Anda di halaman 1dari 33

PERAWATAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN JENIS MPTS

DI UPTD KPH DI WILAYAH V GAYO LUES ACEH

LAPORAN PRAKTIK KETERAMPILAN


DILAKSANAKAN PADA:
UPTD KPH DI WILAYAH V
GAYO LUES ACEH

OLEH :

Nama: ZAKIRMAN
NIM. 1905150020032

PSDKU UNSYIAH KEHUTANAN GAYO LUES


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
GAYO LUES
2023
PERAWATAN DAN PEMBIBITAN
TANAMAN JENIS MPTS DI UPTD KPH
DI WILAYAH V GAYO LUES ACEH

USULAN PRAKTIK KETERAMPILAN


sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
PRAKTIK KETERAMPILAN
PSDKU Unsyiah Kehutanan Gayo Lues
Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala

Oleh :
Nama: ZAKIRMAN

NIM. 1905150020032

Dosen Pembimbing :

Ir.Triaty Handayani.S.Hut.M,Si
NIPK. 199308232020022101

i
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTIK KETERAMPILAN
PERAWATAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN JENIS MPTS DI UPTD
KPH DI WILAYAH V GAYO LUES ACEH

DILAKSANAKAN PADA:
UPTD KPH Wilayah V Aceh
Alamat Pepalan, Kec. Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues

Oleh:

Nama : Zakirman
NIM : 1905150020032
Prodi/Jurusan : PSDKU Unsyiah Kehutanan Gayo Lues

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Ir.Triaty handayani.S.Hut.MSi. Syahrial,s Hut, MP


NIPK. 199308232020022101 NIP. 197812312006041035

Mengetahui,
Koordinator PSDKU Unsyiah
Kehutanan Gayo Lues

Prof.Ir. Ashabul Anhar,M.Sc


NIPK. 19660629199003102

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan proposal
praktik keterampilan yang berjudul “Perawatan dan Pembibitan Tanaman
Jenis MPTS di UPTD KPH V Wilayah Aceh” sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan Praktik Keterampilan (PK) Program Studi Kehutanan Fakultas
Pertanian PSDKU Universitas Syiah Kuala.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan tidak
terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari
berbagai pihak selama penyusunan Praktik Keterampilan ini. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada:
1. Teristimewa sekali kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang
selalu memberikan semangat dan doa yang tiada hentinya.
2. Ibu Ir.Triaty handayani, S.Hut., MSI selaku dosen pembimbing
penulis yang telah banyak memberikan bimbingannya serta arahannya
dari awal penulisan hingga akhir.
3. Bapak Syahrial, S.Hut, MP. sebagai pembimbing lapangan pada
praktik keterampilan ini.
4. Bapak Dr. Ir. Ashabul Anhar, M.Sc. Selaku ketua prodi Program Studi
Kehutanan.
5. Roi hatul zanna sebagai support system, dan para sahabat penulis
dalam membantu penyusunan laporan praktik keterampilan ini.
6. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih ada banyak
kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan juga saran
yang sifatnya membangun untuk karya yang lebih baik lagi kedepannya.
Harapannya, penulis ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi para pembaca
dan khususnya bagi penulis.

Gayo Lues, 30 Februari 2023

ZAKIRMAN
iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................ii


KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktik Keterampilan.........................................................................5
C. Ruang Lingkup Praktik Keterampilan .......................................................... 5
D. Metode kegiatan ........................................................................................... 6
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK ............................................. 8
A. Lokasi ............................................................................................................ 8
B. Tata Letak ..................................................................................................... 8
C. Sejarah dan Perkembangan Lokasi Praktik ................................................. 9
D. Struktur Organisasi .................................................................................... 10
BAB III HASIL PRAKTIK KETERAMPILAN ................................................... 16
A. Pembibitan Tanaman Jenis MPTS .............................................................. 16
B. Pendistribusian Jenis Tanaman Jenis MPTS............................................... 18
C. Tujuan Pengelolaan Jenis Tanaman MPTS ................................................ 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................... 21
LAMPIRAN ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel Kegiatan Penulis Saat Praktik Di Lapangan ............................................ 22

v
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Kegiatan Penulis Saat PK ...................................................................... 2


2.Gambar Tata Letak UPTD KPH di Wilayah Aceh ............................................... 8
3. Bagan Stuktur Organisasi UPTD KPH V Di Wilayah Aceh ............................. 10

vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. LAMPIRAN ....................................................................................................... 22

vii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) adalah tanaman kayu-kayuan yang

memiliki banyak kegunaan (multiguna) dari sisi ekologi maupun dari sisi ekonomi,

karena menghasilkan komoditas kayu dan nonkayu, sehingga petani penggarap bisa

memanfaatkan komoditas nonkayu tanpa menebang batang pohon. Selain itu terdapat

fungsi ekonomi untuk jangka panjang dan jangka pendek. Tanaman pepohonan seperti

Multi-Purpose Trees Species (MPTS) bisa menjadi sumber pendapatan jangka panjang

mengingat produknya hanya bisa dipanen setahun sekali (Qurniati et al 2017). Sumber

pendapatan untuk jangka waktu yang pendek dapat diperoleh dari vegetasi kanopi

rendah yang ditanam diantara MPTS seperti kopi (Coffea arabica), padi (Oryza sativa),

Durian (Durio zibethinus Murr), Alpukat (Persea americana Mill), Jengkol

(Archidendron pauciflorum), Petai (Parkia speciosa Hassk dan Pinus (Tusam).

Hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai pelindung sistem penyangga

kehidupan, mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi

air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kegiatan pemanfaatan hutan lindung sudah

sejak lama dilakukan masyarakat sekitar hutan. Hutan kemasyarakatan merupakan

kegiatan pemberdayaan masyarakat agar dapat mengelola hutan lindung secara lestari.

Pengelolaan hutan dengan sistem agroforestri merupakan salah satu wujud

kontribusi kehutanan dalam penyediaan pangan. Maydel (1978) dalam Alrasyid (1980)

mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem penggunaan lahan dengan cara

menanam tanaman pertanian dan tegakan hutan.

1
2

Gambar 1. kegiatan penulis saat melakukan Perawatan dan Pembibitan

Tanaman Jenis MPTS Di UPTD KPH V di Wilayah Aceh.

Jenis pohon multiguna harus memenuhi kriteria berikut:

a. Mudah dikelola

b. Biaya tanam dan rawat yang murah.

c. Biasanya tumbuh cepat.

d. Kemampuan beradaptasi yang lebih luas terhadap kondisi iklim lokal.

e. Mahkota tipis dan jarang yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam

sistem

f. Kapasitas produktif yang meliputi tiang, kayu, makanan, pakan ternak, obat-
3

obatan dan produk lainnya.

g. Serasah daun yang baik membuat nutrisi tersedia pada waktu yang tepat dalam

siklus tanaman.

h. Akar lateral yang sedikit dan dangkal (atau dapat dipangkas).

i. Kemampuan untuk membantu dalam fiksasi nitrogen.

j. Ketahanan terhadap kekeringan, banjir, variabilitas tanah dan bahaya iklim

lainnya.

k. Sistem akar tunggang yang dalam.

l. Ada permintaan tinggi pada produk yang dihasilkan

Jenis-jenis tanaman MPTS di suatu daerah biasanya lebih unggul dalam beberapa

hal dibanding jenis tanaman berkayu dengan manfaat tunggal baik jenis endemik

maupun eksotis. Contohnya lahan pekarangan yang dimiliki masyakarat masih sangat

luas sehingga bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman dengan pola agroforestri

dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang,

salah satunya dengan tanaman pala, pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi

karena dapat dimanfaatkan dari biji buah yang digunakan sebagai bahan industri

minuman, makanan, farmasi dan kosmetik (Surnayanti et al., 2022).

Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah teruji dan

mampu beradaptasi dengan lingkungannya, bernilai melestarikan keanekaragaman

hayati, dan secara finansial bernilai ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat.

Masalah lingkungan hidup di Indonesia dan dunia semakin banyak dan penting untuk

segera dicari solusinya. Berikut adalah masalah lingkungan hidup di Indonesia dan

dunia beserta penyebabnya. Jika berbagai permasalahan lingkungan ini tidak dicari
4

solusi, maka keberlanjutan kehidupan manusia di bumi akan mengkhawatirkan. Hal ini

dikarenakan alam menjadi sumber pemenuhan segala kebutuhan hidup manusia, yaitu

penyedia udara, air, makanan, obat-obatan, estetika, dan lainnya. Kerusakan alam berarti

sama dengan daya dukung kehidupan manusia (Julius & Nagel, 2020). Sehingga jenis-

jenis pohon ini akan lebih prospektif memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan

rehabilitasi lahan kritis jika ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk

rehabilitasi (Marpaung, S dkk., 2015). Untuk itulah perlu dilakukan Perawatan dan

Pembibitan Tanaman Jenis MPTS di UPTD KPH V di Wilayah Gayo Lues, Aceh.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 70/Menhut-Ii/2008 Tentang Pedoman

Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri

Kehutanan menimbang bahwa:

1. Kerusakan hutan dan lahan yang berdampak pada penurunan daya resap air dan

peningkatan limpasan air permukaan terus terjadi sehingga menimbulkan berbagai

bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan.

2. Kerusakan hutan dan lahan disebabkan oleh berbagai aktivitas, karenanya

pemulihan dan peningkatan fungsi hutan dan lahan kritis menjadi tanggung jawab

semua pihak.

3. Pemulihan dan peningkatan fungsi hutan dan lahan kritis harus segera dilakukan

melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dengan menyalahgunakan segenap

potensi dan kemampuan Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha, dan

masyarakat secara terkoordinasi.

4. Berdasarkan pertimbangan di atas perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan

tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi hutan dan lahan melalui cara Perawatan dan

Penanaman Tanaman Jenis MPTS di UPTD KPH V Di Wilayah, Gayo Lues,


5

Aceh.

B. Tujuan Praktik Keterampilan


Adapun tujuan umum dilakukan praktik keterampilan lapangan adalah untuk

meningkatkan kemampuan keprofesian penulis dalam memahami dan menghayati

kerja nyata dalam Perawatan dan Penanaman Tanaman Jenis MPTS di lapangan.

Tanaman jenis MPTS yang ada di lapangan pratik keterampilan penulis seperti:

Durian (Durio zibethinus Murr), Alpukat (Persea americana Mill), Jengkol

(Archidendron pauciflorum), Kopi Arabika (Coffea Arabica), Petai (Parkia

speciosa Hassk dan Pinus (Tusam). Selain itu juga untuk mempelajari aspek budi

daya perawatan dan penanaman di UPTD KPH V Di Wilayah, Gayo Lues, Aceh.

serta mempelajari, menganalisis permasalahan yang ditemui di lapangan praktik.

Tujuan khusus dari kegiatan praktik keterampilan ini adalah untuk

meningkatkan pemahaman, keterampilan teknis dan manajemen pembibitan,

perawatan dan penanaman tanaman jenis MPTS, serta mempelajari dan

menganalisis kegiatan pengelolaan perawatan dan penanaman tanaman jenis

tanaman MPTS yaitu: Durian (Durio zibethinus Murr), Alpukat (Persea americana

Mill), Jengkol (Archidendron pauciflorum), Kopi Arabika (Coffea Arabica), Petai

(Parkia speciosa Hassk dan Tusam (Pinus) di lapangan praktik, mahasiswa mampu

menjelaskan manajeman, organisasi, proses kerja dan pelajaran sesuai bidang atau

mata kuliah yang terdapat di institusi/lembaga sasaran magang serta mahasiswa

mampu menyesuaikan diri dengan baik dan terlibat secara aktif di lapangan.

C. Ruang Lingkup Praktik Keterampilan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah pada aspek

teknis. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa ruang lingkup praktik
6

keterampilan ini adalah kegiatan menganalisis data mengenai keadaan

rumah bibit/kondisi lahan, tutupan lahan, kesuburan tanah, perawatan dan

penyiraman bibit, serta Jenis bibit yang sudah siap tanam sehingga bibit-

bibit yang ada di KPH V bisa berkualitas dengan baik. Kegiatan yang

dilaksanakan mahasiswa berada di UPTD KPH V Di Wilayah, Gayo Lues,

Aceh. Waktu kegiatan pelaksanaan dimulai pada pukul 08.00-16.00 wib

setiap harinya.

D. Metode Kegiatan

1. Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktik Keterampilan ini di laksanakan di UPTD KPH V di

wilayah Gayo Lues, Aceh. Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu 30 hari

yaitu pada tanggal 30 Februari 2023 hingga 01 maret 2023, selama 30 hari.

2. Metode Pelaksanaan

Kegiatan praktik keterampilan dilaksanakan di lapangan guna

menambah wawasan serta mencari informasi mengenai semua hal yang

terkait dengan bagaimana cara perawatan dan penanaman jenis tanaman

MPTS. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama di lapangan yaitu

mengikuti kegiatan rutin dari UPTD KPH V di wilayah Gayo Lues, Aceh.
7

3. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang diamati dan dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

Data primer didapatkan dari bekerja dan pengamatan langsung di lapangan,

wawancara dan diskusi langsung dengan staf dan karyawan perkebunan.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan

informasi yang mendukung pelaksanaan praktik lapangan dan pengamatan

yang dilakukan. Data primer yang dikumpulkan terkait dengan hal yang

mendukung perawatan dan penanaman jenis tanaman MPTS yang dilakukan

di lapangan. Data sekunder yang mendukung antara lain kondisi iklim

lapangan, kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan

produksi, infrastruktur kebun dan struktur organisasi.


BAB II. Gambaran Umum Lokasi Praktik Keterampilan

A. Lokasi
Praktik keterampilan ini dilaksanakan di UPTD KPH Wilayah V Aceh di
Pepalan Kec.Dabun Gelang, Kab, Gayo Lues, Aceh. Kegiatan praktik
keterampilan ini juga dilaksanakan pada 30 februari sampai dengan 01 maret
2023.

B. Tata Letak

Gambar 2. Tata Letak UPTD KPH V di Wilayah, Gayo Lues, Aceh

8
9

C. Sejarah dan Perkembangan Lokasi PK

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh dibentuk

berdasarkan Pergub Aceh No. 115 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Aceh. DLHK Aceh memiliki tugas melaksanakan

urusan pemerintahan dan pembangunan di bidang Kehutanan dan

Lingkungan Hidup di Aceh. Hutan lindung mempunyai fungsi pokok

sebagai pelindung sistem penyangga kehidupan, mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah. Kegiatan pemanfaatan hutan lindung sudah

sejak lama dilakukan masyarakat sekitar hutan. Hutan kemasyarakatan

merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat agar dapat mengelola

hutan lindung secara lestari (Septiawan et al., 2017).

UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah V merupakan UPTD Kelas

A yang berkedudukan di Gayo Lues, dengan wilayah kerja meliputi

Kelompok Daerah Aliran Sungai: Krueng Tripa dan Krueng Kuala Batee.
10

D. Struktur Organisasi UPTD KPH V di Wilayah Gayo Lues, Aceh

Kepala KPH

Syahrial, S. Hut, MP
Kasi Perencanaa Kasi Pembinaan
Siti Asnah, S.Hut Teknis dan Teknis dan
Kasubbag Tata Usaha Pemanfaatan Hutan Perlindungan Hutan

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi UPTD KPH V di Wilayah Gayo Lues, Aceh
1. Kasubbag Tata Usaha
Tugas :
Melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan
urusan umum, kerumahtanggaan , perlengkapan, keuangan, kepegawaian,
hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan
UPTD.
Fungsi :
1. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian , keuangan,
peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan
perpustakaan;
2. Pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan ;
3. Pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan , rencana anggaran
dan pelaporan;
4. Pelaksanaan penyiapan data, infornasi, dan penyelenggaraan
inventarisasi aset; dan
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
UPTD
11

2. Kasi Perencanaa Teknis dan Pemanfaatan Hutan

Tugas :
1. Penyusunan rencana pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan tata
hutan, inventarisasi sumberdaya hutan, pemetaan hutan, rencana kerja
dan penatausahaan hasil hutan, silvikultur , silvopasture, silvofishery dan
agroforestry, mengembangkan perekonomian kehutanan di tingkat
lokal dan wilayah, dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat
berbasis pengembangan perhutanan sosial, serta perencanaan perizinan
dan kerjasama kehutanan dalam wilayah kerjanya.
Fungsi :
2. pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pengelolaan dan pemanfaatan
hutan, meliputi tata butan, pen1etaan hutan, inventarisasi butan,
sumberdaya hutan, pembagian blok, dan petak, tata batas wilayah 1 dan
pemetaan wilayah kerja;
3. pelaksanaan penyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang dan penetapan Rencana
Pcngelolaan Hutan Jangka Pendek pada wilayah kerjanya;
4. pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan hutan, hasil hutan, dan
penggunaan kawasan hutan di wilayah kerjanya;
5. pelaksanaan penyiapan bahan dalam rangka pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dan perpetaan dalam pengelolaan hutan;
6. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan
kawasan hutan;
7. pelaksanaan peningkatan penerimaan asli Aceh melalui pengelolaan
teknis hasil hutan , pengembangan investasi, kerja sama, dan
kemitraan dalam pengelolaan hutan, pengolahan, dan pemasaran hasil
hutan di wilayah kerjanya;
8. pelaksanaan penyelenggaraan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan
ekowisata;
9. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan;
10. pelaksanaan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar butan
dan penyiapan bahan dalam fasilitasi dan pendampingan pengembangan
perhutanan sosial (HKm, HTR, HD, dan kemitraan;
12

11. pelaksanaan kegiatan silvikultur, silvopasture, silvofishery, agroferestry


dan budidaya tanaman kehutanan;
12. pelaksanaan perencanaan penzinan dan kerjasama kehutanan dalam
wilayah kerjanya;
13. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan ; dan
14. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
UPTD
3. Kasi Pembinaan Teknis dan Perlindungan Hutan
Tugas :
1. Pembinaan teknis dan perlindungan hutan dan sumberdaya hutan,
pemeliharaan keanekaragaman hayati, ekosistem, flora dan fauna,
penegakan hukum kehutanan, pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan , pengamanan hutan, hasil hutan dan kawasan hutan, pelaksanaan
rehabilitasi, reboisasi, dan reklamasi hutan dan lahan, serta pengawasan
perizinan dan kerjasama kehutanan dalam wilayah kerjanya.
Fungsi :
2. pelaksanaan perlindungan hutan, pengamanan hutan, pemberian

advokasi, konsultasi dan bantuan hukum bidang kehutanan , pelatihan

perlindungan / pengamanan hutan, pembentukan forum, dan

pengembangan sistem informasi perlindungan/ pengamanan hutan, di

wilayahnya;

3. pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pelatihan,

pendidikan, sosialiasi, penyuluhan , pembentukan forum kolaboratif, dan

pengembangan sistem informasi pengendalian kebakaran hutan dan

lahan;

4. pelaksanaan kegiatan penegakan hukum kehutanan, melalui upaya

preventif , pre-emtif, dan represif dalam pengamanan dan perlindungan

hutan dan kawasan hutan;

5. pelaksanaan pengelolaan DAS, reklamasi hutan dan rehabilitasi lahan,


13

dan perbenihan tanaman hutan;

6. pelaksanaan pengkoordiniran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

kehutanan, POLHUT dan PAMHUT dalam upaya pengamanan dan

perlindungan hutan;

7. pelaksanaan koordinasi dengan instansi penegak hukum dan instansi

terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan;

8. pelaksanaan pembinaan konservasi sumberdaya hutan, keanekaragaman


hayati dan ekosistem;
9. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penatausaahan hasil hutan,
iuran kehutanan dan peredaran hasil hutan;
10. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi
alam;
11. pelaksanaan penanganan penyelesaian konflik tenurial;
12. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi
alam;
13. perlindungan, pengamanan, pelestarian, pemulihan fungsi kawasan, dan
pemanfaatan secara lestari;
14. pelaksanaan perlindungan habitat flora dan fauna;
15. pengawasan perizinan dan kerjasama kehutanan dalam wilayah kerjanya;
16. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan
17. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
UPTD.
Di dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 115 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Aceh, DLHK Aceh merupakan perangkat daerah sebagai

unsur pelaksana Pemerintah Aceh di bidang lingkungan hidup dan kehutanan,

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Gubernur melalui Sekda. Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi

tersebut, DLHK Aceh mempunyai struktur organisasi yang disusun bertujuan


14

untuk untuk menghadapi perubahan-perubahan yang begitu dinamis dan

kompleks di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, sehingga mampu

memberikan pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang terus

berkembang. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh adalah perangkat

daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Aceh dibidang Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, terbentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor

115 Tahun 2016.

Berdasarkan hasil kajian kondisi dan situasi pengelolaan lingkungan

hidup dan Kehutanan, dapat dirumuskan permasalahan yang wajib mendapat

perhatian bersama, yaitu :

1) Isu perubahan iklim


2) Perambahan kawasan hutan
3) Illegal Logging
4) Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
5) Pencemaran dan Kerusakan Pesisir / Laut
6) Bencana alam (banjir, tanah longsor, dll)
7) Penegakan hukum lingkungan
8) Deforestasi dan Degratasi Hutan, Kebakaran Hutan dan Konflik Tenurial.

Program dan kegiatan yang mendukung berbagai upaya perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam

rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan sumberdaya alam dan

lingkungan dapat lestari guna pemanfaatan yang terkendali, serta membangun sikap

ramah dengan lingkungan alam sekitarnya. Pembangunan akan menjadi tak

terlanjutkan, apabila para fihak terkait mengabaikan atau meninggalkan wawasan

dan kesadaran tentang kelestarian fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu,
15

diperlukan pemahaman yang baik tentang kondisi lingkungan. Pemahaman

tentang tersebut akan mengantar kita pada solusi–solusi yang harus di tempuh dalam

mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang.
16

BAB III. HASIL PRAKTIK KETERAMPILAN

A. Pembibitan Tanaman Jenis MPTS Yang Ada Di Lapangan Seperti (Durian,


Alpukat, Jengkol, Kopi, Petai dan Pinus)

Penerapan komposisi tanaman agroforestri bertujuan untuk menjaga fungsi ekologi

hutan dan meningkatkan pendapatan petani (Wanderi et al., 2019). Agroforestri

memiliki fungsi ekologis seperti menyediakan sumber air, mencegah terjadinya erosi

dan longsor dari pepohonan di lahan yang dikelola (Rahman et al 2017). Selain itu

terdapat fungsi ekonomi untuk jangka panjang dan jangka pendek. Tanaman

pepohonan seperti Multi-Purpose Trees Species (MPTS) bisa menjadi sumber

pendapatan jangka panjang mengingat produknya hanya bisa dipanen setahun sekali

(Qurniati et al 2017). Sumber pendapatan untuk jangka waktu yang pendek dapat

diperoleh dari vegetasi kanopi rendah yang ditanam diantara MPTS seperti pisang

(Musa sp), kakao (Theobroma kakao), Cabai (Capsicum sp), kopi (Coffea arabica),

padi (Oryza sativa), tomat (Solanum lycopersicum), seledri (Apium graveolens), serai

(Cymbopogon nardus), kunyit (Curcuma longa) dan jahe (Jingiberis rhizoma)

(Kholifah et al 2017; Aprianto et al 2016; Kaskoyo et al 2014; Nadeak et al 2013 dan

Qurniati et al 2017).

Bibit merupakan benih yang telah berkecambah dan mengeluarkan akar dan daun

yang berasal dari asimilat yang terdapat pada endosperm benih/kecambah yang akan

tumbuh menjadi tanaman utuh. Penggunaan benih tanaman yang sesuai dengan

kebutuhan lahan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Jenis benih tanaman

yang bisa aplikasikan antara lain yang memiliki sifat tumbuh dan jenis pohon, buah-

buahan. Sehingga setiap benih yang diproduksi memiliki kualitas yang layak setelah

adanya proses pengujian atau pemilihan bibit yang berkualitas.


17

1. Proses Persemaian

Persemaian (nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses

benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di

lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari

kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci

pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Peluang bibit

untuk bertahan dan dapat tumbuh dengan baik di lapanganan dipengaruhi oleh

kesehatan dan kekuatan, ketika mereka ditanam. Bibit yang sehat, proporsi yang

seimbang dan pertumbuhan yang bagus mempunyai peluang kelangsungan hidup

yang tinggi dibanding bibit yang lemah dan stres. Kemampuan hidup yang lebih

baik dari bibit yang berasal dari pesemaian disebabkan oleh 4 faktor utama, yaitu:

(1) Di lapangan biasanya benih sering gagal untuk menyelesaikan

perkecambahan karena lingkungan yang merugikan (kekeringan, banjir) atau

diserang oleh patogen;

(2). Kerusakan oleh pemangsa benih cukup tinggi di lapangan;

(3) Benih yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh

vegetasi lain, contohnya gulma herbal, di mana mereka akan berkompetisi;

(4). Di persemaian dapat mengendalikan perkecambahan dan lingkungan

pertumbuhan, sehingga bibit mempunyai peluang optimal untuk bertahan pada

tahapan yang kritis dan masalah pemangsaan biasanya kecil dibanding di

lapangan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan

secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat

persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila

biji-biji tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah.


18

B. Pendistribusian Jenis Tanaman MPTS DI UPTD KPH V DI WILAYAH ACEH

Pendistribusian Oleh UPTD KPH V Kepada masyarakat Gayo Lues sebagai

bentuk dukungan pada kegiatan revolusi hijau hutan. Pendistribusian jenis

tumbuhan MPTS sebanyak 5000 bibit. Kegiatan pendistribusian ini dilibatkan

langsung kepada masyarakat. Pengelolaan Hutan (KPH) Wilyah V yang

meliputi Gayo Lues, Abdya dan Nagan raya akan melakukan pengelolaan hutan

dengan sistem Agroforestri. Demikian disebutkan Kepala Seksi Pengelolaan dan

Pembinaan Kawasan Hutan Wilayah V, Zulhamudin Arbie SHut kepada

Waspada Online, di Blangkejeren, Senin (2/4).

Menurut Zulhamudin Arbie, pengelolaan kawasan hutan tersebut termasuk

hutan lindung dan hutan produksi di mana KPHÂ akan melibatkan langsung

masyarakat dalam bentuk kelompok tani hutan yang berada dalam kawasan

masing-masing. Tim Ahli Agroforestri Mr. Bastian dari Bolivia, yang sudah

sangat profesional dalam pengelolaan kawasan hutan menyatakan bahwa akan

membantu bibit MPTS dan bibit kayu seperti alpukat, pete, durian, jengkol,

lamtoro dan kopi.

Sistem agroforestri hutan, adalah sebuah sistem yang melesetarikan

keberadaan hutan dengan membudidayakan beberapa tanaman unggul di wilayah

penunjang hutan tersebut, seperti lahan tertinggal atau lahan tidur, agroforestri

akan menciptakan hutan lestari dan masyarakat sejahtera. Program ini

direncanakan akan menjadi program unggulan dan dilaksanakan oleh KPH yang

ada di seluruh wilayah Provinsi Aceh. “Sebagai bahan percontohan kita akan

mulai kembangkan di Kabupaten Gayo Lues.


19

C. Tujuan Pengelolaan Jenis Tanaman MPTS di Hutan (KPH) Wilyah V

Tercapainya koordinasi dan harmonisasi perencanaan pembangunan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Aceh yang holistik, terintegrasi, efisiensi

dan efektif serta memudahkan pelaksanaan program-program yang

direncanakan selama lima tahun kedepan dan memudahkan evaluasi terhadap

program-program yang ada. Agar pengelolaan lingkungan hidup dan sumber

daya hutan di Aceh menjadi satu kesatuan yang berkelanjutan dalam suatu

ekosistem, meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan menurunnya laju

deforestasi, dengan Indikator sasarannya adalah Persentase Tutupan Kawasan

Hutan.
20

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang di peroleh dari hasil praktik keterampilan ini ialah salah satu

Strategi Pembangunan Infrastruktur Pemerintah Aceh sebagaimana yang

tercantum dalam RPJMA 2017-2022 adalah “Meningkatkan kualitas lingkungan

hidup secara merata dengan melibatkan partisipasi semua stake holders dan

penegakan hukum dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Untuk

mewujudkan hal tersebut di bidang pengendalian dampak lingkungan disusun

strategi Lingkungan Hidup Aceh yaitu Meningkatkan Kualitas dan Fungsi

Lingkungan melalui Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan lingkungan

Hidup. Hutan memiliki peran dan berkontribusi cukup besar dalam menopang

ketahanan pangan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan.

Salah satu pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat dan menghasilkan

pangan dan menopang ketahanan pangan masyarakat adalah program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) melalui sistem tumpang sari yang

dikembangkan oleh Perhutani (Bangsawan & Dwiprabowo, 2012) .Oleh karena itu

Perawatan dan Pembibitan Tanaman Jenis MPTS Di UPTD KPH di Wilayah V

Gayo Lues Aceh diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup

secara merata dan pendistribusian oleh UPTD KPH V Kepada masyarakat Gayo

Lues sebagai bentuk dukungan pada kegiatan revolusi hijau hutan.


21

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada UPTD KPH V di Wilayah Aceh

Ialah tetap menerima dan memberi pengalaman, arahan serta wawasan secara

langsung terhadap setiap peserta magang ataupun mahasiswa praktik keterampilan

yang berada di lapangan tersebut.


22

LAMPIRAN

A. Tabel Kegiatan Penulis Saat Praktik di Lapangan

Kegiatan Keterangan
Melakukan bimbingan PK dengan
1. dosen pembimbing lapangan.

Penulis Membersihkan rumput dan


2. hama yang ada pada bibit jenis
tumbuhan MPTS.
23

Penulis menganalisis dan


3. mempelajari berbagai jenis
tumbuhan MPTS yang ada di
lapangan.

Penulis melakukan penyiraman


4. bibit yang ada di lapangan.
24

DAFTAR PUSTAKA

Antares. 11 November 2019. Supply Benih dan Bibit Tanaman Kehutaan atau MPTS.
Diakses pada tanggal 2 maret pukul 10.30 Wib, dari
https:/www.antaresenergi.com/supply-benih-dan-bibit-tanaman-kehutaan-atau-
mpts/
Avontur. 11 January 2023. Tanaman MPTS, Karakteristik, Jenis, dan Manfaat. Diakses
pada tanggal 15 februari pukul 11.31 Wib, dari https:/avonturin.id/blog/tanaman-
mpts/
Bangsawan, I., & Dwiprabowo, H. (2012). Hutan Sebagai Penghasil Pangan Untuk
Ketahanan Pangan Masyarakat: Studi Kasus Di Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 9(4), 185–197.
https://doi.org/10.20886/jsek.2012.9.4.185-197
Julius, P., & Nagel, F. (2020). Etika Lingkungan Hidup. Teknologi Kebumian Dan
Kealautan, 2(42), 521–525. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=9906.
Kholifah UN., Wulandari C., Santoso T., dan Kaskoyo H., 2017. Kontribusi Agroforestri
terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari 5(3): 39-47.
Marpaung, S., Dalimunthe, A., & Utomo, B. (2014). Inventarisasi Tanaman MPTS ( Multy
Purpose Tree Species ) Di Dareah Tangkapan Air Danau Toba Provinsi Sumatra
Utara ( MPTS plant inventory in the catchment area of Toba Lake at North Sumatera
Province ). 1–5.
PerMen Kehutanan Republik Indonesia No: P.65/Menhut-Ii/2014. Tentang Per bahan Atas
Peraturan Menteri Kehutanan No: P.11/Menhut-Ii/2009 Te tang Sistem Silvikultur
Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi.
Qurniati R., Febryano IG., dan Zulfiani D. 2017. How Trust Influence Social Capital to
Support Collective Action in Agroforestry Development? Jurnal Biodiversitas 18(3):
1201-1206.
Rahman SA., Healey JR., Sunderland T., Jacobsen JB., dan Roshetko JM. 2017. Finding
Alternatives to Swidden Agriculture: Does Agroforestry Improve Livelihood Options
and Reduce Pressure on Existing Forest? Agroforest Syst 91: 185-199.
Septiawan, W., Indriyanto, I., & Duryat, D. (2017). Jenis Tanaman, Kerapatan, Dan
Stratifikasi Tajuk Pada Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Rukun Makmur 1 Di
Register 30 Gunung Tanggamus, Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 5(2), 88.
25

https://doi.org/10.23960/jsl2588-101
Surnayanti, S., Indriyanto, I., Asmarahman, C., Damayanti, I., Tsani, M. K., Riniarti, M.,
Duryat, D., Santoso, T., & Bintoro, A. (2022). Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah
Pada Desa Hanura Untuk Budidaya Tanaman MPTS Pala (Myristica fragrans).
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan Dan Lingkungan, 1(2), 115.
https://doi.org/10.23960/rdj.v1i2.6433.
W., Qurniati, R., & Kaskoyo, H. (2019). Contribution of Agroforestry Plants to Farmers’
Income and Welfare. Jurnal Sylva Lestari, 7(1), 118.
https://doi.org/10.23960/jsl17118-127.

Anda mungkin juga menyukai