Anda di halaman 1dari 17

DIVISI BRYOPHYTA PADA KELAS BRYOPSIDA

Makalah Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Botani
Cryptogamae

Dosen Pengampu: Syarifah Widya Ulfah, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Namirah Yasmine Raudah (0310201014)

Handayani Siregar (0310201018)

Annisyah Putri Amalia Sipahutar (0310202036)

Sari Sekar Wangi (0310202042)

Elis Yana (0310202096)

Haiza (0310203097)

PRODI TADRIS BIOLOGI - 2

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Divisi
Bryophyta pada Kelas Bryopsida”. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Telaah Kurikulum Botani Cryptogamae.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan Ibu “Syarifah Widya Ulfah, M. Pd” yang telah
memberikan tugas kepada penulis demi menumbuh kembangkan wawasan dan pengetahuan
penulis.

Sebelumnya penulis memohon maaf apabila penulisan tugas ini jauh dari kata
sempurna. dan ini merupakan langkah yang baik demi kemajuan studi penulis. Oleh karena itu
penulis mengharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pada penulisan
tugas selanjutnya.

Penyusun Makalah

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian Bryopsida ............................................................................ 3

2.2 Karakteristik Bryopsida ........................................................................ 3

2.3 Habitat Bryopsida ................................................................................. 4

2.4 Reproduksi Bryopsida ........................................................................... 5

2.5 Siklus Hidup Bryopsida ........................................................................ 7

2.6 Klasifikasi Bryopsida ............................................................................ 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 13

3.2 Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas Bryopsida atau yang dikenal dengan lumut daun ± 12.000 jenis yang mempunyai
daerah agihan yang amat luas. Lumut daun dapat tumbuh diatas tanah-anah gundul yang
periodic mengalami masa kekeringan, bahkan diatas diatas pasir yang bergerakpun dapat
tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut ini dapat kita jumpai diantara rumput-rumput, diatas batu-
batu cadas, pada batang-batang dan pada cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang
didalam air.

Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka tubuhnya pun


memperlihatkan struktur yang bermacam-macam pula. Kebanyakan lumut daun suka pada
tempat-tempat yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh ditempat-tempat kering. Beberapa
jenis diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak mengalami
kekeringan sampai bertahun-tahun. Ditempat-tempat yang kering, lumut-lumut ini membentuk
badan-badan yang berupa bantalan, sadengkan yang hidup di tanah-tanah, hutan, membentuk
lapisan-lapisan seperti permadani. Dalam hutan-hutan di pengunungan daerah tropika batang-
batang dan cabang-cabang pohon-pohon penuh dengan lumut-lumut yang menempel, berupa
lapisan-lapisan yang terkadang-kadang agak tebal dank arena basahnya selalu menghancurkan
air. Hutan demikian, itulah yang disebu dengan hutan lumut, yang sering disebut juga dengan
hutan kabut, karena hutan itu hampir selalu diselimuti oleh kabut atau elfin forest.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian dari Bryopsida?
2. Bagaimana Karakteristik dari Bryopsida?
3. Bagaimana Habitat dari Bryopsida?
4. Bagaimana Reproduksi dari Bryopsida?
5. Bagaimana Siklus Hidup dari Bryopsida?
6. Bagaimana Struktur Klasifikasi dari Bryopsida?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Bryopsida.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Bryopsida.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Habitat Bryopsida.

1
Gembong Tjitrosoepomo. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 200

1
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Reproduksi Bryopsida.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Siklus Hidup Bryopsida.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Struktur Klasifikasi Bryopsida.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bryopsida

Bryopsida atau lumut daun juga disebut dengan lumut sejati atau sering juga kita dengar
dengan sebutan Musci. Bryopsida adalah anggota tumbuhan berspora yang termasuk dalam
divisi Bryophyta. Lumut ini disebut dengan lumut sejati karena bentuk tubuhnya seperti
tumbuhan kecil yang memiliki bagia akar (rizoid), batang dan daun. Bryopsida adalah kelas
terbesar diantara anggota Bryophyta lainnya dan paling tinggi tingkat perkembangannya
karena baik gemetofit maupun sporofitnya sudah mempunyai bagian-bagian yang lebih
kompleks. Lumut ini tidak melekat pada substratnya tetapi mempunyai rizoid yang melekat
pada tempat tumbuhnya (Immawati 2013:3).

Bryopsida adalah kelas yang terbesar di antara anggota Bryophyta lainnya dan paling
tinggi tingkat perkembangannya karena baik gametofit maupun sporofitnya sudah mempunyai
bagian-bagian yang lebih kompleks. Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya
berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi
vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk
lumut baru.

Bryopsida dikenal sebagai lumut daun atau lumut sejati, merupakan kelas terbesar dalam
Bryophyta. Hampir semua anggotanya mempunyai gametofit yang telah terdifesiasiasi
sehingga dapat dibedakan bentul-bentuknya seperti batang, cabang, dan daun. Sporofit
Bryopsida berumur panjang dan berwarna kecoklatan. Terdiri atas kaki yang berfungsi untuk
meyerap nutrient dari gametofit, dan kapsul yang disangga suatu tangkai yang disebut dengan
seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul oleh operculum (struktur semacam tutup pada
kapsul) membuka secara perlahan-lahan melalui satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut
peristom.2

2.2 Karakteristik Bryopsida


Bryopsida mempunyai karakteristik dimana akarnya belum berupa akar tetapi masih
berupa rhizoid. Kemudian fase domainnya adalah fase gametofit. Spora terdiri dari 2 lapisan,
yaitu endospora dan eksospora. Dan sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofisis, vaginula,

2
H. Siregar. 2010. Keanekaragaman Lumut (Bryophyta) di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Kabupaten
Simalungun Prov. Sumut. [Tesis]. Medan: USU. hal. 16

3
kolumela, dan kalipra. Sporofit bryopsida pada umumnya lebih kecil, berumur pendek dan
hidup tergantung pada gametofit. Reproduksi bryopsida dilakukan dengan cara vegetative dan
generative. Secara vegetative dilakukan dengan spora. Dan secara generative dengan
arkegonium yang menghasilkan ovum dan arteridium yang menghasilkan spermatozoid.

Gambar 1.1 Karakteristik Lumut Daun


Menurut anonim. (2014:2) menyatakan bahwa secara umum karacteristik bryopsida meliputi:

 Fase dominannya adalah fase gametofit.


 Akarnya belum berupa akar, masih berupa rhizoid.
 Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium yang menghasilkan
ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma.
 Mempunyai struktur seperti akar (rizoid) dan struktur seperti daun.
 Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup tergantung
pada gametofit.
 Tubuhnya mempunyai struktur yang mirip batang, daun, dan akar, tetapi
tidak mempunyai sel / jaringan dan fungsi seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
 Gametofit dibedakan dengan 2 tingkatan, yaitu protonema yang berbentuk benang dan
gametofora yang berupa tumbuhan lumut.
 Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom, dan kaliptra. spora
terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya pada tempat lembab.
 Mempunyai daun sederhana berbentuk pipih dan mengandung kloroplas.

2.3 Habitat Bryopsida

Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon,
di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Pada tempat yang sesuai, spora akan
berkecambah membentuk protonema. Protonema ini terdiri atas benang berwarna hijau,
fototrof, bercabang-cabang. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam tanah.

4
Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat berkembang
menjadi tumbuhan lumut. Alat kelamin Musci terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang
dan dikelilingi oleh daun paling atas. Pada Musci, kapsul sporanya memiliki kolumela yang
terletak di tengah dan dikelilingi oleh ruang yang berisi spora. Kolumela inilah yang berfungsi
sebagai pemberi makanan dan penyimpan air bagi spora yang baru terbentuk. Bagian atas yang
tetap menyelubungi kapsul spora disebut kaliptra dan bagian bawahnya sebagai sarung pada
pangkal seta yang disebut vaginula (Anonim, 2014:4).

Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan yang hidup
di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah lahan gambut dapat
menutupi tanah sampai beribu kilometer. Lumut ini hampir tidak pernah mengisap air dari
dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi tanah dari penguapan air yang terlalu besar.
Lumut daun merupakan tumbuhan yang berdiri tegak, kecil, dan letak daunnya tersusun teratur
mengelilingi tangkainya seperti spiral.

Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah membentuk protonema. Protonema ini
terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan mata
biasa karena mirip seperti hifa cendawan. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam
tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat
berkembang menjadi tumbuhan lumut.

2.4 Reproduksi Bryopsida

Gambar 1.2 Reproduksi Bryopsida


Secara umun reproduksi pada bryopsida terjadi secara asseksual dan seksual. Dimana
dilakukan dengan cara vegetatif dengan spora dan secar generatif dengan arkegonium yang
menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma. Sedangkan menurut
Immawati (2013:8-9) menyatakan bahwa perkembangbiakan Bryopsida attau lumut daun dapat

5
berlangsung secara vegatatif dan generative. Perkembangbiakan secara vegetatif berlangsung
dengan pembebasan spora dari kapsul, sebagai hasil dari sel induk spora secara meiosis yang
menghasilkan empat spora atau tetraspora. Jika sporogonium (sporofit) telah masak, kalipra
dan operculumnya lepas dan jatuh. Jika udara disekitarnya kering, gigi-gigi peristom akan
menggulung keluar sehingga spora dapat keluar, dan akan diterbangkan oleh angin, jika spora
jatuh ditempat yang sesuai, spora akan tumbuh menjadi protonema yang berbentuk seperti
benang. Dan perkembangbiakan secara generatif berlangsung melalui pembuahan sel telur oleh
zigot. Pembuahan ini terjadi karena adanya kemotasis (gaya tarik kimia) pada medium air.
Zigot akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk embrio yang akan tumbuh menjadi
sporogonium (badan penghasil spora) atau sporofit (tumbuhan penghasil spora). Jadi, sporofit
merupakan tumbuhan generatif.
Menurut anonim (2014:9) menyatakan bahwa, Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya
terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun
yang letaknya paling atas. Ada lumut daun yang bersifat banci atau berumah satu, yaitu jika
terdapat arterium dan arkonium, sedangkan yang bersifat berumah dua jika kumpulan
anteridium dan arkegonium terpisah tempatnya. Apabila anteridium ini sudah masak, maka
akan membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-sel dinding yang letaknya di ujung
menjadi berlendir dan mengembang sehingga kutikulanya pecah. Hal tersebut juga terjadi pada
arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada arkegonium, tepi bagian
dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan berbentuk seperti corong. Apabila ada
hujan, air ini sangat membantu spermatozoid menuju sel telur, dan sel telur ini menghasilkan
sakarose untuk menarik spermatozoid dan gerakannya disebut sebagai gerak kemotaksis.
Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot, selanjutnya akan berkembang menjadi embrio
kemudian berkembang menjadi sporofit.
Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah membentuk protonema. Protonema ini
terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan mata
biasa karena mirip seperti hifa cendawan. Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam
tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk kuncup yang dapat
berkembang menjadi tumbuhan lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan-
tonjolan ke samping pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan terjadi sel
berbentuk piramida yang meristematik. Jika sel piramida terputus, akan tumbuh anakan baru
dari sel tersebut. Terbentuknya banyak kuncup menyebabkan tumbuhan lumut tersusun seperti
rumpun. Alat kelamin Musci terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang dan dikelilingi
oleh daun paling atas. Ada yang berumah satu dan ada yang berumah dua. Pada Musci, kapsul
6
sporanya memiliki kolumela yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh ruang yang berisi
spora. Pada sporogonium muda, ruang sporanya diselimuti oleh jaringan asimilasi dan dibatasi
oleh epidermis dari udara luar. Kolumela inilah yang berfungsi sebagai pemberi makanan dan
penyimpan air bagi spora yang baru terbentuk. Di bawah kapsul spora terdapat mulut kulit.
Susunan kapsul yang telah masak sangat khusus. Hal ini ditandai dengan mudahnya kapsul
pecah sehingga spora terhambur keluar. Dengan bantuan seta, kapsul dapat terangkat sehingga
spora yang terhambur mudah tertiup angin. Perkembangan embrio lebih cepat dari
perkembangan dinding sel arkegonium sehingga embrio bertambah panjang dan menyebabkan
robeknya dinding arkegonium. Bagian atas yang tetap menyelubungi kapsul spora disebut
kaliptra dan bagian bawahnya sebagai sarung pada pangkal seta yang disebut vaginula.
2.5 Siklus Hidup Bryopsida

Gambar 1.3 Siklus Hidup Bryopsida

Siklus hidup lumut berbeda dengan siklus hidup tumbuhan yang lain karena siklus hidup
lumut didominasi oleh gametofit. Gametofit menghasilkan organ kelamin jantan atau
anteredium dan organ kelamin betina atau arkegonium. Apabila anteredium dan arkegonium
dihasilkan oleh satu gametofit (satu individu lumut) maka jenis tersebut disebut lumut berumah
satu atau homotalus, sedangkan apabila keduanya dihasilkan oleh gametofit yang berbeda
maka jenis tersebut disebut lumut berumah dua atau heterotalus.

Sebagian besar spesies lumut daun bersifat heterotalus. Gametofit jantan membentuk
anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium. Sperma dari anteredium dengan
perantaraan air berenang menuju sel telur di dalam arkegonium kemudian terjadi pembuahan

7
yang menghasilkan zigot. Zigot yang bersifat diploid kemudian akan mengalami mitosis dan
bekembang menjadi sporofit embrionik di dalam arkegonium. Pada ujung batang sporofit yang
memanjang terdapat sporangium, yaitu kapsul tempat spora haploid berkembang. Sporangium
juga berfungsi sebagai tempat terjadinya pembelahan mitosis. Setelah masak, kapsul spora
pecah dan spora terpencar keluar. Spora-spora tersebut apabila menemukan tempat yang
memiliki kelembaban yang sesuai akan berkecambah membentuk protonemata (jamak dari
protonema) kecil yang berwarna hijau.

Protonemata haploid tersebut terus tumbuh dan berdiferensiasi sehingga membentuk


gametofit. Gametofit dewasa akan membentuk gamet-gamet yang akan berkembang dan
kembali menjalani siklus serupa. Perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina membentuk
spora merupakan perkembangbiakan secara seksual (generatif). Selain melalui
perkembangbiakan generatif, lumut juga berkembang biak secara vegetatif. Bagian gametofit
lumut yang patah dan terbawa angin atau burung yang mencari bahan sarang bisa tumbuh
apabila jatuh di tempat-tempat yang lembab.

Beberapa jenis lumut juga sangat mudah membentuk tunas-tunas atau gemma. Gemma
merupakan tubuh bersel satu atau banyak. Seringkali, menguncup dari jaringan generatif
khusus pada batang, daun, rizoid, atau protenema. Gemma dapat secara efektif memberikan
persebaran dalam waktu singkat. Contohnya terdapat pada Calymperes erosumdan Marchantia
polymorpha. Jenis yang pertama tersebut adalah anggota lumut daun yang mempunyai
gemifereous leaf pada bagian ujung daunnya, sedangkan jenis yang satunya merupakan lumut
hati yang mempunyai gemma cup pada permukaan talusnya.

2.6 Klasifikasi Bryopsida

Menurut Tjitrosoepomo (1989: 207), Bryopsida dibedakan dalam tiga bangsa yaitu:3

A. Bangsa Andreaeales
Pada bangsa Andraeles terdapat satu suku, yaitu suku Andreaeceae, dengan satu marga
Andreaea. Protonema membentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula-
mula diselubungi oleh kalipra yang bentuknya seperti kopyah bayi. Jika suda masak
akan pecah dengan 4 kutup-kutup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen.
Contoh-contoh Andreaea petrophila, Andreaea rupestris.

3
Ibid, Gembong Tjitrosoepomo. 1989. hal. 207

8
Gambar 1.4 Andeaea petrophila

Secara sistematis klasifikasi Adreaeaceae petrophila adalah sebagai berikut:

 Divisi : Bryophyta
 Classis : Musci
 Ordo : Andreaeales
 Famili : Andreaeaceae
 Genus : Andreaea
 Species : Andreaea petrophila
B. Bangsa Sphagnales
Bangsa ini terdiri dari satu suku Sphagnales dan satu marga sphagnum. Marga ini
meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup ditempat-tempat yang
berawa-rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun
tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan
berubah menjadi gambut. Protonema tidak membentuk benang, melainkan merupakan
suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis
sel saja. batangnya banyak bercabang-cabang, cabang-cabang yang muda tumbuh tegak
dan dan membentuk roset pada ujungnya. Daun daun yang sudah tua terkuai dan
menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang dibawah puncak tumbuh sama
cepat dengan induk batang. sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang
menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit lebih sedikit, maka cabang-cabang
akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah. Contoh dari Bangsa Sphagnales
adalah Sphagnum fimbriatum, Sphagnum squarrosum dan Sphagnum acitifolium4.

4
Ibid, hal. 209-2010

9
Gambar 1.5 Sphagum squarrosum

Secara sistematis klasifikasi pada Sphagnum squarrosum yaitu:

 Divisi : Bryophyta
 Classis : Bryopsida
 Ordo : Sphagnales
 Famili : Sohanganacea
 Genus : Sphagnum
 Species : Sphagnum squarrosum
C. Bangsa Brayales
Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul
sopranya telah mencapai diferensiasi yang paling mendalam. Sporogoniumnya
mempunyai suatu tangkai yang elasstis, yang dinamakan seta. Tangkai dengan kaki
sporogoniumnya tertanam dalam jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai
terdapat kapsul sporanya yang bersifat radial atau dorsiventral dan mula-mula
diselubungi oleh kalipra5.
Berdasarkan cara pertumbuhannya Bryales dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Bryales yang tumbuh secara ortotro.
2) Bryales yang tumbuh secara plagiotrop.
Sedangkan berdasarkan sifat-sifat peristomnya, Bryales dibedakan atas:
1. Arthropdonteae
Dimana mempunyai gigi peristomnya tipis seperti selaput berasal dari satu lapis sel
sporogonium. Gigi-gigi tersebut mempunyai garis-garis melintang dan bersendi.

5
Ibid, hal. 214-216

10
Arthropdontae dibedakan dalam dua kelompok, yaitu Eubryales acrocarpi dan
Eubrayales pleurocarpi. Dalam Eubryales acrocarpi termasuk antara lain suku
Rhizogoniaecae, termasuk jenis-jenis lumut yang heterogen dengan perkembangan
yang berbeda-beda, seringkali asimetrik, kapsul sporategak dan simetris, contoh, marga
Rhizogonium. Suku Funariaceae: Funaria hygrimetrica.
Dalam kelompok Eubryales pleurocarpi termasuk antara lain suku Hypnodendraceae,
habitusnya seperti pohon kecil, batang primer merayap seperti rimpang, bantang –batang
sekunder berkayu. Kapsul spora agak besar agak besar, contohnya Hypnodendron
reinwardtii, Hypnodendron junghuhnii, Mniodendron divaricatum, Funaria hygromerica.

Gambar 1.6 Funaria hygromerica

Secara sistematis klasifikasi pada Funaria hygromerica yaitu:

 Divisi : Bryophyta
 Classis : Bryopsida
 Ordo : Funariales
 Famili : Funariacea
 Genus : Funaria
 Species : Funara hygrimatica
2. Nematodonteae
Gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Didalamnya tergolong
suku Polytrihaceae, lumut yang umurnya lebih dari setahun, daun sempit, pada sisi
perut tulang daun dan seringkali terdapat lamella yang mebujur. Kapsul spora tegak
atau mendatar. Pristom terdiri atas 32-64. Dari sudut letak sporogoniumnya termasuk
bersifat akrokarp. Dalam suku ini termasuk juga Polytrichum commune, Georgia
pellucid.
Menurut Tjitrosoepomo, sebagaimana seharusnya bahwa lumut diklasifiksikan
menurut sistem filogenik masih belum diketahui secara pasti. Jika membuat tinjauan
11
mengenai lumut secara keseluruhan, maka yang pantas kiat perhatikanlah pergiliran
keturunan yang spesifik. Dugaan lain menyatakan bahwa kelompok lumut daun
(Musci) yang lebih tua dan karena reduksi daun-daunnya serta memipih batang sampai
membentuk seperti lembaran lembaran hepaticae.6

6
Ibid, hal. 216

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Bryopsida atau lumut daun juga disebut dengan lumut sejati atau sering juga kita dengar
dengan sebuan Musci. Bryopsida adalah anggota tumbuhan berspora yang termasuk
dalam divisi Bryophyta.
2) Bryopsida mempunyai karakteristik dimana akarnya belum berupa akar tetapi masih
berupa rhizoid. Kemudian fase domainnya adalah fase gametofit. Spora terdiri dari 2
lapisan, yaitu endospora dan eksospora. Dan sporofitnya terdiri dari bagian seta,
apofisis, vaginula, kolumela, dan kalipra.
3) Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang
pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air. Pada tempat yang sesuai,
spora akan berkecambah membentuk protonema.
4) Secara umun reproduksi pada bryopsida terjadi secara asseksual dan seksual. Dimana
dilakukan dengan cara vegetatif dengan spora dan secar generatif dengan arkegonium
yang menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma.
5) Sebagian besar spesies lumut daun bersifat heterotalus. Gametofit jantan membentuk
anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium.
6) Bryopsida dibedakan dalam tiga bangsa yaitu: bangsa Andreaeales, kelas Sphagnales,
kelas Brayales.
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan & Kekayaan Alam (PHKA). Jakarta. Departemen Kehutanan Republik
Indonesia.

Fanani, Mirza, Budi Afriyansyah, dan Ida Haerida. 2019. Keanekaragaman Jenis Lumut
(Bryophyta) pada berbagai Substrat Di Bukit Muntai Kabupaten Bangka Selatan.
Ekonomia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, Vol.8(2), 43-
47

Siregar, H. 2010. Keanekaragaman Lumut (Bryophyta) di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. [Tesis]. Medan: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pterydophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

14

Anda mungkin juga menyukai