Nia Yulianti,niayulianti3794@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat produksi biomassa serta laju pertumbuhan daun
lamun jenis Enhalus acoroides yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Juli
2016 di perairan Kecamatan Teluk Sebong, Bintan. Metode penentuan sampling secara acak
dengan metode random sampling menggunakan software visual sampling plan. Penentuan
biomassa menggunakan metode pengeringan sedangkan laju pertumbuhan dengan metode
penandaan. Rata –rata pertumbuhan daun lamun dalam 30 hari sebesar 0,69 cm/hari sedangkan
pada laju pertumbuhan rata-rata harian sebesar 0,50cm/hari. Biomassa daun lamun Enhallus
acoroides pada pengambilan alami (awal) dengan rata-rata sebesar 254,8 gbk/m2, biomassa hari
ke-30 menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya sebesar 174,40 gbk/m2. Biomassa daun lamun
Enhallus acoroides tertinggi terjadi pada saat pengambilan awal (alami) dibandingkan pada hari
ke-30. Hasil analisis komponen utama pada pengukuran hari ke 30 anatara parameter perairan
dengan laju pertumbuhan menunjukkan bahwa parameter yang berhubungan erat dengan laju
pertumbuhan lamun diantaranya adalah fosfat, pH, suhu, salinitas, dan nitrat. Sedangkan parameter
yang berhubungan lemah diantaranya arus dan oksigen terlarut.
Kata kunci: Produksi Biomassa, Pertumbuhan daun, Enhalus acoroides, Teluk Sebong
PENDAHULUAN
METODE
A. Latar Belakang
Kabupaten Bintan merupakan salah A. Waktu dan Tempat Penelitian
satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau Penelitian ini dilaksanakan di
yang memiliki wilayah laut yang sangat luas Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten
yaitu 86.398,33 km2 atau 98,51% dari total Bintan. Penelitian inidilaksanakan pada
wilayah Kabupaten serta memiliki bulan Oktober 2015 sampai Juli 2016 yang
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat meliputi studi literatur, survei lokasi
potensial, salah satunya padang lamun. penelitian, pengambilan data lapangan,
Kabupaten Bintan terdiri dari 10 kecamatan, analisa sampel, pengolahan data, dan
satunya adalah Kecamatan Teluk Sebong. penyusunan laporan penelitian. Analisis
Secara administrasi Kecamatan Teluk laboratorium dilakukan di laboratorium
Sebong terdiri dari 7 yang salah satunya FIKP dan laboratorium BTKL Batam.Peta
Desa Sebong Pereh (DKP-2011). lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar
Desa Sebong Pereh mempunyai
keanekaragaman jenis lamun yang berfungsi
sebagai tempat mencari makanan, habitat,
dan pemijahan bagi hewan laut yang hidup
di padang lamun. Keberadaan hewan laut
tersebut bergantung pada kondisi padang
lamun. Jika ekosistem lamun dalam keadaan
baik, maka kehidupan hewan laut tersebut
akan optimal. Dalam hasil survey lapangan
di perairan Desa Sebong Pereh terdapat jenis
lamun yang dominan yaitu Enhalus
acoroides dan Thalassia Hemprichii.
Ekosistem padang lamun dikenal B. Prosedur Penelitian
dengan ekosistem yang memiliki
produktivitas yang tinggi. Laju produksi Metode yang digunakan dalam
ekosistem padang lamun diartikan sebagai penelitian ini adalah metode survei, yaitu
pertambahan biomassa lamun selang waktu metode penelitian yang tidak melakukan
tertentu dengan laju produksi perubahan terhadap variabel yang akan
(produktivitas). Produksi yang didapatkan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh
bisa lebih kecil dari produksi yang serta mencari keterangan secara faktual
sebenarnya karena tidak memperhitungkan tentang objek yang diteliti. Data yang
kehilangan serasah dan pengaruh grazing digunakan dalam penelitian adalah data
oleh hewan-hewan herbivora yang primer dan data sekunder. Data primer
memanfaatkan lamun sebagai makanan adalah data yang diperoleh secara langsung
(Azkab, 2000 dalam Hendra, 2011). dari objeknya. Data sekunder adalah data
Daun lamun merupakan bagian yang diperoleh dari pihak lain dan telah
yang lebih cepat mengalami pertumbuhan dilaporkan dalam bentuk publikasi.
dibandingkan dengan rhizoma. Namun Data primer yang dibutuhkan dalam
biomassa daun lamun umumnya lebih kecil penelitian ini adalah data yang meliputi data
di banding dengan bagian rhizoma. Maka kerapatan, pertumbuhan lamun, nilai
pengukuran biomassa daun lamun dapat produktivitas biomassa daun lamun, dan
dijadikan pendekatan dalam perkiraan data kondisi perairan. Data sekunder yang
produksi biomassa secara keseluruhan. digunakan dalam penelitian ini diperoleh
Melihat pentingnya keberadaan dan dibahas dengan menyertakanliteratur
jenis lamun tersebut pada perairan Desa pendukung berupa data pustaka ,penelitian
Sebong Pereh, maka perlu dilakukan terdahulu, buku, laporan ilmiah, jurnal, serta
penelitian tentang pertumbuhan dan sumber-sumber aktual lainnya.
produksi biomassa daun Enhalus acoroides
untuk mengetahui tingkat kesuburannya. Hal 1. Tahap Persiapan
inilah yang melatar belakangi peneliti untuk
mengkaji tentang produktivitas lamun untuk Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
melihat produktif atau tidaknya perairan meliputi konsultasi dengan dosen
Desa Sebong Pereh. pembimbing, survei awal lamun di lapangan,
penentuan lokasi yang akan dijadikan titik node. Sampel lamun (Enhalus acoroides)
lamun, pengumpulan referensi, dan yang telah ditandai kemudian dibiarkan.
persiapan peralatan penelitian.
Lamun yang ditandai sebanyak 1
2. Penentuan Titik Sampling tegakan untuk setiap titik sampling awal
pengamatan setelah menghitung kerapatan.
Penentuan titik sampling dilakukan Pertumbuhan daun lamun diamati setelah 30
dengan metode random sampling hari sejak penandaan daun lamun.
menggunakan software visual sampling Pertumbuhan daun lamun dihitung dengan
plan. Wilayah penelitian di bagi 30 titik menggunakan rumus (Hendra, 2011):
sepanjang perairan desa Sebong Pereh.
Kemudian dilakukan juga cross check P = P t – P0
dengan mengguanakan GPS, yang dilakukan P : Pertumbuhan panjang (cm)
di lapangan agar bias atau eror yang Pt : Panjang akhir daun (cm)
diperoleh menjadi lebih kecil. P0 : Panjang awal daun (cm)
Kerapatan (individu/m2)
Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan daun
lamun dan produksi biomassa daun lamun 50
Enhalus acoroides adalah Oneway analisis
of varians (one way anova). Data antara
0
pertumbuhan dan kondisi perairan dianalisis
T10
T11
T12
T13
T14
T15
T16
T17
T18
T19
T20
T21
T22
T23
T24
T25
T26
T27
T28
T29
T30
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
dengan Principal Component Analysis
(PCA) dan analisis linear berganda. Analisis Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
Komponen utama (PCA) dihitung dengan
Hasil pengukuran kerapatan lamun
menggunakan soft ware Minitab16. Data
diketahui bahwa kerapatan lamun jenis
nitrat dan pospat diperairan dihubungkan
Enhallus acoroides berkisar antara 4-80
dengan regresi linear sederhana dengan
tegakan/m2 dengan rata-rata kerapatan
pertumbuhan lamun sedangkan parameter
sebesar 29,4 tegakan/m2. Kerapatan terendah
fisika dan kimia lainnya dihubungkan
terdapat pada titik 19 sebanyak 4
dengan pertumbuhan lamun dengan regresi
tegakan/m2dan terbanyak terdapat pada titik
berganda menggunakan sofware Ms.Excel.
29 sebanyak 80 tegakan/m2.Menurut Haris
dan Gosari (2012) bahwa nilai kerapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 25 – 75ind/m2tergolong kedalam
kerapatan yang jarang. Dengan demikian
A. Deskripsi Desa Sebong Pereh dari hasil analisis diketahui bahwa nilai
kerapatan rata-rata lamun jenis Enhallus
Desa Sebong Pereh adalah salah satu acoroides tergolong jarang dengan rata-rata
desa di Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten kerapatan lamun sebesar 29,4 tegakan/m2.
Bintan dengan luas ± 30,80 km, berada Menurut Kiswara (2010) dalam
diketinggian 20 M di atas permukaan laut, Suryanti (2014) menemukan bahwa
dengan suhu berkisar 18 0C s/d 22 0C dan kerapatan tunas lamun per luasan area
curah hujan mencapai 1.220 mm/tahun tergantung pada jenisnya. Jenis lamun yang
dengan intensitas maksimum curah hujan mempunyai morfologi besar seperti Enhalus
selama 75 hari dalam setahun. Secara acoroides mempunyai kerapatan yang
administratif Desa Sebong Pereh memiliki rendah dibandingkan dengan jenis lamun
perbatasan sebagai berikut (DKP-2011): yang mempunyai morfologi kecil seperti
umumnya memiliki kerapatan yang tinggi.
Sebelah Utara :Laut Cina Selatan Selain itu, kerapatan yang rendah juga akibat
dari pengaruh aktivitas yang ada disekitar
Sebelah Selatan :Kuala Sempang& perairan desa Sebong Pereh yang ditumbuhi
Lancang Kuning lamun berupa aktivitas resort dan
Sebelah Barat :Kel.Tanjung Uban Utara pemukiman yang membuang sampah
& Selat Batam. organik maupun anorganik yang berlebihan
Sebelah Timur :Sebong Lagoi dan Kota kelingkungan laut serta akibat dari aktivitas
Baru penangkapan yang dilakukan. Seperti
diketahui bahwa aktivitas penangkapan biota
kerang-kerangan akan merusak lamun yaitu
B. Kerapatan Lamun Enhalus lamun akan terinjak-injak sehingga secara
acoroides di Desa Sebong Pereh tidak langsung juga akan mempengaruhi
kehidupan lamun.
Kerapatan lamun digambarkan dengan
satuan tegakan/m2 yaitu dengan menghitung C. Laju Pertumbuhan Enhalus
total tegakan jenis lamun Enhallus acoroides acoroides
dan membandingkan dengan luasan area
yang disampling. Berdasarkan hasil 1. Pertumbuhan Selama 30hari
pengukuran kerapatan lamun untuk semua Lamun Thalassia hemprichii
titik sampling dapat dilihat pada Gambar. Untuk lebih jelasnya grafik
pertumbuhan daun lamun bulanan dapat
dilihat pada Gambar
21.5 2. Pertumbuhan harian Lamun
3.50
Sedangkan kandungan fosfat pada
3.40
3.30
pengukuran mingguan rata-rata sebesar 0,07
3.20 mg/L mengalami peningkatan dengan rata-
3.10
rata sebesar 0,15 mg/L.
3.00
2.90
T1 T3 T5 T7 T9 T11 T13 T15 T17 T19 T21 T23 T25 T27 T29
D. Biomassa Jenis Lamun Enhalus
Titik sampling acoroides
Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
Biomassa merupakan hasil perhitungan
Dari Gambardiketahui bahwa hasil berat kering daun lamun Enhallus acoroides
laju pertumbuhan relatif Enhalus acoroides per satuan luas pengamatan (m2). Nilai rata-
terendah berada pada titik 16 yaitu 3,13 % rata biomassa lamun Enhalus acoroides
sedangkan pertumbuhan relatif tertinggi dapat dilihat pada Tabel
berada pada titik 19 yaitu 3,38 %. Terlihat Rata-rata
No. Jenis Pengambilan Biomassa
jelas bahwa nilai pertumbuhan relatif (gbk/m2)
tertinggi terjadi pada titik dengan laju 254,84
1 Biomassa alami
pertumbuhan yang tinggi pula.
174,4
2 Biomassa 30 hari
Sumber Data : Hasil Pengamatan Lapangan (2016)
Nitrat(mg/L)
3 Nitrat mg/L 1,060 1,630 0.008
4 Fosfat mg/L 0,070 0,120 0.015 1.500
Sumber data: Data Penelitian (2016) 1.000
hari ke 1
hari ke 30
0.500
a. Derajat Keasaman
0.000
Dari hasil pengukuran derajat 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
keasaman pada perairan Desa Sebong Pereh Titik Sampling
Fosfat(mg/L)
0.250
secara keseluruhan 7,79. Menurut KEPMEN 0.200
LH (2004) tentang baku mutu ir laut untuk 0.150 hari ke 1
0.100
biota laut memiliki kisaran derajat keasaman 0.050 hari ke 30
do fosfat
salinitas
0 suhu
nitrat 0
hingga bebatuan. pertumbuhan
-1 arus
. -2
Nitrrat (mg/L)
1.5
Diketahui bahwa parameter nutrien yaitu
Series1
nitrat dan fosfat menunjukkan hubungan 1
Linear (Series1)
yang positif sehingga sangat mendukung 0.5
Fosfat (mg/L)
0.2
Kimia 0.05
0
Hasil analisis pertumbuhan daun 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4
lamun Enhallus accoroides dengan Laju Pertumbuhan (cm)