Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN BIOSTRATIGRAFI

Spora Pollen

Disusun Oleh :

 Wildan Akbar (111.140.028)


 Yordan Irsyadie (111.140.044)
 I Made Oki Sanjaya (111.140.050)
 Wahyu Setyo N (111.140.051)
 Muhammad Yedi (111.140.053)
 Muhammad Gandhi (111.140.057)
 Flandy Turangan (111.140.060)
 Dian Indra K. (111.140.062)
 M.R. Ramdhani (111.140.099)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Biostatigrafi mengenai Spora dan Pollen


Sleman, 2 Oktober 2016

Disusun Oleh :
Kelompok :3
Prodi : Teknik Geologi
Fakultas : Teknologi Mineral

Mengetahui,
Penulis

Kelompok 3

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah praktikan ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena hanya dengan rahmat dan bimbingan-Nya praktikan dapat
menyelesaikan Laporan Biostratigrafi mengenai spora dan Pollen tepat pada
waktunya sehingga dapat mengikuti acara praktikum berikutnya.

Ucapan terimakasih praktikan sampaikan juga kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyusunan Laporan Biostratigrafi mengenai spora dan
Pollen ini seperti :

1. Bapak Dosen Pengampu mata kuliah Biostratigrafi


2. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tugas ini bertujugan untuk mengetahui mengenai zonasi dari spora dan
pollen.

Penyusun menyadari bahwa Tugas ini jauh dari kesempurnaan. Oleh


karena itu, penulis sebagai praktikan dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan maupun penyempurnaan Tugas ini.
Semoga Tugas ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak umumnya dan
praktikan pada khususnya. Terimakasih.

Yogyakarta, 2 Oktober 2016

Penulis,

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pendahuluan mengenai Spora dan Polen ...................................... 2

2.1.1 Material Organik Asal Tumbuhan ......................................... 2

2.1.2 Struktur Dinding dan Komposisi Polen dan Spora ................ 3

2.1.3 Jenis-jenis Spora dan Polen .................................................. 3

2.1.4 Penyebaran Polen .................................................................. 4

2.1.5 Klasifikasi .............................................................................. 4

2.2 perkembangbiakan Spora dan Polen ............................................. 6

2.3 Perkembangan dan Kegunaan Pollen .......................................... 7

2.4 Perkembangan Pollen dan Spora dari Waktu ke Waktu ................ 7

2.5 Umur (zona palinologi) .................................................................. 11

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan.................................................................................... 25
3.2. Saran .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Katagori Taksa ............................................................................... 5

Gambar 2. Istilah Penggambaran Spora dan Pollen ......................................... 6

Gambar 3. Sebaran Kelompok Paliniorps ........................................................ 11

Gambar 4. Polen dan Spora Paleosen .............................................................. 13

Gambar 5. Spora dan Pollen Kala Eosen Tengah ........................................... 14

Gambar 6. Spora Pollen Kala Oligosen ........................................................... 15

Gambar 7. Zona dan Markernya pada Zaman Devon ...................................... 16

Gambar 8. Stratigrafi pada Trias ..................................................................... 17

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Polen dari Tua ke Muda di Jawa ...................................................... 21

Tabel 2.2. Zonasi Palinoligi pada Eosen ............................................................ 22

vi
Kuliah Biostratigrafi 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam litologi dari
yang tua hingga muda. Biostratigrafi merupakan ilmu dari cabang stratigrafi, yang
berguna untuk menentukan dan pembagian stratigrafi berdasarkan kandungan
fosil yang ada.
Spora dan pollen merupakan salah satu fosil yang dapat digunakan untuk
menentukan pembagian dari setiap zonasi, sehingga materi ini sangat penting
untuk dipelajari dalam Biostratigrafi

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini :
1. Apa pengertian dari Spora dan Pollen (Palinologi)?
2. Bagaimana Perkembangan dari Spora dan Pollen dari setiap waktu
kewaktu?
3. Bagaimana penamaan zonasi dan Marker Spesiesnya?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dan tujuan dari mempelajari Zonasi Sporan dan Pollen :
1. Mengetahui Pengertian dan konsep dasar Spora Pollen
2. Mengetahui Perkembangan dari Spora dan Pollen
3. Mengetahui Penamaan Zonasi dan marker Spesiesnya

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 7
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan mengenai Spora dan Pollen


Pollen adalah serbuk yang dihasilkan oleh bunga (kelompok
Angiospermae) yang terdiri dari butiran pollen, namun kelompok Gymnospermae
juga menghasilkan pollen. Dalam pemfosilannya, butiran dinding pollen
tersimpan sebagai fosil yang dikenal sebagai palynomorf. Fosil ini
keterdapatannya melimpah di dalam lignit dan gambut serta sering ditemukan
dalam batuan sedimen berukuran butir sangat halus ( lempung dan lumpur) karena
terdapat banyak unsur organik. Ilmu yang mempelajari pollen ini sering disebut
dengan Palinologi ( Hyde dan Williams, 1944)
2.1.1 Material Organik Asal Tumbuhan

Dalam tubuh tanaman terkandung zat penyusun berupa


a. Polisakarida
 Selulosa
 Oksiselulosa
b. Lignin (kayu)
c. Kutin
d. Exine dibagi menjadi 2 yaitu:
 Sporonine
 Sporopolennine

Pada sporopolenine inilah terdapat pollen yang sifatnya:


 Lebih resisten terhadap dekomposisi daripada bagian tanaman
 Ukuran diameter kurang dari 200 mikron sehingga mudah tertranspor
oleh media
 Terendapkan diatas dasar gelombang laut ataupun lingkungan darat
seperti rawa.
 Pollen dan Spora di Produksi secara besar
 Bentuk yang khas sehingga mudah dibedakan dengan genus/family lain

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 8
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

2.1.2 Struktur dinding dan Komposisi Polen dan spora

Secara biologi mengandung sel betina dan jantan yang bentuk lebih besar
adalah sel tabung yang ditutupi oleh dinding polen massif yang terdiri dari
lapisan :

 Lapisan terluar disebut Exine (Fritzsche, 1837)


 Lapisan dalam disebut Intine
2.1.3 Jenis-jenis Spora dan Pollen

Fungsi spora ini adalah untuk menyebarkan dan menumbuhkan calon tanaman
dan juga untuk melindungi selama polen dan spora tertransport dan sebelum
pembiakan.

Morfologi Polen

Bila butiran polen terlepas maka sel hidupnya dilingkupi oleh dinding dalam
dari Sellulose dan dikenal sebagai Intine, dan dinding luarnya disebut
Sporopollenin. Exine mengandung aperture terdiri dari Colpus dan Pori.

Bentuk

Exine sering terdiri dari lapisan dasar dalam, beberapa Columelae, dan suatu
bagian teratas luar atau Techtum. Kenampakan perkukaan exine :

 Resticulate (jaringan)
 Striate (alur-alur)
 Rugulate (permukaan otak)

Morfologi Spora

Spora terpenting adalah kelompok Pterydophyta atau jenis pakis memiliki


aperture Leisura.

Ornamentasi

Ornamentasi terdiri dari Spilate (halus), Scabrate (berbutir), Verucate (berduri),


Regulate (Pola seperti otak), Aerolate (Proyeksi lubang besar), Ilate (Polen
Berongga), Foveolate , Cicatricose (alur-alur), Reticulate (jaringan)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 9
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

2.1.4 Penyebaran Pollen


Tauber (1967) menyatakan bahwa pollen tersebar oleh gerakan angina
dari daerah hutan. Pollen tersebar mengikuti kecepatan angin yang dibagi
menjadi 3 zona yaitu:
a. Cr : Pollen yang dibawa dan jatu bersama dengan air hujan
b. Cc : Pollen dibawa diatas zona diatas hutan (kanopi)
c. Ct : Pollen dibawa diantara pohon di dalam hutan.

Bila melewati danau, maka arus angina menurun, sehingga pollen jatuh
mencapai danau merendah seperti gerakan Ct.
Sedangkan Jacobson dan Bradshaw (1981) menyatakan model yang lebih
lengkap termasuk Cw yaitu aliran permukaan dan Cg yaitu suatu komponen
gravitasi dan pollen jatuh secara langsung pada lokasi pengendapan.

2.1.5 Klasifikasi

Polen merupakan hasil tumbuhan. Kelompok dari kingdom tumbuhan sendiri


dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu tanaman berbiji dan tanpa biji. Dalam
mengklasifikasi jenis tanaman mengikuti aturan dari “ international Code of
Botanical Nomenclature”. Klasifikasi tanaman telah dilakukan oleh Fuller dan
Tippo (1949), Henry Andrew (1961)dan system klasifikasi juga telah dinyatakan
oleh Harold C. Bold (1957).
Tanaman Alga, fungi, Bryophyta, dan Hepatophyta merupakan kelompok tanpa
batang. di Bryophyta ini termasuk dari subkingdom dari Embryophyta yang
merupakan penghasil spora.
1. Fosil Polen dari tanaman tanpa batang
Bukti fosil tanaman ini bila diketemukan seluruh tubuh tanaman karena
jenisnya tidaklah mudah untuk pengklasifikasiannya. Misal :
Algae air tawar yang terkandung dalam batulempung pada formasi Green
River (Bradley, 1929) Menemukan pollen Spora pakis juga Insekta dan algae
multisel yang dapat dimasukan kedalam Cyanophyta
2. Fosil dari tanaman berbatang

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 10
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Subfilum Psilopsida yang terdiri dari 2 Ordo ini :


 Psilophytales
 Psilotales

Gambar 1. Kategori Taksa


(Sumber : Premonowati, Palinologi, 1997)

a. Fosil pollen pada tanaman tanpa batang


Bukti fosil ini bila diketemukan seluruh tubuh tanaman, karena jenisnya
sehingga tidaklah mudah dilakukan pengklasifikasiannya. Missal alga air
tawar yang terdapat pada formasi Green River, oleh Bradley (1929)
menemukan pollen, spora pakis, juga insekta dan alga multisel yang dapat
dimasukkan kedalam Cyanophyta.

b. Fosil Pollen pada tanaman berbatang


Subfilum Psilophyta terbagi menjadi 2 Ordo yaitu: Psilophytales dan
Psilotales, namun Psilophytales sering ditemukan. Yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain: Rhynia, Hornea, Asteroxylon merupakan

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 11
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

kelompok tanaman berbiji pemula yang berumur Devon, berupa spora


trilete.

2.2 Perkembangbiakan Spora dan Pollen

1. Perkembangbiakan pada spora, dilakukan pada kelompok Thallophyta, Briophyta


dan Pterydophyta.
2. Perkembangbiakan dengan Pollen dilakukan pada kelompok Gymnospermae dan
Angiospermae

Perbedaan Pollen dan Spora :

 Pollen merupakan tumbuhan tingkat tinggi sedangkan spora tingkat rendah


 Aperture, Pollen memiliki bentuk Colpate, Porate, dan Colporate. Sedangkan
spora memiliki Monolete, Trilete, Struktur Cingulata, dan tanpa cingulum

Gambar 2. Istilah Penggambaran Spora dan Pollen

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 12
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

2.3 Perkembangan dan Kegunaan Pollen (Palynologi) untuk Bidang Geologi

Perkembangan palynology diawali oleh Wodehouse (1935), Erdmant


(1943), Pokrovskaya (1958), Faegri dan Iversen (1964) dan lainnya. Penelitian
fosil pollen telah dilakukam pada batuan berumur Prakambrian hingga recent.
Pada zaman Devon, ditemukan bukti “heterospora” atau dikenal sebagai hasil dari
perkembangan megaspora dan mikrospora dalam tumbuhan berbiji. Pada zaman
Pensylvanian didapatkan 2 jenis struktur pollen monosulcate dari Cycadophyta
dan Bisaccate dari conifer yang keduanya merupakan kelompok Pteridospermae
(Staplin, Pocock, Jansonius, 1967). Pada zaman kapur telah muncul
Angiospermae.
Dalam bidang geologi, kegunaan studi pollen adalah:
1. Penentuan umur batuan sedimen
2. Penentuan lingkungan pengendapan ( terutama pada lingkungan darat-
rawa-transisi- hingga rawa yang mendekati laut)
3. Tingkat kematangan batuan induk (studi kerogen).

2.4 Perkembangan pollen dan spora dari waktu ke waktu


Alga yang mengambang namun bersifat autotofrik merupakan organisme
yang telah muncul sejak awal paleozoikum. Yang terpenting pada organisme ini
menunjukan bahwa sejenis fitoplankton ini mampu mengatur keseimbangan
oksigen-karbondioksida dalam atmosfer (Tappan, 1968). Tapan menggambarkan
konsentrasi oksigen dalam atmosfer didasarkan atas prakiraan kelimpaan
mikrfosil, di mana kerjasama kedua kelompok besar ini menghasilkan senyawa
oksigen dan karbondioksida. Pada gambar menunjukan kurva oksigen didasarkan
atas keimpahan tanaman autotofrik, yamg juga menunjukan difersitas taksa.
Kelimpahan individu serta diversitas taksonominya. Hal ini nampak pada
perkembangan oksigen dan karbondioksida pada masa kenozoikum, yang
mengalami fluktuasi yang tajam namun diversitas tumbuhan daratan semakin
melimpah.

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 13
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Sepanjang sejarah geologi bumi, telah ditemukan bukti mikrofosil


palinomorf pada batuan yang berumur kambrium awal di Karelia, Bohemia, Urals
Selatan, Siberia , Skotlandia dan antartika. Walton (1982) meneliti mikrofosil
dalam batuan pasir kerakalan pada batuan yang berumur kambrium di Kanada
Barat, seumur dengan batuan yang berumur Perm di pulau Fakland. Schopf
(1966) mendapatkan palinomorf yang dapat dikorelasikan umurnya dengan yang
sebelumnya, di Eden Stage, di cincinati dan New York. Berikut akan dibahas
tentang pollen dan spora masing-masing jaman.
1. Zaman Silur, hal ini dicirikan dengan adanya bukti fosil pollen, yang memiliki
ciri-ciri dinding exine yang menebal ke arah equatorial, jenis aperture trilete.
Contoh : Genus Ambitisporites, Retusotriletes, dan Archaeozonotriletes
2. Zaman Devon, pollen dicirikan dengan adanya ornamentasi exine yang
lebih bervariasi, misalnya bentuk “baculate, echinate, verrucate, reticulate”
dengan jenis aperture trilete. Ukuran pollen semakin besar yakni :
 Pada devon bawah, ukurannya mencapai 65 mikron, sedangkan devon tengah
70-120 mikron dan pada devon atas mencapai 150 mikron, juga ditandai
dengan munculnya bentuk “saccate”.Contoh : genus Emphanisporite,
Stenozonotriletes, Ancyrospora, Calyptosporites, Rhabdaporites,
Hystrichosporites, Hymenozonotriletes, Camarozonotriletes,
Archaeoperissaccus dan Samarisporites.
3. Zaman karbon, merupakan zaman yang membagi genus yang ada menjadi 2
bagian yaitu :
 Karbon bawah (Missisipian), ditemukan genus Triquitries, Murospora,
Lycospora, Schulzospora, Remysporites, Rotaspora, Vetispora,
Savitrisporite, Mooreisporites.
 Karbon atas (Pensylvanian), ditemukan genus laevigatoporites,
Florinites, Punctatoporites, Torispora, Thymospora, Spinosporites,
Wilsonites.Adapun genus yang punah pada zama ini berupa,
Muropora, Hystricosporites, Spinozonotriletes, Diatomozonotriletes,
Murospora.
4. Zaman perm, merupakan zaman yang ditunjukan dengan mulai
munculnya bentuk-bentuk “bisaccate pollen dengan permukaan

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 14
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

“exinestriate”. Berdasarkan paleogeografinya, maka dapat dibedakan


kedalam 4 zona, yakni :
a. Gondwana, meliputi benua/daratan Australia, India, Amerika
Selatan dan Antartika. Genus yang terdapat yakni : Cordaitina,
Sporites, Vesicaspora, Striatopodocarpites, Protohaploxypinus.
b. Euramerica, meliputi benua/daratan Amerika Utara dan Eropa
bagian Utara. Genus yang terdapat : Cordaitina, Florinites,
Vittatina, Protohaploxypinus, Piceapollenites.
c. Cathaysia, genus yang terdapat : Torispora, Cordaltin,
Torispora, Camptotriletes, Hemiapollenites.
d. Angara, Genus yang terdapat : Leiotriletes, Acanthotriletes,
Apiculatisporites, Cordaitina, Vesicaspora, dan Piceapollenites.
5. ZAMAN TRIAS, ciri-ciri pepohonan kelompok Pterydophyta yakni penghasil
spora mulai menyusut. Demikian juga halnya dengan bentuk-bentuk pollen
bissacate striate, yang digantikan oleh bisaccate “non striate”.
Pollen “saccate” pada zaman ini adalah:
a. Tsugaepollenites, yang bentuknya mirip dengan bentuk pollen
Tsuga, muncul pada Trias Akhir.
b. Lueckisporites, punah pada Trias Akhir.
c. Striatites, punah pada Trias Tengah
Pollen “bisaccate non striate”, yang muncul dan punah pada zaman
Trias, contohnya:

a. Chordasporites
b. Ovalipollis
Pollen “non saccate”, contoh genus:

a. Gnetaccaepollenites, memiliki “striate” yang memanjang, muncul pada


Trias Awal.
b. Decussatisporites, muncul kemudian punah pada Trias Akhir.
c. Eucommiidites, muncul pada Trias Akhir.
d. Riciisporites, muncul pada Trias Akhir.

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 15
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Spora, contoh yang umum terdapat:


a. Deltoidospora, ciri berupa triradiate yang halus
b. Calamospora, ciri berupa triradiate yang halus
c. Concavisporites, muncul pada Trias Tengah
d. Verrucosisporites
e. Conbaculatisporites, muncul pada Trias tengah.

6. ZAMAN JURA
Selain flora yang telah ada sejak zaman Trias semakin berkembang,
juga kelompok Gymnospermae semakin meluas, sedangkan kelompok
Pterydophyta juga semakin bertambah banyak. Zaman ini dibagi ke
dalam “stage”:
a. LIAS, hutan mendominasi daratan, jenis pepohonan didominasi oleh
Araucariaceae, Taxodiaceae dan Podophytae.
b. DOGGER, kelompok Gymnospermae tetap dominan, sedang
Pterydophyta berkembang sangat luas, termasuk family Gleicheniaceae,
Osmodaceae dan Cyatheaceae.
c. MALM, perkembangan flora terus berlanjut, juga munculnya family
Taxaceae.

7. ZAMAN KAPUR
Kehidupan flora berlanjut perkembangannya, kelompok Pterydophytae
menyebar meluas. Dibagi kedalam “stage”:
a. Barremian : jenis Ephedripites dan Gnetaceae sering dijumpai
b. Aptian – Albian : Kelompok Angiospermae, mulai muncul
c. Turonian : Kelompok Angiospermae berkembang meluas.
Sejak “stage” Albian, perkembangan flora Nampak berbeda, hal ini
ditunjukkan dengan:
a. Daratan Euroamerica: pollen jenis “bisaccate” lebih dari 10%.
b. Daratan Afroamerica: pollen “bisaccate” hanya 0,5%, sedangkan
“saccate inaperture” menjadi dominan.
c. Daratan Siberopasifik: terdapat flora kutub.

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 16
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

d. Daratan Indonesia, tidak dijumpai kelompok Angiospermae.


Batten (1982) membagi zaman ini ke dalam provinsi palynomorf, yakni :
1. Bureal (kapur awal), di dominasi beberapa macam SEO dan Pv2
2. WASA (“Afrika barat - Amerika Selatan”), Pre Albian, didominasi flora
Corallina (Classopollis), Ephedripites, Eucommidites, Araucariocites.
3. Gondwana (Kapur Awal), contoh: Microcachrydites, Podosporites,
Caliallasporites, Monosulcites.
4. ASA ( Afrika – Amerika Selatan) Albian ke Cenomanian:
Flaterosporites, Galeacornea, Ephedroid.
5. Aqulepollenites, Kapur Akhir: Aquipollenites spp., Moremousscia.
6. Normapolles (Kapur Akhir): Extratriporopollenites, dll.
7. Palmae (Kapur Akhir): Pollen Palma.
8. Notofagidites (Kapur Akhir): Notofagidites, Proteacidites.
2.5 Umur (Zona Palinologi)

Gambar 3. Sebaran Kelompok Palinomorps


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 17
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Morley (1997) dalam Zihan (2013) melakukan penelitian untuk


penyusunan zonasi palinologi di beberapa daerah di Indonesia. Zonasi polen
merupakan zonasi penarikan batas umur satuan batuan sedimen yang ditentukan
berdasarkan pemunculan awal atau pemunculan akhir dari fosil polen penciri
umur. Zonasi polen pada tersier dapat dibedakan menjadi tujuh buah zona pada
umur Eosen sampai dengan Pliosen sebagai berikut
1. Zona Meyeripollis naharkotensis
Zona ini pada bagian bawahnya dibatasi oleh pemunculan akhir bawahnya
dibatasi oleh pemunculan awal Meyeripollis naharkotensis pada batas antara
Oligosen awal dengan Oligosen Tengah, sedangkan pada bagian atasnya dibatasi
oleh pemunculan akhir Meyeripollis naharkotensis pada batas antara Oligosen
dengan Miosen Awal
2. Zona Florschuetzia trilobite
Zona ini pada bagian bawah dibatasi oleh pemunculan akhir Meyeripollis
naharkotensis pada batas antara Oligosen dengan Miosen Awal, sedangkan pada
bagian atasnya dibatasi oleh pemunculan awal Florschuetzia levipoli pada Miosen
Awal bagian tengah
3. Zona Florschuetzia levipoli
Zona ini pada bagian bawahnya dibatasi oleh pemunculan awal
Florschuetzia levipoli pada bagian tengah Miosen awal, sedangkan pada bagian
atasnya dibatasi oleh pemunculan awal Florschuetzia meridionalis pada batas
umur antara Miosen Awal dengan Miosen Tengah
4. Zona Florschuetzia meridionalis
Zona ini pada bagian bawahnya dibatasi oleh pemunculan awal
Florschuetzia meridionalis pada batas umur antara Miosen Awal dengan Miosen
Tengah sedangkan pada bagian atasnya dibatasi oleh pemunculan akhir
Florschuetzia trilobite pada bagian tengah Miosen Akhir
5. Zona Stenochlaenidites papuanus
Zona ini pada bagian bawah dibatasi oleh pemunculan awal
Stenochlaenidites papuanus pada bagian tengah Miosen Akhir, sedangkan bagian
atasnya dibatasi pemunculan awal Dacricarpidites australiensis pada batas antara
Pliosen dengan Pliosen Akhir

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 18
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

6. Zona Dacrycarpidites australiensis


Zona ini diawali dengan pemunculan awal Dacrycarpidites australiensis
batas antara Pliosen Awal dengan Pliosen Akhir pada bawahnya, sedangkan pada
bagian atasnya dibatasi oleh Stenochlacnidites papuanus pada batas antara Pliosen
Akhir dengan Pleistosen Awal.
7. Zona Monoporites annulates
Pada bagian bawahnya dibatasi oleh pemunculan akhir Stenochlacnidites
papuanus pada batasantara Pliosen Akhir dengan Pleistosen Awal.

Gambar 4. Polen dan Spora Kala Paleosen


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 19
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 5. Spora dan Pollen kala Eosen tengah


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 20
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 6. Spora pollen kala Oligosen


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 21
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 7. Zonasi dan markernya pada Jaman Devon


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 22
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 8. Stratigrafi pada Trias (dengan fosil markernya)


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 23
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 9. Pollen dan Spora Jaman Trias


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 24
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 10. Sebaran Pollen pada Kapur – Tersier (Data dari Couper, 1964)
(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 25
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Gambar 11. Polen dan Spora Zaman Kapur


(Sumber : Robert & Richard, Aspect of Palinology, 1969)

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 26
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Fosil pollen dari yang tertua ke muda di Jawa sbb:

Tabel. 2.1 Polen dari tua ke muda di Jawa


Tua Umur Zona Formasi Lokasi Keterangan
FAD dari
Desa Dacrycarpidites
N20 Kalibeng
Jomblang, autraliensis

FAD dari
Desa Florschuetzia
NN2-NN3 Kerek Klampisan, levipoli yang
Jawa Timur juga di Formasi
Batuasih atas
P20-P21 C. dorogenensis Kujung dan
Rembang
P18-P22 M. naharkotensis Ngimbang
Proxaperites
P14-P17 operculatus dan
Proxaperites cursus

Sungai
Nanggulan
Watupuru
Cicatricosisporites
P14-P19
eocenicus

Muda

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 27
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Tjipto Rahardjo., drr. (1990) menyusun Zonasi Palynologi, terdapat 8 zona, sejak
Eosen hingga Kuarter, sbb:

Tabel 2.2 Zonasi Palinologi pada Eosen – Kuarter (Tjipto Rahardjo, 1990)

Tua Umur Zona Keterangan


LAD dari
Monoporites
N22 Stenochlaenidites
annulatus
papuanus
FAD hingga LAD
Dacrycarpidites dari
N20-N21
australiensis Stenochlaenidites
papuanus
LAD dari
Florschuetzia
Stenochlaenidites trilobata, dan FAD
papuanus dari
Dacrycarpidites
australiensis
Florschuetzia
N16-N17
trilobata
FAD dari
N6-N8 Florschuetzia levipoli Florschuetzia
meridionalis
Florschuetzia
N5
Florschuetzia levipoli
trilobata LAD dari M.
N3
naharkotensis
P18-P22 Meyeripollis LAD dari M.
(=N3) naharkotensis naharkotensis

FAD dari
Proxaperites
P14-P17 Meyeripollis
operculatus
naharkotensis

Muda

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 28
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

2.6 Polen dan Spora untuk penentuan Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan ketinggian letaknya diatas permukaan air laut, maka berturut-turut:
1. Hutan Sub Alpina/Hutan Kabut, ketinggian 3000-4000 meter, ciri: kerapatan
pohon sangat tinggi, jenis pohonnya sangat sedikit, kelembabannya sangat
tinggi. Pohon misalnya: Ericacea Repanca, Polysma, Potentilla
2. Hutan Hujan Pegunungan Tinggi, ketinggian 1500-3000 meter, ciri:
kerapatan pohon sangat tinggi, ukuran diameter batang sangat besar, jenis
pohonnya sedikit, kelembaban tinggi, banyak terdapat tumbuhan yang
bersifat epifit (menempel pada pohon besar) misalnya: anggrek dll. Pohon
disini misalnya: Podocarpus, Phyllocladius, Tristania.
3. Hutan Hujan Pegunungan Rendah, ketinggian 500-1500 meter, ciri:
kerapatan pohon tinggi, namun jenis pohonnya banyak, kelembaban tinggi,
misalnya pohon Podocarpus, Pinus, Pometia, Quercus dll.
4. Pada ketinggian 500 hingga muka air laut, dibagi menjadi:
a. Hutan Rawa Air Tawar, terbentuk pada genangan air tawar, kaya
mineral sehingga pH air bisa mencapai lebih dari 5, sehingga tidak
mampu membentuk gambut, permukaan air tidak tetap. Didominasi
pepohonan: Campnosperma, Nessia, Pandanus, Shorea, Timonius,
Lophopetallum, Elaeocarpus.
b. Hutan Rawa Gambut, membentuk lapisan gambut yang tebal, misalnya
pepohonan Dryobalanops, Shorea, Camnospermae, Elaeocarpus, Salacea,
Durio dll
5. Pada zona transisi, pepohonan berakar pipih teranyam sangat besar dan
kuat, sehingga mampu mencengkram walau di dalam lumpur.
a. Hutan Mangrove, pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Misalnya pepohonan: Avicenia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Xylocarpus, Heritiera, Scyphora, Lummitzesa, Oncosperma,
Cerbera, Nypa.
b. Hutan Pantai, untuk menyesuaikan arus laut yang menuju pantai, maka
diperlukan akar tunjang yang dalam, pada zona ini didominasi
pepohonan: Calophyllum, Casuarina, Equisetifolia, Pandanus dan
Terminalia.

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 29
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

Setelah mengetahui nama spesies secara deskriptif dan genetis, selanjutnya dapat
dilakukan penentuan lingkungan pengendapannya. Dengan catatan bahwa pollen
berumur setelah Pleistosen menggunakan nama genetis saja.
Di Indonesia, Hermeraat (1968) membuat zonasi pollen berdasarkan atas data
pemboran dari sedimen mangrove di Kalimantan Timur.
Hasilnya, untuk Masa Kenozoikum, pada Kala Eosen hingga Oligosen Akhir,
berupa zona Florschuetzia trilobata. Pada Kala Miosen Awal hingga Akhir,
berupa zona Florschuetzia levipoli, sedangkan Pliosen Awal hingga zaman
Kuarter hingga sekarang, berupa zona Florschuetzia meridionalis.
Bagaimana dengan zonasi pollen diluar negeri? Ternyata baik di Amerika Serikat,
Afrika dan sekitar zona Pantropikal, ternyata masing masing spesies memiliki
kisaran hidup yang berbeda beda. Misalnya spesies Florschuetzia trilobata,
berumur Miosen Tengah di Asia Tenggara, seumur dengan Stenochlaenidites
papuanus, punah di Indonesia Barat pada Miosen, namun baru berkembang di
Indonesia Timur (batas garis Wallacea) hingga Filipina (Morley, 1978).

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 30
Kelas :A
Kuliah Biostratigrafi 2016

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pollen dan Spora merupakan fosil yang terdapat dari tumbuhan. Hal
tersebut sangat berguna untuk menentukan biozonasi, lingkungan pengendapan
dan lain lainnya. Polen dan spora memiliki ciri khas tertentu pada setiap zaman.
Sehingga kita dapat membedakan zaman berdasarkan kandungan dari spora dan
polennya. Dalam biostratigrafi spora dan polen membatu dalam penentuan umur
juga lingkungan pegendapan hal tersebut dikarenakan penyebaran dari spora dan
polen yang luas dan jumlahnya yang banyak. Sehingga dapat dilakukan korelasi
dari setiap zona dengan zona yang laian berdasarkan keterdapatan spora dan
polen.

3.2. Saran
Saran yang ditujukan untuk laboratorium yaitu :
 Sebaiknya memberikan buku/softfile sebagai panduan tugas. Agar
topiknya sesuai dengan pembahasan.

Kelompok : 3
Materi : Zonasi Spora & Polen Page 31
Kelas :A
DAFTAR PUSTAKA

Premonitionc. (1997). Pengantar Kuliah Palinologi. Sleman: UPN "Veteran"


Yogyakarta.
Tschudy, R. H., & Scott, R. (1969). Aspect of Palynology. New York: John
Willey & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai