rumus (Hendra, 2011):
sepanjang perairan desa Sebong Pereh.
Kemudian dilakukan juga cross check P = P t – P0
dengan mengguanakan GPS, yang dilakukan P : Pertumbuhan panjang (cm)
di lapangan agar bias atau eror yang Pt : Panjang akhir daun (cm)
diperoleh menjadi lebih kecil. P0 : Panjang awal daun (cm)

3. Sampling Vegetasi Lamun


d. Pengukuran Biomassa Daun
Enhalus acoroides
a. Peletakan Plot
Petak contoh (Transect Plot) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah petak Untuk biomassa daun dilakukan
dengan pengamatan sebanyak 2 kali,
contoh berbentuk persegi dengan ukuran 1 x
pertama sampel daun lamun untuk biomassa
1 m.
alami biomassa asli di perairan desa Sebong
Pereh. Pengukuran biomassa yang kedua
b. Pengamatan KerapatanLamun
Pengamatan kerapatan lamun akan adalah biomassa 30 hari yaitu biomassa yang
dilakukan dengan meletakkan plot pada titik pengukurannya dilakukan setelah 30 hari
pemotongan biomassa alami.. Untuk analisis
sampling yang telah ditentukan. Kemudian
biomassa daun lamun dilakukan dengan cara
dihitung jumlah lamun Enhalus acoroides.
pengeringan dan penimbangan daun Enhalus
Lalu dimasukan kedalam rumus perhitungan
acoroides. Sampel daun lamundimasukkan
kerapatan lamun (Tuwo, 2011).
ke dalam oven (650C) selama 48 jam hingga
sampel lamun benar-benar kering. Sampel
Dimana: lamun yang telah kering diletakkan di atas
Ki = kerapatan jenis kertas aluminium foil dan ditimbang
ni = Jumlah total tegakan menggunakan timbangan digital dengan
A = Luas area total pengambilan sampel ketelitian 0,01. Produksi biomassa daun
(m2) lamun dihitung dengan menggunakan rumus
(Hendra, 2011) :
c. Pengamatan Pertumbuhan Daun
P=WxD
Lamun P = produksi biomassa lamun (gbk/m2),
Pengamatan produktivitas daun
dilakukan menggunakan metode penandaan. W = Berat lamun setelah pengeringan 65°C(g),
Metode penandaan yang digunakan yaitu D = kerapatan lamun (tegakan/m2).
dengan cara menggunting atau memangkas
daun lamun (Zieman et al, 1980 dalam 4. Sampling Air
Hendra,2011). Pengukuran parameter kualitas perairan
dilakukan pada saat pasang disetiap titik
Luas daerah tiap ulangan diukur pada pengamatan lamun. Pengukuran
menggunakan transek kuadran 1x1 m. parameter kualitas air sebagai data
Sebelum melakukan penandaan terlebih penunjang untuk melihat kondisi perairan
dahulu menghitung kerapatan lamun, lokasi penelitian. Adapun parameter fisika
kemudian tegakan dipilih secara acak dalam yang diukur yaitu suhu, kecepatan arus dan
setiap transek. Penandaan lamun dilakukan substrat dan parameter kimia yang diukur
dengan cara menancapkan tusuk sate. yaitu salinitas, DO, nitrat, fosfat dan substrat
Lamun yang sudah ditandai diikat dengan yang diukur fraksi substrat dan TOM.
mistar disamping lamun yang akan ditandai. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal
Penandaan dilakukan dengan jarak 1 cm dari penelitian dan akhir penelitian (hari ke 30).
E. Analisis Data
100

Kerapatan (individu/m2)
Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan daun
lamun dan produksi biomassa daun lamun 50
Enhalus acoroides adalah Oneway analisis
of varians (one way anova). Data antara
0
pertumbuhan dan kondisi perairan dianalisis

T10
T11
T12
T13
T14
T15
T16
T17
T18
T19
T20
T21
T22
T23
T24
T25
T26
T27
T28
T29
T30
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
dengan Principal Component Analysis
(PCA) dan analisis linear berganda. Analisis Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
Komponen utama (PCA) dihitung dengan
Hasil pengukuran kerapatan lamun
menggunakan soft ware Minitab16. Data
diketahui bahwa kerapatan lamun jenis
nitrat dan pospat diperairan dihubungkan
Enhallus acoroides berkisar antara 4-80
dengan regresi linear sederhana dengan
tegakan/m2 dengan rata-rata kerapatan
pertumbuhan lamun sedangkan parameter
sebesar 29,4 tegakan/m2. Kerapatan terendah
fisika dan kimia lainnya dihubungkan
terdapat pada titik 19 sebanyak 4
dengan pertumbuhan lamun dengan regresi
tegakan/m2dan terbanyak terdapat pada titik
berganda menggunakan sofware Ms.Excel.
29 sebanyak 80 tegakan/m2.Menurut Haris
dan Gosari (2012) bahwa nilai kerapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 25 – 75ind/m2tergolong kedalam
kerapatan yang jarang. Dengan demikian
A. Deskripsi Desa Sebong Pereh dari hasil analisis diketahui bahwa nilai
kerapatan rata-rata lamun jenis Enhallus
Desa Sebong Pereh adalah salah satu acoroides tergolong jarang dengan rata-rata
desa di Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten kerapatan lamun sebesar 29,4 tegakan/m2.
Bintan dengan luas ± 30,80 km, berada Menurut Kiswara (2010) dalam
diketinggian 20 M di atas permukaan laut, Suryanti (2014) menemukan bahwa
dengan suhu berkisar 18 0C s/d 22 0C dan kerapatan tunas lamun per luasan area
curah hujan mencapai 1.220 mm/tahun tergantung pada jenisnya. Jenis lamun yang
dengan intensitas maksimum curah hujan mempunyai morfologi besar seperti Enhalus
selama 75 hari dalam setahun. Secara acoroides mempunyai kerapatan yang
administratif Desa Sebong Pereh memiliki rendah dibandingkan dengan jenis lamun
perbatasan sebagai berikut (DKP-2011): yang mempunyai morfologi kecil seperti
umumnya memiliki kerapatan yang tinggi.
Sebelah Utara :Laut Cina Selatan Selain itu, kerapatan yang rendah juga akibat
dari pengaruh aktivitas yang ada disekitar
Sebelah Selatan :Kuala Sempang& perairan desa Sebong Pereh yang ditumbuhi
Lancang Kuning lamun berupa aktivitas resort dan
Sebelah Barat :Kel.Tanjung Uban Utara pemukiman yang membuang sampah
& Selat Batam. organik maupun anorganik yang berlebihan
Sebelah Timur :Sebong Lagoi dan Kota kelingkungan laut serta akibat dari aktivitas
Baru penangkapan yang dilakukan. Seperti
diketahui bahwa aktivitas penangkapan biota
kerang-kerangan akan merusak lamun yaitu
B. Kerapatan Lamun Enhalus lamun akan terinjak-injak sehingga secara
acoroides di Desa Sebong Pereh tidak langsung juga akan mempengaruhi
kehidupan lamun.
Kerapatan lamun digambarkan dengan
satuan tegakan/m2 yaitu dengan menghitung C. Laju Pertumbuhan Enhalus
total tegakan jenis lamun Enhallus acoroides acoroides
dan membandingkan dengan luasan area
yang disampling. Berdasarkan hasil 1. Pertumbuhan Selama 30hari
pengukuran kerapatan lamun untuk semua Lamun Thalassia hemprichii
titik sampling dapat dilihat pada Gambar. Untuk lebih jelasnya grafik
pertumbuhan daun lamun bulanan dapat
dilihat pada Gambar
21.5 2. Pertumbuhan harian Lamun

Pertumbuhan daun lamun (cm)


21 Enhalus acoroides
20.5
20
19.5 Hasil perhitungan pertumbuhan
19
18.5
daun lamun harian Enhalus acoroides dapat
18 dilihat pada Gambar
17.5
17 0.76
16.5

Pertumbuhan lamun (cm)


0.74
T1 T3 T5 T7 T9 T11 T13 T15 T17 T19 T21 T23 T25 T27 T29
0.72
Titik Sampling
0.70
0.68
0.66
Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
0.64
0.62
Dari Gambar diketahui bahwa hasil 0.60
laju pertumbuhan Enhalus acoroides T1 T3 T5 T7 T9 T11 T13 T15 T17 T19 T21 T23 T25 T27 T29
bulanan berkisar antara 18,22-20,81 cm. Titik Sampling
Nilai pertumbuhan lamun terendah terdapat
pada titik 16 yaitu18,22 cm dan Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
pertumbuhan tertinggi 20,81 pada titik19.
Dengan demikian, diketahui bahwa nilai Hasil pengukuran Gambar 11
pertumbuhan selalu mengalami kenaikan diketahui berkisar antara 3,23-3,75 cm. Nilai
dari waktu kewaktu.Menurut Kordi (2011) pertumbuhan lamun terendah terdapat pada
diketahui bahwa pertumbuhan daun lamun titik 15 dan 16 yaitu 0,65 cm/hari dan
pada daun lama bekisar antara 0,7-18,62 pertumbuhan lamun tertinggi terdapat pada
cm/minggu dengan pertumbuhan rata-rata titik 19 yaitu 0,74 cm/hari. laju pertumbuhan
sebesar 4,2 cm/minggu.Melihat dari mingguan lebih kecil dari pada laju
pendapat tersebut, maka pertumbuhan daun pertumbuhan dari pada laju pertumbuhan
lamun Enhalus acoroides di perairan desa dalam 30 hari. Rata –rata pertumbuhan daun
Sebong Pereh tergolong tinggi. lamun dalam 30 hari sebesar 0,69 cm/hari
Dari hasil analisis pertumbuhan sedangkan pada laju pertumbuhan rata-rata
relatif lamun pada pengukuran pada hari ke harian sebesar 0,50cm/hari. Diketahui bahwa
30 dapat dilihat pada grafik seperti Gambar nilai nitrat rata-rata pada pengukuran harian
. sebesar 1,06 mg/L sedangkan pada
3.70
pengkuran bulanan nilai rata-ratanya
3.60 mengalami kenaikan menjadi 1,63 mg/L.
Pertumbuhan Relatif (%)

3.50
Sedangkan kandungan fosfat pada
3.40
3.30
pengukuran mingguan rata-rata sebesar 0,07
3.20 mg/L mengalami peningkatan dengan rata-
3.10
rata sebesar 0,15 mg/L.
3.00
2.90
T1 T3 T5 T7 T9 T11 T13 T15 T17 T19 T21 T23 T25 T27 T29
D. Biomassa Jenis Lamun Enhalus
Titik sampling acoroides
Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
Biomassa merupakan hasil perhitungan
Dari Gambardiketahui bahwa hasil berat kering daun lamun Enhallus acoroides
laju pertumbuhan relatif Enhalus acoroides per satuan luas pengamatan (m2). Nilai rata-
terendah berada pada titik 16 yaitu 3,13 % rata biomassa lamun Enhalus acoroides
sedangkan pertumbuhan relatif tertinggi dapat dilihat pada Tabel
berada pada titik 19 yaitu 3,38 %. Terlihat Rata-rata
No. Jenis Pengambilan Biomassa
jelas bahwa nilai pertumbuhan relatif (gbk/m2)
tertinggi terjadi pada titik dengan laju 254,84
1 Biomassa alami
pertumbuhan yang tinggi pula.
174,4
2 Biomassa 30 hari
Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)

Dari Tabel dapat dilihat bahwa pada


saat pengukuran rata-rata biomassa alami
atau biomassa asli di perairan desa Sebong
Pereh254,84gbk/m2dan nilai rata-rata mengatakan bahwa padang lamun secara
biomassa untuk 30 hari adalah geografis tersebar luas yang
174,4gbk/m2.Berdasarkan hasil Analisis diidentifikasikan oleh adanya kisaran
Beda Nyata (Analysis of Varians) yang toleransi yang luas terhadap suhu atau
tertera pada lampiran 12 bahwa nilai p-value temperatur pada kenyataannya spesies lamun
(significant level) sebesar 0,0116 lebih besar didaerah tropis mempunyai toleransi yang
dari tingkat kepercayaan data sebesar 0,05 rendah terhadap perubahan temperatur.
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tumbuhan lamun yang hidup didaerah tropis
terdapat perbedaan yang signifikan antara umumnya tumbuh pada daerah dengan
biomassa daun lamun pada setiap titik kisaran suhu air antara 20 – 30 0C.
sampling.
Mengacu pada literatur menurut b. Salinitas
Supriharyono (2007) bahwa biomassa lamun Dari hasil pengukuran salinitas
jenis Enhallus acoroides pada bagian atas perairan Desa Sebong Pereh pada kawasan
umumnya sebesar 180,2 gbk/m2 (77,3%). lamun dapat diketahui nilai salinitas dengan
Mengacu pada hasil tersebut, diketahui rata – rata awal 31,85 o/oo dan rata – rata
bahwa biomassa rata-rata secara keseluruhan akhir 32,84 o/oo.Kemudian diketahui secara
pada semua waktu pengambilan sebesar keseluruhan rata – rata salinitas perairan
177,2 gbk/m2 lebih rendah dari literatur. Desa Sebong Pereh 32,35 o/oo.Menurut
Namun pada biomassa alami sebelum KEPMEN LH (2004) kisaran salinitas yang
dilakukan pengamatan pertumbuhan baik bagi kehidupan lamun adalah antara 33-
diketahui lebih tinggi karena belum adanya 34o/oo. Salinitas perairan desa Sebong Pereh
perlakuan terhadap daun lamun. Namun dilihat dari rata-ratanya bahwa nilai salinitas
berdasarkan penelitian oleh Hamid (1996) masih sesuai bagi kehidupan lamun secara
dalam Asriyana dan Yuliana (2012) optimal. Didukung oleh pendapat Dahuri
biomassa lamun jenis Enhallus acoroides (2003)bahwa spesies lamun memiliki
hanya sebesar 16,69 gbk/m2. kemampuantoleransi yang berbeda – beda
terhadap salinitas, namun sebagian besar
E. Parameter Kualitas Perairan memiliki kisaran yang lebar, yaitu antara 10
1. Parameter Fisika dan 40 o/oo. Nilai salinitas optimum untuk
Parameter fisika yang diukur spesies lamun adalah 35 o/oo. Salah satu
meliputi suhu, salinitas, kecepatan arus, serta faktor yang menyebabkan kerusakan
kecerahan perairan. Dari hasil analisis data, ekosistem padang lamun adalah
diperoleh rata-rata hasil pengukuran meningkatnya salinitas yang diakibatkan
parameter fisika yang disajikan dalam Tabel oleh berkurangnya suplai air tawar dari
No Parameter Satua
Hasil Rata-rata Baku Mutu sungai
(KEPMEN LH,
. Fisika n
Awal Akhir 2004)

1 Suhu °C 28,29 28,41 20-30


c. Kecepatan Arus
Hasil pengukuran kecepatan arus
2 Salinitas ‰ 32,01 32,84 33-34
pada perairan Desa Sebong Pereh di
Kecepatan
3 m/s 0,11 0,10 -
Arus kawasan lamun diketahui nilai kecepatan
Sumber data: Data Penelitian (2016) arus dengan rata – rata awal 0,11 m/s dan
kisaran rata – rata akhir sebesar 0,10 m/s.
a. Suhu Kemudian dapat diketahui rata – rata secara
Dari hasil pengukuran suhu keseluruhan 0,10 m/s. Produktivitas padang
perairan Desa Sebong pereh pada area lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus
lamun, diketahui bahwa nilai suhu rata-rata perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar
pengukuran awal sebesar 28,250C dan pada 0,5 m/s mempunyai kemampuan maksimal
pengamatan selama 30 hari/akhir sebesar untuk tumbuh (Dahuri,2003). Dilihat dari
28.,410C. diketahui secara keseluruhan rata- hasil pengukuran arus permukaan perairan
rata suhu perairan Desa Sebong Pereh Desa Sebong pereh, tergolong lemah.
sebesar 28,330C. Melihat dari hasil rata-rata Namun secara keseluruhan pertumbuhan
suhu perairan, dapat dilihat bahwa suhu lamun masih terjadi secara baik dilihat dari
perairan Desa Sebong Pereh masih layak peningkatan pertumbuhannya dari waktu ke
bagi kehidupan lamun. Menurut KEPMEN waktu.
LH (2004) kisaran suhu yang baik bagi
kehidupan lamun adalah antara 20-300C.
Didukung oleh pendapat Kordi (2011) yang
2. Parameter Kimia berasal dari difusi oksigen di atmosfer dan
Parameter kimia yang diukur sebagian besarnya merupakan hasil
meliputi derajat keasaman (pH), DO sampingan dari aktiftas fotosintesis.
(Disolved oxygen), Nitrat dan Fosfat. Dari
hasil analisis data, diperoleh rata-rata hasil c. Nutrien (Nitrat dan Fosfat)
pengukuran parameter kimia yang disajikan Dari hasil pengukuran di dapat nilai
dalam Tabel. nitrat dan fosfat hari ke-1 dan hari ke-30
Hasil Rata-rata Baku Mutu
yang bisa dilihat pada Gambar
Parameter
No. Satuan (KEPMEN LH,
Kimia
Awal Akhir 2004)
2.500
1 pH - 7,810 7,790 7 – 8,5
2 DO Mg/L 6,780 6,730 >5 2.000

Nitrat(mg/L)
3 Nitrat mg/L 1,060 1,630 0.008
4 Fosfat mg/L 0,070 0,120 0.015 1.500
Sumber data: Data Penelitian (2016) 1.000
hari ke 1
hari ke 30
0.500
a. Derajat Keasaman
0.000
Dari hasil pengukuran derajat 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
keasaman pada perairan Desa Sebong Pereh Titik Sampling

di kawasan lamun diketahui nilai derajat


Sumber data:Data Penelitian (2016)
keasaman dengan rata – rata mingguan
sebesar 7,78 dan diketahui kisaran pH akhir
0.350
sebesar 7,79. Kemudian didapat rata-rata 0.300

Fosfat(mg/L)
0.250
secara keseluruhan 7,79. Menurut KEPMEN 0.200
LH (2004) tentang baku mutu ir laut untuk 0.150 hari ke 1
0.100
biota laut memiliki kisaran derajat keasaman 0.050 hari ke 30

7-8.5. Dilihat dari hasil rata-rata derajat 0.000


1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
keasaman perairan masih tergolong baik Titik Sampling
bagi kehidupan lamun di perairan Desa
Sebong Pereh.Kondisi keasaman perairan Sumber data:Data Penelitian (2016)
yang masih tergolong stabil ini mencirikan
bahwa di perairan desa Sebong Pereh belum Diketahui bahwa rata-rata nutrien
terdapat aktivitas yang secara langsung (nitrat dan fosfat) hari ke-1 masing-masing
dapat mengakibatkan keasaman perairan 1,06 mg/L dan 0,07 mg/L, sedangkan rata-
menjadi tidak stabil seperti industri-industri. rata rata-rata nutrien (nitrat dan fosfat) hari
Aktivitas yang ada di sekitarnya diantaranya ke 30 masing-masing 1,63 mg/L dan 0,15
hanya berupa permukiman, resort, serta mg/L. Menurut KEPMEN LH (2004)
aktifitas penangkapan menunjukkan bahwa kisaran nitrat yang baik
bagi lamun adalah sebesar 0,008 mg/L dan
b. Oksigen Terlarut (DO) fosfat sebesar 0,015 mg/L. Dengan
Dari hasil pengukuran oksigen terlarut demikian, baik nitrat maupun fosfat masih
di perairan desa Sebong Pereh pada area baik bagi pertumbuhan lamun.
lamun diketahui oksigen terlarut dengan rata Menurut Olsen dan Dean (1995);
– rata awal 6,68 mg/L dan kisaran akhir monoarfa (1992) dalam Hasanuddin, (2013)
dengan rata – rata 6,73 mg/L. Kemudian membagi konsentrasi fosfat dalam substrat
didapat secara keseluruhan dengan rata – menjadi 4 bagian yaitu < 3 ppm (sangat
rata 6.81. Secara keseluruhan, nilai oksigen rendah), 3 – 7 ppm (rendah), 7 – 20 ppm
terlarut memenuhi baku mutu optimal yang (sedang), dan > 20 ppm (tinggi). Mengacu
ditentukan. Menurut KEPMEN LH (2004) pada pendapat tersebut, kondisi Pospat pada
tentang baku mutu air laut untuk biota laut lokasi penelitian tergolong kondisi
memiliki kisaran oksigen terlarut >5 kesuburan sangat rendah namun masih
mg/l.Kondisi oksigen yang masih cukup cukup mendukung kehidupan lamun.
baik di perairan karena terjadi difusi oksigen Kandungan nutrien yang rendah
berlangsung dengan baik serta intensitas dipengaruhi oleh kurangnya masukan bahan
cahaya matahari yang tembus hingga dasar organik ke perairan karena umumnya
perairan sangat mendukung terjadinya wilayah permukiman agak menjorok ke
fotosintesis oleh lamun dan organisme darat serta tidak adanya sungai yang
produsen lainnya, sehingga dari fotosintesis mengalirkan nutrien ke perairan. Dengan
tersebut menghasilkan dan memperkaya gas adanya arus perairan, terjadi penyebaran
oksigen dalam air. Sesuai dengan pendapat nutrien ke badan perairan sehingga
Effendi (2003) sumber oksigen di perairan kandungannya tidak berlimpah di suatu titik.
12.00

Total Organik Matter (%)


10.00
3. Substrat 8.00
a. Fraksi Sybstrat 6.00

Parameter substrat yang diukur adalah 4.00 TOM


2.00
jenis fraksi substrat dan kandungan organik 0.00
Awal Akhir
total (TOM) pada sedimen. Dari hasil
Pengukuran
analisis data, diperoleh rata-rata hasil
pengukuran parameter substrat di perairan
Sumber data: Data Penelitian (2016)
yang disajikan dalam Tabel .
Parameter Hasil Rata-rata
No. Satuan
Substrat Awal Akhir Dari Gambar dapat dilihat total
1 TOM % 0,77 9,91 organik substrat di Perairan Desa Sebong
2 Fraksi Substrat - Pasir Berkerikil
Sumber data: Data Penelitian (2016) Pereh berkisar 0,06-22,68% dengan titik
terendah berada pada titik 22 yaitu 0,06 %
a. Fraksi Substrat sedangkan tertinggi terdapat pada titik 2
Dari hasil penelitian substrat pada yaitu 22,68. Dari hasil total organik substrat
Perairan Desa Sebong Pereh di dapat hasil di Perairan Desa Sebong Pereh dengan
substrat pasir berkerikil.Dari hasil tersebut kisaran rata – rata awal 0,77 % dan kisaran
terlihat jelas bahwa kondisi substrat akhir dengan rata – rata 9,91 %. Kemudian
tergolong kedalam jenis substrat yang kasar. hasil secara keseluruhan didapat rata – rata
Dilihat dari jenis substrat cukup mendukung 5,34 %.Dilihat dari hasil analisis
bagi tempat hidup lamun namun substrat menunjukan bahwa kandungan bahan
dengan kandungan bahan organik yang organik tergolong rendah diakibatkan karena
tinggi adalah jenis substrat yang cenderung jenis sedimennya cenderung kasar serta
halus yaitu berlumpur ataupun pasir halus. tidak terlalu dekat dengan sumber bahan
Padang lamun hidup pada berbagai organik yang ada yaitu permukiman,
macam tipe substrat, mulai dari lumpur sehingga akumulasi bahan organik ke dalam
sampai sedimen dasar yang terdiri dari substrat tidak terlalu tinggi. Menurut Zulkifli
endapan lumpur halus sebesar 40%. et.al, (2009) dalam Perdana (2013)
Kedalaman substrat berperan dalam Kandungan bahan organik yang tinggi akan
menjagastabilitas sedimen yang mencakup 2 mempengaruhi tingkat keseimbangan
hal, yaitu pelindung tanaman dari air laut, perairan, tingginya kandungan bahan
dan tempat pengolahan serta pemasok organik akan mempengaruhi kelimpahan
nutrien. Kedalaman sedimen yang cukup organisme, dimana terdapat organisme-
merupakan kebutuhan utama untuk organisme tertentu yang tahan terhadap
pertumbuhan dan perkembangbiakan habitat tingginya kandungan bahan organik tersebut,
lamun (Dahuri, 2003). sehingga dominansi oleh spesies tertentu
Menurut Supriharyono, (2007) dapat terjadi.
Hampir semua tipe substrat atau dasar
perairan dapat ditumbuhi oleh tumbuhan F. Analisis Komponen Utama (PCA)
lamun, dari substrat berlumpur sampai Analisis komponen utama (PCA)
berbatu. Namun pada ekosistem padang dianalisis pada pengambilan sampel pada
lamun yang luas umumnya dijumpai pada pengukuran bulanan. Dari hasil analisis
substrat lumpur berpasir yang tebal. Tipe dapat dilihat secara lengkap seperti pada
substrat pada stasiun penelitian ditemukan Gambar
Principal Component Analysis
mulai dari substrat lumpur hingga pasir. 0
Tipe substrat tersebut masih sesuai untuk 2

pertumbuhan lamun yang hidup pada tipe 1


ph

substrat yang beragam mulai dari lumpur


Second Component

do fosfat
salinitas
0 suhu
nitrat 0
hingga bebatuan. pertumbuhan
-1 arus

. -2

b. Totat Organik Matter (TOM) -3


Hasil pengukuran kadar TOM pada -3 -2 -1 0
First Component
1 2 3

desa Sebong Pereh dapat dilihat pada


Sumber data : olahan data Minitab (2016)
Gambar
Hasil analisis komponen utama 2. Hubungan antara Pertumbuhan
pada pengukuran hari ke 30 anatara dengan Nutrien Hari ke-30
parameter perairan dengan laju Hasil analisis pertumbuhan daun lamun
pertumbuhanmenunjukkan bahwa parameter Enhallus accoroides dengan parameter
yang berhubungan erat dengan laju Nutrien (nitrat dan fosfat) dapat dilihat pada
pertumbuhan lamun diantaranya adalah Gambar
fosfat, pH, suhu, salinitas, dan nitrat. 2.5 y = -0.044x + 1.850
R² = 0.000
Sedangkan parameter yang berhubungan 2
lemah diantaranya arus dan oksigen terlarut.

Nitrrat (mg/L)
1.5
Diketahui bahwa parameter nutrien yaitu
Series1
nitrat dan fosfat menunjukkan hubungan 1
Linear (Series1)
yang positif sehingga sangat mendukung 0.5

bagi pertumbuhan lamun. 0


4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4
Laju Pertumbuhan (cm)
G. Hubungan Antara Pertumbuhan
dengan Parameter Perairan
Sumber data : Olahan Data Excel (2016)
Hubungan antara pertumbuhan
dengan parameter perairan juga dianalisis 0.35 y = -0.0135x + 0.1819
R² = 0.0017
dengan menggunakan analisis regresi 0.3
dengan menggunakan Ms.Excell. 0.25

Fosfat (mg/L)
0.2

1. Hubungan Antara Pertumbuhan 0.15 Series1

dengan Parameter Fisika dan 0.1 Linear (Series1)

Kimia 0.05

0
Hasil analisis pertumbuhan daun 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4
lamun Enhallus accoroides dengan Laju Pertumbuhan (cm)

parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada


Tabel Sumber data : Olahan Data Excel (2016)
Standar
Variable Coefficients t Stat P-value
d Error

-6,78852 15,40631 -0,44063


0,66377 Dari hasil olahan data menunjukkan
8
Intercept
0,60794 0,54944
bahwa hubungan antara nitrat dan fosfat
0,046905 0,077153
Salinitas 5 9 dengan laju pertumbuhan daun adalah
0,61893 0,54231
Oksigen Terlarut
0,230092 0.371756
2 8 hubungan yang positif. Dapat dijelaskan
Derajat Keasaman
0,828965 0,822707
1,00760
7
0,32459
8
bahwa semakin tingginya kadar nitrat dan
0,5098 0,51745
0,98521
0,33523
fosfat akan menyebabkan semakin tinggi
Suhu 7
0,03172 pertumbuhan lamun. Namun dilihat dari
32,4434 14,14414 2,29377
Arus 4
0,52576
keeratan hubungan antara dua parameter
-0,37271 0,578073 -0,64474
Nitrat 3 nutrien tersebut, hubungan yang lebih erat
0,08003 0,93693
Fosfat
0,205024 2,561707
4 4 adalah nitrat dengan nilai y = -0,0448x +
Sumber data : Olahan Data Excel (2016) 1,8504 dan nilai R² = 0,0007menunjukkan
bahwa semakin bertambahnya satu satuan
Hasil analisis regresi linier nitrat diperairan akan menambah
berganda menunjukkan rumus regresi yaitu pertumbuhan lamun sebesar 0,185 cm.
Pertumbuhan= -6,78 + 0,04salinitas + Sedangkan untuk fosfat dioperoleh nilai
0,23Oksigen Terlarut + 0,83Derajat regresi y = -0,0135x + 0,1819 dengan nilai
keasaman + 0,51suhu + 32,44arus – R² = 0,0017 menunjukkan bahwa semakin
0,37Nitrat + 0,21Fosfatdengan nilai bertambahnya satu satuan fosfat diperairan
R2=0,01. Dari hasil tersebut terlihat bahwa akan menambah pertumbuhan lamun sebesar
parameter yang berhubungan secara positif 0,181 cm, dengan asumsi semua faktor tetap.
adalah salinitas, oksigen terlarut, derajat
keasaman, suhu, arus, serta fosfat, H. Isu Pengelolaan Padang Lamun
sedangkan nitrat berhubungan secara Desa Sebong Pereh
negatif. Dari hasil analisis regresi didapati
bahwa nutrien yang hubungannya positif Berdasarkan kondisi kerapatan lamun
adalahfosfat. jenis Enhallus accoroides di perairan desa
Sebong Pereh bahwa kerapatan tergolong
rendah dengan nilai rata-rata kerapatan
sebesar 29,4 tegakan/m2. Kondisi biomassa
daun lamun maupun laju pertumbuhan pada laju pertumbuhan rata-rata harian
lamun tergolong tinggi. Meskipun biomassa sebesar 0,50cm/hari.
dan pertumbuhannya tergolong tinggi namun 2. Biomassa daun lamun Enhallus
kerapatan jenis nya mengkawatirkan karena acoroides pada pengambilan alami
kondisnya rendah sehingga mengindikasikan (awal) dengan rata-rata sebesar 254,8
adanya kerusakan lamun yang dipengaruhi gbk/m2, biomassa hari ke-30
oleh faktor alami maupun aktivitas yang ada menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya
disekitar perairan desa Sebong Pereh. sebesar 174,40 gbk/m2. Biomassa daun
Aktivitas yang ada meliputi lamun Enhallus acoroides tertinggi
penangkapan ikan, biota ekonomis terjadi pada saat pengambilan awal
(gastropoda, bivalvia, krustasea, dan biota (alami) dibandingkan pada hari ke-30.
ekonomis penting lainnya), aktivitas
pelayaran/transportasi kapal, serta resort dan B. Saran
rumah makan. Dari aktivitas tersebut dapat Melihat dari hasil penelitian yang
dipengaruhi padang lamun sehingga menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
kerapatannya rendah, namun dari aktivitas lamun berhubungan dengan kandungan
rumah makan memberikan masukan bahan nutrien yaitu nitrat dan fosfat, maka saran
organik yang justru akan meningkatkan peneliti bagi para akademisi dan mahasiswa
kadar nutrien di perairan yang untuk dapat mengkaji lebih dalam mengenai
didekomposisi oleh bakteri. hubungan antara parameter nutrien dengan
Dengan kerapatan yang rendah, maka laju pertumbuhan lamun di perairan desa
perlu dilakukan pengelolaan lamun dengan Sebong Pereh.
melakukan rehabilitasi lamun melalui
penanaman kembali (transpantasi) lamun DAFTAR PUSTAKA
untuk menjaga lamun tetap dalam kondisi
yang baik dan sesuai dengan habitat bagi
biota-biota sehingga keanekaragamannya Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas
berkelanjutan. Selain melakukan rehabilitasi Perairan. Bumi Aksara. Jakarta
lamun juga perlu melakukan sosialisasi Badria, S. 2007. Laju Pertumbuhan Daun
kepada masyarakat mengenai pentingnya Lamun (Enhalus Acoroides) Pada
ekosistem lamun dan kesuburan lamun Dua Substrat yang Berbeda Di
sebagai penyedia habitat bagi biota penting Teluk Banten. Program Studi Ilmu
sehingga perlu dijaga kondisinya agar tidak dan Teknologi Kelautan.Fakultas
mengalami kerusakan dan menurunnya Perikanan dan Ilmu Kelautan.
keanekaragaman hayati pada ekosistem Institut Pertanian Bogor
lamun. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
Selain itu, perlu peran serta instansi Laut. Gramedia Pustaka Utama.
pemerintah dalam hal ini dinas-dinas terkait Jakarta
serta aparatur desa dalam menyusun rencana (DKP) Dinas Kelautan dan Perikanan
pengelolaan wilayah perairan desa Sebong Kabupaten Bintan, 2011.Profil
Pereh yang mengacu pada kestabilan Kelautan dan Perikanan Kabupaten
lingkungan dan pembangunan yang ramah Bintan.
lingkungan, serta menyusun undang-undang http://ppid.bintankab.go.id/downloa
mengenai reklamasi dan pembangunan di d/Profil%20DKP%20Bintan.pdf
pesisir yang nantinya akan merusak Dwindaru, B. 2010.Variasi Spasial
ekosistem lamun. Komunitas Lamun dan
Keberhasilan Transplantasi Lamun
KESIMPULAN DAN SARAN di Pulau Pramuka dan Kelapa Dua
Kepulauan Seribu Provinsi DKI
A. Kesimpulan Jakarta. Departemen Manajemen
Kesimpulan yang diperoleh dari Sumberdaya Parairan. Fakultas
hasil penelitian meliputi: Perikanan dan Ilmu Kelautan.
1. Laju pertumbuhan mingguan lebih kecil Institut Pertanian Bogor
dari pada laju pertumbuhan dari pada Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
laju pertumbuhan dalam 30 hari. Rata – Pengelolaan Sumber Daya dan
rata pertumbuhan daun lamun dalam 30 Lingkungan Perairan. Kanisius.
hari sebesar 0,69 cm/hari sedangkan Yogyakarta
Faiqoh, E. 2006.Laju Pertumbuhan dan Keong Bakau (Telescopium
Produksi Daun Enhalus Acoroides telescopium) di PerairanTeluk Riau
(L.F) Royle di Pulau Burung Tanjungpinang. Jurusan
Kepulauan Seribu Jakarta. Program Manajemen Sumberdaya Perairan.
Studi Ilmu dan Teknologi Fakultas Ilmu Kelautan dan
Kelautan.Fakultas Perikanan dan Perikanan.Universitas Maritim Raja
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Ali Haji. Tanjungpinang
Bogor Pratama, R. R. 2013. Analisis Tingkat
Haris, A., dan Gosari, J. A. 2012.Studi Kepadatan dan Pola Sebaran
Kerapatan dan Penutupan Jenis Populasi Siput Laut Gonggong
Lamun di Kepulauan (Strombus cannarium) Di Perairan
Spermonde.Torani.Jurnal Ilmu Pesisir Pulau Dompak. Jurusan
Kelautan dan Perikanan. Vol. 22 Manajemen Sumberdaya Perairan.
(3) ISSN: 0853-4489 : Hal 256-162 Fakultas Ilmu Kelautan dan
Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antara Perikanan.Universitas Maritim Raja
Kerapatan dan Morfometrik Lamun Ali Haji. Tanjungpinang
Enhalus Acoroides Dengan Sambara , Z. R. 2014. Laju Penjalaran
Substrat dan Nutrien di Pulau Rhizoma Lamun yang
Sarapo Lompo Kabupaten Ditransplantasi Secara
Pangkep. Jurusan Ilmu Kelautan. . Multispesies di Pulau Borrang
Fakultas Ilmu Kelautan dan Lompo. Jurusan Ilmu Kelautan. .
Perairan. Universitas Hasanuddin. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Makassar Perairan. Universitas Hasanuddin.
Hendra. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Makassar
Biomassa Daun Lamun Satya, A. 2010.Pola Distribusi Akumulasi
Halophilaovalis, Syringodium Karbon Organik dan Bahan
isoetifolium dan Halodule uninervis Organik Dalam Sedimen Serta
pada Ekosistem Padang Lamun di Hubungannya Dengan Padatang
Perairan Barranglompo. Jurusan Tersuspensi Di Situ
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Cibuntu.Limnotek.17 (1). 71-84
Kelautan dan Perairan. Universitas Suryanti, Ain, C, Tishmawati, C. 2014.
Hasanuddin. Makassar Hubungan Kerapatan Lamun
Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 (Seagress) dengan Kelimpahan
TAHUN 2004. Baku Mutu Kualitas Syngnathidae di Pulau Panggang
Perairan untuk Biota. Kepulauan Seribu.Dipoenogoro
Kordi, M. G. H. 2011. Ekosistem Lamun Journal of Maquares. Vol 3 (4) :
(Seagress) Fungsi, Potensi dan Hal 147-153
Pengelolaan.PT. Rineka Cipta. Supriharyono, Ms. 2007. Konservasi
Jakarta Ekosistem Sumberdaya Hayati.
Mandasari, AR. M.2014. Hubungan Kondisi Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Padang Lamun Dengan Sampah Tuwo, A. 2011.Pengelolaan Ekowisata
Laut di Pulau Barranglompo. Pesisir dan Laut.Brilian
Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Internasional. Surabaya
Ilmu Kelautan dan Perairan. Wiranata, D. 2015. Kajian Kesesuaian
Universitas Hasanuddin. Makassar Kawasan Untuk Pengembangan
Manengkey.W.K.H. 2010.Kandungan Bahan Wisata Pantai Desa Sebong Pereh
Organik Pada Sedimen di Perairan Kecamatan Teluk Sebong
Teluk Bayat dan Sekitarnya.Jurnal Kabupaten Bintan Provinsi
Vol 6 (3). UNSTRAT:Manado Kepulauan Riau.
Nurhikmah.2013. Pengaruh Suhu dan Lama Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara
Penyimpanan Biji Terhadap Kelimpahan Fitoplankton dengan
Sintasan dan Pertumbuhan Bibit Parameter Fisika Kimia di Estuari
Lamun Enhalus Acoroides. Jurusan Sungai Brantas (Porong) Jawa
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Timur. Departemen Sumberdaya
Kelautan dan Perairan. Universitas Perairan. Fakultas Perikanan dan
Hasanuddin. Makassar Ilmu Kelautan.Institut Pertanian
Perdana, T. 2013. Kajian Kandungan Bahan Bogor. Bogor.
Organik Terhadap Kelimpahan

Anda mungkin juga menyukai