Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTEK

LAPANG BIOGEOGRAFI

AJENG WORO HERYATNI


200110502014

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM TAHUN 2021

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Laporan dengan judul “Praktek Lapang Mata Kuliah Biogeografi”
ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas dari dosen terkait sebagai bukti
telah mengikuti praktek lapangan semester tiga untuk mata kuliah Biogeografi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam proses penyusunan laporan ini khususnya kepada Dosen
Mata Kuliah Biogeografi serta Asisten Dosen Mata Kuliah Biogeografi yang
bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan laporan ini.
Saya berharap melalui laporan yang telah saya susun ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca lainnya serta menjadi sumber
acuan yang baik dan berkualitas untuk kedepannya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Desember 2022


Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
DAFTAR TABEL......................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
C. Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
A. Bioma..............................................................................................................3
B. Iklim................................................................................................................8
C. Suhu.................................................................................................................8
D. Ketinggian.......................................................................................................9
BAB 3 METODE.....................................................................................................10
BAB 4......................................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................11
A. Hasil..............................................................................................................11
B. Pembahasan...................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data suhu, ketinggian, cuaca.................................................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi iklim junghun.....................................................................8


Gambar 3.1 Peta lokasi praktek.............................................................................10
Gambar 4.1 Tumbuhan lokasi titik 1.....................................................................11
Gambar 4.2 Tumbuhan lokasi titik 2.....................................................................12
Gambar 4.3 Tumbuhan lokasi titik 3.....................................................................12
Gambar 4.4 Tumbuhan lokasi titik 4.....................................................................13
Gambar 4.5 Tumbuhan lokasi titik 5.....................................................................14
Gambar 4.6 Tumbuhan lokasi titik 6.....................................................................14

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang
terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500
buah yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut
menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas
walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan,
flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang
diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di
dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies
mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli
Indonesia (Kusmana, 2018).
Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang mempelajari makhluk
hidup dan juga geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di
bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup
ini dibedakan atas penyebaran hewan dan juga tumbuhan. Pengetahuan
biogeografi sangat erat kaitannya dengan klimatologi dan juga paleontologi.
Ilmu ini juga mempelajari berbagai keanekaragaman hayati, berdasarkan ruang
dan waktu. Biogeografi membantu kita untuk memusatkan pada interaksi
organisme pada saat ini dengan lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya,
serta untuk memahami bagaimana hubungan-hubungan ini memengaruhi di
mana spesies dan takson yang lebih luar ditemukan pada masa sekarang (Zid
et.al, 2018). Masa sekarang inilah dapat dilihat melalui adanya praktek kuliah
lapang yang dilaksanakan pada suatu perguruan tinggi.
Praktik kuliah lapang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah
dengan tujuan sebagai selain menerima materi juga disertai penerapan materi
yang telah didapatkan tersebut, salah satunya adalah pada mata kuliah
biogeografi itu sendiri. Proses perkuliahan yang biasanya dilakukan oleh
mahasiswa menjadi salah satu hal biasa yang dilakukan yang pada dasarnya
tidak dapat dilepaskan dari metode pembelajaran yang penyampaian materi
1
berupa teori-teori mata kuliah tertentu memang biasa disampaikan di dalam
kelas. Meskipun demikian, mahasiswa juga setidaknya memiliki kesempatan
yang lebih luas untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan tidak hanya di dalam
kelas, namun juga di luar kelas. Sehingga, mahasiswa mendapatkan tambahan
ilmu pengetahuan yang tidak sekedar teoritis semata, tetapi juga bisa
mendapatkan ilmu pengetahuan secara praktis. Kondisi ini menjadi penting
untuk mengombinasikan teori yang didapatkan di kelas dengan praktik
kehidupan sehari-hari di luar kelas. Dimana hal tersebut dilakukan karena
mengingat tidak semua mahasiswa memiliki keinginan untuk menjadi
akademisi, tetapi juga praktisi. Terlebih khusus bagi mahasiswa yang berada
pada lingkup jenjang bangku ilmu murni ataupun sains.
Kuliah lapang pada dasarnya memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mensinkronkan antara teori yang selama ini didapatkan di
dalam kelas dengan praktik keilmuan yang dilakukan di lapangan sehingga
mahasiswa dapat mengambil refleksi atas apa yang telah mereka lihat di
lapangan secara langsung yang kemudian menghasilkan sebuah karya kajian
ilmiah yang mana dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.

B. Tujuan
Untuk menumbuhkan, melatih, dan memperkuat pemahaman mahasiswa
akan matakuliah biogeografi.

C. Manfaat
Dapat mengetahui berbagai jenis persebaran tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai acuan akan matakuliah biogeografi.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioma
Bioma adalah ekosistem dalam skala luas, berupa wilayah yang
mempunyai sifat geografis atau iklim yang sama (misalnya hutan tropis,
padang pasir, padang rumput), ditunjukkan dengan garis lintang dan bujur
(Nurrahman, 2021). Menurut Waluya, (2008), sistem penamaan bioma
umumnya didasarkan atas vegetasi utama yang mendominasi suatu wilayah di
bawah pengaruh iklim. Ciri-ciri umum yang menandai suatu bioma antara
lain sebagai berikut ini:
1. Bioma merupakan komunitas klimaks, artinya di wilayah tersebut
terdapat suatu bentuk vegetasi utama yang mendominasi kawasan itu,
misalnya hutan gugur daun, hutan berdaun jarum (hutan konifer), atau
padang rumput;
2. Bioma terbentuk sebagai hasil interaksi antara unsur-unsur lingkungan,
yaitu iklim, tanah, dan organisme yang hidup di lingkungan tersebut
(biota);
3. Bioma merupakan komunitas (satuan kehidupan) yang cukup mantap
dalam periode waktu yang lama, kecuali terjadi suatu kejadian tiba-tiba
yang mengganggu kestabilan komunitas, misalnya bencana alam, wabah
penyakit, perubahan tatanan iklim global, atau gangguan oleh manusia;
4. Suatu jenis bioma dapat dengan mudah dikenali dengan melihat petunjuk
vegetasi utamanya (vegetasi klimaks);
5. Bioma biasanya menempati wilayah yang luas.
Menurut Dr. Muhammad Zid, M.Si. dan Ode Sofyan Hardi
M.Si. (2018) dalam bukunya menjelaskan klasifikasi bioma utama
sebagai berikut:
a. Bioma Gurun dan Setengah Gurun
Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara,
Afrika

3
Utara, Australia, dan Asia Barat. Ciri-ciri dari bioma ini adalah sebagai
berikut.
1) Curah hujan sangat rendah, +25 cm/tahun.
2) Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
3) Kelembapan udara sangat rendah.
4) Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang
dapat mencapai 45ºC dan malam dapat turun sampai 0ºC)
5) Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.
6) Lingkungan biotik dari bioma ini adalah sebagai berikut.
7) Flora dari bioma ini adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi
dengan daerah kering (tumbuhan xerofit).
8) Fauna dari bioma ini adalah hewan besar yang hidup di gurun. Pada
umumnya, hewan pada bioma ini adalah yang mampu menyimpan
air misalnya unta.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput ada mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah
beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika
Selatan, dan Australia. Ciri-ciri dari bioma ini adalah sebagai berikut.
1) Curah hujannya berkisar di antara 25–50 cm/tahun. Sedangkan di
beberapa daerah padang rumput, curah hujannya dapat mencapai 100
cm/tahun.
2) Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
3) Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas
dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sulit untuk
mengambil air.
4) Flora pada bioma ini adalah yang dapat beradaptasi dengan daerah
yang porositas dan drainasenya kurang baik misalnya rumput.
5) Fauna pada bioma ini adalah bison dan kuda liar di Amerika, gajah
dan jerapah di Afrika, domba dan kanguru di Australia. Sedangkan
fauna jenis karnivora pada bioma ini adalah singa, srigala, anjing
liar, cheetah
4
c. Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan tropis adalah bioma yang mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang tertinggi. Bioma ini
meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah,
sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, serta lembah
Kongo di Afrika.
Ciri-ciri dari bioma ini adalah memiliki curah hujan tinggi, dan
merata sepanjang tahun yakni berkisar antara 200–225 cm/tahun. Selain
itu, di daerah ini matahari bersinar sepanjang tahun, dan dari bulan satu
ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.
Flora pada bioma hutan tropis terdapat ratusan spesies tumbuhan.
Pohonpohon utama memiliki ketinggian sekitar 20–40 m, dengan
cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau
kanopi. Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana
merupakan tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan contohnya
adalah rotan. Epifit merupakan tumbuhan yang menempel pada batang-
batang pohon, dan tidak merugikan pohon tersebut. Contohnya adalah
anggrek dan paku sarang burung.
Fauna pada bioma ini adalah hewan-hewan yang bersifat diurnal
yaitu hewan yang aktif pada siang hari. Selanjutnya, di daerah bawah
kanopi dan daerah dasar hidup hewan-hewan yang bersifat nokturnal,
yaitu hewan yang aktif pada malam hari misalnya burung hantu, babi
hutan, kucing hutan, dan macan tutul.
d. Bioma Sabana
Bioma sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh
gerombolan pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang
menyusunnya, sabana dapat dibedakan menjadi dua, yakni sabana murni
dan sabana campuran. Sabana murni adalah jika pohon-pohon yang
menyusunnya hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan, sedangkan sabana
campuran adalah jika pohon-pohon penyusunnya terdiri dari berbagai
jenis pohon.
5
e. Hutan Lumut
Hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan
yang terletak pada ketinggian di atas batas kondensasi uap air. Disebut
hutan lumut karena vegetasi yang dominan adalah tumbuhan lumut.
Lumut yang tumbuh tidak hanya di pemukaan tanah dan bebatuan,
namun lumut pun menutupi batang-batang pohon berkayu. Jadi, pada
hutan lumut, yang tumbuh tidak hanya lumut saja, melainkan hutan yang
banyak pepohonannya yang tertutup oleh lumut. Sepanjang hari hutan ini
hampir selalu hujan karena memiliki kelembapan yang tinggi dan suhu
rendah sehingga menyebabkan timbulnya embun terus-menerus
f. Hutan Gugur
Ciri khas bioma hutan gugur yaitu tumbuhannya memiliki daun
yang meranggas sewaktu musim dingin. Bioma ini dapat dijumpai di
Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili. Ciri-ciri bioma
hutan gugur adalah sebagai berikut:
1) Curah hujan merata sepanjang tahun, yakni berkisar 75 – 100
cm/tahun.
2) Bioma ini memiliki 4 musim, yakni musim panas, musim dingin,
musim gugur, dan musim semi.
3) Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan
tropis
g. Hutan Taiga/Hutan Homogen
Bioma ini umumnya terdapat di daerah antara subtropika dengan
daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska,
Kanada. Ciri-ciri bioma hutan taiga adalah sebagai berikut.
1) Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup
tinggi. Ketika musim panas suhu begitu tinggi, dan pada musim
dingin suhu menjadi sangat rendah.
2) Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung
hingga 6 bulan.

6
3) Flora khasnya yaitu pohon berdaun jarum/pohon konifer. Contoh
dari pohon konifer yaitu pinus merkusi (pinus). Keanekaragaman
tumbuhan di bioma taiga adalah rendah, vegetasinya nyaris
seragam, dominannya pohon-pohon konifer sehingga nyaris
seragam, dan hutannya disebut dengan hutan homogen.
Tumbuhannya hijau sepanjang tahun meskipun pada musim dingin
dengan suhu sangat rendah.
h. Bioma Hutan Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga
memiliki iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon,
vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak. Vegetasi lainnya
adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
Ciri-ciri dari bioma ini adalah sebagai berikut:
2) Mendapat sedikit energi radiasi matahari sehingga musim dingin
sangat panjang, yang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan
suasana gelap.
3) Musim panas berlangsung selama 3 bulan, dan pada masa inilah
vegetasi mengalami pertumbuhan.
4) Fauna khas bioma tundra adalah musko x (bison berhulu tebal) dan
reindeer/caribou (rusa kutub)
i. Bioma Hutan Mangrove
Hutan mangrove umumnya banyak ditemukan di sepanjang pantai
yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan
pada bioma ini adalah pohon mangrove (Rhizophora sp) sehingga nama
lainnya adalah hutan mangrove. Selain pohon mangrove juga ditemukan
pohon kayu api (avicennia) dan pohon bogem (bruguiera). Ciri-ciri dari
bioma ini adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kadar garam air dan tanah yang tinggi.
2) Kadar oksigen air dan tanah yang rendah.
3) Saat air pasang maka lingkungannya menjadi banjir, dan ketika air
surut maka lingkungannya pun becek dan berlumpur.
7
B. Iklim
Iklim secara umum adalah pola variasi suhu udara, tekanan udara,
kelembapan udara, dan parameter meteorologi lainnya pada suatu wilayah
tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Iklim merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi pola persebaran flora dan fauna. Wilayah-
wilayah dengan pola iklim ekstrim seperti kutub yang senantiasa tertutup
salju dan lapisan es abadi atau gurun yang gersang sudah barang tentu sangat
menyulitkan bagi kehidupan organisme. Karena itu, persebaran tumbuhan dan
binatang di kedua wilayah ini sangat minim baik jumlah maupun jenisnya
(Waluya, 2008).

Gambar 2.1 Klasifikasi iklim junghun


Sumber: google image
C. Suhu
Adanya perbedaan intensitas penyinaran matahari di berbagai wilayah
sangat berhubungan dengan posisi lintang di bumi. Perbedaan intensitas
penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi. Kondisi
suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan,
karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup
ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu
dan lainnya (Zid et.al., 2018).

8
D. Ketinggian
Faktor fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup
yaitu ketinggian tempat suatu wilayah. Ketinggian suatu tempat erat
kaitannya dengan perbedaan suhu yang akhirnya menyebabkan pula
perbedaan kelengasan udara. Di antara daerah yang mempunyai ketinggian
yang berbeda, akan ditumbuhi oleh vegetasi yang jenisnya berbeda pula. Hal
itu karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai tingkat adaptasi
yang berlainan. Oleh sebab itu, kita mengenal jenis-jenis tumbuhan dan
hewan yang khas untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu (Zid et.al.,
2018).

9
BAB 3 METODE

Praktek kuliah lapang biogeografi dilaksanakan pada tanggal 7 November


2021 dengan menusuri beberapa titik yang ada di kawasan Malino, Kabupaten
Gowa. Teknik pengumpulan data adalah melalui observasi (pengamatan) akan
lingkungan sekitar titik lokasi tersebut. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi
atau suasana tertentu (Rahardjo, 2011). Selain itu kegiatan memploting lokasi juga
dilakukan yakni menemukan lokasi sebenarnya pada peta yang digunakan.
Adapun peta yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Peta lokasi praktek

10
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Lokasi titik pertama : Bili-Bili
Koordinat : 5º16’26”LS 119º34’36”BT
Topografi : >100 – 500 m
Suhu : 30ºC
Kemiringan lereng : 36%
Arah lereng : 310º
Curah hujan : 3000 – 3500
Kecepatan Angin : 1.95
Arah datang angin : 119 º
Arah angin : 299 º
Elevasi : 103 mdpl
Jenis tanah : mediteran coklat kemerahan
Jenis tanaman :
a. Pohon jati
b. Semak belukar
c. Pohon sengan
d. Pohon lontar
2. Lokasi titik dua : Desa parigi
Koordinat : 5º16’28”LS 119º48’14”BT
Topografi : >500 – 1000 m
Suhu : 28ºC
Kemiringan lereng : 17%
Arah lereng : 16%
Curah hujan : 2000 – 2500
Kecepatan Angin : 1.52 m/s
Arah datang angin : 264º
Arah angin : 84º

11
Elevasi : 600 mdpl
Jenis tanah : kom. Latosol coklat kemerahan
Penggunaan lahan : pemukiman
Jenis tanaman :
a. Pohon Nangka
b. Pohon coklat
c. Pohon jambu putih
d. Semak belukar
e. Keladi
f. Sereh
g. Kunyit
3. Lokasi titik :-
Koordinat : 5º15’08”LS 119º50’48”BT
Topografi : >500 – 1000 m
Suhu : 22ºC
Kemiringan lereng : 25%
Arah lereng : 241%
Curah hujan : 2000 – 2500
Kecepatan Angin : 1.61 m/s
Arah datang angin : 181º
Arah angin : 1º
Elevasi : 1019,1 mdpl
Jenis tanah : Latosol coklat kekuningan
Penggunaan lahan :-
Jenis tanaman :
a. Pohon pinus
b. Pohon kapuk
c. Pohon pisang
d. Cengkeh
e. Pohon manga
f. kopi
4. Koordinat : 5º14’45”LS 119º52’48”BT
Topografi : >1000 – 2000 m
12
Suhu : 17ºC
Kemiringan lereng : 25%
Arah lereng : 18º
Curah hujan : 2000 – 2500
Kecepatan Angin :0
Arah datang angin : 0
Arah angin :0
Elevasi : 1482,2 mdpl
Jenis tanah : Andosol coklat
Penggunaan lahan : tegal/ladang
Jenis tanaman :
a. Strawberry
b. Jambu batu
c. Jagung
d. Kol
e. Kopo
f. Bambu
g. Daun bawang
h. Tomat
i. Cabe
5. Lokasi : Kanreapia
Koordinat : 5º16’28,2”LS 119º51’27,0”BT
Topografi : >500 – 1000 m
Suhu : 19ºC
Kemiringan lereng : 10%
Arah lereng : 262º
Curah hujan : 2000 – 2500
Kecepatan Angin :0
Arah datang angin : 0
Arah angin :0
Elevasi : 989,7 mdpl
Jenis tanah : Andosol coklat
Penggunaan lahan : Sawah
13
Jenis tanaman :
a. Pisang
b. Manga
c. Jambu
d. Pohon kopi
e. Tebu
f. Cengkeh
g. Pohon ubi
h. markisa
6. Lokasi : Air terjun takapala
Koordinat : 5º16’28”LS 119º51’26”BT
Topografi : >500 – 1000 m
Suhu : 19ºC
Kemiringan lereng : 30%
Arah lereng : 261º
Curah hujan : 2000 – 2500
Kecepatan Angin :0
Arah datang angin : 0
Arah angin :0
Elevasi : 909,25 mdpl
Jenis tanah : Andosol coklat
Penggunaan lahan : Sawah tadah hujan
Jenis tanaman :
a. Pohon coklat
b. Manga
c. Pohon tebu
d. Jambu
e. Ubi
f. Markisa
g. Cengkeh

14
B. Pembahasan
Suhu dan ketinggian suatu tempat memiliki pengaruh yang penting
terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Suhu dapat
bertambah ataupun berkurang sejalan dengan pertambahan ketinggian
sebagaimana menurut Umi Laelatul Magfiroh (2017) bahwa penambahan
ketinggian menyebabkan suhu udara semakin turun. Perbedaan suhu setiap
rentang ketinggian juga menyebabkan proses metabolisme pada suatu
tanaman berbeda. Begitupun terhadap lokasi praktek yang dilakukan dengan
data pada tabel sebagai berikut :
1. Titik 1
Adapun vegetasi yang didapatkan yaitu pohon jati, Semak belukar, Pohon
sengan, Pohon lontar. Penggunaan lahan yang digunakan untuk tegal
/ladang dengan beberapa kondisi dipenuhi semak belukar. Suhu pada titik
ini yakni 30°C dengan jenis tanah mediteran coklat kemerahan. Keadaan
ini membuat vegetari akar tunggang dapat tumbuh dan berkembang
contohnya sepert vegetasi yang praktikan dapatkan, dan curah hujannya
2000-2500 mm.
2. Titik 2
Jenis penggunaan lahan yang diobservasi yaitu perkebunan/kebun, belukar.
Suhu pada titik ini 28 derajat dengan curah hujan berkisar 2000 – 2500
mm. jenis tanah yaitu komp. Latosol coklat kemerahan. Kondisi ini cocok
untuk perkebunan coklat, pohon nangka, dan pohon yang sejenis lainnya.
3. Titik 3
Vegetasi yang terdapat di titik ini yaitu terdiri atas pohon pinus, kapuk,
pohon pisang, cengkeh dan pohon manga. Suhu pada titik ini berkisar 22
derajat dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan. Serta memiliki curah
hujan yang berkisar antara 2000 – 2500 mm.
4. Titik 4
Jenis penggunaan lahan yang didapatkan dari hasil observasi yaitu
tegalan/ladang dengan jenis vegetasi seperti, strawberry, jambu batu,
jagung, kol, kopi, daun bawang, tomat dan cabe. Vegetasi di daerah ini
umumnya merupakan bahan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Adapun jenis tanahnya adalah andosol coklat dengan suhu sekitar 17
derajat dan curah hujannya berkisar antara 2000 – 2500 mm.
15
5. Titik 5
Jenis penggunaan lahan yang ada yaitu sawah atau persawahan yang
dimana daerah ini juga di dominasi oleh pisang, mangga, jambu, pohon
kopi, dan tebu. Suhu di daerah ini sekitar 19 derajat dengan curah hujan
berkisar antara 2000 – 2500 mm, dan jenis tanahnya yaitu andosol coklat.
Vegetasi yang dominan adalah vegetasi yang dapat diolah dan dikonsumsi
untuk kebutuhan sehari-hari.
6. Titik 6
Jenis penggunaan lahan di lokasi ini dominan swah tadah hujan dengan
vegetasi yang ada yaitu, pohon coklat, mangga, pohon tebu, jambu, ubi,
markisa dan cengkeh. Suhu rerata di lokasi ini sekitar 19 derajat, dengan
curah hujan yang berkisar antara 2000 – 2500 mm. Adapun jenis tanahnya
yaitu andosol coklat dimana jenis tanah ini cocok ditanami vegetasi yang
dapat dikonsumsi masyarakat seperti hasil observasi yang dilakukan.

16
A. Kesimpulan
Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang mempelajari
makhluk hidup dan juga geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk
hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran
makhluk hidup ini dibedakan atas penyebaran hewan dan juga tumbuhan.
Pada praktek lapang ini kami lebih mengamati bagaimana penyebaran
tumbuhan di beberapa lokasi titik pengamatan. Dalam hal penyebaran
tumbuhan terdapat variabel yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
suatu tumbuhan yakni suhu, ketinggian, cuaca hingga iklim suatu lokasi
sehingga masing – masing lokasi tentu memiliki tumbuhan dengan ciri
maupun jenis yang berbeda.

B. Saran
Tumbuhan merupakan aset suatu Negara sehingga sebagai mahasiswa
maupun masyarakat tentunya harus terus melestarikan jenis tumbuhan
terutama dalam hal tumbuhan langkah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, P, N. (2009). Hasil Samping Tanaman Kelapa. Bbp2Tp.


Anjani, A. (2021). Pohon Jati: Jenis, Manfaat, Habitat dan Karakteristiknya.
Dalam https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5713612/pohon-jati-jenis-
manfaat-habitat-dan-karakteristiknya. Diakses 2 Desember 2021.
Anonim. (2021). Pohon Pinus (Pinus merkusii): Hutan Pinus, Habitat, Sebaran,
Morfologi, Manfaat, dan Budidaya. Dalam https://foresteract.com/pohon-
pinus/. Diakses pada 2 Desember 2021.
Egra, P. S., Patriawan, R., Kartinam, S. S., & Kusparidin, H. (2019). Aktivitas
Antimikroba Tanaman Paku (Stenochlaena palustris dan Pteridium
caudatum) Terhadap Bakteri (Ralstonia solanacearum dan Streptococcus
sobrinus). Jurnal Jamu Indonesia, 4(1), 28-36.
Kusmana, C., & Hikmat, A. (2015). Keanekaragaman hai flora di
Indonesia. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
(Journal of Natural Resources and Environmental Management), 5(2),
187-187.
Jannah, A. N. (2021). HUBUNGAN PERUBAHAN CUACA DENGAN
INDEKS KECERAHAN MATAHARI, SUHU LINGKUNGAN DAN
KELEMBAPAN UDARA DI DESA KARANGANYAR. Karst: JURNAL
PENDIDIKAN FISIKA DAN TERAPANNYA, 4(1), 27-32.
Khair. (2021). Penjelasan Lengkap Tentang Ciri-ciri Pohon Pisang. Dalam
https://berkahkhair.com/ciri-ciri-pohon-pisang/. Diakses pada 2 Desember
2021.
Magfiroh, U. L. (2017). Faktor Ketinggian Tempat Terhadap Sintesis Vitamin
Buah Carica (Carica Pubecens). In Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi Dan Biologi (pp. 69-74).
Nurrahman, I. B. (2021). Implementasi Algoritma Fisher-Yates dalam Game
Pengenalam Bioma Berbasis Android. Doctoral dissertation, STMIK
AKAKOM YOGYAKARTA.
Rahardjo, M. (2011). Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
18
Sari, N. K. (2009). Produksi Bioethanol dari Rumput Gajah Secara Kimia. Jurnal
Teknik Kimia, 4(1), 265–273.
soffiana agustin, eko prasetyo. (2011). Klasifikasi jenis pohon mangga gadung
dan curut berdasarkan tesktur daun. 58–64.
Suhardiyono, L. (1995). Tanaman Kelapa Budidaya dan pemanfaatanya. Kanisius.
Waluya, B. (2008). Persebaran Flora Dan Fauna. Bbm 4, 1(1), 1–22.
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/
TEMPAT_RUANG_DAN_SISTEM_SOSIAL/BBM_4.pdf
Yuniwati, M. (2012). Produksi minyak biji kapuk dalam usaha peman faatan biji
kapuk sebagai sumber minyak nabati. Jurnal Teknologi Technoscientia, 202-
212.
Zid, M., Hardi, O. S. (2018). Biogeografi. Bumi Aksara. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai