Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“BOTANI BRYOPHYTA PADA KELAS ANTHOCEROTOPSIDA”

Diampu oleh : Syarifah Widya Ulfa, M.pd

Mata Kuliah : Botani Cryptogamae

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Mata
Kuliah Botani Crytogamae

Oleh :

Kelompok IV

Dwi Sekar Andini (0310193106)

Habibunnisa (0310193100)

Isnan Mujadi (0310192044)

Jenap Ritonga (0310193105)

Kurnia Rahayu Rambe (0310193091)

Syifa Ramadhani (0310193107)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI 3

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan ridha-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Botani Bryophyta Pada Kelas
Anthocerotopsida”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Ibu Syarifah Widya Ulfa,
M.pd selaku dosen Mata Kuliah Botani Crytogamae.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.


Saya berharap semoga pembahasan yang ada di dalama makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada di dalam makalah


ini. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya. Atas segala kekurangan dan
kesalahan yang ada dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Medan, 12 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4

A. Deskripsi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) ....................................... 4

B. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut (Bryophyta) ........................................ 5

C. Habitat Tumbuhan Lumut (Bryophyta)........................................... 7

D. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut (Bryophyta) ................................. 7

E. Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) ..................................... 9

F. Karakteristik Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) ........................... 13

G. Klasifikasi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) .............................. 14

H. Morfologi & Anatomi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) ............ 15

I. Reproduksi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) .............................. 17

J. Peranan & Manfaat Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) ................. 19

K. Integrasi Ayat Al-Qur’an ................................................................ 19

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 21

A. Kesimpulan ..................................................................................... 21

B. Saran................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati


yang berlimpah, dan salah satu diantaranya yang sangat melimpah adalah jenis
tumbuhan rendah yaitu, lumut (Bryophyta). Kelompok tanaman khas tanaman
darat hijau ini adalah salah satu tanaman berhabitat di tempat lembab, secara
berkelompok, dan sangat mudah dijumpai di sekitar lingkungan. Keanekaragaman
lumut sebagai salah satu keragaman hayati perlu diketahui untuk dipelajari ciri
khususnya di daerah tropis. Beranekaragam jenis lumut, menjadikan tumbuhan
tersebut dikelompokkan agar mudah untuk dikenal.

Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada


berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada
pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi
lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembapan, cahaya. Lumut yang hidup
seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau
tempat tersebut harus lembab dengan intesitas cahaya yang cukup (Ariyanti,
2008).

Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009).
Ada 24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut
membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab yang masuk ke dalam siklus
kehidupan tumbuhan tersebut.

Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti


lahan gambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga
keberadaan lumut sebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi
produktifitas, dekomposisi serta pertumbuhan di komunitas di hutan (Saw dan
Goffinet, 2000).

1
Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan
Bryophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas
tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies (Tjitro, 1983 : 88).

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan tumbuhan lumut (Bryophyta) ?

2. Bagaimana ciri-ciri dari tumbuhan lumut (Bryophyta) ?

3. Dimana sajakah habitat dari tumbuhan lumut (Bryophyta) ?

4. Bagaimana siklus hidup tumbuhan lumut (Bryophyta) ?

5. Bagaimana klasifikasi dari tumbuhan lumut (Bryophyta) ?

6. Apa karakteristik dari lumut tanduk/Anthocerotopsida ?

7. Bagaimana klasifikasi dari lumut tanduk/Anthocerotopsida ?

8. Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi dari lumut


tanduk/Anthocerotopsida ?

9. Bagaimana reproduksi dari lumut tanduk/Anthocerotopsida ?

10. Apa peranan serta manfaat lumut tanduk/Anthocerotopsida dalam


kehidupan sehari-hari ?

11. Apa saja Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan lumut


tanduk/Anthocerotopsida ?

2
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari tumbuhan lumut (Bryophyta)

2. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri dari tumbuhan lumut (Bryophyta)

3. Untuk mengetahui dimana habitat dari tumbuhan lumut (Bryophyta)

4. Untuk mengetahui bagaimana siklus hidup dari tumbuhan lumut


(Bryophyta)

5. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumbuhan lumut (Bryophyta)

6. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari lumut


tanduk/Anthocerotopsida

7. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumbuhan lumut


tanduk/Anthocerotopsida

8. Untuk mengetahui bagaimana bentuk morfologi dan anatomi dari lumut


tanduk/Anthocerotopsida

9. Untuk mengetahui reproduksi dari lumut tanduk/Anthocerotopsida

10. Untuk mengetahui peranan serta manfaat lumut tanduk/Anthocerotopsida


dalam kehidupan sehari-hari

11. Untuk mengetahui Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan lumut


tanduk/Anthocerotopsida

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, bryum yang berarti lumut dan
phyta artinya adalah tumbuhan. Kelompok tumbuhan nonvascular yang tidak
mempunyai pembuluh angkut yaitu xylem dan floem. Daun tumbuhan lumut
dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang
tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh sehingga lumut
dianggap sebagai tanaman yang hidup pertama darat, dan juga tanaman sejati
pertama.1

Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan yang jelas batasannya dan tidak
memiliki hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari kingdom plantae.
Sebagian besar Bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak
dengan bantuan lensa, sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm
tingginya atau panjangnya. Lumut ini terdapat pada pohon, batu, kayu dan di
tanah pada setiap bagian dunia dan hampir semua habitat kecuali di laut.
Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang lembab dan banyak sekali
dijumpai, khususnya di hutan-hutan tropis dan di tanah hutan di daerah iklim
sedang yang lembab. Meskipun menyukai habitat yang lembab, Bryophyta
merupakan tumbuhan darat, dan yang di air tawar hanya merupakan adaptasi
sekunder terhadap kehidupan air. Sifat ini tercermin dari kenyataan bahwa
Bryophyta air tetap mempertahankan sifat yang khas bagi tumbuhan darat, antara
lain sporanya mengandung kitin dan dipancarkan oleh angin.2

Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan


berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan
mempunyai organ reproduksi yaitu gametangium dan sporangium, selalu terdiri

1
Campbell, Et all, Biologi Jilid II, (Jakarta : Erlangga, 2012), h.179.
2
Loveless, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2, (Jakarta : Gramedia,
1989), h.57.

4
dari banyak sel dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang
menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu
lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat
tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik. Lumut dapat dibedakan dari
tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali polytrichales) tidak
mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu, lumut tidak
mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid
atau akar semu. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda.3

B. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Ukuran tumbuhan lumut relatif kecil dan jarang ada yang mencapai 15 cm,
bahkan ada yang tingginya hanya beberapa milimeter saja. Bentuk tubuhnya pipih
seperti pita dan ada pula seperti batang dengan daun-daun kecil. Tumbuh tegak
dengan mendatar pada substratnya dengan perantaraan rhizoid. Lumut memiliki 2
macam alat reproduksi, yaitu anteredium yang menghasilkan spermatozoid dan
arkegonium yang menghasilkan ovum.

Tangkai anteredium disebut anteridiofor, sedangkan tangkai arkegonium


disebut arkegoniofor. Berdasarkan letak alat kelaminnya (gametangia), lumut
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu lumut berumah satu, bila anteredium dan
arkegonium terletak pada satu individu, dan lumut berumah dua apabila
anteredium dan arkegonium terletak pada individu yang berlainan.4

3
Gembong, Tjitrosoepomo, “Taksonomi Tumbuhan”, (Yogyakarta : UGM Press, 2005), h.69.
4
Hasan & Ariyanti, Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
(Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), h.57.

5
Struktur tubuh tumbuhan lumut :

1. Batang

Apabila dilihat melintang akan tampak susunan sebagai berikut :

 Selapis sel kulit, beberapa diantaranya membentuk rhizoid epidermis

 Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel


parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam, belum
terdapat floem dan xylem

 Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan
berfungsi sebagai jaringan pengangkut

2. Daun

Tersusun atas satu lapis sel. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang dan
mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh
memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong.

3. Rhizoid

Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna,
membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya
dan menyerap garam-garam mineral

4. Sporofit

Sporofit terdiri atas bagian-bagiannya :

Vanigula Kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium

Seta Tangkai pada tumbuhan lumut

Apofisis Ujung seta yang membesar yang merupakan peralihan dari


tangkai dan sporangium

6
Sporangium Kotak spora

Kaliptra Tudung yang berasal dari arkegonium sebelah atas

5. Gametofit

Gametofit terdiri atas :

 Anteredium (sel kelamin jantan) yang menghasilkan sperma

 Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur.5

C. Habitat Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan terestrial yang hidup di lingkungan


yang lembab seperti pada tanah, pohon, batu, dinding dan celah-celah antar
bebatuan. Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (musci)
dapat bertahan hidup pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami
peremajaan jika air tersedia kembali.6

Beberapa tumbuhan lumut dapat hidup di tempat sekunder seperti


ditemukan hidup di perairan (Riella, natans Ricciocarpus, Riccia Fluitans) dan
beberapa yang lain ditemukan saprofit seperti lumut Buxbania dan lumut hati
Cryptothallus mirabilis.7

D. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi


heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit
dan sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah

5
Najmi Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta), (Jurusan Biologi : Fakultas MIPA IKIP PGRI Jember, 2009), h.47.
6
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta : UGM Press, 2005), h.75.
7
Bande Kumar, Botani Practical, (New Delhi India : Rastogi Publication, 2010), h.167.

7
gametofit, sementara sporofitnya secara permanen melekat dan tergantung pada
gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya mendapat makanan dari gametofit.

Siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan


berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul
gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan
menghasilkan organ sex (gametangium) yang disebut arkegonium (betina) yang
menghasilkan sel telur dan anteredium (jantan) yang menghasilkan sperma
berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya dilindungi
oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya.8

Gametangium jantan (anteredium) berbentuk bulat sedangkan betina


(arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut perut dan
bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan
pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman yang berbeda
(dioceous).

Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set
kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya
pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai
pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian
ujugnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah

8
Gradstein, Ecology of Bryophyta, (Bogor : Seameo Biotrop, 2003), h.95.

8
spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah
lengkap.9

E. Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Divisi tumbuhan lumut (Bryophyta) dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan


bentuknya, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida)
dan lumut daun (Musci).10

a. Lumut Hati (Hepaticopsida)

Tumbuhan ini merupakan suatu kecil yang biasanya atas tumbuhan


berukuran relatif kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu
bersifat multiseluler dan terlihat jelas tanpa bantuan mikroskop. Lumut hati
banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab.
Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini
menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan
kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju cormophyta. Seperti
halnya lumut daun, lumut hati mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk
menempel dan menyerap zat-zat makanan.11

Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada
hati. Berkembang biak secara generatif dengan Oogami, dan secara vegetatif
dengan fragmentasi tunas, dan kuncup eram. Lumut hati melekat pada substrat
dengan rhizoid uniseluler.12

9
Hasan dan Ariyanti, Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
(Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), h.60.
10
Campbell, et all, Biologi Jilid II, (Jakarta : Erlangga, 2012), h.652.
11
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 2, (Bandung : Angkasa, 1987), h.45.
12
Hasan dan Ariyanti, Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
(Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), h.63.

9
Berdasakan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Tubuh lumut hati menyerupai talus
(dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila
ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin
terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian terminal,
sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai
dan kapsul. Mekanisme merekahnya kapsul tidak menentu dan tidak beratur.13

Lumut hati hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh
yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang
xeromorf (alat penyimpan air). Lumut hati yang hidup sebagai epifit umumnya
menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.

b. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Nama untuk lumut ini berasal dari bahasa latin yaitu Anthoceros (tanduk)
dan Phyta (tumbuhan). Dinamakan demikian karena sporofit pada lumut tanduk
bentuknya seperti kapsul memanjang yang tumbuh menyerupai tanduk. Lumut ini
memiliki talus yang melebar mirip dengan lumut hati. Talus berupa lempengan
tipis berbentu bulat dengan tepi berambut atau bergerigi. Talus ini menempel di
tanah dengan bantuan rizoid.14

13
Loveless, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2, (Jakarta : Gramedia,
1989), h.59.
14
Budi Suhono, Ensikopedia Biologi Dunia Tumbuhan Lumut, (Jakarta : Lentera Abadi, 2012),
h.1.

10
Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Mempunyai gametofit
lumut hati, perbedaan nya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai
kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing-masing
kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan
lumut. Lumut tanduk hidup di tepi-tepi sungai atau danau dan sering kali
disepanjang selokan, dan di tepi jalan yang basah atau lembab. Salah satu kelas
dari lumut tanduk adalah Anthoceros Laevis.15

Perkembangan secara generatif dengan membentuk anteredium dan


arkegonium. Anteredium terkumpul pada satu lekukan sisi atau talus arkegonium
juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atau talus. Zigot mula-mula
membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus
membelah yang merupakan sporogonium diikuti oleh sel bagian bawah yang
membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap,
bila sporogonium masak maka akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan
jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan
kolumila ini diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora,
yang disebut arkespora. Kemudian tumbuhan lumut akan berkembang menjadi
tumbuhan lumut muda (protonema).16

c. Lumut Daun (Musci)

Lumut daun meliputi 12.000 spesies yang mempunyai daerah persebaran


yang sangat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang

15
Gembong, Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta : UGM Press, 2005), h.167.
16
Hasan dan Ariyanti, Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
(Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), h.69.

11
periodik mengalami masa kekeringan, bahkan pasir yang dapat bergerak pun
dapat tumbuh. Kebanyakan lumut daun suka pada tempat-tempat yang basah,
tetapi ada pula yang tumbuh di tempat-tempat yang kering.

Perbedaan yang jelas dibandingkan dengan lumut hati ialah adanya simetri
radial, yaitu daunnya tumbuh pada semua sisi sumbu utama. Daun-daun ini tidak
seperti yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya
mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral,
yang panjangnya dapat bervariasi. Rusuk tengahnya mengandung sel-sel
memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya mengandung sel-sel
memanjang yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara.

Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi masih berbentuk rhizoid, pada
suatu golongan yang khas dan penting yang dikenal sebagai lumut gambut atau
lumut rawa, daunnya tidak hanya khas karena tidak adanya rusuk tengah, tetapi
unik karena terdiri atas jaringan-jaringan sel kecil yang hidup yang memisahkan
sel-sel mati yang besar-besar yang tembus cahaya dan berlubang-lubang,
menghisap dan menahan air dengan efesiensi yang luar biasa, oleh karena itulah
besar kemampuan rawa-rawa untuk menahan air sebagian besar terbentuk oleh
tumbuh-tumbuhan seperti itu.17

Gametofit lumut daun membentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang
kecil, umumnya dalam kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun
yang mengelilinginya, dan terdapat pada tumbuhan yang sama (banci), atau lebih
sering pada dua individu (jantan dan betina) yang terpisah. Pembuahan kembali

17
Polunin, Pengantar Geografi Tumbuhan dan Ilmu Serumpun, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1990), h.164.

12
dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif, yang bila ada air berenang ke
sel telur yang terlindung baik. Badan yang terbentuk melalui peleburan seksual itu
berkembang menjadi sporofit, panjang dan sebuah kapsul yang sedikit banyak
bersifat rumit dan khas.18

F. Karakteristik Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

1. Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi beda pada sporofitnya

2. Bentuk tubuh lumut tanduk berupa lembaran yang ujungnya bercabang-


cabang menyerupai tanduk, sehingga disebut lumut tanduk

3. Gametofit berupa talus yang sederhana, yaitu berbentuk cakram dengan


tepi bertoreh, dosiventral, tidak ada rusuk tengan dan tidak ada
percabangan menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan perantara
rizoid

4. Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang berlekuk

5. Rizoid berada pada bagian ventral

6. Pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit

7. Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini masih berkerabat


paling dekat dengan tanaman berpembuluh dibanding kelas lain pada
tanaman lumut

8. Struktur anatomi talus (gametofitnya) homogen, tiap sel mengandung satu


kloroplas dengan satu pirenoid yang besar

9. Pada sisi ventral dari talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang
berbentuk ginjal

10. Sporogonium terdiri dari kaki dan kapsul (tanpa seta)19

18
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 2, (Bandung : Angkasa, 1987), h.49.
19
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta : UGM Press, 2011), h.187.

13
G. Klasifikasi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Anthocerotopsida terdiri dari satu bangsa, yaitu Anthocerothales.


Anthocerothales dibedakan menjadi dua suku yaitu, Anthocerotaceae dan
Notothylaceae.

1. Suku Anthocerotaceae mempunyai ciri :

 Sporogonium panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah


permukaan talus

 Bagian pangkal sporogonium diselubungi oleh involukrum

 Sel-sel dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stoma

 Didalam kapsul spora terdapat kolumela

 Suku ini terdiri 4 marga : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros dan


Dendroceros

Contoh Antheceros dan Phaeoceros

GAMBAR KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae

Divisi : Anthocerotophyta

Kelas : Anthocerotopsida

Ordo : Anthocerotales

Famili : Anthocerotaceae

Genus : Phaeocerus

Spesies : Phaeocerus Laevis (L)

14
Kingdom : Plantae

Divisi : Anthocerotophyta

Kelas : Anthocerotopsida

Ordo : Anthocerotales

Famili : Anthocerotaceae

Genus : Anthoceros

Spesies : Anthoceros Agrestis

2. Suku Notothylaceae mempunyai ciri sebagai berikut :

 Sporogonium pendek, tumbuh horizontal dan terdapat pada tepi


talus

 Dinding kapsul tidak ada sel-sel yang mengandung klroplas, tidak


ada stoma

 Pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum

 Ada jenis-jenis yang mempunyai kolumela tetapi ada juga yang


tidak memiliki kolumela

 Suku ini hanya terdiri satu marga yaitu, Notothylas

H. Morfologi & Anatomi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Struktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul


tumbuhan lumut suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh evolusi
konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril,
yaitu kolumela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga
yang berisi elater dan tetrad spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang
ke seluruh kapsul. Diluar ada zona sel steril yang terlindung oleh epidermis di
selingi oleh stomata yang sama pada stomata pada tumbuhan berpembulu. Adanya
15
kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan spropit matang hampir
seluruhnya tidak bergantung pada gematofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul
membelah menjadi dua katuk dan spora-spora di lepaskan.

Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas


daerah meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang
terdapat dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi,
selagi spora-spora menjadi masak dan di tunaskan dari bagian atas kapsul, maka
spora-spora baru terus menerus dihasilkan dibawahnya. Pada beberapa spesies,
kapsulnya terus tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gematofit masih
hidup.

Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukkan


dalam suku yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golongan lumut hati
lainnya, sporogonium Anthocerothales mempunyai susunan dalam yang lebih
rumit. Gematofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh,
biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya
masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu
pirenoid yang besar hingga mengingatkan kita pada kloroplas sel ganggang. Pada
sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal.
Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lender.

Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus,
demikian pula arkogeniumnya. Zigot mula-mula membela menjadi dua sel dengan
satu dinding pemisah melintang. Sel yang diatas terus membela-bela dan

16
merupakan sporogonium, yang bawah membela-bela merupakan kaki
sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya.

Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium).


Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-
15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya
terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang
dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang akan
menghasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga
menghasilkan sel-sl mandul yang dinamakan elatera.

Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada


sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-
turut sampai pada bagian bawahnya. Dinding sporogonium yang mempunyai
stomata dengan dua sel penutup dan selain itu sel-selnya mengandung kloroplas.

Anthocerothales hanya terdiri dari satu suku yaitu suku Anthocerotaceae,


yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus valvata.
Mempunyai gematofit lumut hati perbedaannya adalah terletak pada sporofit
lumut ini mempunya kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari
gematofit, masing-masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar
lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Contohnya lumut tanduk adalah
Anthoceros laevis.20

I. Reproduksi Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

20
Ibid, h.123.

17
Reproduksi pada lumut tanduk terjadi secara seksual dan aseksual :

1. Reproduksi secara seksual

Reproduksi secara seksual dengan menghasilkan sederet arkegonium dan


anteredium dekat permukaan atas gametofit. Sebagaimana halnya pada lumut hati
dan lumut daun, beberapa spesies lumut tanduk merupakan tumbuhan biseksual.
Anteredium Anthoceros bersifat unik, tunggal atau berkelompok tersembunyi
dalam suatu ruangan yang disebut ruang anteredium pada permukaan dorsal talus,
demikian pula dengan arkegonium, terbenam pada talus yang berdaging. Sporofit
tanduk secara nyata memiliki sejumlah stomata. Tidak mempunyai seta atau
tangkai dan tampak sebagai tanduk yang halus muncul melalui lapisan basal dari
kaki dekat permukaan talus.

Secara seksual, dengan membentuk anteredium dan arkegonium.


Anteredium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga
terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah
menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah
yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah
terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap, bila
sporogenium memasak makanan makanan pecah seperti buah polongan,
menghasilkan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang
dinamakan kolumila ini diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian
menghasilkan spora, yang disebut arkespora.

2. Reproduksi aseksual lumut tanduk dapat melalui beberapa cara yaitu :

a. Fragmentasi atau pemisahan lobus dari bagian utama talus. Sel-sel bagian
basal dari talus yang tua mati dan hancur, dan jika proses ini terjadi pada
talus yang bercabang, maka menyebabkan lobus dari talus tersebar saling
terpisah. Masing-masing lobus selanjutnya dapat tumbuh lagi menjadi
individu yang baru

b. Gemma atau kuncup, para ahli lumut pernah melaporkan adanya beberapa
spesies Anthoceros dapat menghasilkan gemma yang melekat pada tangkai

18
yang pendek pada permukaan atas dan sepanjang tepi talus, contohnya
seperti A. Glandulosus dan A. Formosae

c. Tuber/umbi, ada beberapa jenis lumut tanduk membentuk umbi kecil yang
mempunyai kemampuan untuk menjadi gametofit baru.21

J. Peranan & Manfaat Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)

Adapun peranan serta manfaat tumbuhan lumut tanduk (Anthocerotopsida)


dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

1. Penyubur tanah

2. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam ekositem sebagai penyedia


oksigen, penyimpan air dan sebagai penyerap polutan

3. Membantu tanaman yang lainnya untuk berkembang

4. Sebagai hortikultula

5. Menangkal hama dan serangga

6. Sebagai alternatif pengobatan

7. Sebagai pendekteksi mineral dalam tanah22

K. Integrasi Ayat Al-Qur’an

Salah satu jenis tumbuhan yang diciptakan Allah adalah lumut. Meskipun
tumbuhan lumut ini kecil wujudnya, tetapi sangat besar manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Allah SWT berfirman dalam Q.S.Az-Zumar : 21, yang
berbunyi :

21
Neni Hasnunidah, Buku Ajar Botani Tumbuhan Tingkat Rendah, (Lampung : Universitas
Lampung , 2007), h.126.
22
D.A. Pratiwi, Buku Penuntun Biologi SMA 1, (Jakarta : Erlangga, 2004), h.129.

19
ُ‫ج بِ ِۦه َز ْرعًا م ْخل َ ِلاًا أ َ ْل َٰ َٰنُ ۥه‬ ِ ‫سلَ َك ۥهُ يَ َٰنَ ِبي َع فِى ْٱْل َ ْر‬
ُ ‫ض ث ُ َّم يُ ْخ ِر‬ َ َ‫س َما ِٓء َما ٓ ًء ف‬ َ َ ‫ٱَّللَ أ‬
َّ ‫نز َل ِمنَ ٱل‬ َّ َّ‫أَلَ ْم ت َ َر أَن‬
َٰ َٰ
ِ َ‫صاَ ًّرا ث ُ َّم يَجْ عَلُ ۥهُ ُح َط ًما ۚ إِنَّ فِى ذَ ِلكَ لَ ِذك َْر َٰى ِْل ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْل َٰب‬ ْ ‫ث ُ َّم يَ ِهي ُج فَل َ َر َٰىهُ ُم‬

Artinya : “ Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah


menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi,
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-
macam warnanya. Lalu menjadi kering, lalu kamu melihat kekuning-kuningan,
kemudian dijadikan-nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal”. (QS. Az-Zumar : 21)

Ayat diatas berkaitan erat dengan manfaat lumut yang berperan penting
dalam kehidupan manusia, karena memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar.
Lumut bermanfaat untuk mengobati penyakit hepatitis khususnya spesies
Marchantia Polymorpha, dan lumut juga mempunyai manfaat untuk ornamen tata
ruang. Lumut tidak hanya berperan penting bagi manusia, tetapi bagi tanah dan
sungai begitu besar fungsinya yaitu untuk mengurangi erosi sungai dan mampu
menahan lapisan tanah di daerah dingin.23

23
Sumardi Isserep dan Nugroho Hartanto, Biologi Dasar, (Jakarta : Penebar Swadaya, 2004), h.42.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lumut merupakan tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai


jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon,
kayu mati, kayu lapuk, Serasah, tanah dan batuan. Klasifikasi lumut terbagi
menjadi 3 yaitu, lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida)
dan lumut daun (Bryopsida).

Lumut tanduk merupakan salah satu tumbuhan kecil, tidak berbunga,


pendek dan termasuk tanaman nonvaskular atau bisa di air atau di darat.
Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya. Bentuk tubuh lumut
tanduk berupa lembaran yang ujungnya bercabang-cabang menyerupai tanduk,
sehingga disebut lumut tanduk. Gametofitnya berbentuk talus yang sederhana.
Reproduksi lumut tanduk terjadi secara seksual dan aseksual. Lumut tanduk
biasanya tumbuh di daerah yang lembab dan teduh, seperti di daerah berhutan dan
di tepi sungai tetapi mereka dapat tumbuh dimana saja di iklim berawan yang
sejuk dan lembab.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


maupun materi dalam makalah ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca dan dari Ibu pengampu mata kuliah Botani Cryptogame ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2.


Jakarta : Gramedia.

Hasan dan Ariyanti. 2004. Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional


Gunung Gede Pangrango. Cibodas : Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung : Angkasa.

Campbell. 2012. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyta,


Thallophyta, Bryophyta, Pteridhophyta). Jurusan Biologi : Fakultas MIPA
IKIP PGRI Jember.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM


Press.

Polunin. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Ilmu Serumpun. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Gradstein. 2003. Ecology of Bryophyta. Bogor : Seameo Biotrop.

Kumar, Bande. 2010. Botani Practical. New Delhi India : Rastogi Publication.

Hasnunidah, Neni. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Tingkat Rendah. Lampung
: Universitas Lampung.

Suhono, Budi. 2012. Ensikopedia Biologi Dunia Tumbuhan Lumut. Jakarta :


Lentera Abadi.

Pratiwi, D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi SMA 1. Jakarta : Erlangga.

Isserep, Sumardi dan Nugroho Hartanto. 2004. Biologi Dasar. Jakarta : Penebar
Swadaya.

22

Anda mungkin juga menyukai