Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

EKOLOGI HUTAN

Oleh :

ANISA FADILA JAYA


NIM. M1A122003
KEHUTANAN D
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2023
HALAMAN JUDUL
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN

Oleh :

ANISA FADILA JAYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Praktikum Ekologi Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Hutan

Nama : I Putu Widi Ardika

Nim : M1A1 22 047

Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Kehutanan

Menyetujui :
Asisten Praktikum

1. Alman Sardi, S.Hut. 1.

2. Zulfitra Taufik (M1A121097) 2.

3. Muhammad Djunior Kadir (M1A121065) 3.

Mengetahui :
Koordinator Mata Kuliah Ekologi Hutan

Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si.


NIP. 196001011985032003

Tanggal Pengesahan, 25 Desember 2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala

Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan judul “Laporan

Lengkap Praktikum Ekologi Hutan” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam

tak lupa pula penulis hantarkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para dosen mata kuliah

Ekologi Hutan terutama kepada Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si. Koordinator Mata

Kuliah Ekologi Hutan yang telah memberikan arahan dalam praktikum ini. Tak

lupa penulis ucapkan terimakasih kepada asisten dosen yang telah sabar

membimbing selama berjalannya praktikum.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan ini Atas bantuan dan dukungannya penulis ucapkan

terimakasih.

Kendari, 25 Desember 2023

ANISA FADILA JAYA


NIM. M1A1 22 003

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
LAPORAN I PENGENALAN EKOLOGI UMUM.........................................1
I Pendahuluan..............................................................................1
II Tinjauan Pustaka.......................................................................3
III Metode Praktikum.....................................................................9
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................10
V Kesimpulan dan Saran..............................................................14
LAPORAN II IDENTIFIKASI EKOSISTEM DAN ANALISIS
VEGETASI...........................................................................................................15
I Pendahuluan..............................................................................15
II Tinjauan Pustaka.......................................................................17
III Metode Praktikum.....................................................................22
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................24
V Kesimpulan dan Saran..............................................................30
LAPORAN III PENGEMBANGAN EKOLOGI BERKELANJUTAN.........31
I Pendahuluan..............................................................................31
II Tinjauan Pustaka.......................................................................33
III Metode Praktikum.....................................................................40
IV Hasil dan Pembahasan..............................................................41
V Kesimpulan dan Saran..............................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................54
KESAN DAN PESAN..........................................................................................55
LAMPIRAN.........................................................................................................56

v
DAFTAR TABEL

1. Hasil Pengamatan Praktikum Pengenalan Ekolgi Umum................................10


2. Kegiatan saat Praktikum Pengenalan Ekologi Umum......................................11
3. Hasil Pengamatan Komponen Biotik dan Abiotik............................................24
4. Hasil Analisis Vegetasi untuk Tinggkat Pohon ................................................24
5. Hasil Analisis Vegetasi untuk Tinggkat Tiang .................................................25
6. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang..........................................................25
7. Hasil Analisis Vegetasi Tinggkat Semai...........................................................25
8. Hasil Pengamatan Kerapatan Vegetasi.............................................................26
9. Kegiatan dalam Penanaman Bibit Kelengkeng................................................41

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi Praktikum I Pengenalan Ekologi Umum....................................57


2. Dokumentasi Praktikum II Identifikasi Ekosistem dan Analisis Vegetasi........58
3. Dokumentasi Praktikum III Pengembangan Ekologi Berkelanjutan................59
4. Halaman Sampul ACC Praktikum I Pengenalan Ekologi Umum....................60
5. Halaman Sampul ACC Praktikum II Identifikasi Ekosistem dan Analisis
Vegetasi.............................................................................................................61
6. Halaman Sampul ACC Praktikum III Pengembangan Ekologi
Berkelanjutan....................................................................................................62

vii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu pengetahuan antara organisme dan lingkungannya.

Ekologi merupakan disiplin ilmu yang mengkaji hubungan organisme-organisme

atau kelompok organisme, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dengan

lingkungannya (Winiantari, 2022). Setiap tingkat biotik dalam ruang lingkup

ekologi berinteraksi dengan lingkungan fisik serta menghasilkan sistem-sistem

fungsional yang khas, yaitu biosistem. Ruang lingkup biologi meliputi

protoplasma, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme atau individu, populasi,

komunitas, ekosistem, sosio-ekosistem, dan biosfer (Utomo et al., 2013).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,

hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang

satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Kusumaningtyas dan Chofyan, 2013).

Berbagai macam komponen yang saling terkait dalam hutan menjadikan hutan

sebagai obyek yang kompleks dan tidak mudah untuk dikelola (Herianto, 2017).

Pembersihan lahan merupakan salah satu komponen pekerjaan yang

berat dalam melaksanakan penanaman. Kerapatan vegetasi memiliki pengaruh

dalam melakukan pembersihan lahan. Semakin rapat suatu vegetasi, maka

proses pembersihan akan semakin sulit, begitupun sebaliknya. Pembersihan lahan

dilakukan dengan cara mencabut rumput-rumput atau gulma yang ada dilahan

serta sisa tanaman yang sudah mati. Sisa tanaman dan rumput tersebut tudak

dibuang tetapi akan ditimbun sebagagai pupuk (Wijayanto et al., 2021)


2

Dekomposisi atau perombakan bahan organik merupakan proses biologi

yang melibatkan aktivitas beberapa jenis mikrobia. Selama proses dekomposisi

mikrobia memanfaatkan bahan organik sebagai sumber nutrient dan energi.

Dekomposer utama dalam perombakan bahan adalah jamur dan bakteri. Mereka

mengeluarkan ensim hidrolitik ekstraselular untuk mengkatalisir dekomposisi

bahan organik. Secara umum dekomposisi bahan organic (CaHbOcNd) oleh

mikrobia (Ratih et al., 2020)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktikum pengenalan ekologi umum adalah sebagai

berikut :

1. Apa pengertian ekologi dan ruang lingkup ekologi?

2. Bagaimana ciri, struktur, dinamika dan hubungan antara organisme dan

lingkungannya?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat praktikum pengenalan ekologi umum adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui pengertian ekologi.

2. Mengetahui ciri, struktur, dinamika dan hubungan antara organisme dan

lingkungannya.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi Hutan

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar

organisme atau organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan perkembangannya

ekologi bisa disebut sebagai ilmu dasar lingkungan, ilmu yang mempelajari

makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola

hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dengan komponen di

sekitarnya (Efendi et al., 2018). Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari

hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungan mereka

hidup (Amala dan Widayati, 2021).

Ekologi hutan merupakan suatu ekosistem sekaligus sebagai bagian dari

masyarakat. Secara umum ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang

mempelajari tentang ekosistem hutan. Hubungan yang saling menopang antara

setiap sistem kehidupan di dalam hutan menuntut agar hutan dapat menjadi rumah

atau tempat tinggal untuk menampung kehidupan setiap organisme yang ada di

dalamnya (Awang et al., 2019).

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan ekosistem

(Maulana et al., 2019). Hutan merupakan suatu ekosistem, yaitu sebuah Kawasan

yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan yaitu pohon, anak pohon, semak,

rumput dan jenis vegetasi lantai lainnya. Hutan dapat kita temukan

diberbagai daerah baik di kawasan tropis maupun beriklim dingin, di

dataran rendah dan di pegunungan (Agil, 2021).


4

Kawasan dengan tutupan hutan sangat bermanfaat bagi kelangsungan

hidup di permukaan bumi ini, manfaat itu dapat diambil karena adanya fungsi

ekonomi dan fungsi ekologi kawasan hutan, fungsi ekonomi seperti menghasilkan

hasil hutan berupa kayu dan non kayu, fungsi ekologi hutan adalah hidrorologi,

yaitu pengaturan air tanah dan perlindungan tanah terhadap erosi (Yeyen et al.,

2018).

2.2 Indentifikasi Vegetasi

Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang

hidup secara bersama-sama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar

penyusun komponen, baik antara tumbuh-tumbuhan maupun hewan-hewan yang

hidup di lingkungan tersebut (Nuraida et al., 2022). Vegetasi dalam ilmu ekologi

adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan

bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem yang

terdiri dari beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan

contoh-contoh vegetasi (Ardiana, 2021).

Analisis vegetasi menurut Susanto merupakan suatu cara mempelajari

susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi

yang dipelajari dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang

merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu

habitat (Maridi et al.,2015).

Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi,

yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga

vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik
5

sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai

indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya (Febriliani et

al., 2013).

Komposisi jenis vegetasi merupakan susunan dan jumlah individu yang

terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan. Komposisi dan struktur vegetasi salah

satunya dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim

dan keadaan tanah (Naharuddin, 2017). Keragaman struktur vegetasi meningkat

seiring berubahnya faktor lingkungan menjauhi sumber air panas (Hidayat, 2018).

2.3 Biota Perairan

Biota perairan merupakan indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan.

Biota perairan yang bisa menjadi indikasi antara lain adalah plankton dan benthos.

(Patimah dan Suratman, 2020). Biota perairan menempati kawasan permukaan

perairan, dalam badan perairan, dan menempati kawasan dasar perairan. Biota

yang hidup di permukaan perairan dan dalam badan perairan terdiri dari

fitoplankton, zooplankton dan nekton. Sementara itu biota dasar perairan

menempati kawasan dasar perairan, terutama di atas dasar perairan, menempel

pada permukaan perairan, dan menempati dalam dasar perairan (Sarong et al.,

2020).

Salah satu organisme yang terdapat di perairan adalah plankton. Plankton

adalah organisme-organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam

air. Kemampuan gerak plankton sangat terbatas sehingga gerakannya dipengaruhi

oleh arus air. Plankton dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu

zooplankton dan fitopankton (Tis’in, 2017).


6

Populasi biota laut yang mendiami wilayah pantai dapat dijadikan sebagai

indikator kualitas perairan. Hal ini dikarenakan seluruh hidupnya berada di

perairan. Sebagian besar biota air yang dapat digunakan sebagai bioindikator

dapat berupa hewan maupun tumbuhan. Golongan hewan diantaranya adalah

avertebrata. Hewan ini dapat dijadikan bioindikator dikarenakan mudah untuk

diidentifikasi, memiliki toleransi sensitif yang berbeda pada berbagai faktor biotik

dan abiotik dalam lingkungannya, sehingga struktur komunitas (Alifah dan Natsir,

2022).

Keberadaan biota air di perairan dapat berkembang dengan dukungan

lingkungan perairan yang baik, biota air yang datang secara alami atau

intruduksi akan dapat berkembang dengan baik apabila perairan tersebut

memenuhi baku mutu untuk biota airtersebut hidup (Arifin et al., 2019)

Sifat fisik kimia perairan sangat mempengaruhi kualitas lingkungan

perairan tersebut. Dampak dari sifat fisik dan kimia perairan sangat erat kaitanya

dengan biota perairan. Biota perairan tersebut akan berinteraksi dengan sifat– sifat

fisiko-kimia lingkungan habitat tempat hidup organisme (Mirino et al., 2014).

2.4 Dekomposisi

Dekomposisi merupakan proses perubahan secara fisik maupun secara

kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah. Proses dekomposisi dimulai

dari proses penghancuran yang dilakukan oleh serangga kecil terhadap tumbuhan

dan sisa bahan organik mati menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian

dilanjutkan dengan proses biologi yang dilakukan oleh bakteri dan fungi untuk

menguraikan partikel-partikel organik (Hanum dan Kuswytasari, 2014).


7

Bahan organik yang terdekomposisi dalam tanah akan melepaskan unsur

hara makro maupun hara mikro sehingga dapat diserap oleh tanaman. Faktor-

faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik, yaitu jenis dan

ukuran partikel bahan organik, jenis dan jumlah mikroorganisme, ketersediaan C,

N, P dan K, kelembaban tanah, temperatur, pH dan aerasi (Astuti, 2015). Tingkat

kelengkapan dekomposisi dipengaruhi oleh aktivitas mikroba serta berhubungan

dengan kondisi fisik kimia lingkungan (Nursal et al., 2015).

Serasah menjadi komponen utama dalam ekosistem hutan karena menjadi

sumber bahan organik tanah dan sebagai tempat terjadinya proses biologi tanah

seperti dekomposisi. Serasah akan terurai menjadi unsur hara yang tersedia di

dalam tanah untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan pohon. Peran serasah

dalam proses penyuburan tanah dan tanaman sangat tergantung pada laju produksi

dan laju dekomposisi serasah (Kusmana dan Yentiana, 2021).

Menurut Mason (1977) terdapat 3 tahap proses dekomposisi serasah, yaitu

pertama, proses pelindihan (leaching), yaitu mekanisme hilangnya bahan-bahan

yang terdapat pada serasah atau detritus akibat curah hujan atau aliran air. Kedua,

penghawaan (wathering), merupakan mekanisme pelapukan oleh faktor- faktor

fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan molekul air dan ketiga,

aktivitas biologi yang menghasilkan pecahan-pecahan organik oleh makhluk

hidup yang melakukan dekomposisi (Siagian et al., 2021). Iklim merupakan

faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi, karena merupakan regulator

utama bakteri dan metabolisme jamur (Devianti dan Tjahjaningrum, 2017).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum “Pengenalan Ekologi Umum” ini dilaksanakan pada hari

Minggu, 1 Oktober 2023 mulai pukul 07.30 WITA – Selesai, bertempat di

Greenity, Jl. Bunga Seroja II No.38, Lahundape, Kendari Barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan Ekologi Umum yaitu

Pacul, Sekop, Parang, Pita meter, Patiba, Linggis dan sapu lidi. Sedangkan bahan

yang digunakan yaitu karung dan kantung packing.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan saat praktikum adalah sebagai berikut :

1. Dibuat plot 5 m × 5 m.

2. Dicatat tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam plot

3. Setelah dicatat tumbuhan dan tanaman, dilakukan pembersihan area plot dan

disekitar plot.

4. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cangkul untuk membersihkan

tanah dari tumbuhan. Kemudian, parang digunakan untuk membabat.

5. Tumbuhan yang dibersihkan dimasukkan ke dalam karung lalu dibuang di

lubang untuk dijadikan humus.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil Pengamatan Praktikum Pengenalan Ekologi Umum ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Pengamatan Praktikum pengenalan ekolgi umum


No Jenis Tumbuhan Gambar Tumbuhan Deskripsi

1 Asam Lamtoro mempunyai


(Tamarindus indica) pertumbuhan yang
cepat dan dapat
tumbuh dengan baik
didaerah dengan curah
hujan tahunan 650 mm
sampai 3000 mm.

2 Nanas Nanas atau Ananas


(Ananas comosus) comosus merupakan
keluarga Bromeliaceae
dengan ciri-ciri berduri
di bagian kulit luar dan
di atas buah terdapat
daun-daun pendek yang
tersusun.
3 Jati putih (Gmelina Jati Putih termasuk
tanaman penghasil kayu
arborea) yang produktif. Produk
utama tanaman ini
adalah kayu.

Tabel 2 Kegiatan saat Praktikum Pengenalan Ekologi Umum


N Kegiatan Deskripsi
o
10

1 Pembuatan plot 5m × 5m ini


berfungsi untuk mengetahui
batasan pengamatan
tumbuhan yang ada

2 Mengamati tumbuhan yang


ada dalam plot yang telah
dibuat.

3 Melakukan kegiatan
pembersihan lahan

4.1 Pembahasan

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi)

antara organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya (Maknun, 2017).

Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara Makhluk hidup dan

lingkungan. Makhluk hidup antara lain tumbuhan hijau sebagai produsen,

herbivora, karnivora, omnivora dan dekomposer (Susilawati et al., 2016).

Ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau makhluk tidak

hidup (komponen abiotik) contohnya air, tanah, udara dan (komponen abiotik)

berbagai jenis makhluk hidup (Rabb, 2017)

Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua

komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di
11

atas dan di bawah wilayah tersebut. Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem

yang tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen ini dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu komponen struktural yang sering disebut

karakteristik lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan

(Juhadi, 2017).

Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang

hidup secara bersama-sama pada satu tempat/wilayah dan tempat terjadinya

interaksi antar penyusun komponen, baik antara tumbuh-tumbuhan maupun

hewan-hewan yang hidup di lingkungan tersebut (Ufiza et al., 2018). Dengan

adanya vegetasi di suatu ekosistem mampu memberi dampak positif bagi

keseimbangan ekosistem tersebut (Nurika et al., 2019)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kompenen biotik

dalam plot 5 m x 5 m. Komponen biotik merupakan bagian dari ekosistem yang

terdiri dari seluruh tingkatan makhluk yang ada di wilayah ekosistem tersebut

seperti tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri (Yudasmara, 2015). Komponen

tersebut yaitu asam (Tamarindus indica), nanas (Ananas comosus), Jati putih

(Gmelina arborea), belalang (Dissosteria carolina). Belalang dapat ditemukan

hampir di semua ekosistem Terestrial (Irwanto dan Gusnia, 2021).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terdapat pula komponen

abiotik dalam plot. Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimiawi yang

terdapat pada suatu ekosistem sebagai medium atau substrat untuk

berlangsungnya suatu kehidupan. Komponen abiotik meliputi udara, air, tanah,

garam mineral, sinar matahari, suhu, kelembapan dan derajat keasaman (pH)
12

(Djunaid dan Setiawati, 2018). Seperti halnya dengan komponen biotik, peran

komponen abiotik yaitu menjamin kelangsungan hidup organisme dan

terciptanya keseimbangan ekosistem sama besarnya (Sitanggang dan Yulistiana,

2023).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan laporan pengenalan ekologi umum adalah sebagai berikut :

1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme hidup dan

lingkungannya, termasuk bagaimana organisme saling berpengaruh dan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ruang lingkup ekologi mencakup studi

tentang ekosistem, komunitas, populasi, individu, biogeografi, interaksi

organisme, penerapan pengetahuan ekologi dalam pelestarian alam dan

pengelolaan sumber daya, serta dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan.

2. Ciri-ciri organisme dan lingkungan dapat dibagi menjadi fisik dan fisiologis

untuk organisme, serta abiotik dan biotik untuk lingkungan. Struktur

melibatkan susunan tubuh organisme dan komponen lingkungan, sedangkan

dinamika mencakup perubahan organisme dan lingkungan. Hubungan antara

organisme dan lingkungan bisa timbal balik atau satu arah.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah praktikan saat praktikum selanjutnya

lebih desiplin lagi dan memperhatikan alat dan bahan yang digunakan saat

praktikum.
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Alam Setia Zain dalam bukunya Hukum Lingkungan Konservasi

Hutan yang dimaksud dengan hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-

pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta

alam lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Sedangkan

pengertian hutan didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam Persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Armiwal, 2019).

Menurut Soemarwoto (1983), ekosistem adalah hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu

kesatuan kompleks yang didalamnya terdapat hubungan antara organisme dan

lingkungannya yang saling mempengaruhi (Yuliamalia, 2019).

Di dalam ekosistem terapat beberapa penyusun yaitu seperti komponen

biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik dapat diartikan sebagai komponen

penyusun ekosistem yang berupa mahluk hidup. Komponen biotik berkembang

biak dan bertahan hidup dalam lingkungan abiotik. Komponen abiotik diartikan

sebagai komponen-komponen penyusun ekosistem yang berupa benda tidak

hidup. Komponen abiotic sangat mempengaruhi jenis dan pola hidup

komponen biotik dalam suatu ekosistem (Budi, 2017).


16

Vegetasi merupakan sistem kompleks yang berin-teraksi berbagai faktor

yang saling mempengaruhi. Keberadaan vegetasi mempunyai peranan dan ber-

fungsi sebagai penyangga kehidupan, melindungi sumber air, tanah, baik dalam

mencegah erosi, dan menjaga stabilitas iklim global serta berperan seba-gai paru-

paru dunia dan menjaga kestabilan ling-kungan (Oktaviani et al., 2018).

Analisis vegetasi merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar

sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Vegetasi

adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup secara

bersama-sama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar penyusun

komponen (Agustina et al., 2022).

2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum identifikasi ekosistem dan analisis

vegetasi adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Ekosistem dan analisis Vegetasi

2. Apa unsur yang mempengaruhi Ekosistem dan Kerapatan vegetasi dalam Suatu

Lahan

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dan manfaat pada praktikum identifikasi ekosistem dan analisis

vegetasi adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Ekosistem dan analisis vegetasi

2. Mengetahui unsur yang mempengaruhi Ekosistem dan Kerapatan vegetasi

dalam Suatu Lahan.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekositem Umum

Ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh yang

saling mempengaruhi antara segenap unsur lingkungan hidup. Ekosistem

merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan

lingkungannya (Annisa, 2019). Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di

dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang di

maksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan

keanekaragaman spesies (species diversity). Sedangkan istilah fungsi dalam

definisi ekosistem berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui

komponen-komponenekosistem (Setiasih dan Hakim, 2013).

Ekosistem yang ada di dunia di bagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami

dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdiri atas ekosistem air dan ekosistem

darat. Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air asin.

Ekosistem darat terdiri atas ekosistem hutan, padang rumput, padang pasir, tundra,

dan taiga. Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang di ciptakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sawah dan bendungan merupakan dua

contoh ekosistem buatan (Nurdyansyah 2018).

Ekosistem memiliki struktur dan proses untuk dapat menjalankan

fungsinya. Struktur ekosistem adalah berbagai elemen biotik dan abiotik yang

terdapat pada ekosistem tersebut. Proses pada ekosistem adalah interaksi antar

elemen tersebut yang biasanya berupa aliran materi, energi dan informasi. Fungsi

ekosistem adalah kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam


18

dalam menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung (Riqqi et al., 2018).

Ekosistem memiliki jasa yang sangat penting dalam siklus kehidupan di

muka bumi ini. Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari

suatu eksosistem. Manfaat termasuk jasa penyediaan, seperti pangan dan air; jasa

pengaturan seperti pengaturan terhadap banjir, kekeringan, degradasi lahan dan

penyakit; jasa pendukung seperti pembentukan tanah dan silkus hara; serta jasa

kultural seperti rekreasi, spiritual dan manfaat non material lainnya (Katili, 2018).

2.2 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah metode untuk mempelajari susunan atau

komposisi vegetasi berdasarkan bentuk struktur vegetasi dari masyarakat tumbuh-

tumbuhan. Analisis vegetasi memerlukan data-data kuantitatif untuk menentukan

indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman dari penyusun komunitas hutan

sehingga dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang Kemelimpahan spesies,

distribusi vegetasi dalam suatu ekosistem, serta hubungan keberadaan tumbuhan

dengan faktor lingkungannya (Hariphin dan Wardoyo 2016).

Analisis vegetasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

jenis-jenis tumbuhan dan menetapkan jenis yang dominan. Analisa vegetasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat keragaman spesies, struktur poppulasi serta

ekologi. Analisis vegetasi diterapkan untuk memperoleh informasi kuntitatif

tentang struct (data bentukan) dan data komposisi suatu komunitas tumbuhan

(Azizah et al., 2020). Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot,

mengamati morfologi dan identifikasi vegetasi yang terdapat dilapangan.


19

Beberapa parameter yang dapat dihitung dalam kegiatan analisis vegetasi yaitu

kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif, dominasi

mutlak, dominasi relatif dan indeksnilai penting (Manalu et al., 2021).

Hasil analisis vegetasi pohon yang diperoleh berupa jumlah individu,

jumlah spesies, jumlah famili, dan diameter batang pohon. Data yang diperoleh

selanjutnya dilakukan perhitungan densitas relatif (DsR), frekuensi relatif (FR),

luasbasal area (LBA) relatif, dan indeks nilai penting (INP) (Binsasi et al., 2017).

INP merupakan indeks yang dapat di gunakan sebagai pembanding signifikan

siekologi dari su atu spesies dan dapat digunakan seba-gai dasar dalam

menentukan dominansi spesies dalam ekosistem. Suatu komunitas merupakan

salah satu parameter yang menunjukkan peranan spesies tumbuhan tersebut dalam

komunitasnya tersebut (Handayani dan Ahmed, 2022).

2.3 Kerapatan Vegetasi

Kerapatan adalah jumlah individu setiap spesies yang di jumpai dalam

petak contoh. Kerapatan masing-masing spesies tumbuhan dihitung menggunakan

rumus (Hidayat, 2018). Kerapatan vegetasi yaitu presentase suatu spesies vegetasi

atau tumbuhan yang hidup di suatu luasan tertentu (Wahrudin et al., 2019).

Kerapatan vegetasi adalah satu aspek yang mempengharui karakteristik vegetasi

dalam citra. Kerapatan vegetasi umumnya di wujudkan dalam bentuk presentase

untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi (Purwati dan Walad, 2019).

Vegetasi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi

merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
20

ekosistem. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di definisikan

sebagai suatu bentuk kehidupan yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan

atau tanam-tanaman. Vegetasi dalam ekologi adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam suatu ekosistem.

Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan berjalannya

waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia (Andini et al., 2018).

Informasi data kerapatan vegetasi, luas lahan,dan keadaan di lapangan

dapat di deteksi dari teknik penginderaan jauh. Salah satu metode perubahan

kerapatan vegetasi ini dapat di pantau menggunakan citra Landsat 8. Dalam

melakukan pemantauan perubahan vegetasi digunakan citra satelit secara

multitemporal untuk mengetahui perkembangannya (Irawan dan Sirait, 2017).

2.4 Komponen Biotik Dan Abiotik

Komponen biotik adalah kondisi alam yang berhubungan dengan makhluk

hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan (Handayani, 2019). Komponen

abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa, seperti air, tanah, udara,

kelembaban, intensitas cahaya, PH, dan bahan pencemar (Wulandari, 2016).

Komponen biotik dan abiotik akan saling mempengaruhi satu sama lain

sehingga membentuk satu kesatuan yang takdapat dipisahkan yang disebut

ekosistem (Melalolin et al., 2016). Hubungan setiap komponen biotik dan abiotik

selalu menimbulkan perubahan-perubahan pada setiap makhluk hidup didalamnya

termasuk manusia (Mutawally dan Mahzuni, 2023). Hubungan antara makhluk

hidup dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik hubungan yang rumit

dan kompleks . Keseimbangan ekosistem dapat terjadi ketika terdapat hubungan


21

timbal balik antar komponen ekosistem . Setiap makhluk hidup sangat bergantung

pada makhluk hidup lain dan sumber daya alam disekitarnya digunakan untuk

makanan, pertumbuhan dan perlindungan (Sitanggang dan Yulistiana, 2015).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan Pada hari Minggu, 22 Oktober 2023, pukul

08:00 WITA – selesai di Kebun Raya UHO, Kelurahan Kambu, Kecamatan

Kambu, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah parang, pita meter,

meteran rol, kamera dan alat tulis. Bahan yang di gunakan pada pratikum ini

adalah tali rafia dan tally sheet. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum

ini adalah parang, pita meter, meteran rol, kamera dan alat tulis.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Identifikasi Ekosistem dan Analisis

Vegetasi adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah tersedia.

2. Membuat plot seluas 20 m x 20 m , 10 m x 10 m dan 2 m x 2 m.

3. Mengidentifikasi pohon, tiang dan pancang, serta semai dengan menggunakan

aplikasi “PlanNet”, yang dimana pohon diidentifikasi pada plot 20 m x 20 m,

tiang dan pancang pada plot 10 m x 10 m serta mengidetifikasi semai dalam

plot pada plot 2 m x 2 m yang telah dibuat dan mencatat data ke dalam tally

sheet.
23

4. Setelah melakukan hal tersebut, selanjutnya dilakukan pengidentifikasian

ekosistem dengan menentukan komponen biotik dan abiotik pada setiap plot

dan mencatat data ke dalam tally sheet.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan praktikum identifikasi ekosistem dan analisis vegetasi

dapat dilihat pada tabel berikut:

4.1.1 Identifikasi Ekosistem

Tabel 3 Hasil Pengamatan Komponen Biotik dan Abiotik


No Komponen Biotik Komponen Abiotik
1 Semut Serasah
2 Lalat Tanah
3 Vegetasi Batu
4 Burung Cahaya Matahari
5 Rayap Udara

4.1.2 Analisis Vegetasi

Tingkat : Pohon

Plot : 20 m x 20 m

Tabel 4 Hasil Analisis Vegetasi untuk Tingkat Pohon


No. Nama Jenis Nama Ilmiah K (cm) D(cm)
1 Sp 1 - 140 44,586
2 Sp 2 Cedrela oclorata 66 21,019
3 Sp 3 Pimenta dioca 64 20,382
4 Sp 4 Visnea mocaena 63,5 20,223
5 Sp 5 Baloghia balansae 67 21,338
25

Tingkat : Tiang

Plot : 10 m x 10 m

Tabel 5 Hasil Analisis Vegetasi untuk Tingkat Tiang


No Nama
Nama Ilmiah K (cm) D(cm)
. Jenis
1 Sp 1 - 60 19,108
43 13,694
48 15,287
2 Sp 2 - 61 19,427
58 18,471
3 Sp 3 - 37 11,783
60 19,108
4 Sp 4 Dracaena manni 37 11,783

Tingkat : Pancang

Plot : 10 m x 10 m

Tabel 6 Hasil Analisis Vegetasi untuk Tingkat Pancang


No. Nama Jenis Nama Ilmiah Jumlah Individu
1 Melati hutan Miconia prasina 1
2 Benghalensis Hiptage benghalensis 2
3 Pulai gading Barringtonia racemosa 3
4 Sarasa Sarasa indica 1
5 Jambu mawar Syzygium jambos 1

Tingkat : Semai

Plot :2mx2m

Tabel 7 Hasil Analisis Vegetasi untuk Tingkat Semai


No. Nama Jenis Nama Ilmiah Jumlah Individu
1 Arali putri Polayscias diversivolik 1
2 Saguaraji Rhamnidium elaeocarpun 3
3 Teki lading Cyperus indica 3
4 Pucuk merah Syzygium jambos 2
26

Tabel 8 Hasil Pengamatan Kerapatan Vegetasi


Jumlah Kerapatan
Tingkatan Luas Petak Kerapatan (K)
Vegetasi Relatif (KR)
Vegetasi (ha) (Individu/ha)
(individu) (%)
Pohon 5 0,04 125 100
Tiang 8 0,01 650 100
Pancang 8 0,01 800 100
Semai 9 0,002 22.500 100

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Ini dilakukan identifikasi ekosistem, dimana mangamati

komponen biotik dan komponen abiotik serta melakukan analisis vegetasi dengan

membuat plot ukur. Plot ukur tersebut terdiri dari beberapa ukuran yaitu 20 x 20

m, 10 x 10 m, 2 x 2 m. Plot 20 m x 20 m untuk tingkat pohon berdiameter ≥ 20

cm, Plot 10 m x 10 m untuk tingkat tiang berdiameter 10 cm - < 20 cm, Plot 5 m x

5 m untuk tingkat pancang berdiameter 2 cm - < 10 cm dan Plot 2 m x 2 m untuk

tingkat semai berdiameter < 2 cm dan tinggi ≤ 1,5 (Paradika et al., 2021).

Berdasarkan tabel 4 hasil analisis vegetasi untuk tingkat pohon (plot 20m

x 20 m) diperoleh 5 jenis individu dan dari analisis data diperoleh kerapatan (K)=

125, kerapatan relatif (KR) = 100 %, frekuensi (F) = 5, frekuesi relatif (FR) = 100

%, dominansi (D) = 7,27, dominansi relatif (DR) = 100.000% dan indeks nilai

penting (INP) = 300. Sementara tabel 5 hasil analisis vegetasi untuk tingkat tiang

dan tabel 6 hasil analisis vegetasi untuk tingkat pancang (plot 10m x 10m), yang

dimana untuk tingkat tiang diperoleh 8 jenis individu dan dari analisis data

diperoleh kerapatan (K)= 650, kerapatan relatif (KR)=100 %, frekuensi (F) = 4,

frekuesi relatif (FR) = 100 %, dominansi (D) =16,042, dominansi relatif (DR) =

100% dan indeks nilai penting (INP) = 300. Sementara, untuk tingkat pancang
27

(plot 2m x 2m) diperoleh jumlah individunya 8 dan dari analisis data diperoleh

kerapatan (K) = 800, kerapatan relatif (KR) = 100 %, frekuensi (F) = 5, frekuesi

relatif (FR) = 100 %, dan indeks nilai penting (INP) =100. Selanjutnya, untuk

tabel 7 hasil analisis vegetasi untuk tingkat semai diperoleh jumlah individu yaitu

9 dan dari analisis data diperoleh kerapatan (K)= 22.500, kerapatan relatif (KR)

=100 %, frekuensi (F) = 4, frekuesi relatif (FR) = 100 %, dan indeks nilai penting

(INP) = 200.

Jumlah Individu
Rumus dalam menganalisis data yaitu K= , Kerapatan
Luas Petak Ukur
Kerapatan Suatu Jenis
relatif (KR) = ,Frekuensi (F) =
Kerapatan Seluruh Jenis
Jumlah petak penemuan suatu jenis
, Frekuensi Relatif (FR) =
Jumlah Seluruh petak
Frekuensi suatu jenis Luas Penutupan suatu jenis
x 100 %, Dominansi (D)= ,
Frekuensi seluruh jenis Luas petak
Dominansi suatu jenis
Dominansi relative = x 100 %, Indeks Nilai penting (INP)
Dominansi seluruh jenis
tiang dan pohon = KR+FR+DR, sedangkan INP semai dan pancang = KR+FR
(Mariana dan Mardani, 2016).
Berdasarkan data yang telah dianalisis, diperoleh bahwa untuk tingkat

kerapatan tertinggi ke terendah secara berturut-turut diperoleh untuk tingkat

semai, pancang, tiang dan pohon. Densitas atau massa jenis atau rapatan

merupakan pengukuran massa setiap satuan volume dengan satuan standar

pengukuran tertentu (Abdurrojaq et al., 2021). Kerapatan vegetasi merupakan

presentasi suatu spesies vegetasi atau tumbuhan yang hidup di suatu luasan

tertentu (Inandya et al., 2022). Kerapatan vegetasi dalam suatu wilayah

dipengaruhi oleh sejumlah faktor alamiah dan antropogenik. Faktor-faktor iklim


28

seperti curah hujan dan suhu, topografi seperti relief dan jenis tanah, serta

aktivitas manusia seperti penebangan hutan dan pertanian, semuanya berperan

dalam menentukan sejauh mana tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang. Hewan

herbivora dan interaksi kompetitif antara tumbuhan juga memengaruhi kerapatan

vegetasi. Selain itu, peristiwa alam seperti kebakaran hutan dan banjir juga dapat

memiliki dampak signifikan.

Kerapatan vegetasi sangat penting diketahui untuk mengetahui

penggunaan lahan dan degradasi lahan. Vegetasi sangat berpengaruh terhadap

segala aspek kehidupan, salah satunya pada perubahan penutupan lahan hutan.

Jika vegetasi memiliki tingkat kerapatan yang rendah, maka akan menyebabkan

hilangnya seresah hutan, karena tidak ada lagi bagian-bagian vegetasi hutan yang

terdapat diatas lahan. Tidak adanya pohon dan seresah tentu menjadi sebuah

hambatan terhadap limpasan permukaan (surface run-off) menjadi kecil dan air

akan mengalir lebih cepat menuju alur Sungai (Yanti et al., 2020).

Selanjutnya, untuk kerapatan relatif (KR) pada tingkat pohon, pancang,

tiang dan semai diperoleh nilai yang sama yaitu 100 %. Kerapatan Relatif adalah

perbandingan kerapatan suatu jenis vegetasi dengan kerapatan seluruh jenis

vegetasi dalam suatu area (Mariana dan Mardani, 2016). Sementara, Indeks Nilai

Penting (INP) dari tingkatan vegetasi secara berturut-turut dari tertinggi ke

terendah yakni pohon dan tiang serta pancang dan semai dengan nilai INP yakni

300 dan 200.

Berdasarkan tabel 1 hasil identifikasi ekosistem diperoleh komponen

biotik dan abiotik. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara Makhluk
29

hidup dan lingkungan (Susilawati et al., 2016). Komponen biotik merupakan

bagian dari ekosistem yang terdiri dari seluruh tingkatan makhluk yang ada di

wilayah ekosistem seperti tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri (Juwita et al.,

2022). Faktor abiotik lingkungan meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban,

kemasaman tanah, susunan gas dalam tanah serta ketersediaan unsur hara yang

berada dalam tanah (Nursanti dan Adriadi, 2021).

Komponen biotik yang diperoleh yakni beberapa jenis semut, lalat,

vegetasi, burung dan rayap. Saat praktikum ditemukan banyak jenis semut, hal ini

dikarenakan semut merupakan serangga yang memiliki keanekaragaman yang

cukup tinggi dan memiliki peran penting dalam ekosistem, baik secara langsung

maupuntidak langsung. Keberadaan semut erat kaitannya dengan ketersediaan

makanan dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya seperti kelembaban, tempat

bersarang, struktur dan komposisi tumbuhan (Indrayani et al., 2022).

Berdasarkan segi tingkatan trofik atau nutrisi, maka komponen biotik

dalam ekosistem dibedakan menjadi dua macam, yaitu komponen autotrof dan

komponen heterotrof (Djunaid dan Setiawati, 2018). Autotrof adalah organisme

yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan

organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia

(Saragih et al., 2020). Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Bila

sumber energi berasal dari matahari maka disebut fotoautotrof (Pertamawati,

2013). Sementara heterotrof adalah organisme yang membutuhkan senyawa

organik di mana karbon diekstrak untuk pertumbuhannya. Komponen biotik


30

dalam ekosistem memegang peran utama dalam menjaga keseimbangan dan

fungsi ekosistem.
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dalam laporan identifikasi ekosistem dan analisis vegetasi ini

adalah sebagai berikut:

1. Ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh yang

saling mempe-ngaruhi antara segenap unsur lingkungan hidup. Ekosistem

merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Sedangkan Analisis vegetasi merupakan analisis yang

digunakan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan menetapkan jenis yang

dominan.

2. Ekosistem dan kerapatan vegetasi dalam suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa

unsur kunci. Ketersediaan air yang cukup, kondisi tanah yang sesuai, suhu dan

iklim yang mendukung, serta ketersediaan cahaya matahari yang memadai,

semuanya berperan penting dalam menentukan pertumbuhan vegetasi yang

sehat.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah pada saat praktikum semua

praktikan memperhatikan arahan asisten. Penyusunan laporan harus dilakukan

dengan mengikuti panduan agar dihasilkan laporan yang sesuai dan praktikum

berikutnya sebaiknya praktikan lebih tepat waktu, sehingga kegiatan praktikum

berjalan dengan lancar dan tidak menganggu fokus praktikan yang lain.
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya.

Makhluk hidup tunggal biasa disebut individu, dan populasi merupakan kumpulan

individu sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Berbagai

populasi dari spesies yang berbeda dan hidup bersama disebut komunitas. Satu

kelompok yang memiliki ciri khas tertentu dan terdiri dari beberapa komunitas

yang berbeda disebut ekosistem ekosistem (Wijayanti dan Kharis, 2015).

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

lingkungan. Makhluk hidup antara lain tumbuhan hijau sebagai produsen,

herbivora, karnivora, omnivora dan dekomposer. Hal ini juga terkait aliran energi,

daur biogeokimia, dan interaksi yang terjadi di dalamnya (Susilawati et al., 2016).

Ekosistem terdiri dari dua komponen, yaitu makhluk tidak hidup (komponen

abiotik) dan (komponen abiotik) berbagai jenis makhluk hidup. (Rabb, 2017).

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekeliling dari makhluk

hidup yang mempengaruhi kehidupannya (sifat, pertumbuhan dan persebaran).

Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan segala sesuatu yang berada di sekeliling

makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terus

terjaga kelestariannya secara alami maupun dengan sentuhan tangan manusia

tanpa batasan waktu. Dalam mewujudkan lingkungan berkelanjutan utamanya

didasari oleh konsep ekologi. Dimana setiap komponen ekologi mulai dari yang

terkecil tak boleh luput diperhatikan (Effendi et al., 2018).


33

Pembangunan ekologi berkelanjutan bertujuan memenuhi kebutuhan

generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam konteks ini, tiga pilar utama yang

harus diperhatikan adalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pohon menjadi

elemen penting dalam pembangunan ini dengan manfaat seperti mengurangi emisi

gas rumah kaca, meningkatkan kualitas udara, menjaga ketersediaan air,

meningkatkan keanekaragaman hayati, dan memperindah lingkungan.Penanaman

pohon secara masif di berbagai lokasi, termasuk hutan, tepi jalan, taman,

pekarangan rumah, dan lahan kosong adalah sebagai salah satu langkah konkret

untuk mewujudkan pembangunan ekologi berkelanjutan (Prathama et al., 2020).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum pengembangan ekologi berkelanjutan

adalah sebagai berikut:

1. Apa hubungan antara vegetasi dan ekosistem?

2. Bagaimana Cara membangun hubungan yang baik antara makhluk hidup dan

lingkungannya?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat pada praktikum pengembangan ekologi berkelanjutan

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara vegetasi dan ekosistem.

2. Mengetahui cara membangun hubungan yang baik Antara makhluk hidup dan

lingkungannya.
II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Keseimbangan Ekosistem

Keseimbangan ekosistem adalah suatu kondisi dimana interaksi antara

komponen-komponen dalamnya berlangsung secara harmonis dan seimbang.

Keseimbangan ekosistem tersebut berdampak signifikan pada keselerasan serta

kesejahteraan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Sitepu, 2023).

Keseimbangan ekosistem harus dijaga agar tercipta lingkungan yang baik.

Ekosistem bisa dikatakan seimbang apabila semua komponen biotik dan abiotik

berada pada takaran yang seharusnya dalam jumlah maupun peranannya dalam

lingkungan (Wulandari, 2016)

Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponen

ekosistem dalam jumlah yang berimbang. Diantara komponen-komponen

ekosistem tersebut terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling memberikan

apa yang menjadi kebutuhan Keseimbangan tersebut harus tetap terjaga

sehingga akan menjadi keberlanjutan dan aliran energi dalam ekosistem akan

tetap terjaga (Effendi et al., 2018).

Sejauh ini, diketahui terdapat dua jenis faktor yang menyebabkan

perubahan keseimbangan di dalam ekosistem, yaitu faktor alami dan faktor

manusia. Faktor alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan

adalah peristiwa alam. Peristiwa alam ada yang menimbulkan bencana, disebut

bencana alam. Faktor lain penyebab perubahan keseimbangan ekosistem adalah

faktor manusia yang melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan


35

hidupnya. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan penebangan pohon-pohon di

hutan dan pembakaran hutan, perburuan hewan hutan yang tidak terkendali,

termasuk memperjualbelikan hewan langka dan dilindungi. (Lestari, 2023).

Keseimbangan ekosistem agar pemanfaatan hutannya bisa berkelanjutan

untuk masa yang akan datang, salah satunya adalah dengan membuat kawasan

lindung sebagai kawasan yang memiliki manfaat penting dimana salah satu

diantaranya adalah mempertahankan keseimbangan alami lingkungan serta flora

maupun fauna yang ada didalamnya.Salah satu satwa liar yang memiliki peran

penting dalam keseimbangan ekosistem adalah mamalia (Ismail et al., 2015).

II.2 Peran Mahluk Hidup Dalam Keseimbangan Ekosistem

Alam merupakan ekosistem terbesar yang selalu menjaga

keseimbangannya secara otomatis, terbuka dan dinamis. Proses terjaganya

keseimbangam ekosistem tersebut terdapat baik pada lingkungan biotik maupun

pada lingkungan abiotik. Keseimbangan ekosistem merupakan suatu kondisi yang

berlangsung secara seimbang antara komponen makhluk hidup dengan

lingkungannya (Nahdi, 2019).

Kehadiran vegetasi pada suatu wilayah akan memberikan dampak positif

bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan

vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon

dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,

pengaturan tata air tanah dan lain-lain (Andini et al., 2018). Vegetasi merupakan

makhluk hidup yang menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen,


36

karbondioksida yang diserap oleh vegetasi dapat menghasilkan oksigen melalui

proses fotosintesis yang terjadi pada daun tumbuhan (Andriyani, 2020).

Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia berkaitan

dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Nisia,

yang merujuk pada peranan makhluk hidup dalam suatu ekosistem, sangat penting

dalam memahami interaksi antara organisme yang ada di lingkungan tersebut.

Konsep nisia melibatkan jenis makanan yang dikonsumsi oleh suatu organisme,

cara atau strategi yang digunakan dalam mencari makan, dan juga waktu di mana

organisme tersebut aktif mencari makan (Sodikin, 2016).

Manusia merupakan bagian dari ekosistem yang sangat bergantung pada

lingkungan. Manusia dengan lingkungan memiliki hubungan yang sangat dekat

yaitu kersamaan, saling terkait, hubungan menguntungkan dan saling melengkapi.

Tanpa adanya manusia eksistensi lingkungan tidak akan pernah berlanjut serta

tanpa adanya lingkungan alam, mustahil manusia dapat hidup seimbang dan

sempurna (Putri et al., 2022).

II.3 Pengaruh Vegetasi dalam Ekosistem

Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang

hidup secara bersamasama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar

penyusun komponen, baik antara tumbuhtumbuhan maupun hewan-hewan yang

hidup di lingkungan tersebut. Keberadaan vegetasi akan mengurangi karbon di

atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan

tumbuhan. Karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut

akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon (Nuraida et al., 2022).
37

Keberadaan vegetasi pada suatu wilayah memberikan dampak positif bagi

keseimbangan ekosistem, khususnya disekitar sungai (Sholikhati et al., 2020).

Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik

yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan

lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang

tumbuh secara alamiah pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan

pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami

perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik (Sari et al., 2018).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape memberikan dampak positif bagi

keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Peranan vegetasi dalam

suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan

oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan

tata air tanah dan lain-lain. Kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan

dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan

komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Mariana et al., 2014)

Struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan dipengaruhi oleh komponen

ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara

alami merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan. Struktur vegetasi

adalah suatu organisasi individu–individu di dalam ruang yang membentuk suatu

tegakan. Sedangkan komposisi hutan merupakan jenis– jenis penyusun yang

menempati vegetasi di suatu tempat (Destaranti et al., 2017).


38

II.4 Penghijauan Lahan

Penghijauan merupakan salah satu bentuk peran manusia dalam menjaga

lingkungan. Penghijauan dilakukan dengan melakukan penanaman pepohonan.

Kita bisa melihat langkah penghijauan pada taman kota, pinggir jalan, atau di

tempat-tempat yang berupa tanah lapang. Selain memberikan kesan segar dan

memperindah pemandangan di tempat-tempat umum, penghijauan juga

memberikan banyak manfaat bagi lingkungan. Pohon-pohon yang ditanam akan

mengatasi polusi yang banyak dihasilkan di jalan raya, dan memberikan suplai

oksigen bagi manusia (Purwanto, 2021).

Penghijauan merupakan usaha untuk menanam pohon dan tumbuhan di

tempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang tumbuhan tersebut. Manfaat

dari penghijauan adalah mencegah erosi tanah, membuat kualitas udara menjadi

lebih baik, memperbaiki kualitas air, pengontrol iklim, mencegah terjadinya banjir

dan mengubah pemandangan menjadi lebih indah dan segar (Holilah et al., 2022).

Pelaksanaan penghijauan atau reboisasi bukan hanya sekadar penanaman

pohon, melainkan juga merupakan langkah konkret untuk menciptakan

lingkungan yang asri dan memberikan manfaat lingkungan yang signifikan. Salah

satu manfaatnya adalah menjaga keseimbangan sistem air alamiah dan mencegah

terjadinya erosi serta pengikisan tanah (Setyobudiarso et al., 2021).

Penghijauan menjadi semacam tindakan rehabilitasi lahan kritis di luar

kawasan hutan, dengan fokus pada pemulihan, pelestarian, dan peningkatan fungsi

lahan. Tujuannya adalah untuk mendukung berbagai fungsi, seperti tata air,

produksi, dan perlindungan. Manfaat penghijauan tidak hanya sebatas pada


39

keberlanjutan lahan, tetapi juga memberikan dampak positif dalam mengatur

lingkungan. Vegetasi yang tumbuh akan menciptakan lingkungan setempat yang

sejuk dan nyaman, berperan sebagai pengatur lingkungan (Ferazona et al., 2022).

Selain itu, pepohonan hasil dari penghijauan memiliki peran penting dalam

meredam kecepatan angin, mengurangi dampak dan kemampuan angin untuk

membawa partikel besar dari tanah. Akar-akar pohon turut membantu menahan

tanah, mencegah erosi selama banjir dan daun serta ranting pohon membantu

mengurangi dampak tetesan air hujan di tanah (Novitasari et al., 2023).


III METODE PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu, 9 Desember 2023 mulai pukul

07.30 WITA – selesai. Lokasi praktikum ini bertempat di Jalan Limbo, Kelurahan

Watubangga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara pada

titik koordinat 04°01'41.62" LS 122°28'30.90° BT.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu parang, pacul, tali rafia, dan roll meter. Bahan

yang digunakan yaitu bibit klengkeng.

III.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan saat praktikum identifikasi ekosistem dan

analisis vegetasi adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan lahan yang akan digunakan untuk penanaman;

2. Membersihkan lahan yang akan ditanami;

3. Mengukur jarak tanam yaitu 7 m x 7 m;

4. Menggali lubang dengan panjang dan lebar 30 cm sedalam 30 cm;

5. Menanam bibit yang telah disiapkan ke dalam lubang; dan

6. Memberi penanda pada tanaman yang telah ditanam.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pengembangan ekosistem

berkelanjutan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Tabel 9 Kegiatan dalam Penanaman Bibit Kelengkeng


Gambar Jenis Kegiatan

Pembersihan lahan

Pembuatan jarak tanam (7m x 7m)


untuk menanam bibit

Pembuatan lubang dengan ukuran


30 cm x 30 cm untuk menanam
bibit kelengkeng

Penanaman bibit kelengkeng

Pemasangan ajir pada bibit yang telah


42

ditanam

IV.2 Pembahasan

Proses penanaman bibit kelengkeng dimulai dari pembersihan lahan

dengan membabat gulma yang ada di lahan. Pembersihan lahan merupakan

kegiatan untuk membersihkan semak, rumput dan sisa tanaman produksi

sebelumnya yang tumbuh pada lahan yang akan mengganggu pertumbuhan

tanaman. Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, penggunaan

herbisida, pencabutan dan pembakaran sisasisa tanaman (Roidah, 2014).

Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan jarak tanam dengan

ukuran 7 m x 7 m. Jarak tanam merupakan jarak antara satu tanaman dengan

tanaman yang lainya (Bawani, 2023). Tujuan pengaturan jarak tanam adalah untuk

mendapatkan ruang tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman guna

menghindari persaingan unsur hara dan sinar matahari, mengetahui jumlah benih

yang diperlukan, serta mempermudah dalam pemeliharaan terutama dalam

penyiangan. Jarak tanam dapat mempengaruhi hasil, karena dengan populasi

tanaman yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda

pula (Erwin et al., 2015).


43

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu membuat lubang tanam

dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Prinsipnya, semakin besar ukuran lubang

tanam semakin baik karena volume tanah yang digemburkan semakin besar dan

volume kompos yang dapat dimasukkan ke lubang tanam juga bertambah banyak.

Pembuatan lubang tanam dan pemupukan adalah salah satu pendukung

keberhasilan tanaman muda (Prijono, 2019). Pembuatan lubang tanam dan

pencampuran pupuk dilakukan bersamaan pada saat dilakukan penanaman

penanaman bibit kelengkeng.

Kegiatan penanaman pohon merupakan sebuah upaya penghijauan

kawasan ruang terbuka hijau publik dan juga memberikan manfaat hasil bagi

masyarakat. Kegiatan menanam pohon sangat berguna untuk mengurangi emisi

gas rumah kaca yang dapat menurunkan pemanasan global. Penanaman pohon

juga merupakan upaya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi

alam agar dapat terus berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai

pengatur tata air atau pelindung lingkungan. (Ikhsani et al., 2021).

Setelah Penanaman dilakukan, kegiatan terakhir adalah dilakukan

pemasangan ajir pada bibit kelengkeng yang telah ditanam. Pengajiran tanaman

adalah penopangan tanaman supaya tanaman tetap berdiri tegak dan mendapat

sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Pengajiran bertujuan agar

tanaman mendapatkan sinar matahari secara maksimal dengan cara menopang

tanaman sedemikian rupa sehingga memperoleh sinar matahari yang cukup untuk

pertumbuhannya (Syahputra et al., 2022).


44

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui hubungan antara vegetasi dan

ekosistem dan mengetahui cara membangun hubungan yang baik Antara makhluk

hidup dan lingkungannya. Vegetasi pada suatu tempat memiliki fungsi yang

penting. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan

peran mengontrol karbondioksida dan oksigen di udara, perbaikan sifat fisik serta

kimia dan perbaikan fisika tanah, pengaturan tata air dan lain-lain. Vegetasi juga

menjadi habitat bagi berbagai hewan (Kurniawan et al., 2019).

Cara membangun hubungan yang baik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya yaitu dengan Adanya pendidikan lingkungan yang tepat

diharapkan dapat menanamkan kepada generasi muda pentingnya kesadaran

lingkungan (Nugroho, 2022). Selain itu perlindungan ekosistem harus dilakukan

dalam skala bentang alam dengan luasan yang cukup dan kompak. Beberapa

spesies satwa menggunakan beberapa tipe ekosistem sebagai habitatnya (multi

habitat uses), sehingga konektivitas antar ekosistem dan habitat harus tetap terjaga

dengan baik (Atmoko et al., 2021).


V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum pengembangan ekologi berkelanjutan adalah

sebagai berikut:

1. Hubungan antara vegetasi dan ekosistem sangat erat karena vegetasi

memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan fungsi ekosistem.

Vegetasi, melalui proses fotosintesis, mengontrol kadar karbon dioksida dan

oksigen di udara, memberikan dampak positif pada sifat fisik dan kimia tanah,

serta memperbaiki struktur fisik tanah.

2. Untuk membangun hubungan baik antara makhluk hidup dan lingkungan, perlu

adanya pendidikan lingkungan yang menanamkan kesadaran kepada generasi

muda. Perlindungan ekosistem dalam skala luasan yang cukup penting, dengan

menjaga konektivitas antar habitat. Keseimbangan ekosistem terjaga dengan

menjaga hubungan baik antara vegetasi dan ekosistem, khususnya karena

beberapa spesies satwa menggunakan beberapa tipe ekosistem sebagai

habitatnya.

V.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebelum melaksanakan

kegiatan praktikum, sebaiknya dilakukan asistensi terlebih dahulu. Kemudian

pada saat praktikum semua praktikan memperhatikan arahan asisten. Penyusunan

laporan harus dilakukan dengan mengikuti panduan agar dihasilkan laporan yang

sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrojaq, N., Devitasari, R. D., Aisyah, L., Faturrahman, N. A., Bahtiar, S.,
Sujarwati, W., dan Maymuchar, M. 2021. Perbandingan Uji Densitas
Menggunakan Metode ASTM D1298 dengan ASTM D4052 pada
Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit. Lembaran publikasi minyak dan gas
bumi. 55(1) : 49-57.
AF, A. N. A., dan Natsir, N. A. 2022. Biota Laut Sebagai Indikator Biologi Dalam
Menentukan Status Pencemaran Perairan Tulehu Kecamatan Salahutu
Maluku Tengah. Biosel (Biology Science and Education): Jurnal
Penelitian Science dan Pendidikan. 11(1) : 83-95.
Agil, M. 2021. Identifikasi Tumbuhan Famili Leguminosae sebagai Penyusun
Struktur Vegetasi Hutan Kayu Putih. Borneo Journal of Science and
Mathematics Education, 1(1), 7-16.
Agustina, S., Maulana, Y., dan Zahara, N. 2022. Analisis Vegetasi Jenis Pohon
Dikawasan Pegunungan Desa Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang.
In Prosiding Seminar Nasional Biotik. 9(1) : 97-105.
Amala, E., dan Widayati, S. 2021. Analisis Ekologi Karya Sastra pada Novel
Rindu Terpisah di Raja Ampat Karya Kirana Kejora Sebagai Alternatif
Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas. Griya Cendikia, 6(2), 180-191.
Andini, S. W., Prasetyo, Y., dan Sukmono, A. 2018. Analisis Sebaran Vegetasi
dengan Citra Satelit Sentinel Menggunakan Metode NDVI dan
Segmentasi. Jurnal Geodesi Undip. 7(1) : 14-24.
Andryani, A. E. 2020. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau terhadap
kebutuhan oksigen di Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Swara
Bhumi E-Journal Pendidikan Geografi. FIS Unesa. 3(3).
Annisa, A. A. 2019. Kopontren dan Ekosistem Halal Value Chain. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam. 5(1) : 1-8.
Ardiana, A. 2022. Identifikasi Vegetasi Pada Daerah Bekas Longsor Di Wilayah
Tangkapan Sungai Gamaccaya Sub Daerah Aliran Sungai Jenelata
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Arief, M. M. 2023. Integrasi Materi Ipa “Ekosistem Bagi Kehidupan Manusia”
Dengan Ayat Al-Qur’an. Tarbiyah Darussalam: Jurnal Ilmiah
Kependidikan dan Keagamaan. 7(1) : 94-111.
Arifin, Z., Yulianda, F., dan Imran, Z. 2019. Analisis Keanekaragaman Biota Laut
Sebagai Daya Tarik Wisata Underwater Macro Photography (Ump) Di
Perairan Tulamben, Bali. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis. 11(2) : 335-346.
47

Armiwal, S. 2019. Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Pemerintah Dalam


Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Manggrove. Jurnal Sosial Humaniora
Sigli. 2(2) : 17-34.
Astuti, A. 2015. Aktivitas proses dekomposisi berbagai bahan organik dengan
aktivator alami dan buatan. Jurnal Ilmu Pertanian. 13(2) : 92-104.
Atmoko, T., Sudiono E., Rifqi, M. A., dan Dharma, A. P. 2021. Praktik Terbaik
Pengelolaan Habitat Satwa Terancam Punah dalam Skala Bentang Alam:
Sebuah Pembelajaran dari Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-Kelay.
Bogor : PT Penerbit IPB Press.
Awang, N. A., Setyawan, Y. B., dan Timo, E. L. N. 2019. Ekoteologi Fungsi
Hutan Oenaek: Penyimpangan Paradigma Ekologis Menuju Perilaku
Eksploitatif. GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan
Filsafat Keilahian. 4(2) : 135-154.
Azizah, S. A., Kissinger, K., Nugroho, Y. dan Fauzi, H., 2020. Analisis Vegetasi
Hutan Kerangas Di Arboterum Nyaru Menteng Kalimantan
Tengah. Jurnal Serambi Engineering. 5(1) : 861-867.
Bawani, S. 2023. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) [Skripsi].
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Binsasi, R., Sancayaningsih, R. P., dan Murti, S.H. 2017. Analisis Ekologis
Vegetasi Pohon di Daerah Tangkapan Air (DTA) Mata Air Geger
Kabupaten Bantul Yogyakarta. SAINTEKBU. 9(2) : 57-66.
Budi, R. 2017. Makrobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Way Belau
Bandar Lampung. Majalah TEGI. 9(2).
Destaranti, N., Sulistyani., dan Yani, E. 2017. Struktur dan vegetasi tumbuhan
bawah pada tegakan pinus di RPH Kalirajut dan RPH Baturraden
Banyumas. Scripta Biologica. 4(3) : 155-160.
Devianti, O. K. A., dan Tjahjaningrum, I. T. D. 2017. Studi laju dekomposisi
serasah pada hutan pinus di kawasan wisata Taman Safari Indonesia II
Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni ITS. 6(2) : 105-109.
Djunaid, R., dan Setiawati, H. 2018. Gastropoda di perairan budidaya rumput laut
(Eucheuma sp) Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. Jurnal Bionature.
19(1) : 35-46.
Effendi, R., Salsabila, H., dan Malik, A. 2018. Pemahaman tentang lingkungan
berkelanjutan. Modul. 18(2) : 75-82.
Erwin, S., Ramli dan Adrianton. 2015. Pengaruh berbagai jarak tanam pada
pertumbuhan dan produksi kubis (Brassica oleracea L.) di Dataran
Menengah Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Agrotekbis 3
(4): 491- 497
48

Febriliani, F., Ningsih, S., dan Muslimin, M. 2013. Analisis vegetasi habitat
anggrek di sekitar danau tambing kawasan taman nasional lore
lindu. Jurnal Warta Rimba. 1(1).
Ferazona, S., Suryanti., dan Rosiya, M. M. 2022. Sosialisasi Pentingnya
Penghijauan Sekolah di SDN 004 Sekeladi Hilir Kecamatan Rokan Hilir.
Jurnal Pengabdian Masyarakat. 4(2):144-147.
Handayani, H., dan Ahmed, Y. 2022. Studi Analisis Struktur Dan Komposisi
Vegetasi Hutan Kota Cibubur Dan Hutan Kota Patriot. Metrik Serial
Teknologi Dan Sains. 3(2) : 109-114.
Handayani, R. 2019. Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pola asuh orangtua
terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar. Jurnal Tunas Bangsa. 6(1) :
15-26.
Hanum, A. M., dan Kuswytasari, N. D. 2014. Laju dekomposisi serasah daun
trembesi (Samanea saman) dengan penambahan inokulum kapang. Jurnal
Sains dan Seni ITS. 3(1) : 17-21.
Hariphin, R. L., dan Wardoyo, E. R. P. 2016. Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
Di Kawasan Muara Sungai Serukam Kabupaten Bengkayang. Jurnal
Protobiont. 5(3) : 66-72.
Hidayat, M, 2018. Analisis vegetasi dan keanekaragaman tumbuhan di kawasan
manifestasi geotermal ie suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan. 5(2) :
114-124.
Holilah, H., Januriana, A. M., Hilman, M., dan Sukarna, R. H. 2022. Membangun
Karakter Peduli Lingkungan Melalui Penanaman Pohon Sebagai
Penghijauan Lingkungan Di Desa Bolang Kecamatan Lebakwangi. Jurnal
Pengabdian Dinamika. 9(2) : 50-58.
Ikhsani, H., Azwin dan Ratnaningsih, A. T. 2021. Penanaman Pohon Sebagai
Bentuk Kepedulian Terhadap Lingkungan di Perumahan Bukit Permata
Sumbari II Kota Pekanbaru. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 5(2) : 421-426.
Inandya, A., Pratama, S., Khotimah, H. K., Ridwana, R., dan Somantri, L. 2022.
Analisis Kerapatan Vegetasi Untuk Perencanaan Wilayah Di Desa
Cihideung Kabupaten Bandung Barat Menggunakan Citra Sentinel-2a
dengan Metode Msarvi. Jurnal Planologi, 19(2) : 192-206.
Indrayani, Y., Wardenaar, E., dan Ahmad, D. 2022. Keanekaragaman Jenis Semut
Arboreal di Kebun Raya Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari : 10(3) : 695-703.
Irawan, S., Sirait, J. 2017. Perubahan kerapatan vegetasi menggunakan citra
landsat 8 di kota Batam berbasis web. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology. 10(2) : 174-184.
49

Irwanto, R., dan Gusnia, T. M. 2021. Keanekaragaman Belalang (Orthoptera:


Acrididae) padaEkosistem Sawah di Desa Banyuasin Kecamatan Riau
Silip Kabupaten bangka. Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-
Tropic). 6(2) : 78-85.
Ismail, A. Y., Kosasih, D., dan Sulhanudin. 2015. Keanekaragaman Jenis Dan
Kepadatan Mamalia Besar Di Areal Kerja Iuphhk-Ha Pt. Amprah Mitra
Jaya Kalimantan Tengah. Wanaraksa. 9(2) : 40-52.
Juhadi, J. 2017. Pola-pola pemanfaatan lahan dan degradasi lingkungan pada
kawasan perbukitan. Jurnal Geografi. 4(1) : 11-24.
Juwita, U., Idrus, A., dan Mahrus, M. 2022. Components of Rice Field
Ecosystems as a Source of Biology in High School in Dompu District in
2020. Jurnal Biologi Tropis, 22(2) : 331-338.
Katili, A. S. 2018. Penurunan Jasa (Servis) Ekosistem Sebagai Pemicu
Meningkatnya Perubahan Iklim Global. Jurnal Pelangi Ilmu. 1(1) : 16-28.
Kurniawan, A., Baskoro, K., dan Jumari. J. 2019. Komposisi Vegetasi Habitat
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) di Kawasan Wana Wisata
Kalipaingan Kabupaten Pekalongan. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi. 21(2)
: 132-138.
Kusmana, C., dan Yentiana, R. A. 2021. Laju Dekomposisi Serasah Daun Shorea
guiso di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Journal of
Tropical Silviculture. 12(3) : 172-177.
Kusumaningtyas, R., dan Chofyan, I. 2013. Pengelolaan hutan dalam mengatasi
alih fungsi lahan hutan di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal
Perencanaan wilayah dan kota. 13(2) : 1-11.
Lestari, S. 2023. Pengembangan Media Pembelajaran Roda Putar (Rotar) Pada
Mata Pelajaran Ipa Kelas V SD Negeri 067246 Medan TP
2022/2023 [Skripsi]. Universitas Quality. Medan.
Maknun, Djohar. 2017. Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem, Mewujudkan
Kampus Hijau, Asri, Islami, dan Ilmiah.
Manalu, Y. H. B., Muslih, A. M., dan Anhar, A. 2021. Analisis Vegetasi pada
Kawasan TAHURA Lae Kombih Kota Subulussalam. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian. 6(4) : 779-782.
Eddy, M., Jumiati., dan Sari, E. 2014. Evaluasi Komposisi dan Struktur Vegetasi
Tumbuhan sebagai Pendukung Strategi Pengembangan Ekowisata Desa
Sei. Mempura. [Seminar]. Universitas Sebelas Maret. Malang.
Maridi, M., Saputra, A., dan Agustina, P. 2015. Analisis Struktur Vegetasi di
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Bioedukasi: Jurnal Pendidikan
Biologi. 8(1) : 28-42.
50

Maulana, A., Suryanto, P., Widiyatno, W., Faridah, E., dan Suwignyo, B. 2019.
Dinamika suksesi vegetasi pada areal pasca perladangan berpindah di
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan. 13(2) : 181-194.
Melalolin, S. B., Lasut M. T., Tasirin, J. S., dan Kainde, R. P. 2016. Struktur dan
Komposisi Vegetasi Pohon Di Stasiun Penelitian Hutan Bron Desa
Warembungan Kabupaten Minahasa. In Cocos (Vol. 8, No. 1).
Mutawally, A. F., dan Mahzuni, D. 2023. Kehidupan Masyarakat Agraris Dan
Maritim Cirebon Awal Abad Ke-20: Suatu Tinjauan Ekologi
Manusia. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah. 2(6) : 2053-2064.
Nahdi, M. S. 2019. Biologi Konservasi Integrasi Pandangan Islam dan Peran
Masyarakat Dalam Konservasi Ekosistem Menuju Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development GoalsSDGs).
Novitasari, E., Rahman, K., Lestari, N., Putra., dan Hambali, A. 2023. Edukasi
Upaya Penangulangan Lahan Kritis Melalui Perluasan Wilayah
Penghijauan di Desa Semangki Kabupaten Maros. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(2):151-156.
Nugroho, M. A. 2022. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup: Upaya Penenaman
Kesadaran Lingkungan. Ibtidaiyyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. 1(2) : 93-108.
Nuraida, D., Rosyida. S. Z. A., Widyawati, N. A., Sari., K. W., dan Fanani, M. R.
I. 2022. Analisis Vegetasi Tumbuhan Herba Di Kawasan Hutan
Krawak. Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya (JB&P). 9(2) : 96-104.
Nurdyansyah, N. 2018. Model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPA
materi komponen ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nurika, F. B. P., Wiryani, E., dan Jumari, J. 2019. Keanekaragaman Vegetasi
Riparian Sungai Panjang Bagian Hilir di Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang. Jurnal Akademika Biologi. 8(1) : 19-23.
Nursal., Syafi'i, W., dan Hanif, M. A. Laju Dekomposisi Serasah Daun Di
Kawasan Hutan Larangan Adat Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten
Kampar. Biogenesis. 12(1) : 19-24.
Nursanti, N., dan Adriadi, A. A. 2021. Komponen Faktor Abiotik Lingkungan
Tempat Tumbuh Puspa (Schima wallichii DC. Korth) di Kawasan Hutan
Adat Bulian Kabupaten Musirawas. Jurnal Silva Tropika. 5(2) : 438-445.
Oktaviani, S. I., L. Hanum dan Z. P. Negara 2018. Analisis Vegetasi di Kawasan
Terbuka Hijau Industri Gasing. Jurnal Penelitian Sains. 19(3) : 124-131.
Paradika, G. Y., Kissinger, K., & Rezekiah, A. A. (2021). Pendugaan cadangan
karbon vegetasi di sempadan sungai pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Sylva
Scienteae. 4(1) : 98-106.
51

Pertamawati, P. 2012. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman


kentang (Solanum Tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara
invitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 12(1) : 31-37.
Prijono, A. 2019. Pertumbuhan Tanaman Muda Sengon Umur 8 Bulan Pada
Berbagai Ukuran Lubang Tanam Dan Dosis Pupuk Kandang. Jurnal Wana
Tropika. 9(1) : 79-88.
Purwanto. 2021. Penyuluhan Tentang Penghijauan Lingkungan Di Desa Klodran
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. BUDIMAS: Jurnal
Pengabdian Masyarakat. 3(1) : 149-154.
Purwati, I., dan Walad, F. 2019. Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan
Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Pada
Kawasan Geopark. JURNAL SWARNABHUMI: Jurnal Geografi dan
Pembelajaran Geografi. 4(2) : 98-107.
Putri, S. E., Zeinen. S. S dan Amirullah. 2022. Penguatan Sikap Peduli
Lingkungan Melalui Integrasi Nilai Nilai Islam Dalam Mata Pelajaran Ipa
Materi Keseimbangan Ekosistem Kelas 6 Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia. 12(2) : 81-87.
Rabb, A. M. A. 2017. Kajian Fungsi Area Green Open Space Sebagai Pengendali
Daya Dukung Ekosistem Pada Pembelajaran Biologi Di SMA.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. 2(1) : 225-235.
Ratih, Y. W., Sohilait, D. A., dan Widodo, R. A. 2020. Uji Aktivitas Dekomposisi
dari beberapa Inokulum Komersial Pada Beragai Jenis Bahan berdasarkan
Jumlah CO2 yang Terbentuk. Jurnal Tanah dan Air. (Soil and Water
Journal. 15(2) : 93-102.
Riqqi, A., Hendaryanto, H., Safitri, S., Mashita, N., Sulistyawati, E., Norvyani,
D. A., dan Afriyanie, D. 2018. Pemetaan jasa ekosistem. In Seminar
Nasional Geomatika (Vol. 2018).
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem
hidroponik. Jurnal Bonorowo. 1(2), 43-49.
Rusdiana, O., dan Lubis, R. S. 2012. Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah
terhadap cadangan karbon (carbon stock) pada hutan sekunder. Journal of
Tropical Silviculture. 3(1) : 14-21.
Saragih, S. H. Y., Rizal, K., dan Sitanggang, K. D. 2020. Pengaruh Fotoautotrofik
Terhadap Pertumbuhan Tunas Krisan Dalam Proses Kultur In Vitro Serta
Perbedaan Stomata Invitro Dan Exvitro Krisan. Jurnal Agroplasma. 7(1) :
28-39.
Sari, D. N., Wijaya, F., Mardana, M. A., dan Hidayat, M. 2018. Analisis vegetasi
tumbuhan dengan metode Transek (line transect) dikawasan Hutan deudap
pulo aceh Kabupaten aceh besar. In Prosiding Seminar Nasional
Biotik. 6(1) : 165-173.
52

Sarong, M. A., Rijal, M., Hanifuddin, H., Mimie, S., Mursawal, A., dan Hermi, R.
2020. Biota Dasar Perairan Ekosistem Mangrove Kabupaten Aceh Jaya
Provinsi Aceh. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan
Kependidikan. 8(1) : 1-10.
Setiasih, W. A., dan Hakim, D. K. 2012. Pengembangan media pembelajaran
Biologi pokok bahasan ekosistem guna peningkatan prestasi siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Sumbang. JUITA: Jurnal Informatika. 2(1).
Setyobudiarso, H., Yuwono, E., dan Ma’ruf, A. 2020. Kegiatan Penghijauan di
Pesisir Watu Later Dusun Rawatrate, Desa Sitiarjo, Kabupaten Malang.
Jurnal Aplikasi dan Inovasi Ipteks Soliditas. 3(2):48-53.
Sholikhati, I., Seoprobowati, T. R., dan Jumari. 2020. Vegetasi Riparian Kawasan
Sub-DAS Sungai Gajah Wong Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 18(2) : 401-410.
Siagian, S. P. S., Susatya, A., dan Saprinurdin, S. 2021. Laju Dekomposisi Serasah
Daun Psychotria Malayana Di Hutan Kampus Universitas
Bengkulu. Journal of Global Forest and Environmental Science. 1(1) : 1-
9.
Sitanggang, N. D. H., dan Yulistiana, Y. 2015. Peningkatan hasil belajar
ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA. 5(2).
Sitepu, H. B. 2023. Materi Pembelajaran Keseimbangan Ekosistem. Medan.
Susilawati, E., Rahayuningsih, M., dan Ridlo, S.. 2016. Pengembangan perangkat
pembelajaran ekologi SMA dengan strategi outdoor learning. Unnes
Science Education Journal. 5(1) : 1091-1097.
Syahputra, G. J. M., Sepriyani, Y., Harahap, F. S.,. dan Septyani. I. A. P. 2022.
Pengaruh Penggunaan Ajir Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L.) Di Perkebunan Afdeling Ii
Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu. Jurnal Education And
Development, 10(3), 29-33.
Tidore, A., Walangitan, H. D., dan Langi, M. A. 2018. Evaluasi Prestasi Kerja
Penanaman Pada Proyek Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Berdasarkan
Tipe Tutupan Lahan. In Cocos . 10(3).
Tis' in, M. 201. Keanekaragaman Biota Perairan Sungai (Plankton) di Lapangan
Gas Senoro Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. AgriSains, 18(2), 71-
76.
Ufiza, S., Salmiati, dan Ramadhan, H. 2018. Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan
Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan Deudappulo
Nasi Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.
Utomo, S. W., Sutriyono, I., dan Rizal, R. 2012. Pengertian, ruang lingkup ekologi
dan ekosistem. Jakarta: Universitas Terbuka.
53

Wahrudin, U., Atikah, S., Al Habibah, A., Paramita, Q. P., Tampubolon, H.,
Sugandi, D., dan Ridwana, R. 2019. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk
identifikasi sebaran kerapatan vegetasi di Pangandaran. Geodika: Jurnal
Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi. 3(2) : 90-101.
Wijayanti, P. dan Kharis, M. 2015. Analisis model predator-prey dua spesies
dengan fungsi respon Holling tipe III. UNNES Journal of
Mathematics. 4(1) : 38-46.
Wijayanto, H. W., Anantayu, S., dan Wibowo, A. 2021. Perilaku dalam
pengelolaan lahan pertanian di kawasan konservasi daerah aliran sungai
(DAS) hulu Kabupaten Karanganyar. AgriHumanis: Journal of
Agriculture and Human Resource Development Studies, 2(1), 25-34.
Wulandari, R. 2016. Metode kunjungan lapangan untuk menanamkan kepedulian
terhadap lingkungan hidup. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan. 5(1) : 67-
80.
Yanti, D., Megantara, I., Akbar, M., Meiwanda, S., Izzul, S., Sugandi, D dan
Ridwana, R. 2020. Analisis Kerapatan Vegetasi di Kecamatan
Pangandaran melalui Citra Landsat 8. Jurnal Geografi, Edukasi Dan
Lingkungan (JGEL). 4(1) : 32-38.
Yudasmara, G. A. 2015. Analisis keanekaragaman dan kemelimpahan relatif algae
mikroskopis di berbagai ekosistem pada kawasan intertidal pulau
menjangan Bali Barat. JST (Jurnal Sains dan Teknologi), 4(1).
Yuliamalia, L. 2019. Tradisi larung saji sebagai upaya menjaga ekosistem di
Wisata Telaga Ngebel Ponorogo (studi literatur). Agastya: Jurnal Sejarah
Dan Pembelajarannya. 9(2) : 135-145.
54
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Anisa Fadila Jaya dengan

nama panggilan Nisa. Penulis lahir di Kota Kendari, pada

tanggal 12 November 2004 merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara. Penulis berasal dari Kota Kendari, Kelurahan

Anggoeya, Kecamatan Poasia, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penulis pernah bersekolah di SDN 12 Poasia pada tahun 2010, kemudian

lulus pada tahun 2016, dan melanjutkan pendidikan di SMPN 05 Kendari pada

tahun 2016 dan lulus pada tahun 2019. Penulis melanjutkan pendidikan di SMK

Kehutanan Negeri Makassar pada tahun 2019. Setelah lulus SMK pada tahun

2022, penulis melanjutkan pendidikan pada program S1 Jurusan Kehutanan,

Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan di Universitas Halu Oleo melalui jalur

SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan masih aktif

berkuliah hingga saat ini.


KESAN DAN PESAN

Selama mengikuti praktikum mata kuliah ekologi, penulis mendapatkan

banyak kesan yang positif. Dosen Mata Kuliah Ekologi adalah seorang dosen

yang sangat kompeten dan berpengalaman. Beliau memberikan arahan jelas dan

mudah dipahami. Asisten dosen mata kuliah ekologi selalu siap membantu

mahasiswa dalam membimbing saat praktikum dan pengerjaan laporan. Selain itu,

praktikan mata kuliah ekologi juga sangat aktif dan antusias dalam mengikuti

praktikum.

Penulis sangat berterima kasih kepada dosen atas bimbingan dan materi

yang diberikan selama praktikum. Materi yang diberikan sangat bermanfaat dan

membantu saya untuk memahami konsep ekologi dengan lebih baik. Penulis

berharap agar komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten dosen dapat

terus terjaga, karena hal ini sangat mendukung kelancaran dan keberhasilan setiap

sesi praktikum, dan untuk praktikan agar pada praktikum yang akan datang agar

lebih disiplin dan aktif.


56
LAMPIRAN
58

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum I Pengenalan Ekologi Umum

b) Identifikasi komponen biotik


dan komponen abiotik

a) Proses pembuatan plot 5 m x 5m

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum II

d) Mengangkat gulma yang telah


dibersihkan

c) Mengumpulkan gulma yang telah


dibersihkan

Identifikasi Ekosistem dan Analisis

Vegetasi
59

a) Membuat plot 20 m x 20 m b) Mengukur diameter pancang

c) Mencatat hasil identifikasi d) Mengukur diameter pohon

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum III Pengembangan Ekologi Berkelanjutan


60

c) Menanam bibit kelengkeng dan


pemupukan

d) Memasang ajir pada


bibit yang telah ditanam

Anda mungkin juga menyukai