Anda di halaman 1dari 50

MATA KULIAH

MANAJEMEN MITIGASI DAN ADAPTASI


BENCANA

ADAPTASI IKLIM & KEKERINGAN


Pengampu:
Dr. Ir. I Wayan Yasa, ST., MT
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
PERUBAHAN IKLIM
SKENARIO IKLIM

SUHU MENINGKAT DAN VARIASI


MUSIMAN BERGESER DENGAN SUHU MENINGKAT , MUSIM HUJAN
PERUBAHAN CURAH HUJAN TAHUNAN LEBIH SINGKAT DENGAN
PENINGKATAN INTENSITAS

LAHAN KERING MENINGKAT, -POTENSI BANJIR,PELUANG EROSI


PERGESERAN MUSIM HUJAN DAN TANAH LONGSOR
YANG MENGAKIBATKAN MENINGKAT, PENYEMPITAN
PENURUNAN SEDIAAN AIR AREAL DI PERAIRAN PANTAI
BERSIH, PROBLEM SANITASI -PENURUNAN KUALITAS
DAN KESEHATAN LAYANAN PUBLIK
LINGKUNGAN
-EFISIENSI PEMAKAIAN AIR -- PERBAIKAN JARINGAN DRAINASE
BERSIH -- SEMPADAN SUNGAI
- PERBAIKAN JARINGAN -KESIAP-SIAGAAN LAYANAN BENCANA
IRIGASI (LEGALITAS, ORGANISASI,
- PERBAIKAN BANGUNAN INFRASTRUKTUR TANGGAP DARURAT)
PENYADAP AIR DAN RESAPAN --PENGENDALIAN EROSI DAN BANJIR DI
AIR (BULIDING COVERAGE KAWASAN HULU DAN HILIR.
BANGUNAN FISIK) (KERJASAMA ANTAR DAERAH)
Adaptasi perubahan iklim
◆ Adaptasi adalah berbagai
tindakan penyesuaian diri
terhadap kondisi perubahan iklim
yang terjadi.

◆ Menyesuaikan kegiatan ekonomi


pada sektor-sektor yang rentan
sehingga mendukung
pembangunan berkelanjutan.

◆ Hingga saat ini, kegiatan adaptasi


difokuskan pada area-area yang
dianggap rentan terhadap
perubahan iklim yaitu daerah
pantai, sumber daya air,
pertanian, kesehatan manusia
dan infrastruktur.
DASAR PEMIKIRAN TENTANG
ADAPTASI
• Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan hal yang
sangat penting dan harus segera dilakukan, mengingat
rentannya Indonesia terhadap dampak perubahan iklim
dan rendahnya kapasitas dalam beradaptasi.
• Strategi adaptasi terhadap perubahan iklim harus segera
disusun dan diadopsi dalam strategi pembangunan
nasional.
• Rancangan tersebut memerlukan pengarus-utamaan
(mainstreaming) dalam kerangka tujuan pembangunan
berkelanjutan yang bersifat lintas sektoral (antar
departemen).
• Arah dan kegiatan adaptasi memerlukan konsistensi dari
seluruh jenjang lembaga pemerintah yang terkait.

Sumber : TroFCCA, 2006


Perubahan dan Variabilitas
Iklim

Dampak

Mitigasi Adaptasi
Respon
Tujuan adaptasi: Tipe data iklim yang
diperlukan untuk kajian
- Perencanaan yang lebih baik dengan dampak:
mempertimbangkan kondisi iklim (perubahan iklim) - Perubahan iklim rata-
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan rata jangka panjang
(contoh: pengelolaan sumberdaya air, pertanian) (exposure’s mean
change)
- Mengurangi kemungkinan bencana dikarenakan iklim
- Potensi intensitas dan
(contoh: banjir, kekeringan, kebakaran hutan,
frekuensi iklim ekstrim
longsor)
(variability of exposures)
Sumber : Santoso, 2006
PELAKU ADAPTASI

Masyarakat
Pemerintah :
• Mengurangi konsumsi air
• Mendorong pemangku bersih;
kepentingan untuk • Membiasakan diri dengan
melakukan kajian makanan pokok lain (selain
kerentanan dan adaptasi; beras);
• Menyusun strategi dan • Merelokasi industri yang
kebijakan nasional untuk berlokasi di tepi pantai ke
tempat yang lebih tinggi
kegiatan adaptasi
perubahan iklim
• Daerah pantai
• Pertanian
• Kesehatan manusia
DAERAH PANTAI

Dampak Perubahan Iklim: Peningkatan muka air laut

KEGIATAN ADAPTASI :
• Pembangunan tanggul-tanggul di daerah pantai
• Perlindungan terhadap pelabuhan, bangunan atau
infrastruktur lainnya yang rentan terhadap
kenaikan air laut
• Konservasi air a.l . melalui kampanye publik untuk
mencegah kontaminasi oleh air laut
• Penerapan teknologi untuk memperoleh air bersih
dari air yang telah tercemar
• Perubahan pola penangkapan ikan oleh nelayan
PERTANIAN

Dampak Perubahan Iklim:


◆ Erosi pada daerah dataran tinggi
◆ Gangguan pada sistem pertanian

KEGIATAN ADAPTASI :
• Konservasi air dan tanah
• Aforestasi melalui agroforestry dengan tanaman
pengikat nitrogen
• Penyesuaian waktu tanam yang dilakukan oleh
petani
• Penanaman jenis tanaman yang lebih tahan terhadap
perubahan iklim
KESEHATAN MANUSIA

Dampak Perubahan Iklim:


Peningkatan kasus-kasus akibat
• Malaria
• Demam berdarah
• diare

KEGIATAN ADAPTASI :
• Pemusnahan tempat perkembangbiakan nyamuk
• Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap lokasi-lokasi
perkembangbiakan nyamuk
• Peningkatan akses terhadap air bersih
• Peningkatan imunisasi dan kampanye ASI
• Peningkatan kebersihan diri dan sanitasi perorangan
• Peningkatan system drainase dan pengelolaan banjir
DEFINISI KEKERINGAN

1. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana, kekeringan dikategorikan ke dalam bencana alam. Bencana
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2. Secara spesifik, Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana mendefinisikan kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
DEFINISI KEKERINGAN
Wilhite (2010) menyatakan bahwa kekeringan berbeda dari bencana alam lainnya pada 4 (empat) hal,
yaitu
1) Karena kekeringan merayap, berakumulasi secara lambat, maka awal dan akhir terjadinya sulit
ditentukan;
2) Tidak adanya definisi yang tepat dan berlaku umum membuat kerancuan apakah telah terjadi
kekeringan, dan jika terjadi bagaimana tingkat keparahannya. Walaupun banyak terdapat definisi
tetapi tidak ada yang dapat sekaligus memberikan arti yang tepat untuk para ilmuwan, pengambil
keputusan, dan masyarakat luas.;
3) Dampak kekeringan adalah non-struktural, tidak seperti banjir, tanah longsor dan badai yang
menimbulkan kerusakan struktur secara nyata. Dampaknya menyebar lebih luas, tidak
terlokalisir seperti bencana alam lainnya;
4) Terdapat berbagai jenis kekeringan, dengan parameter yang berbeda, antara lain kekeringan
meteorologi, kekeringan pertanian, dan kekeringan hidrologi.
JENIS-JENIS KEKERINGAN
Variabilitas Iklim

Kekeringan Meteorologi
Suhu tinggi, angin kencang,
Berkurangnya hujan
kelembaban rendah,
(jumlah,intensitas, waktu)
sinar matahari terik, tiada awan

Berkurangnya infiltrasi,
Meningkatnya evaporasi
larian, perkolasi,
dan transpirasi
imbuhan air tanah

Kekeringan hidrologi Kekeringan pertanian


Berkurangnya

Kekeringan sosio-ekonomi
lengas tanah
Waktu

Tanaman mengalami
stress kekurangan air,
berkurangnya panen

Berkurangnya aliran sungai,


air di danau, waduk, kolam,
berkurangnya lahan basah,
habitat satwa liar

Dampak ekonomi Dampak sosial Dampak lingkungan


JENIS-JENIS KEKERINGAN
KEKERINGAN METEOROLOGIS
KEKERINGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT CURAH HUJAN YANG TERJADI BERADA DI BAWAH KONDISI NORMAL
DALAM SUATU MUSIM. PERHITUNGAN TINGKAT KEKERINGAN METEOROLOGIS MERUPAKAN INDIKASI PERTAMA TERJADINYA
KONDISI KEKERINGAN. INTENSITAS KEKERINGAN METEOROLOGIS DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI BERIKUT:
• KERING: APABILA CURAH HUJAN ANTARA 70%-80%, DARI KONDISI NORMAL;
• SANGAT KERING: APABILA CURAH HUJAN ANTARA 50%-70% DARI KONDISI NORMAL;
• AMAT SANGAT KERING: APABILA CURAH HUJAN DI BAWAH 50% DARI KONDISI NORMAL.
KEKERINGAN HIDROLOGIS
KEKERINGAN AKIBAT BERKURANGNYA PASOKAN AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH. KEKERINGAN
HIDROLOGIS DIUKUR DARI KETINGGIAN MUKA AIR WADUK, DANAU DAN AIR TANAH. ADA JARAK
WAKTU ANTARA BERKURANGNYA CURAH HUJAN DENGAN BERKURANGNYA KETINGGIAN MUKA AIR
SUNGAI, DANAU DAN AIR TANAH, SEHINGGA KEKERINGAN HIDROLOGIS BUKAN MERUPAKAN
GEJALA AWAL TERJADINYA KEKERINGAN. INTENSITAS KEKERINGAN HIDROLOGIS DIKELOMPOKKAN
MENJADI:
• KERING: APABILA DEBIT SUNGAI MENCAPAI PERIODE ULANG ALIRAN DI BAWAH PERIODE 5
TAHUNAN;
• SANGAT KERING : APABILA DEBIT AIR SUNGAI MENCAPAI PERIODE ULANG ALIRAN JAUH DI
BAWAH PERIODE 25 TAHUNAN;
• AMAT SANGAT KERING : APABILA DEBIT AIR SUNGAI MENCAPAI PERIODE ULANG ALIRAN AMAT
JAUH DI BAWAH PERIODE 50 TAHUNAN.
Kekeringan pertanian
Berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah)
sehingga tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu
periode tertentu. Kekeringan ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan
meteorologis. Intensitas kekeringan pertanian dikelompokkan sebagai berikut:
• kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan s/d
sedang)
• sangat kering : apabila 1/4-2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun
(terkena berat)
• amat sangat kering: apabila seluruh daun kering (puso)
Kekeringan sosial ekonomi
Berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi yang bernilai
ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari terjadinya kekeringan
meteorologis, pertanian dan hidrologis. Intensitas kekeringan sosial
ekonomi diklasifikasikan berdasarkan ketersediaan air minum atau air
bersih sebagai berikut:
• Kering langka terbatas: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari)
> 30 dan < 60, air mencukupi untuk minum, memasak, mencuci alat
masak/makan, tetapi untuk mandi terbatas, sedangkan jarak dari sumber
air 0.1 – 0.5 km.
• Kering langka: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) > 10
dan < 30, air hanya mencukupi untuk minum, memasak, dan mencuci
alat masak/makan, sedangkan jarak dari sumber air 0.5 – 3.0 km.
• Kering kritis: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) < 10, air
hanya mencukupi untuk minum dan memasak, sedangkan jarak dari
sumber air >3.0 km.
Kekeringan antropogenik
Terjadi karena ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan oleh kebutuhan
air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat ketidaktaatan
pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air, dan kerusakan kawasan
tangkapan air, sumber air sebagai akibat dari perbuatan manusia. Intensitas
kekeringan antropogenik diklasifikasikan menjadi:
• Rawan: apabila penutupan tajuk 40%-50%
• Sangat rawan: apabila penutupan tajuk 20%-40%
• Amat sangat rawan: apabila penutupan tajuk di DAS di bawah 20%.
KEKERINGAN HIDROLOGI
Pada umumnya komponen hidrologi merupakan indikator yang
digunakan sebagai alat untuk memprediksi kekeringan suatu wilayah
seperti misalnya tampungan waduk, aliran sungai dan aliran bawah
permukaan.
Indek Kekeringan
Indek kekeringan hidrologi merupakan suatu nilai/angka yang
menunjukkan tingkat keparahan kekeringan suatu wilayah. Penentuan
tingkat keparahan kekeringan dapat merupakan suatu gabungan dari
beberapa variabel hidro-meteorologi seperti hujan, aliran permukaan,
kelengasan tanah, temperatur, aliran bawah permukaan dan
tampungan waduk (Sun dkk., 2011).
Tingkat keparahan kekeringan berdasarkan Indek Kekeringan
Aliran (SDI)
Kekeringan Kriteria kekeringan Nilai SDI

0 Tidak kering/basah SDI ≥ 0.0

1 Kekeringan lemah -1.0 ≤ SDI < 0.0

2 Kekeringan Moderat -1.5 ≤ SDI < -1.0

3 Kekeringan Parah -2.0 ≤ SDI < -1.5

4 Kekeringan Ekstrim SDI < -2.0

Tingkat keparahan kekeringan berdasarkan Indek Kekeringan


Presipitasi
Kekeringan Kriteria kekeringan Nilai SDI

0 Ekstrim basah SPI ≥ 2.0

1 Sangat basah 1.0 ≤ SPI < 2.0

2 Basah moderat 0.0 ≤ SPI < 1.0

3 Kering moderat -1.0 < SPI < 0.0

4 Kekeringan parah -2.0 < SPI < -1.0

5 Kekeringan ekstrim SPI ≤ -2.0


Indek kekeringan Palmer
Kekeringan Kriteria kekeringan Nilai PSDI
0 Ekstrim basah ≥ 4.0
1 Sangat basah 3.00 - 3.99
2 Agak basah 2.00 - 2.99
3 Sedikit basah 1.00 - 1.99
4 Awal selang basah 0.50 - 0.99
5 Normal 0.49 - (-0.49)
6 Awal selang kering -0.50 - (-0.99)
7 Sedikit kering -1.00 - (-1.99)
8 Agak kering -2.00 - (-2.99)
9 Sangat kering -3.00 - (3.99)
10 Kering ekstrim ≤ -4.00

Indek kekeringan Hidrologi Iway


Volume defisit waduk Indek Kekeringan Hidrologi Kriteria keparahan
(Vd) (%) kekeringan

Vd ≥ 51,5 IKH ≤ -0.51 Sangat kuat

30,09 ≤ Vd < 51,5 -0.31 ≤ IKH ≤ -0.51 Kuat

14,70 ≤ Vd < 30,09 -0.15 ≤ IKH ≤ -0.31 Moderat

Vd < 14.70 IKH > -0.15 Lemah


TEORI RUN
Run adalah deret yang berada di atas (surplus) atau di bawah (defisit) dari
seri data curah hujan. Prinsip perhitungan Metode Run mengikuti proses
peubah tunggal (Univarite) dengan menentukan rata-rata hujan bulanan
jangka panjang sebagai nilai pemepatan, Y (m).

Nilai pemepatan adalah berupa nilai normal seri data (ratarata atau
median) atau dapat berupa nilai yang mewakili kebutuhan air seperti
kemungkinan 10% atau 20%, untuk pertanian diambil pemepatan pada
tingkat kemungkinan 20%.

Setelah nilai pemepatan ditentukan, dari seri data hujan dapat dibentuk
dua seri data baru yaitu durasi kekeringan (Ln) dan jumlah kekeringan (Dn)
Jika Y (m) < X (t.m), maka D (t,m) = X(t,m) – Y (m) (1)
Jumlah kekeringan:
𝐷𝑛 = σ𝑖𝑚−1 𝐷 𝑡, 𝑚 𝐴(𝑡, 𝑚) (2)

Durasi kekeringan
𝐿𝑛 = σ𝑖𝑚−1 𝐴(𝑡, 𝑚) (3)

A (t,m) adalah indicator bernilai 0, jika Y (m) ≥ X (t,m)


A (t,m) adalah indicator bernilai 1, jika Y (m) < X (t,m)
m adalah bulan ke m ; t adalah tahun ke t
LANGKAH PENGERJAAN METODE RUN
1. Kumpulkan data hujan bulanan yang menerus tanpa ada data kosong.
Dengan pertimbangan yang cukup matang, data hujan diijinkan untuk
tidak menerus dalam hitungan tahun.
2. Hitung jumlah datanya (N), ratarata, simpangan baku (standar deviasi),
koefisien kepencengan (Skewness) dan koefisien keruncingan (kurtosis)
untuk setiap bulannya.
3. Hitung nilai surflus dan defisit, kurangkan data asli masing-masing bulan
setiap tahunnya dengan rata – rata dari seluruh data pada bulan
tersebut, atau kemungkinan 20% tidak melampaui pada setiap
bulannya.
4. Hitung durasi kekeringan kumulatif, lakukan perhitungan durasi
kekeringan, menggunakan persamaan (1) dan (3). Bila
perhitungan yang dihasilkan adalah positif, diberi nilai nol (0) dan
negatif akan diberi nilai satu (1). Bila terjadi nilai negatif yang
berurutan maka nilai satu tersebut dijumlahkan terus sampai
dipisahkan kembali oleh nilai nol, untuk kemudian menghitung
dari awal lagi. Langkah ini dilakukan dari data tahun pertama
berurutan terus sampai data tahun terakhir.
5. Hitung durasi kekeringan maksimum (Ln), durasi kekeringan (Ln)
dari bulan ke m sampai ke m+1, tuliskan nilai yang maksimum saja
6. Hitung durasi kekeringan terpanjang, tentukan nilai maksimum
durasi kekeringan selama T tahun. Nilai maksimum durasi
kekeringan selama kurun waktu T (misalnya sama dengan 5
tahun) tersebut dirata-ratakan sehingga menghasilkan nilai untuk
periode ulang 5 tahunnya. Untuk periode ulang selanjutnya
lakukan perhitungan yang sama.
7. Hitung jumlah kekeringan kumulatif, nilai jumlah kekeringan
kumulatif dihiutng berdasarkan nilai durasi kekeringan kumulatif.
Jika nilai durasi kekeringan kumulatif pada bulan ke m > 0 maka
nilai jumlah kekeringan kumulatif bulan ke m sama dengan nilai
Surflus dan Defisit bulan ke m ditambah nilai jumlah kekeringan
kumulatif bulan ke m-1. Jika nilai durasi kekeringan kumulatif bulan
ke m = 0 maka nilai jumlah kekeringan kumulatif bulan ke m sama
dengan nilai jumlah kekeringan kumulatif bulan ke m-1 ditambah
0.
8. Hitung jumlah kekeringan maksimum (Dn), buat pada tabel baru perhitungan
jumlah kekeringan maksimum (selama T tahun), tuliskan hanya jumlah
kekeringan maksimum saja yang diabsolutkan.
9. Hitung jumlah kekeringan terbesar, buat tabel baru kembali, tentukan nilai
maksimum jumlah kekeringan selama T tahun. Nilai maksimum selama selang
waktu T = 5 tahun tersebut dihitung rata-ratanya dan merupakan nilai periode
ulang untuk 5 tahun, dan seterusnya.
CONTOH HUJAN BULAN
Durasi kekeringan terpanjang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai