Spora Pollen
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Kelompok :3
Prodi : Teknik Geologi
Fakultas : Teknologi Mineral
Mengetahui,
Penulis
Kelompok 3
ii
KATA PENGANTAR
Penulis,
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................... 1
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 25
3.2. Saran .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
Kuliah Biostratigrafi 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam litologi dari
yang tua hingga muda. Biostratigrafi merupakan ilmu dari cabang stratigrafi, yang
berguna untuk menentukan dan pembagian stratigrafi berdasarkan kandungan
fosil yang ada.
Spora dan pollen merupakan salah satu fosil yang dapat digunakan untuk
menentukan pembagian dari setiap zonasi, sehingga materi ini sangat penting
untuk dipelajari dalam Biostratigrafi
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 7
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 8
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Secara biologi mengandung sel betina dan jantan yang bentuk lebih besar
adalah sel tabung yang ditutupi oleh dinding polen massif yang terdiri dari
lapisan :
Fungsi spora ini adalah untuk menyebarkan dan menumbuhkan calon tanaman
dan juga untuk melindungi selama polen dan spora tertransport dan sebelum
pembiakan.
Morfologi Polen
Bila butiran polen terlepas maka sel hidupnya dilingkupi oleh dinding dalam
dari Sellulose dan dikenal sebagai Intine, dan dinding luarnya disebut
Sporopollenin. Exine mengandung aperture terdiri dari Colpus dan Pori.
Bentuk
Exine sering terdiri dari lapisan dasar dalam, beberapa Columelae, dan suatu
bagian teratas luar atau Techtum. Kenampakan perkukaan exine :
Resticulate (jaringan)
Striate (alur-alur)
Rugulate (permukaan otak)
Morfologi Spora
Ornamentasi
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 9
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Bila melewati danau, maka arus angina menurun, sehingga pollen jatuh
mencapai danau merendah seperti gerakan Ct.
Sedangkan Jacobson dan Bradshaw (1981) menyatakan model yang lebih
lengkap termasuk Cw yaitu aliran permukaan dan Cg yaitu suatu komponen
gravitasi dan pollen jatuh secara langsung pada lokasi pengendapan.
2.1.5 Klasifikasi
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 10
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 11
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 12
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 13
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 14
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
a. Chordasporites
b. Ovalipollis
Pollen “non saccate”, contoh genus:
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 15
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
6. ZAMAN JURA
Selain flora yang telah ada sejak zaman Trias semakin berkembang,
juga kelompok Gymnospermae semakin meluas, sedangkan kelompok
Pterydophyta juga semakin bertambah banyak. Zaman ini dibagi ke
dalam “stage”:
a. LIAS, hutan mendominasi daratan, jenis pepohonan didominasi oleh
Araucariaceae, Taxodiaceae dan Podophytae.
b. DOGGER, kelompok Gymnospermae tetap dominan, sedang
Pterydophyta berkembang sangat luas, termasuk family Gleicheniaceae,
Osmodaceae dan Cyatheaceae.
c. MALM, perkembangan flora terus berlanjut, juga munculnya family
Taxaceae.
7. ZAMAN KAPUR
Kehidupan flora berlanjut perkembangannya, kelompok Pterydophytae
menyebar meluas. Dibagi kedalam “stage”:
a. Barremian : jenis Ephedripites dan Gnetaceae sering dijumpai
b. Aptian – Albian : Kelompok Angiospermae, mulai muncul
c. Turonian : Kelompok Angiospermae berkembang meluas.
Sejak “stage” Albian, perkembangan flora Nampak berbeda, hal ini
ditunjukkan dengan:
a. Daratan Euroamerica: pollen jenis “bisaccate” lebih dari 10%.
b. Daratan Afroamerica: pollen “bisaccate” hanya 0,5%, sedangkan
“saccate inaperture” menjadi dominan.
c. Daratan Siberopasifik: terdapat flora kutub.
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 16
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 17
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 18
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 19
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 20
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 21
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 22
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 23
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 24
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Gambar 10. Sebaran Pollen pada Kapur – Tersier (Data dari Couper, 1964)
(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 25
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 26
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
FAD dari
Desa Florschuetzia
NN2-NN3 Kerek Klampisan, levipoli yang
Jawa Timur juga di Formasi
Batuasih atas
P20-P21 C. dorogenensis Kujung dan
Rembang
P18-P22 M. naharkotensis Ngimbang
Proxaperites
P14-P17 operculatus dan
Proxaperites cursus
Sungai
Nanggulan
Watupuru
Cicatricosisporites
P14-P19
eocenicus
Muda
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 27
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Tjipto Rahardjo., drr. (1990) menyusun Zonasi Palynologi, terdapat 8 zona, sejak
Eosen hingga Kuarter, sbb:
Tabel 2.2 Zonasi Palinologi pada Eosen – Kuarter (Tjipto Rahardjo, 1990)
FAD dari
Proxaperites
P14-P17 Meyeripollis
operculatus
naharkotensis
Muda
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 28
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 29
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
Setelah mengetahui nama spesies secara deskriptif dan genetis, selanjutnya dapat
dilakukan penentuan lingkungan pengendapannya. Dengan catatan bahwa pollen
berumur setelah Pleistosen menggunakan nama genetis saja.
Di Indonesia, Hermeraat (1968) membuat zonasi pollen berdasarkan atas data
pemboran dari sedimen mangrove di Kalimantan Timur.
Hasilnya, untuk Masa Kenozoikum, pada Kala Eosen hingga Oligosen Akhir,
berupa zona Florschuetzia trilobata. Pada Kala Miosen Awal hingga Akhir,
berupa zona Florschuetzia levipoli, sedangkan Pliosen Awal hingga zaman
Kuarter hingga sekarang, berupa zona Florschuetzia meridionalis.
Bagaimana dengan zonasi pollen diluar negeri? Ternyata baik di Amerika Serikat,
Afrika dan sekitar zona Pantropikal, ternyata masing masing spesies memiliki
kisaran hidup yang berbeda beda. Misalnya spesies Florschuetzia trilobata,
berumur Miosen Tengah di Asia Tenggara, seumur dengan Stenochlaenidites
papuanus, punah di Indonesia Barat pada Miosen, namun baru berkembang di
Indonesia Timur (batas garis Wallacea) hingga Filipina (Morley, 1978).
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 30
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pollen dan Spora merupakan fosil yang terdapat dari tumbuhan. Hal
tersebut sangat berguna untuk menentukan biozonasi, lingkungan pengendapan
dan lain lainnya. Polen dan spora memiliki ciri khas tertentu pada setiap zaman.
Sehingga kita dapat membedakan zaman berdasarkan kandungan dari spora dan
polennya. Dalam biostratigrafi spora dan polen membatu dalam penentuan umur
juga lingkungan pegendapan hal tersebut dikarenakan penyebaran dari spora dan
polen yang luas dan jumlahnya yang banyak. Sehingga dapat dilakukan korelasi
dari setiap zona dengan zona yang laian berdasarkan keterdapatan spora dan
polen.
3.2. Saran
Saran yang ditujukan untuk laboratorium yaitu :
Sebaiknya memberikan buku/softfile sebagai panduan tugas. Agar
topiknya sesuai dengan pembahasan.
Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 31
Kelas :A
DAFTAR PUSTAKA