EKOLOGI HUTAN
Oleh :
JURUSAN KEHUTANAN
2023
HALAMAN JUDUL
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN
Oleh :
JURUSAN KEHUTANAN
2023
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Jurusan : Kehutanan
Menyetujui :
Asisten Praktikum
Mengetahui :
Koordinator Mata Kuliah Ekologi Hutan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
Lengkap Praktikum Ekologi Hutan” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
tak lupa pula penulis hantarkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad
Ekologi Hutan terutama kepada Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si. Koordinator Mata
Kuliah Ekologi Hutan yang telah memberikan arahan dalam praktikum ini. Tak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada asisten dosen yang telah sabar
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terimakasih.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
LAPORAN I PENGENALAN EKOLOGI UMUM.........................................1
I Pendahuluan..............................................................................1
II Tinjauan Pustaka.......................................................................3
III Metode Praktikum.....................................................................9
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................10
V Kesimpulan dan Saran..............................................................14
LAPORAN II IDENTIFIKASI EKOSISTEM DAN ANALISIS
VEGETASI...........................................................................................................15
I Pendahuluan..............................................................................15
II Tinjauan Pustaka.......................................................................17
III Metode Praktikum.....................................................................22
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................24
V Kesimpulan dan Saran..............................................................30
LAPORAN III PENGEMBANGAN EKOLOGI BERKELANJUTAN.........31
I Pendahuluan..............................................................................31
II Tinjauan Pustaka.......................................................................33
III Metode Praktikum.....................................................................40
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................41
V Kesimpulan dan Saran..............................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................54
KESAN DAN PESAN..........................................................................................55
LAMPIRAN.........................................................................................................56
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
I PENDAHULUAN
protoplasma, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme atau individu, populasi,
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Kusumaningtyas dan Chofyan, 2013).
Berbagai macam komponen yang saling terkait dalam hutan menjadikan hutan
sebagai obyek yang kompleks dan tidak mudah untuk dikelola (Herianto, 2017).
dilakukan dengan cara mencabut rumput-rumput atau gulma yang ada dilahan
serta sisa tanaman yang sudah mati. Sisa tanaman dan rumput tersebut tudak
Dekomposer utama dalam perombakan bahan adalah jamur dan bakteri. Mereka
berikut :
lingkungannya?
berikut :
lingkungannya.
II TINJAUAN PUSTAKA
ekologi bisa disebut sebagai ilmu dasar lingkungan, ilmu yang mempelajari
makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola
sekitarnya (Efendi et al., 2018). Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
masyarakat. Secara umum ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang
setiap sistem kehidupan di dalam hutan menuntut agar hutan dapat menjadi rumah
atau tempat tinggal untuk menampung kehidupan setiap organisme yang ada di
(Maulana et al., 2019). Hutan merupakan suatu ekosistem, yaitu sebuah Kawasan
yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan yaitu pohon, anak pohon, semak,
rumput dan jenis vegetasi lantai lainnya. Hutan dapat kita temukan
hidup di permukaan bumi ini, manfaat itu dapat diambil karena adanya fungsi
ekonomi dan fungsi ekologi kawasan hutan, fungsi ekonomi seperti menghasilkan
hasil hutan berupa kayu dan non kayu, fungsi ekologi hutan adalah hidrorologi,
yaitu pengaturan air tanah dan perlindungan tanah terhadap erosi (Yeyen et al.,
2018).
hidup secara bersama-sama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar
hidup di lingkungan tersebut (Nuraida et al., 2022). Vegetasi dalam ilmu ekologi
bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem yang
terdiri dari beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu
yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga
vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik
5
indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya (Febriliani et
al., 2013).
terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan. Komposisi dan struktur vegetasi salah
satunya dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim
seiring berubahnya faktor lingkungan menjauhi sumber air panas (Hidayat, 2018).
Biota perairan yang bisa menjadi indikasi antara lain adalah plankton dan benthos.
perairan, dalam badan perairan, dan menempati kawasan dasar perairan. Biota
yang hidup di permukaan perairan dan dalam badan perairan terdiri dari
pada permukaan perairan, dan menempati dalam dasar perairan (Sarong et al.,
2020).
oleh arus air. Plankton dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
Populasi biota laut yang mendiami wilayah pantai dapat dijadikan sebagai
perairan. Sebagian besar biota air yang dapat digunakan sebagai bioindikator
diidentifikasi, memiliki toleransi sensitif yang berbeda pada berbagai faktor biotik
dan abiotik dalam lingkungannya, sehingga struktur komunitas (Alifah dan Natsir,
2022).
lingkungan perairan yang baik, biota air yang datang secara alami atau
memenuhi baku mutu untuk biota airtersebut hidup (Arifin et al., 2019)
perairan tersebut. Dampak dari sifat fisik dan kimia perairan sangat erat kaitanya
dengan biota perairan. Biota perairan tersebut akan berinteraksi dengan sifat– sifat
2.4 Dekomposisi
dari proses penghancuran yang dilakukan oleh serangga kecil terhadap tumbuhan
dan sisa bahan organik mati menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian
dilanjutkan dengan proses biologi yang dilakukan oleh bakteri dan fungi untuk
hara makro maupun hara mikro sehingga dapat diserap oleh tanaman. Faktor-
faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik, yaitu jenis dan
sumber bahan organik tanah dan sebagai tempat terjadinya proses biologi tanah
seperti dekomposisi. Serasah akan terurai menjadi unsur hara yang tersedia di
dalam proses penyuburan tanah dan tanaman sangat tergantung pada laju produksi
yang terdapat pada serasah atau detritus akibat curah hujan atau aliran air. Kedua,
fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan molekul air dan ketiga,
Pacul, Sekop, Parang, Pita meter, Patiba, Linggis dan sapu lidi. Sedangkan bahan
1. Dibuat plot 5 m × 5 m.
3. Setelah dicatat tumbuhan dan tanaman, dilakukan pembersihan area plot dan
disekitar plot.
4.1 Hasil
sebagai berikut:
3 Melakukan kegiatan
pembersihan lahan
4.1 Pembahasan
Ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau makhluk tidak
hidup (komponen abiotik) contohnya air, tanah, udara dan (komponen abiotik)
komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di
11
atas dan di bawah wilayah tersebut. Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem
karakteristik lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan
(Juhadi, 2017).
terdiri dari seluruh tingkatan makhluk yang ada di wilayah ekosistem tersebut
tersebut yaitu asam (Tamarindus indica), nanas (Ananas comosus), Jati putih
abiotik dalam plot. Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimiawi yang
garam mineral, sinar matahari, suhu, kelembapan dan derajat keasaman (pH)
12
(Djunaid dan Setiawati, 2018). Seperti halnya dengan komponen biotik, peran
2023).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme hidup dan
2. Ciri-ciri organisme dan lingkungan dapat dibagi menjadi fisik dan fisiologis
5.2 Saran
lebih desiplin lagi dan memperhatikan alat dan bahan yang digunakan saat
praktikum.
I PENDAHULUAN
Hutan yang dimaksud dengan hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-
pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta
pengertian hutan didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam Persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Armiwal, 2019).
biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik dapat diartikan sebagai komponen
biak dan bertahan hidup dalam lingkungan abiotik. Komponen abiotik diartikan
fungsi sebagai penyangga kehidupan, melindungi sumber air, tanah, baik dalam
mencegah erosi, dan menjaga stabilitas iklim global serta berperan seba-gai paru-
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Vegetasi
2. Apa unsur yang mempengaruhi Ekosistem dan Kerapatan vegetasi dalam Suatu
Lahan
merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan
definisi ekosistem berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui
Ekosistem yang ada di dunia di bagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami
dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdiri atas ekosistem air dan ekosistem
darat. Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air asin.
Ekosistem darat terdiri atas ekosistem hutan, padang rumput, padang pasir, tundra,
fungsinya. Struktur ekosistem adalah berbagai elemen biotik dan abiotik yang
terdapat pada ekosistem tersebut. Proses pada ekosistem adalah interaksi antar
elemen tersebut yang biasanya berupa aliran materi, energi dan informasi. Fungsi
dalam menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung (Riqqi et al., 2018).
muka bumi ini. Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari
suatu eksosistem. Manfaat termasuk jasa penyediaan, seperti pangan dan air; jasa
penyakit; jasa pendukung seperti pembentukan tanah dan silkus hara; serta jasa
kultural seperti rekreasi, spiritual dan manfaat non material lainnya (Katili, 2018).
indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman dari penyusun komunitas hutan
tentang struct (data bentukan) dan data komposisi suatu komunitas tumbuhan
Beberapa parameter yang dapat dihitung dalam kegiatan analisis vegetasi yaitu
jumlah spesies, jumlah famili, dan diameter batang pohon. Data yang diperoleh
luasbasal area (LBA) relatif, dan indeks nilai penting (INP) (Binsasi et al., 2017).
siekologi dari su atu spesies dan dapat digunakan seba-gai dasar dalam
salah satu parameter yang menunjukkan peranan spesies tumbuhan tersebut dalam
rumus (Hidayat, 2018). Kerapatan vegetasi yaitu presentase suatu spesies vegetasi
atau tumbuhan yang hidup di suatu luasan tertentu (Wahrudin et al., 2019).
merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
20
atau tanam-tanaman. Vegetasi dalam ekologi adalah istilah yang digunakan untuk
Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia (Andini et al., 2018).
dapat di deteksi dari teknik penginderaan jauh. Salah satu metode perubahan
abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa, seperti air, tanah, udara,
Komponen biotik dan abiotik akan saling mempengaruhi satu sama lain
ekosistem (Melalolin et al., 2016). Hubungan setiap komponen biotik dan abiotik
hidup dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik hubungan yang rumit
timbal balik antar komponen ekosistem . Setiap makhluk hidup sangat bergantung
pada makhluk hidup lain dan sumber daya alam disekitarnya digunakan untuk
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah parang, pita meter,
meteran rol, kamera dan alat tulis. Bahan yang di gunakan pada pratikum ini
adalah tali rafia dan tally sheet. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah parang, pita meter, meteran rol, kamera dan alat tulis.
plot pada plot 2 m x 2 m yang telah dibuat dan mencatat data ke dalam tally
sheet.
23
ekosistem dengan menentukan komponen biotik dan abiotik pada setiap plot
4.1 Hasil
Tingkat : Pohon
Plot : 20 m x 20 m
Tingkat : Tiang
Plot : 10 m x 10 m
Tingkat : Pancang
Plot : 10 m x 10 m
Tingkat : Semai
Plot :2mx2m
4.2 Pembahasan
komponen biotik dan komponen abiotik serta melakukan analisis vegetasi dengan
membuat plot ukur. Plot ukur tersebut terdiri dari beberapa ukuran yaitu 20 x 20
tingkat semai berdiameter < 2 cm dan tinggi ≤ 1,5 (Paradika et al., 2021).
Berdasarkan tabel 4 hasil analisis vegetasi untuk tingkat pohon (plot 20m
x 20 m) diperoleh 5 jenis individu dan dari analisis data diperoleh kerapatan (K)=
125, kerapatan relatif (KR) = 100 %, frekuensi (F) = 5, frekuesi relatif (FR) = 100
%, dominansi (D) = 7,27, dominansi relatif (DR) = 100.000% dan indeks nilai
penting (INP) = 300. Sementara tabel 5 hasil analisis vegetasi untuk tingkat tiang
dan tabel 6 hasil analisis vegetasi untuk tingkat pancang (plot 10m x 10m), yang
dimana untuk tingkat tiang diperoleh 8 jenis individu dan dari analisis data
frekuesi relatif (FR) = 100 %, dominansi (D) =16,042, dominansi relatif (DR) =
100% dan indeks nilai penting (INP) = 300. Sementara, untuk tingkat pancang
27
(plot 2m x 2m) diperoleh jumlah individunya 8 dan dari analisis data diperoleh
kerapatan (K) = 800, kerapatan relatif (KR) = 100 %, frekuensi (F) = 5, frekuesi
relatif (FR) = 100 %, dan indeks nilai penting (INP) =100. Selanjutnya, untuk
tabel 7 hasil analisis vegetasi untuk tingkat semai diperoleh jumlah individu yaitu
9 dan dari analisis data diperoleh kerapatan (K)= 22.500, kerapatan relatif (KR)
=100 %, frekuensi (F) = 4, frekuesi relatif (FR) = 100 %, dan indeks nilai penting
(INP) = 200.
Jumlah Individu
Rumus dalam menganalisis data yaitu K= , Kerapatan
Luas Petak Ukur
Kerapatan Suatu Jenis
relatif (KR) = ,Frekuensi (F) =
Kerapatan Seluruh Jenis
Jumlah petak penemuan suatu jenis
, Frekuensi Relatif (FR) =
Jumlah Seluruh petak
Frekuensi suatu jenis Luas Penutupan suatu jenis
x 100 %, Dominansi (D)= ,
Frekuensi seluruh jenis Luas petak
Dominansi suatu jenis
Dominansi relative = x 100 %, Indeks Nilai penting (INP)
Dominansi seluruh jenis
tiang dan pohon = KR+FR+DR, sedangkan INP semai dan pancang = KR+FR
(Mariana dan Mardani, 2016).
Berdasarkan data yang telah dianalisis, diperoleh bahwa untuk tingkat
semai, pancang, tiang dan pohon. Densitas atau massa jenis atau rapatan
presentasi suatu spesies vegetasi atau tumbuhan yang hidup di suatu luasan
seperti curah hujan dan suhu, topografi seperti relief dan jenis tanah, serta
dalam menentukan sejauh mana tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang. Hewan
vegetasi. Selain itu, peristiwa alam seperti kebakaran hutan dan banjir juga dapat
segala aspek kehidupan, salah satunya pada perubahan penutupan lahan hutan.
Jika vegetasi memiliki tingkat kerapatan yang rendah, maka akan menyebabkan
hilangnya seresah hutan, karena tidak ada lagi bagian-bagian vegetasi hutan yang
terdapat diatas lahan. Tidak adanya pohon dan seresah tentu menjadi sebuah
hambatan terhadap limpasan permukaan (surface run-off) menjadi kecil dan air
akan mengalir lebih cepat menuju alur Sungai (Yanti et al., 2020).
tiang dan semai diperoleh nilai yang sama yaitu 100 %. Kerapatan Relatif adalah
vegetasi dalam suatu area (Mariana dan Mardani, 2016). Sementara, Indeks Nilai
terendah yakni pohon dan tiang serta pancang dan semai dengan nilai INP yakni
biotik dan abiotik. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara Makhluk
29
bagian dari ekosistem yang terdiri dari seluruh tingkatan makhluk yang ada di
wilayah ekosistem seperti tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri (Juwita et al.,
kemasaman tanah, susunan gas dalam tanah serta ketersediaan unsur hara yang
vegetasi, burung dan rayap. Saat praktikum ditemukan banyak jenis semut, hal ini
cukup tinggi dan memiliki peran penting dalam ekosistem, baik secara langsung
dalam ekosistem dibedakan menjadi dua macam, yaitu komponen autotrof dan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia
fungsi ekosistem.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
dominan.
2. Ekosistem dan kerapatan vegetasi dalam suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa
unsur kunci. Ketersediaan air yang cukup, kondisi tanah yang sesuai, suhu dan
sehat.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah pada saat praktikum semua
dengan mengikuti panduan agar dihasilkan laporan yang sesuai dan praktikum
berjalan dengan lancar dan tidak menganggu fokus praktikan yang lain.
I PENDAHULUAN
Makhluk hidup tunggal biasa disebut individu, dan populasi merupakan kumpulan
individu sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Berbagai
populasi dari spesies yang berbeda dan hidup bersama disebut komunitas. Satu
kelompok yang memiliki ciri khas tertentu dan terdiri dari beberapa komunitas
herbivora, karnivora, omnivora dan dekomposer. Hal ini juga terkait aliran energi,
daur biogeokimia, dan interaksi yang terjadi di dalamnya (Susilawati et al., 2016).
Ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu makhluk tidak hidup (komponen
abiotik) dan (komponen abiotik) berbagai jenis makhluk hidup. (Rabb, 2017).
didasari oleh konsep ekologi. Dimana setiap komponen ekologi mulai dari yang
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam konteks ini, tiga pilar utama yang
elemen penting dalam pembangunan ini dengan manfaat seperti mengurangi emisi
pohon secara masif di berbagai lokasi, termasuk hutan, tepi jalan, taman,
pekarangan rumah, dan lahan kosong adalah sebagai salah satu langkah konkret
2. Bagaimana Cara membangun hubungan yang baik antara makhluk hidup dan
lingkungannya?
2. Mengetahui cara membangun hubungan yang baik Antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
II TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem bisa dikatakan seimbang apabila semua komponen biotik dan abiotik
berada pada takaran yang seharusnya dalam jumlah maupun peranannya dalam
sehingga akan menjadi keberlanjutan dan aliran energi dalam ekosistem akan
adalah peristiwa alam. Peristiwa alam ada yang menimbulkan bencana, disebut
hutan dan pembakaran hutan, perburuan hewan hutan yang tidak terkendali,
untuk masa yang akan datang, salah satunya adalah dengan membuat kawasan
lindung sebagai kawasan yang memiliki manfaat penting dimana salah satu
maupun fauna yang ada didalamnya.Salah satu satwa liar yang memiliki peran
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah dan lain-lain (Andini et al., 2018). Vegetasi merupakan
Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia berkaitan
dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Nisia,
yang merujuk pada peranan makhluk hidup dalam suatu ekosistem, sangat penting
Konsep nisia melibatkan jenis makanan yang dikonsumsi oleh suatu organisme,
cara atau strategi yang digunakan dalam mencari makan, dan juga waktu di mana
Tanpa adanya manusia eksistensi lingkungan tidak akan pernah berlanjut serta
tanpa adanya lingkungan alam, mustahil manusia dapat hidup seimbang dan
hidup secara bersamasama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar
akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon (Nuraida et al., 2022).
37
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Peranan vegetasi dalam
oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan
tata air tanah dan lain-lain. Kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Mariana et al., 2014)
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
Kita bisa melihat langkah penghijauan pada taman kota, pinggir jalan, atau di
tempat-tempat yang berupa tanah lapang. Selain memberikan kesan segar dan
mengatasi polusi yang banyak dihasilkan di jalan raya, dan memberikan suplai
tempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang tumbuhan tersebut. Manfaat
dari penghijauan adalah mencegah erosi tanah, membuat kualitas udara menjadi
lebih baik, memperbaiki kualitas air, pengontrol iklim, mencegah terjadinya banjir
dan mengubah pemandangan menjadi lebih indah dan segar (Holilah et al., 2022).
lingkungan yang asri dan memberikan manfaat lingkungan yang signifikan. Salah
satu manfaatnya adalah menjaga keseimbangan sistem air alamiah dan mencegah
kawasan hutan, dengan fokus pada pemulihan, pelestarian, dan peningkatan fungsi
lahan. Tujuannya adalah untuk mendukung berbagai fungsi, seperti tata air,
sejuk dan nyaman, berperan sebagai pengatur lingkungan (Ferazona et al., 2022).
Selain itu, pepohonan hasil dari penghijauan memiliki peran penting dalam
membawa partikel besar dari tanah. Akar-akar pohon turut membantu menahan
tanah, mencegah erosi selama banjir dan daun serta ranting pohon membantu
07.30 WITA – selesai. Lokasi praktikum ini bertempat di Jalan Limbo, Kelurahan
Alat yang digunakan yaitu parang, pacul, tali rafia, dan roll meter. Bahan
IV.1 Hasil
Pembersihan lahan
ditanam
IV.2 Pembahasan
tanaman yang lainya (Bawani, 2023). Tujuan pengaturan jarak tanam adalah untuk
menghindari persaingan unsur hara dan sinar matahari, mengetahui jumlah benih
tanam semakin baik karena volume tanah yang digemburkan semakin besar dan
volume kompos yang dapat dimasukkan ke lubang tanam juga bertambah banyak.
kawasan ruang terbuka hijau publik dan juga memberikan manfaat hasil bagi
gas rumah kaca yang dapat menurunkan pemanasan global. Penanaman pohon
alam agar dapat terus berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai
pemasangan ajir pada bibit kelengkeng yang telah ditanam. Pengajiran tanaman
adalah penopangan tanaman supaya tanaman tetap berdiri tegak dan mendapat
tanaman sedemikian rupa sehingga memperoleh sinar matahari yang cukup untuk
ekosistem dan mengetahui cara membangun hubungan yang baik Antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Vegetasi pada suatu tempat memiliki fungsi yang
penting. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan
peran mengontrol karbondioksida dan oksigen di udara, perbaikan sifat fisik serta
kimia dan perbaikan fisika tanah, pengaturan tata air dan lain-lain. Vegetasi juga
dalam skala bentang alam dengan luasan yang cukup dan kompak. Beberapa
habitat uses), sehingga konektivitas antar ekosistem dan habitat harus tetap terjaga
V.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
oksigen di udara, memberikan dampak positif pada sifat fisik dan kimia tanah,
2. Untuk membangun hubungan baik antara makhluk hidup dan lingkungan, perlu
muda. Perlindungan ekosistem dalam skala luasan yang cukup penting, dengan
habitatnya.
V.2 Saran
laporan harus dilakukan dengan mengikuti panduan agar dihasilkan laporan yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrojaq, N., Devitasari, R. D., Aisyah, L., Faturrahman, N. A., Bahtiar, S.,
Sujarwati, W., dan Maymuchar, M. 2021. Perbandingan Uji Densitas
Menggunakan Metode ASTM D1298 dengan ASTM D4052 pada
Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit. Lembaran publikasi minyak dan gas
bumi. 55(1) : 49-57.
AF, A. N. A., dan Natsir, N. A. 2022. Biota Laut Sebagai Indikator Biologi Dalam
Menentukan Status Pencemaran Perairan Tulehu Kecamatan Salahutu
Maluku Tengah. Biosel (Biology Science and Education): Jurnal
Penelitian Science dan Pendidikan. 11(1) : 83-95.
Agil, M. 2021. Identifikasi Tumbuhan Famili Leguminosae sebagai Penyusun
Struktur Vegetasi Hutan Kayu Putih. Borneo Journal of Science and
Mathematics Education, 1(1), 7-16.
Agustina, S., Maulana, Y., dan Zahara, N. 2022. Analisis Vegetasi Jenis Pohon
Dikawasan Pegunungan Desa Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang.
In Prosiding Seminar Nasional Biotik. 9(1) : 97-105.
Amala, E., dan Widayati, S. 2021. Analisis Ekologi Karya Sastra pada Novel
Rindu Terpisah di Raja Ampat Karya Kirana Kejora Sebagai Alternatif
Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas. Griya Cendikia, 6(2), 180-191.
Andini, S. W., Prasetyo, Y., dan Sukmono, A. 2018. Analisis Sebaran Vegetasi
dengan Citra Satelit Sentinel Menggunakan Metode NDVI dan
Segmentasi. Jurnal Geodesi Undip. 7(1) : 14-24.
Andryani, A. E. 2020. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau terhadap
kebutuhan oksigen di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Swara
Bhumi E-Journal Pendidikan Geografi. FIS Unesa. 3(3).
Annisa, A. A. 2019. Kopontren dan Ekosistem Halal Value Chain. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam. 5(1) : 1-8.
Ardiana, A. 2022. Identifikasi Vegetasi Pada Daerah Bekas Longsor Di Wilayah
Tangkapan Sungai Gamaccaya Sub Daerah Aliran Sungai Jenelata
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Arief, M. M. 2023. Integrasi Materi Ipa “Ekosistem Bagi Kehidupan Manusia”
Dengan Ayat Al-Qur’an. Tarbiyah Darussalam: Jurnal Ilmiah
Kependidikan dan Keagamaan. 7(1) : 94-111.
Arifin, Z., Yulianda, F., dan Imran, Z. 2019. Analisis Keanekaragaman Biota Laut
Sebagai Daya Tarik Wisata Underwater Macro Photography (Ump) Di
Perairan Tulamben, Bali. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis. 11(2) : 335-346.
47
Febriliani, F., Ningsih, S., dan Muslimin, M. 2013. Analisis vegetasi habitat
anggrek di sekitar danau tambing kawasan taman nasional lore
lindu. Jurnal Warta Rimba. 1(1).
Ferazona, S., Suryanti., dan Rosiya, M. M. 2022. Sosialisasi Pentingnya
Penghijauan Sekolah di SDN 004 Sekeladi Hilir Kecamatan Rokan Hilir.
Jurnal Pengabdian Masyarakat. 4(2):144-147.
Handayani, H., dan Ahmed, Y. 2022. Studi Analisis Struktur Dan Komposisi
Vegetasi Hutan Kota Cibubur Dan Hutan Kota Patriot. Metrik Serial
Teknologi Dan Sains. 3(2) : 109-114.
Handayani, R. 2019. Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pola asuh orangtua
terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar. Jurnal Tunas Bangsa. 6(1) :
15-26.
Hanum, A. M., dan Kuswytasari, N. D. 2014. Laju dekomposisi serasah daun
trembesi (Samanea saman) dengan penambahan inokulum kapang. Jurnal
Sains dan Seni ITS. 3(1) : 17-21.
Hariphin, R. L., dan Wardoyo, E. R. P. 2016. Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
Di Kawasan Muara Sungai Serukam Kabupaten Bengkayang. Jurnal
Protobiont. 5(3) : 66-72.
Hidayat, M, 2018. Analisis vegetasi dan keanekaragaman tumbuhan di kawasan
manifestasi geotermal ie suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan. 5(2) :
114-124.
Holilah, H., Januriana, A. M., Hilman, M., dan Sukarna, R. H. 2022. Membangun
Karakter Peduli Lingkungan Melalui Penanaman Pohon Sebagai
Penghijauan Lingkungan Di Desa Bolang Kecamatan Lebakwangi. Jurnal
Pengabdian Dinamika. 9(2) : 50-58.
Ikhsani, H., Azwin dan Ratnaningsih, A. T. 2021. Penanaman Pohon Sebagai
Bentuk Kepedulian Terhadap Lingkungan di Perumahan Bukit Permata
Sumbari II Kota Pekanbaru. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 5(2) : 421-426.
Inandya, A., Pratama, S., Khotimah, H. K., Ridwana, R., dan Somantri, L. 2022.
Analisis Kerapatan Vegetasi Untuk Perencanaan Wilayah Di Desa
Cihideung Kabupaten Bandung Barat Menggunakan Citra Sentinel-2a
dengan Metode Msarvi. Jurnal Planologi, 19(2) : 192-206.
Indrayani, Y., Wardenaar, E., dan Ahmad, D. 2022. Keanekaragaman Jenis Semut
Arboreal di Kebun Raya Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari : 10(3) : 695-703.
Irawan, S., Sirait, J. 2017. Perubahan kerapatan vegetasi menggunakan citra
landsat 8 di kota Batam berbasis web. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology. 10(2) : 174-184.
49
Maulana, A., Suryanto, P., Widiyatno, W., Faridah, E., dan Suwignyo, B. 2019.
Dinamika suksesi vegetasi pada areal pasca perladangan berpindah di
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan. 13(2) : 181-194.
Melalolin, S. B., Lasut M. T., Tasirin, J. S., dan Kainde, R. P. 2016. Struktur dan
Komposisi Vegetasi Pohon Di Stasiun Penelitian Hutan Bron Desa
Warembungan Kabupaten Minahasa. In Cocos (Vol. 8, No. 1).
Mutawally, A. F., dan Mahzuni, D. 2023. Kehidupan Masyarakat Agraris Dan
Maritim Cirebon Awal Abad Ke-20: Suatu Tinjauan Ekologi
Manusia. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah. 2(6) : 2053-2064.
Nahdi, M. S. 2019. Biologi Konservasi Integrasi Pandangan Islam dan Peran
Masyarakat Dalam Konservasi Ekosistem Menuju Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development GoalsSDGs).
Novitasari, E., Rahman, K., Lestari, N., Putra., dan Hambali, A. 2023. Edukasi
Upaya Penangulangan Lahan Kritis Melalui Perluasan Wilayah
Penghijauan di Desa Semangki Kabupaten Maros. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(2):151-156.
Nugroho, M. A. 2022. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup: Upaya Penenaman
Kesadaran Lingkungan. Ibtidaiyyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. 1(2) : 93-108.
Nuraida, D., Rosyida. S. Z. A., Widyawati, N. A., Sari., K. W., dan Fanani, M. R.
I. 2022. Analisis Vegetasi Tumbuhan Herba Di Kawasan Hutan
Krawak. Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya (JB&P). 9(2) : 96-104.
Nurdyansyah, N. 2018. Model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPA
materi komponen ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nurika, F. B. P., Wiryani, E., dan Jumari, J. 2019. Keanekaragaman Vegetasi
Riparian Sungai Panjang Bagian Hilir di Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang. Jurnal Akademika Biologi. 8(1) : 19-23.
Nursal., Syafi'i, W., dan Hanif, M. A. Laju Dekomposisi Serasah Daun Di
Kawasan Hutan Larangan Adat Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten
Kampar. Biogenesis. 12(1) : 19-24.
Nursanti, N., dan Adriadi, A. A. 2021. Komponen Faktor Abiotik Lingkungan
Tempat Tumbuh Puspa (Schima wallichii DC. Korth) di Kawasan Hutan
Adat Bulian Kabupaten Musirawas. Jurnal Silva Tropika. 5(2) : 438-445.
Oktaviani, S. I., L. Hanum dan Z. P. Negara 2018. Analisis Vegetasi di Kawasan
Terbuka Hijau Industri Gasing. Jurnal Penelitian Sains. 19(3) : 124-131.
Paradika, G. Y., Kissinger, K., & Rezekiah, A. A. (2021). Pendugaan cadangan
karbon vegetasi di sempadan sungai pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Sylva
Scienteae. 4(1) : 98-106.
51
Sarong, M. A., Rijal, M., Hanifuddin, H., Mimie, S., Mursawal, A., dan Hermi, R.
2020. Biota Dasar Perairan Ekosistem Mangrove Kabupaten Aceh Jaya
Provinsi Aceh. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan
Kependidikan. 8(1) : 1-10.
Setiasih, W. A., dan Hakim, D. K. 2012. Pengembangan media pembelajaran
Biologi pokok bahasan ekosistem guna peningkatan prestasi siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Sumbang. JUITA: Jurnal Informatika. 2(1).
Setyobudiarso, H., Yuwono, E., dan Ma’ruf, A. 2020. Kegiatan Penghijauan di
Pesisir Watu Later Dusun Rawatrate, Desa Sitiarjo, Kabupaten Malang.
Jurnal Aplikasi dan Inovasi Ipteks Soliditas. 3(2):48-53.
Sholikhati, I., Seoprobowati, T. R., dan Jumari. 2020. Vegetasi Riparian Kawasan
Sub-DAS Sungai Gajah Wong Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 18(2) : 401-410.
Siagian, S. P. S., Susatya, A., dan Saprinurdin, S. 2021. Laju Dekomposisi Serasah
Daun Psychotria Malayana Di Hutan Kampus Universitas
Bengkulu. Journal of Global Forest and Environmental Science. 1(1) : 1-
9.
Sitanggang, N. D. H., dan Yulistiana, Y. 2015. Peningkatan hasil belajar
ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA. 5(2).
Sitepu, H. B. 2023. Materi Pembelajaran Keseimbangan Ekosistem. Medan.
Susilawati, E., Rahayuningsih, M., dan Ridlo, S.. 2016. Pengembangan perangkat
pembelajaran ekologi SMA dengan strategi outdoor learning. Unnes
Science Education Journal. 5(1) : 1091-1097.
Syahputra, G. J. M., Sepriyani, Y., Harahap, F. S.,. dan Septyani. I. A. P. 2022.
Pengaruh Penggunaan Ajir Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L.) Di Perkebunan Afdeling Ii
Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu. Jurnal Education And
Development, 10(3), 29-33.
Tidore, A., Walangitan, H. D., dan Langi, M. A. 2018. Evaluasi Prestasi Kerja
Penanaman Pada Proyek Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Berdasarkan
Tipe Tutupan Lahan. In Cocos . 10(3).
Tis' in, M. 201. Keanekaragaman Biota Perairan Sungai (Plankton) di Lapangan
Gas Senoro Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. AgriSains, 18(2), 71-
76.
Ufiza, S., Salmiati, dan Ramadhan, H. 2018. Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan
Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan Deudappulo
Nasi Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.
Utomo, S. W., Sutriyono, I., dan Rizal, R. 2012. Pengertian, ruang lingkup ekologi
dan ekosistem. Jakarta: Universitas Terbuka.
53
Wahrudin, U., Atikah, S., Al Habibah, A., Paramita, Q. P., Tampubolon, H.,
Sugandi, D., dan Ridwana, R. 2019. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk
identifikasi sebaran kerapatan vegetasi di Pangandaran. Geodika: Jurnal
Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi. 3(2) : 90-101.
Wijayanti, P. dan Kharis, M. 2015. Analisis model predator-prey dua spesies
dengan fungsi respon Holling tipe III. UNNES Journal of
Mathematics. 4(1) : 38-46.
Wijayanto, H. W., Anantayu, S., dan Wibowo, A. 2021. Perilaku dalam
pengelolaan lahan pertanian di kawasan konservasi daerah aliran sungai
(DAS) hulu Kabupaten Karanganyar. AgriHumanis: Journal of
Agriculture and Human Resource Development Studies, 2(1), 25-34.
Wulandari, R. 2016. Metode kunjungan lapangan untuk menanamkan kepedulian
terhadap lingkungan hidup. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan. 5(1) : 67-
80.
Yanti, D., Megantara, I., Akbar, M., Meiwanda, S., Izzul, S., Sugandi, D dan
Ridwana, R. 2020. Analisis Kerapatan Vegetasi di Kecamatan
Pangandaran melalui Citra Landsat 8. Jurnal Geografi, Edukasi Dan
Lingkungan (JGEL). 4(1) : 32-38.
Yudasmara, G. A. 2015. Analisis keanekaragaman dan kemelimpahan relatif algae
mikroskopis di berbagai ekosistem pada kawasan intertidal pulau
menjangan Bali Barat. JST (Jurnal Sains dan Teknologi), 4(1).
Yuliamalia, L. 2019. Tradisi larung saji sebagai upaya menjaga ekosistem di
Wisata Telaga Ngebel Ponorogo (studi literatur). Agastya: Jurnal Sejarah
Dan Pembelajarannya. 9(2) : 135-145.
54
RIWAYAT HIDUP
lulus pada tahun 2016, dan melanjutkan pendidikan di SMPN 05 Kendari pada
tahun 2016 dan lulus pada tahun 2019. Penulis melanjutkan pendidikan di SMK
Kehutanan Negeri Makassar pada tahun 2019. Setelah lulus SMK pada tahun
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan di Universitas Halu Oleo melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan masih aktif
banyak kesan yang positif. Dosen Mata Kuliah Ekologi adalah seorang dosen
yang sangat kompeten dan berpengalaman. Beliau memberikan arahan jelas dan
mudah dipahami. Asisten dosen mata kuliah ekologi selalu siap membantu
mahasiswa dalam membimbing saat praktikum dan pengerjaan laporan. Selain itu,
praktikan mata kuliah ekologi juga sangat aktif dan antusias dalam mengikuti
praktikum.
Penulis sangat berterima kasih kepada dosen atas bimbingan dan materi
yang diberikan selama praktikum. Materi yang diberikan sangat bermanfaat dan
membantu saya untuk memahami konsep ekologi dengan lebih baik. Penulis
berharap agar komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten dosen dapat
terus terjaga, karena hal ini sangat mendukung kelancaran dan keberhasilan setiap
sesi praktikum, dan untuk praktikan agar pada praktikum yang akan datang agar
Vegetasi
59