Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRI

“ADAPTASI MODEL AGROFORESTRY DALAM UPAYA


PENGEMBANGAN AGROEDUWISATA (GREENITY)”

MICHEL GALUH SESARIO


M1A1 18 045
KELOMPOK X

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRY

“ADAPTASI MODEL AGROFORESTRY DALAM UPAYA


PENGEMBANGAN AGROEDUWISATA (GREENITY)”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meluluskan Praktikum


Mata Kuliah Agroforestry

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Adaptasi Model Agroforestry dalam Upaya Pengembangan


Agroeduwisata (Greenity)
Nama : Michel Galuh Sesario
Nim : M1A1 18 045
Kelompok : 10 (sepulu)
Kelas : Kehutanan ABC
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan dan Ilmu Lingkungan

Telah Disetujui Oleh:

Asisten I Asisten II

Aladin Tunda, S.Hut Triska Amalia Santi, S.Hut

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah

Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si


NIP. 19600101 198503 2 003

Tanggal Pengesahan : Januari 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
KATA PENGENTAR...................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat............................................................................. 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Tanaman .................................................................................... 3
2.2 Agroforestry ........................................................................................ 8

III METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 14
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................... 14
2.4 Denah Lahan........................................................................................ 14
3.5 Denah Kelompok................................................................................. 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil..................................................................................................... 17
4.2 Pembahasan......................................................................................... 19

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 22
5.2 Saran.................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat serta

salam semoga curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW

yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Sehingga laporan akhir

praktikum Agroforestry dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Praktikum

Agroforestry ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meluluskan praktikum Mata

Kuliah Agroforestry.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Agroforestry

serta Tim Asisten Dosen Agroforestry yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan kegiatan praktikum ini dengan baik serta berbagai pihak yang telah

banyak membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini

nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Kendari, Januari 2022

MICHEL GALUH SESARIO


M1A1 18 045
RIWAYAT HIDUP

Nama Michel Galuh Sesario, nama panggilan Michel, Mahasiswa

Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan,

lahir di Kendari pada tanggal 06 Desember 2000. Saya adalah

anak tunggal dari ibu Yunike Indraini dan ayah saya Eko

Purwanto. Pendidikan pertama kali dimulai pada tahun 2006 di SDN 07 Buke, tamat

pada tahun 2012. Kemudian saya melanjutkan ke jenjang pendidikan di SMPN 13

Konawe Selatan dan tamat pada tahun 2015. Kemudian melanjutkan jenjang

pendidikan SMA di SMAN 06 Konawe Selatan dan tamat pada tahun 2018. Setelah

itu, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di Universitas Halu Oleo

pada tahun 2018 melalui jalur SBMPTN di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan

dan Ilmu Lingkungan.


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroforestry adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan

kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon buah-buahan dan atau

peternakan dengan tanaman kehutanan. Hairiah, dkk (2004) menjelaskan bahwa

sistem agroforestry merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang dinamis

dan berbasis ekologi, dengan mamadukan berbagai jenis pohon pada tingkat lahan

(petak) pertanian maupun pada suatu bentang lahan (lansekap). Pengolahan lahan

dengan sistem agroforestry bertujuan untuk mempertahankan jumlah dan keragaman

produksi lahan, sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial, yang memiliki lahan

terbatas. Pola usaha tani seperti ini memberikan kemungkinan bagi pemilik lahan untuk

meningkatkan intensitas pengambilan hasil per satuan luas tertentu ekonomi dan

lingkungan bagi para pengguna lahan (Gunggung Senoaji.2012). Agroforestri

merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diyakini oleh banyak orang

dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan. Pola pemanfaatan lahan

dengan sistem agroforestry merupakan suatu model usaha tani yang penting bagi para

petani yang umumnya memiliki lahan pertanian terbatas. Dengan pola seperti ini,

akan meningkatkan intensitas panen yang akhirnya mampu memberikan tambahan

out put baik berupa fisik maupun nilai finansial. Agroforestry sebagai salah satu

model teknologi usaha tani semakin meningkat peranannya, terutama bagi

masyarakat pedesaan. Pola usaha tani agroforestry ini dianggap dapat mengatasi

permasalahan kehidupan petani, terutama dalam memenuhi kebutuhan subsistemnya.


Pengembangan agroforestri meliputi berbagai tingkatan: mikro, meso dan makro.

Keberlanjutan dari sistem produksi usaha tani agroforestri pada tingkat mikro adalah

titik berat darin bahan kuliah ini. Meskipun demikian, upaya ini tidak dapat terlepas

dari tingkatan yang lebih tinggi yaitu (meso dan makro). Kebijakan nasional, regional

dan internasional melalui pemberlakuan berbagai peraturan dan undang-undang

(hukum) dapat mendorong pengembangan atau justru menghancurkan praktek-

praktek agroforestri. Pengelolaan sistem agroforestri cukup kompleks karena

merupakan gabungan antara bidang kajian ilmu kehutanan dengan pertanian dan

bahkan peternakan, selain itu juga memadukan usaha kehutanan dengan

pembangunan pedesaan untuk menciptakan keseimbangan antara intensifikasi

pertanian dan pelestarian hutan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cukup

rinci mengenai tiap-tiap komponen yang terlibat dalam sistem agroforestri tersebut

(Widianto et al., 2013).

Sistem agroforestry akan menekankan penggunaannya pada jenis-jenis pohon

serbaguna dan menentukan asosiasi antara jenis-jenis vegetasi yang ditanam. Dalam

konteks agroforestry, pohon serbaguna mengandung pengertian semua pohon atau

semak yang digunakan atau dikelola untuk lebih dari satu kegunaan produk atau jasa;

yang penekanannya pada aspek ekonomis dan ekologis Disamping dapat menunjang

kebutuhan konsumsi keluarga, hasil tanaman dalam pola agroforestri tersebut

mempunyai potensi jual dan pasar yang tidak kalah bagus. Saat ini agroforestry

diyakini secara luas mempunyai potensi besar sebagai alternatif pengelolaan lahan

yang utama untuk konservasi tanah dan juga pemeliharaan kesuburan dan
produktifitas lahan di daerah tropis. Oleh karena itu, pengembangan dan

pertumbuhan tanaman pada pola agroforestry perlu dilakukan agar dapat mengetahui

proses pengembangan dan pertumbuhan tanaman pada pola agroforestry di Greenity.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbahan

tanaman dan nilai ekonomi agroforstery dalam upaya pengembangan agroedowisata

(grenity).

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui tingkat pertumbahan

tanaman dan nilai ekonomi agroforstery dalam upaya pengembangan agroedowisata

(grenity).
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Tanaman

Adapun jenis tanaman yang terdapat pada lahan praktikum agroforestri yaitu

terdiri dari tanaman kehutanan berupa Kelengkeng (Dimocarpus longan), tanaman

pertanian antara lain, Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.), dan tanaman hias

berupa Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata), Pucuk Merah (Syzygium oleina), dan

Palem Botol (Ravenala madagascariensis)

2.1.1 Klasifikasi Kelengkeng (Dimocarpus longan)

Kelengkeng (Dimocarpus longan) tergolong tanaman tahunan yang memiliki

batang kayu yang kuat, dengan tinggi tanaman hingga dapat mencapai 12 m. Secara

taksonomi, tanaman kelengkeng diklasifikasikan sebagai berikut, (Rahmah, 2013)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Dimocarpus

Famili : Sapindaceae

Genus : Dimiocarpus

Spesies : Dimocarpus longan

Kelengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman yang berasal dari

daratan Asia Tenggara dan termasuk keluarga dari buah rambutan dan leci. Tanaman
kelengkeng memiliki diameter batang hingga mencapai 1 m dan tinggi nya mencapai

40 m (Faizah, Fatimah dan Ardasani, 2012).

Daun Kelengkeng termasuk daun majemuk (Syahputra dan Harjoko, 2011).

Tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang daun. Bentuknya bulat panjang dan

ujungnya agak runcing. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula

yang berwarna merah. Perbungaan umumnya di ujung (flos 6 terminalis), 4-80 cm

panjangnya, lebat dengan bulu-bulu empa, bentuk payung menggarpu (malai).

Mahkota bunga lima helai, warna bunga tanaman Kelengkeng kuning muda atau

putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya dapat diamati secara jelas

bila memakai alat pembesar.

Buah Kelengkeng berbentuk bulat, dagingnya berwarna putih bening, dan

mengandung banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau

coklat tua (Rahmah, 2013). Daging buah Kelengkeng mengandung banyak zat gizi

yang penting untuk kesehatan dan kesegaran tubuh karena mengandung sukrosa,

glukosa, protein (nabati), lemak, vitamin A, vitamin B dan asam tartarik yang

berguna bagi kesehatan (Faizah dkk, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Klasifikasi Tanaman Tomat yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae
Ordo : Solanales/Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Pengembangan budidayanya semakin meluas di berbagai negara di dunia, termasuk

kawasan Asia. Di Filipina, tanaman tomat diperkenalkan pada tahun 1571, kemudian

ditanam di negara lainnya di Asia. Masuknya tanaman tomat ke Indonesia diduga

pada tahun 1811.

Tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna

keputih-putihan yang menyebar ke semua arah hingga kedalaman 30-40 cm. Batang

berbentuk bulat, bercabang mulai dari ketiak daun yang berada dekat dengan tanah.

Kulit batang berwarna hijau dan berbulu. Daun tomat berwarna hijau dan berbulu,

mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Daun tomat tumbuh di

dekat ujung dahan atau cabang. Tangkai daun berbentuk bulat memanjang. Bunga

tomat merupakan bunga majemuk, terletak dalam rangkaian bunga yang terdiri atas

4-14 kuntum bunga yang menggantung pada rangkaian bunga. Buah berbentuk bulat,

bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda

sampai hijau tua. Buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau merah kekuningan.

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan diselimuti daging.


2.1.3 Klasifikasi Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata)

Klasifikasi tanaman palem ekor tupai menurut Pracoyo (2011) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae (Palmaceae)

Genus : Wodyetia

Spesies : Wodyetia bifircata

Palem ekor tupai memiliki batang tunggal, berakar serabut dan daunnya

tersusun menyerupai ekor tupai. Palem ini termasuk ke dalam famili Arecaceae dan

berasal dari Queensland, Australia. Pelepah daunnya dapat mencapai panjang 6 meter

dan lebar 1,6 m dengan ketinggian yang mencapai 36 m. Tanaman ini hanya tumbuh

di daerah tropis dengan sinar matahari penuh, dan tanah yang memiliki kelembaban,

kesuburan dan drainase yang baik.

Pohon palem ini memiliki bunga kecil dan banyak berwarna putih dengan biji

keunguunguan. Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan pada musim hujan.

Tanaman ini menarik ditanam di pinggir jalan dan taman-taman karena memiliki

bentuk yang menarik (Arisanti, 2015).


2.1.4 Klasifikasi Pucuk Merah (Syzygium oleina)

Klasifikasi botani tanaman pucuk merah adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtale

Famili : Myrtoidae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium oleana

Tanaman pucuk merah Tanaman pucuk merah memiliki akar yang terdiri atas

akar tunggang yang bertumbuh terus membesar serta akar merambat. Akar tanaman

pucuk  merah berwarna cokelat dan berbentuk bulat. Akar tanaman pucuk merah

memberikan pengaruh yang besar kepada tanaman pucuk merah sehingga dapat

menopang tanaman pucuk merah.

Tanaman batang pucuk merah berbentuk bulat dan berisi kambium di dalam

batangnya tersebut serta berkayu seperti pohon dari famili Syzygium biasanya.

Batang tanaman pucuk merah biasanya berukuran tinggi sekitar 6 meter jika tumbuh

di tempat yang subur. Daun tanaman pucuk merah berbentuk oval dengan ujung di

atas daun dikarenakan struktur dari daun tanaman pucuk merah yang memiliki tulang

daun pada setiap pertumbuhan di setiap cabangnya. Daun tanaman pucuk merah

memiliki warna yang bisa dibilang unik karena daun tanaman pucuk merah ketika
masih muda berwarna merah dan seiring dengan berjalannya waktu daun tanaman

pucuk merah berubah menjadi hijau. Oleh karena itu, tanaman pucuk merah sangat

menarik karena warnanya yang unik.

2.1.5 Klasifikasi Palem Botol (Ravenala madagascariensis)

klasifikasi tanaman palem botol adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Hyophorbe

Spesies : Hyophorbe lagenicaulis

Palem botol adalah sejenis tanaman penghias yang biasa masyarakat di tanam

di area pekarangan rumah. Ia merupakan anggota genus hyophorbe yang berasal dari

keluarga tumbuhan Arecaceae (pinang-pinangan). Palem botol merupakan tumbuhan

monokotil (berkeping satu) berbatang tunggal dan tegak. Bagian tubuhnya dapat

berbaik 2-10 m, sehingga tergolong jenis palem ukuran sedang.

Daun tanaman tersebut umunya berwarna hijau dan menjuntai. Ia memiliki

pelepah berupa seludang yang saling menutup di ujung batangnya, dengan tipe anak

daun berbentuk tegak. Bunga palem botol berwarna merah, kuning, hingga oranye.
Meskipun jarang terlihat, saat muncul bunga tersebut berbiak seperti tanduk di bawah

pelepah daun tepatnya pada bagian terbawah. Mempunyai buah berbentuk lonjong

saat masih muda buahnya tampak kehijauan, sedangkan ketika dewasa corak tersebut

berubah jadi oranye.

2.2 Agroforestri

Agroforestry adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan

kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon buah-buahan dan atau

peternakan dengan tanaman kehutanan. Hairiah, dkk (2004) menjelaskan bahwa

sistem agroforestry merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang dinamis

dan berbasis ekologi, dengan mamadukan berbagai jenis pohon pada tingkat lahan

(petak) pertanian maupun pada suatu bentang lahan (lansekap). Pengolahan lahan

dengan sistem agroforestry bertujuan untuk mempertahankan jumlah dan keragaman

produksi lahan, sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial, yang memiliki lahan

terbatas. Pola usaha tani seperti ini memberikan kemungkinan bagi pemilik lahan

untuk meningkatkan intensitas pengambilan hasil per satuan luas tertentu ekonomi

dan lingkungan bagi para pengguna lahan (Gunggung Senoaji.2012).

Agroforestri adalah salah satu bentuk penggunaan lahan secara multi tajuk yang

terdiri dari campuran pepohonanan, semak, dengan atau tanaman semusim yang

sering disertai dengan ternak dalam satu bidang lahan. Sistem agroforestri

memberikan banyak manfaat ekonomis dan ekologis yang begitu penting bagi petani,

yang salah satunya yaitu dapat memberikan pendapatan bagi petani


(Olivi et al., 2015) . selain itu, agroforestry menggabungkan tanaman kehutanan dan

pertanian. Misalnya seperti tomat, semangka, melon, kacang, timun, dll.

Menurut Kusumedi dan Jariyah (2011) Agroforestri banyak dilakukan oleh

petani di Indonesia karena merupakan teknik penggunaan lahan yang sangat cocok

untuk dilakukan di lahan yang sempit dan tegalan (lahan kering). Selain produksinya

yang kontinu berupa produk non kayu (perkebunan/pertanian) sebagai hasil

bulanan/mingguan dan produk kayu sebagai hasil tahunan, juga untuk kelestarian

lingkungan sangat bagus.

2.2.1 Bentuk-Bentuk Agroforestri

Menurut Nehe (2018) agroforestri dibagi kedalam beberapa bentuk yakni :

1. Silvopastura Silvopastura adalah Sistem agroforestri yang meliputi komponen

kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang

ternak/pasture).

2. Agrosilvopastura Sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen

berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus

peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama.

3. Agrisilvikultur, adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen

kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau

tanaman non-kayu).

Selanjutnya Nair (1987) dalam Hairiah, et al. (2013) menambahkan sistem-

sistem lain yang dapat dikategorikan agroforestri yaitu :


1. Apiculture yaitu budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam konteks

kegiatan atau komponen kehutanan.

2. Silvofishery yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan

perikanan.

2.2.2 Peran Agroforestri

Peran dari agoforestri menurut Widyanto (2013) adalah :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya alam terutama tanah dan air. Berkaitan

dengan poin 1 di atas, dengan meningkatnya efesiensi lahan, diharapkan dapat

meningkat pula kualitas tempat tumbuhnya, dan dengan pengelolaan yang baik,

tingkat kesuburan tanah dan kualitas air dapat terjaga kulaitasnya.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peran sertanya dalam melindungi

sumberdaya alam

3. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan dan

hutan. Umumnya kegiatan agroforestry dilaksanakan oleh masyarakat dengan luas

kepemilikikan lahan yang terbatas, dengan sistem ini terjadi pemanfaatan 7

ruang/lahan secara efisien dan optimal (mayoritas lahan “terisi”, baik oleh

tanaman kayu maupun tanaman non kayu dan atau ternak, sehingga meningkatkan

produktifitas hasil agroforestry.

Sistem agroforestri berperan dalam hal mempertahankan kandungan bahan

organik tanah, juga berperan untuk mengurangi kehilangan hara ke lapisan lebih

bawah, menambah hara N hasil penambatan N bebas dan udara, memperbaiki sifat

fisik tanah, dan juga adanya interaksi antara komponen ekologis dan ekonomis.
sistem agroforestri berperan sebagai tindakan konservasi tanah untuk menghindari

dan mengatasi degradasi lahan dan penggunaan lahan yang berkelanjutan melalui

penciptaan penutupan tanah oleh vegetasi agroforestri yang melindung tanah dan

erosi (Suryani dan Dariah, 2012).

Keberadaan pohon dalam agroforestri mempunyai dua peranan utama. Yaitu

yang pertama, pohon dapat mempertahankan produksi tanaman pangan dan

memberikan pengaruh positif pada lingkungan fisik, terutama dengan memperlambat

kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air dan angin. Kedua, hasil

dari pohon berperan penting dalam ekonomi rumah tangga petani. Selain itu

agroforestry juga berperan terhadap sifat fisik tanah dan kondisi hidrologi kawasan

yaitu terkait dengan peran dan fungsi terhadap evaporasi dan transpirasi, intersepsi

hujan, dan iklim mikro (Zaman, 2018).

2.3 Agroeduwisata

Agroeduwisata merupakan salah satu potensi ekonomi kreatif pada sektor

pertanian yang dapat memberikan dampak positif diantaranya : memberikan nilai

tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat agribisnis; mendorong

peningkatan kinerja pengelolaan aset-aset agribisnis milik masyarakat, swasta dan

pemerintah; meningkatkan nilai jual produk agro; dan berkembangnya sumber-

sumber pendapatan baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. seperti

penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainya, kantin, penjualan cinderamata, dan

lain-lain. Selain itu agroeduwisata juga merupakan salah satu wahana yang efektif
dalam rangka edukasi teknologi agribisnis dan sarana promosi produk-produk agro

serta budaya agro lokal (Sukmawani et al., 2014).

Pembangunan pertanian berkelanjutan selain sudah menjadi tujuan, tetapi

juga sudah menjadi paradigma pola pembangunan pertanian. Salah satu

pengembangan dan penerapan pertanian berkelanjutan yaitu dengan adanya

pengelolaan kawasan pertanian dan pengembangan pertanian dari sisi hulu hingga

hilir. Integrated farming system yang mencakup berbagai subsektor pertanian ini

memberikan peluang pengembangan agroeduwisata di berbagai daerah

(Novikarumasari dan Amanah, 2019).

Pengembangan Agroeduwisata di tanah air akan terus didorong oleh

Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mempercepat pemulihan ekonomi

nasional. Agroeduwisata ini kalau dikembangkan di berbagai daerah akan menjadi

sangat baik, dalam arti ikut berperan serta membantu program pemerintah tentang

edukasi khususnya pertanian, dan bisa memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi

desa, serta menambah nilai tambah untuk kelompok disamping dari hasil kebun.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 14 November

2021 pukul 07:00 WITA sampai selesai. Tempat praktikum ini berlokasi di lahan

Greenity, Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari barat, Kota Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran roll di gunakan untuk

meengukur lahan, pita meter digunakan untuk mengukur keliling pohon yang akan di

amati, dan kamera digital untuk dokumentasi.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas label digunakan

untuk melabeli tanaman yang akan di amati,dan buku tulis digunakan untuk mencatat

data yang akan diamati.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur dari praktikum ini dilakukan sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu

2. Mengukur lahan yang menjadi lokasi praktikum 

3.  Melabeli 5 Tanaman yang akan diamati

4. Kemudian, Mengukur keliling setiap tanaman yang akan diamati

5. Mengklasifikasikannya dalam semai, pancang, tiang dan pohon


3.4. Pola Penanaman

Pola penanaman pada kelompok 10 (sepuluh) dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa jenis tanaman yaitu tomat yang terbagi menjadi

5 blok. Dalam 1 blok terdapat 5 tanaman sehingga total tanaman pada kelompok 3

yaitu 15 tanaman. Jarak antar blok yaitu 50 cm dan jarak antar tanaman dalam 1

(satu) blok yaitu 15 cm.

Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V

15 cm

50 cm

Gambar 1. Pola Penanaman Cabai Rawit


3.5. Denah Lahan

3.5.1. Denah Lahan Agroforestry

Denah lahan agroforestry pada praktikum ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Denah Lahan Agroforestry

5.5.2. Denah Kelompok

Denah lahan pada Kelompok 1 (satu) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Denah Kelompok 1 (satu)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, jenis tanaman yang digunakan adalah

tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)Parameter pertumbuhan yang diamati

pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan jumlah daun.

Hasil pengolahan data pada sistem agroforestri terhadap parameter pertumbuhan

tanaman dapat dilihat pada penjabaran berikut.

Tabel 1 Rata – rata Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum


Mill) dari minggu 1 sampai pada minggu ke-8
Total
Bibit Jumlah
T. L. P.
Minggu Tanaman J.
No yang yang
Tanaman
Daun
Daun Daun Keterangan
Ke (cm) (cm) (cm)
Di Hidup
Tanam
1 1 0 0 0 0 0 Bak kecambah
2 2 36 7.614 2.528 0.697 1.572 Bak Kecambah
3 3 20 7.825 4 0.985 1.925 Di Lahan
4 4 20 9.255 4.55 1.165 2.16 Di Lahan
50
5 5 20 9.86 4.95 1.205 2.54 Di Lahan
6 6 20 12.15 5.8 1.42 2.91 Di Lahan
7 7 20 15.33 6.4 1.5 3.25 Di Lahan
8 8 20 19.13 8.05 2.04 4.41 Di lahan
Sumber: Data Primer diolah tahun 2021

Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum

Mill) pada minggu ke 1 sampai minggu ke 7 di Lahan dapat di lihat pada tabel 8.

Pada minggu pertama jumlah tanaman yang hidup masih 0 karena masih dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga di dapatkan jumlah tanaman yang

hidup pada minggu ke 2 sebanyak 36 dengan rata-rata tinggi tanaman7.614 jumlah

daun 2.528, lebar daun 0.697 serta panjang daun 1.572. Pada minggu ke 3 sampai
minggu ke 7 jumlah tanaman yang hidup masing-masing 20 karena melalui proses

penyulaman serta dengan tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan panjang daun

yang berbeda-beda di setiap minggunya.

40

35

30

25 Jumlah Tanaman yang


Hidup
20 Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
15 Lebar Daun
Panjang Daun
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik 1. Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman Tomat

Tabel 2 Persentase pertumbuhan tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum


Mill)di Lahan
Persentasi Tanaman Yang Tumbuh (%) Di Minggu Ke
Jenis Tanaman Jumlah
No Total Di bak
Di Lahan
Benih kecambah
Nama
Nama Latin 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokal
Tomat Lycopersicon
1 esculentum Mill 50 0% 72% 40% 40% 40% 40% 40% 40%

Persentase pertumbuhan tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)di

Lahan di sajikan pada tabel 9, dengan jumlah benih 50 persentase yang tumbuh pada

minggu ke 1 sebanyak 0%, persentase tumbuh pada minggu ke 2 sebanyak 72%

persentase tumbuh pada minggu 3 sampai minggu ke 7 masing-masing 20%.


Hasil analisis ragam pada a=5% menunjukkan bahwa kuat medan magnet

memberikan pengaruh yang nyata terhadap inggi tanaman tomat. Uji beda nyata antar

perlakuan menggunakan uji Tukey’s pada a=5%. Tanaman tomat yang paling tinggi

diperoleh dari benih lama yang diinduksi kuat medan magnet 0,3 mt (SoMo 3),

sedangkan tanaman tomat yang paling rendah diperoleh dari benih baru yang tidak

diberi perlakuan medan magnet (SnM0) (Novitasari et al., 2019).

Persentase Tumbuh
80%
70%
60%
50%
Persentase Tumbuh
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik 2. Persentase tumbuh tanaman Tomat

Tabel 3 Jenis Tanaman Kehutanan yang Berada di Lokasi Agroforestri


Jenis Tanaman Ukuran (cm)
N Keterangan
o Nama K D T  
Nama Latin
Lokal (cm) (cm) (m)
Lycopersicon
1 6 5,09 2,5 Pancang
Tomat esculentum Mill
Palem ekor
2 Wodyetia bifurcate 23 7,32 8 Pancang
tupai
Pucuk
3 Syzyginium oleana 21 6.69 5 Pancang
Merah
Kelengken Wodyetia bifurcata
4 4,5 1,43 1,5 Pancang
g Irvine
5 Palem botol Hyophorbe lagenicaulis 69 21.97 2 Pohon
Keterangan:K = KelilingD = DiameterT = Tinggi
Berdasarkan tabel diatas lokasi agroforestry tepatnya di lahan tempat

penanaman tomat terdapat 5 jenis tanaman kehutanan dengan ukuran yang berbeda,

pada jenis tanaman Tomat dengan keliling 6 cm sehingga di peroleh diameter 5,09,

tinggi 2,5 cm sehingga di kategorikan pancang. Jenis tanaman palem ekor tupai

dengan keliling 23 cm sehingga di peroleh diameter 7,32, tinggi 8 cm sehingga di

kategorikan pancang. Jenis tanaman pucuk merah dengan keliling 21 cm sehingga di

peroleh diameter 6,69, tinggi 5 cm sehingga di kategorikan pancang. Jenis tanaman

kelengkeng dengan keliling 4,5 cm sehingga di peroleh diameter 1,43, tinggi 1,5 cm

sehingga di kategorikan pancang. Jenis tanaman palem botol dengan keliling 69 cm

sehingga di peroleh diameter 21,97, tinggi 2 cm sehingga di kategorikan pohon

Tabel 4. Takaran pemberian pupuk organik di lahan


No Jenis Pupuk Tanaman Takaran Pupuk Satuan

1 Pupuk Organik Tomat 200 Gram


2 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
3 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
4 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
5 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
6 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
7 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
8 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
9 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
10 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
11 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
12 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
13 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
14 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
15 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
16 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
17 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
18 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
19 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
20 Pupuk Organik Tomat 200 Gram

Takaran pada pemberian pupuk organik pada tabel 10 dimana Jumlah pupuk

yang di berikan pada satu lubang tanam sebanyak 200 gram yang ditaburkan di

permukaan bibit. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan

menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan

produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang

yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan

dan produksi tanaman (Dewanto et al., 2013).

Tabel 5. Takaran pemberian pupuk organik di Bedeng


No Jenis Pupuk Tanaman Takaran Pupuk Satuan

1 Pupuk Organik Tomat 200 Gram


2 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
3 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
4 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
5 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
6 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
7 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
8 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
9 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
10 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
11 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
12 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
13 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
14 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
15 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
16 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
17 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
18 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
19 Pupuk Organik Tomat 200 Gram
20 Pupuk Organik Tomat 200 Gram

4.2 Pembahasan

Agroforestry apabila dilihat dari sudut filosofinya, adalah sistem yang dapat

mempertahankan ekosistem dan lingkungan. Agroforestry adalah suatu sistem tata

guna lahan yang terpadu untuk daerah-daerah marginal dengan usahatani atau

investasi yang rendah, dimana dasar pemikiran dari konsep agroforestry adalah

berdasarkan beberapa faktor utama, yaitu faktor biologis, faktor sosial ekonomi dan

ekologi.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dibahas agroforestri

merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan

lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Pengelolaan agroforestry perlu

memperhatiakan beberapa hal yaitu di antaranya proses pengelolaan tanah di tempat

tersebut. Pengelolaan tanah sebelum di lakukan tindakan perlu terlebih dahulu di

ketahui jenis tanah di tempat tersebut. Pengelolaan dilakukan secara perkelompok

atau pun perorangan tergantung dari luasan tempat tersebut, pengelolaan tanah yang

di lakukan yaitu antara lain penyiangan, pembersihan dan penggemburan serta

pemberian pupuk organik untuk meningkatkan usnur hara pada tanah tersebut.

Berdasarkan praktikum yang dilkukan maka di peroleh hasil rata-rata

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat, yaitu pada minggu pertama jumlah

tanaman yang hidup masih 0 karena masih dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan sehingga di dapatkan jumlah tanaman yang hidup pada minggu ke 2

sebanyak 36 dengan rata-rata tinggi tanaman7.614 jumlah daun 2.528, lebar daun
0.697 serta panjang daun 1.572. Pada minggu ke 3 sampai minggu ke 7 jumlah

tanaman yang hidup masing-masing 20 karena melalui proses penyulaman serta

dengan tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan panjang daun yang berbeda-

beda di setiap minggunya.

Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan agroforestri ini yakni dapat

meningkatkan pendapatan petani karena menyediakan lebih banyak produk yang bisa

dihasilkan. Sedangkan nilai biologis yang dihasilkan, yaitu meliputi semua

keuntungan yang diperoleh dengan adanya unsur pohon terhadap tanah dan

lingkungan, seperti: siklus hara yang efisien dan tertutup, pengendalian aliran

permukaan dan erosi tanah, pengaturan iklim mikro dan perbaikan kondisi fisik

tanah. Serta nilai ekologi yang dihasilkan dari perhitungan biomaasa sangat

mempengaruhi keadaan iklim itu dapat menjadi sumber untuk kelestarian suatu lahan

yang dijadikan tempat. Tanaman agroforestry memiliki peranan didalam menyerap

karbon di udara dan di simpannya dalam tubuh tumbuhan baik itu tanaman pertanian

maupun tanaman kehutanan. Semakin baik dikelola lahan agroforestry dan

menghasilkan tanaman yang baik maka daya menyimpan karbonnya lebih baik.

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Agroforestry adalah suatu sistem tata guna lahan yang terpadu untuk daerah-

daerah marginal dengan usahatani atau investasi yang rendah, dimana dasar

pemikiran dari konsep agroforestry adalah berdasarkan beberapa faktor utama, yaitu

faktor biologis, faktor sosial ekonomi dan faktor ekologi.

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan

tanaman kacang panjang dilihat dari persentase pertumbuhan vegetatif yaitu minggu

pertama masih 0% masih dalam proses, minggu kedua 72%, minggu ketiga 40%,

minggu keempat 40%, minggu kelima 40%, minggu keenam 40%, minggu ketujuh

40%, dan minggu kedelapan 40%.

5.2 Saran

Saran penulis yaitu untuk mendapatkan hasil yang bagus dan maksimal

tanaman tomat harus ditanaman dilahan yang terbuka agar dapat menyerap sinar

matahari yang cukup. Salah satu penghambat tanaman tomat tidak tumbuh dengan

baik yaitu karena kurangnya cahaya matahari serta minumnya unsur hara yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Arisanti, A. 2015. Adaptasi anatomis pohon Roof Garden [skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Hairiah, K., M.A. Sardjono dan S. Sabarnurdin. 2013. Pengantar Agroforestry. World
Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Jamaludin., C. Rozikin dan A.S.Y. Irawan. 2021. Klasifikasi jenis buah manga
dengan metode Backpropagation. Jurnal Ilmiah Elaktronika. 20(1):3.

Juhad, M. 2012. Identifikasi morfologi famili Arecaceae di Kabupaten Gowa


[skripsi]. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin. Makassar.

Junaid, E. 2013. Peranan penerapan agroforestry terhadap hasil air Daerah Aliran
Sungaii (DAS) Cisadane. Jurnal Penelitian Agroforestry. 1(1):42.

Kusumastuti, U.D., Sukarsa dan P. Widodo. 2017. Keanekaragaman kultivar


semangka [Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai] di Sentra
Semangka Nusawungu Cilacap. Jurnal Scripta Bioogica.4(1):15.

Kusumedi, P dan N.A. Jariyah. 2011. Analisis finansial pengelolaan agroforestri


dengan pola sengon kapulaga di Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang,
Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan.
7(2):94.

Liantoni, F dan H. Nugroho. 2019. Perbaikan kontras citra dengan ekualisasi


histogram dan gaussian pada klasifikasi semangka. Jurnal Informatika
UPGRIS. 5(1):36.

Ludang, Y. 2019. Study of young plant species for greenspace in Central


Kalimantan. International Journal of Civil Engineering and Technology.
10(3):3017.

Luqyana, L.Z.T.M dan P. Husni. 2019. Aktivitas farmakologi tanaman mangga


(Mangifera indica L.). Jurnal Farmaka. 17(2):179.

Mahardi, F. 2013. Evaluasi fungsi ekologis dan estetika pada beberapa Taman Kota
di Jakarta [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nadeak, N., R. Qurniati, dan W.Hidayat.. 2013. Analisis finansial pola tanam
agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1 (1).:65.
Nehe, Y.S. 2018. Identifikasi bentuk agroforestri dan pengetahuan lokal masyarakat
dalam mengelola sistem agroforestri di Desa Sembahe Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang [skripsi]. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.

Novikarumasari, N.D dan S. Amanah. 2019. Pengembangan model agroeduwisata


sebagai implementasi pertanian berkelanjutan. Journal of Extension and
Development. 1(2):67.

Nugroho, A.S., E.R.S. Dewi dan E.R. Mulyaningrum. 2019. Pengembangan usaha
produk intelektual kampus UPGRIS Farm. Journal of Dedicators
Community UNISNU Jepara. 3(1):3.

Olivi, R. R. Qurniati dan Firdasari. 2015. Kontribusi agroforestri terhadap


pendapatan petani di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 3(2):2.

Pracoyo, S.R. 2011. Analisis pendapatan dan strategi pengembangan usaha tanaman
palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) [skripsi]. Universitas Brawijaya.
Malang.

Premono, B.T dan S.Lestari. Financial analysis on agroforestry system of coffee with
marrango tree (Azadirachta excelsa Jack.) In Rejang Lebong Regency,
Bengkulu Province, Indonesia. Indonesian Journal of Forestry Research.
5(1):46

Puspa, V.R., Djufri., Hasanuddin dan S. Hartini. 2020. The diversity of trees and
open green spaces (OGS) at Universitas Syiah Kuala. Journal of Physics.
10(3):4.

Suryani, E dan A. Dariah. 2012. Peningkatan produktivitas tanah melalui sistem


agroforestry. Jurnal Sumberdaya Lahan. 6(2):104.

Titdoy, M.S., A. Thomas, F. B. Saroinsong dan R.P. Kainde. 2014. Sistem


agroforestri di Desa Tolok Satu Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa.
Jurnal Unsrat. 5(2): 10.

Wahyudi, A., Z. Mutaqin dan Dulbari. 2019. Evaluasi galur semangka berbiji tipe
lonjong dan non biji tipe bulat. Jurnal Planta Simbiosa. 1(1):1.

Widyanto, A. 2013. Agroforestry dan peranannya dalam mempertahankan fungsi


hidrologi dan konservasi. Jurnal Forestry Research and Development
Agency. 1(1):6-7.
Zaman, A.Q. 2018. Karakteristik fungsional agroforestri dan kontribusinya terhadap
pendapatan masyarakat di Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukmba
[skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Zufahmi., E. Dewi dan Zuraida. 2019. Hubungan kekerabatan tumbuhan famili


cucurbitaceae berdasarkan karakter morfologi di Kabupaten Pidie sebagai
sumber belajar botani tumbuhan tinggi. Jurna Agroristek. 2(1):9-12.

Sukmawani, R., N.K. Rini dan Y.S. Wahyuni. Pengembangan kawasan


agroeduwisata (Studi Kasus di Kelurahan Cikundul Kecamatan Lembursitu
Kota Sukabumi). [prosiding] Percepatan Desa Berdikari Melalui
Pemberdayaan Masyarakat dan Inovasi Teknologi. Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai