Anda di halaman 1dari 23

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN


DAN EKOSISTEM
Agus Santoso Budiharso
Bahasan
• Latar Belakang
• Perubahan/Kenaikan Suhu Global
• Proses Kejadian El Niño La Nina
• Kerusakan Hutan / Deforestrasi
• Gangguan Siklus Hidrologi
• Upaya Penanggulangan
• Kesimpulan
Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan ancaman serius yang mempengaruhi


sumber daya hutan dan ekosistem di seluruh dunia.

Perubahan iklim global akibat pemanasan global telah


menyebabkan perubahan pada pola cuaca dan iklim, peningkatan
kejadian ekstrem, dan gangguan pada ekosistem. Sumber daya
hutan dan ekosistem sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim, yang berdampak pada keberlanjutan dan kesejahteraan
masyarakat yang bergantung pada sumber daya tersebut.
Video El Niño

El Niño Tahun ini diperkirakan lebih panas


Dari yang pernah terjadi tahun 2016
Intergovernmental Panel on Climate Change
IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1,1 °C
hingga 6,4 °C antara tahun 1990 dan 2100
La Niña dan El Niño
Fenomena La Niña dan El Niño sering memicu gagal panen di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia. Kedua
fenomena ini merupakan bagian dari siklus El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan memiliki dampak yang berlawanan
pada pola cuaca dan iklim.

1) El Niño: Selama El Niño, suhu permukaan laut di Pasifik Timur meningkat, mengakibatkan perubahan pola angin
dan sirkulasi atmosfer. Hal ini menyebabkan penurunan curah hujan di beberapa wilayah, seperti Asia Tenggara dan
Australia, yang dapat mengakibatkan kekeringan dan gagal panen. Di sisi lain, El Niño juga dapat meningkatkan
curah hujan di beberapa wilayah di Amerika Selatan, yang dapat menyebabkan banjir dan merusak hasil pertanian.
2) La Niña: La Niña merupakan kebalikan dari El Niño, di mana suhu permukaan laut di Pasifik Timur lebih dingin dari
biasanya. La Niña sering kali meningkatkan curah hujan di wilayah Asia Tenggara dan Australia, yang dapat
mengakibatkan banjir dan tanah longsor, juga berpotensi merusak hasil pertanian. Di sisi lain, La Niña dapat
menyebabkan kondisi yang lebih kering di beberapa wilayah Amerika Selatan, yang juga dapat mempengaruhi hasil
panen.

Secara umum, La Niña dan El Niño mempengaruhi pola cuaca dan iklim di berbagai wilayah dunia, termasuk curah
hujan dan suhu, yang secara langsung mempengaruhi hasil pertanian. Kekeringan, banjir, dan perubahan suhu yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat menyebabkan gagal panen dan mengurangi hasil produksi pertanian.
Oleh karena itu, pemantauan fenomena iklim seperti ENSO sangat penting untuk mengantisipasi dampaknya pada
sektor pertanian dan mengambil langkah-langkah adaptasi yang diperlukan.
El Niño biasanya terjadi setiap 2-7
tahun dan dapat berlangsung
selama beberapa bulan hingga
lebih dari satu tahun. Kondisi ini
diakhiri oleh fenomena La Niña,
yang ditandai oleh penurunan suhu
permukaan laut di Pasifik timur dan
penguatan angin pasat. Para
ilmuwan terus mempelajari El Niño
untuk memahami lebih lanjut
tentang penyebab, dampak, dan
cara memprediksi fenomena ini.
ELNINO
MJO
Kekeringan El Nino -Indonesia Kering
La Nina -Indonesia Basah
IOD

Fase positif IOD biasanya dikaitkan dengan


kekeringan di Indonesia dan Australia (Juni –
November)
Madden-Julian Oscillation (MJO) Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena iklim


Madden-Julian Oscillation (MJO) adalah
yang terjadi akibat perbedaan suhu permukaan laut
fenomena cuaca dan iklim skala besar yang
antara bagian timur dan barat Samudra Hindia. IOD
mempengaruhi pola hujan, suhu, dan sirkulasi
memiliki dua fase, yaitu fase positif dan fase negatif. Fase
angin di kawasan tropis. MJO adalah gelombang
netral, di mana kondisi mendekati normal, juga
atmosfer yang bergerak dari barat ke timur di
merupakan bagian dari siklus IOD. Fenomena ini
sepanjang khatulistiwa, dengan siklus rata-rata
memiliki dampak yang signifikan pada pola cuaca dan
sekitar 30 hingga 60 hari. MJO terdiri dari dua
iklim di wilayah yang terkait dengan Samudra Hindia,
fase, yaitu fase basah (hujan) dan fase kering.
termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia.
https://blog.csiro.au/wp-content/uploads/2013/11/1311_indianoceandipolev2.jpg
Luas Hutan
Indonesia
Hutan Indonesia Hilang 1,13 Juta Hektar per Tahun

https://www.mongabay.co.id/2014/12/13/duh-hutan-indonesia-hilang-113-juta-hektar-per-tahun/
HUTAN KITA PERLU
PERHATIAN
PENUH
Gangguan
Siklus Hidrologi
Perubahan iklim mempengaruhi siklus
hidrologi melalui peningkatan
penguapan dan perubahan pola curah
hujan. Hal ini dapat mengurangi
kualitas dan kuantitas air yang tersedia
bagi ekosistem, terutama di daerah
yang bergantung pada sumber air
permukaan atau tanah. Selain itu,
perubahan pola curah hujan juga
dapat mempengaruhi proses infiltrasi
dan aliran air permukaan, yang
berdampak pada keberlanjutan
sumber daya hutan.
Siklus
Hidrologi
Siklus hidrologi adalah proses
alami yang menggambarkan
pergerakan air di, di atas, dan di
bawah permukaan Bumi. Siklus ini
melibatkan perubahan fase air,
seperti penguapan, kondensasi,
presipitasi, dan perkolasi. Siklus
hidrologi terus-menerus
berlangsung dan memainkan
peran penting dalam
mendistribusikan dan mengatur
sumber air di seluruh dunia.
Water
Catchment
The concept of “Water Catchment” is
common around the globe
“A catchment is an area where water is
collected by the natural landscape. In
a catchment, all rain and run-off water
eventually flows to a creek, river, lake
or ocean, or into the groundwater
system. Natural and human systems
such as rivers, bushland, farms, dams,
homes, plants, animals and people
can co-exist in a catchment.” –

https://www.pmfias.com/drainage-patterns-discordant-drainage-patterns-concordant-
drainage-patterns-drainage-basin-drainage-divide-river-basin-watershed/
Gangguan pada siklus hidrologi dapat menyebabkan berbagai dampak negatif
pada lingkungan, ekosistem, dan masyarakat. Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat
terganggunya siklus hidrologi meliputi:

1) Banjir: Perubahan dalam pola presipitasi atau peningkatan limpasan permukaan akibat deforestasi
dan urbanisasi dapat menyebabkan banjir, yang dapat merusak infrastruktur, menenggelamkan
lahan pertanian, dan mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat.
2) Kekeringan: Gangguan pada siklus hidrologi yang menyebabkan penurunan presipitasi atau
penurunan aliran air sungai dapat mengakibatkan kekeringan. Kekeringan dapat mengurangi
ketersediaan air, mengurangi produktivitas pertanian, dan menyebabkan kelaparan serta konflik
sumber daya.
3) Erosi tanah dan sedimentasi: Limpasan permukaan yang meningkat akibat perubahan dalam siklus
hidrologi atau kegiatan manusia seperti deforestasi dan konversi lahan dapat mempercepat erosi
tanah. Erosi tanah dapat mengurangi kualitas dan kesuburan tanah serta menyebabkan sedimentasi
di sistem perairan, seperti sungai dan danau.
4) Penurunan kualitas air: Gangguan pada siklus hidrologi yang mengurangi aliran air sungai atau
penyerapan air tanah dapat mempengaruhi kualitas air. Penurunan kualitas air bisa disebabkan oleh
konsentrasi polutan yang lebih tinggi dan pencemaran air.
Gangguan pada siklus hidrologi dapat menyebabkan berbagai dampak negatif
pada lingkungan, ekosistem, dan masyarakat. Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat
terganggunya siklus hidrologi meliputi:

5) Perubahan ekosistem: Perubahan dalam siklus hidrologi dapat mempengaruhi ekosistem air tawar
dan darat. Habitat yang bergantung pada keberadaan air, seperti lahan basah, rawa, dan sungai,
bisa mengalami perubahan yang merugikan keanekaragaman hayati.
6) Konflik sumber daya: Ketersediaan air yang berkurang atau tidak merata akibat gangguan pada
siklus hidrologi dapat memicu konflik antara masyarakat, negara, atau kelompok yang bersaing
untuk mengakses sumber daya air yang terbatas.
7) Pengaruh pada iklim: Siklus hidrologi mempengaruhi sistem iklim global, seperti pembentukan
awan dan pola cuaca. Gangguan pada siklus hidrologi dapat menyebabkan perubahan cuaca dan
iklim yang lebih ekstrem dan tidak dapat diprediksi.
Upaya Upaya Untuk Menanggulangi Gangguan Siklus
Hidrologi, Baik Pada Tingkat Lokal Maupun Global
❑ Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan: Mengelola sumber daya air
dengan bijaksana melalui perencanaan, pengawasan, dan pengaturan penggunaan air
untuk berbagai keperluan, termasuk pertanian, industri, dan keperluan domestik, agar
terus tersedia dan berkualitas baik.

❑ Konservasi air: Mengurangi konsumsi air dan mempromosikan penggunaan air secara
efisien melalui teknologi hemat air, daur ulang air, dan penggunaan sumber air
alternatif seperti air hujan.

❑ Reforestasi dan konservasi lahan: Melakukan reforestasi dan konservasi lahan untuk
menjaga keberlanjutan siklus hidrologi, mengurangi erosi tanah, dan mempertahankan
kapasitas tanah untuk menyerap air.
Upaya Upaya Untuk Menanggulangi Gangguan Siklus
Hidrologi, Baik Pada Tingkat Lokal Maupun Global

❑ Pengelolaan lahan basah: Melindungi dan mengelola lahan basah yang berfungsi sebagai
penyerap banjir, penyaring polutan, dan habitat bagi berbagai spesies.

❑ Pembangunan infrastruktur hijau: Menerapkan solusi berbasis alam, seperti taman hujan,
dinding hijau, dan atap hijau, yang dapat meningkatkan infiltrasi air, mengurangi limpasan
permukaan, dan memperbaiki kualitas air.

❑ Penataan ruang yang baik: Mengatur penggunaan lahan dan pembangunan untuk mengurangi
dampak negatif pada siklus hidrologi, seperti urbanisasi yang berlebihan dan konversi lahan
pertanian menjadi lahan nonpertanian.

❑ Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim: Mengurangi emisi gas rumah kaca dan
meningkatkan kapasitas adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim yang mempengaruhi
siklus hidrologi.
Upaya upaya untuk menanggulangi gangguan siklus hidrologi,
baik pada tingkat lokal maupun global

❑ Peningkatan penelitian dan pemantauan: Meningkatkan pemantauan siklus hidrologi dan


melakukan penelitian untuk lebih memahami perubahan yang terjadi serta mengembangkan
solusi yang efektif untuk mengatasi gangguan.

❑ Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang


pentingnya siklus hidrologi dan peran masing-masing individu dalam menjaga keseimbangan
siklus hidrologi.

❑ Kerjasama internasional: Meningkatkan kerjasama antar negara dan organisasi


internasional dalam pengelolaan sumber daya air bersama dan penanganan perubahan iklim
yang mempengaruhi siklus hidrologi.
UPAYA UPAYA TINGKAT GLOBAL
❑ Pembentukan dan implementasi perjanjian dan konvensi internasional: Negara-negara dapat bekerja
sama dalam mengembangkan dan menerapkan perjanjian internasional yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air, seperti Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Penggunaan
Sumber Daya Air Internasional untuk Tujuan yang Tidak Merugikan.

❑ Penyusunan kebijakan dan strategi bersama: Negara-negara yang berbagi sumber daya air, seperti sungai
dan danau internasional, dapat bekerja sama dalam merumuskan kebijakan dan strategi bersama untuk
pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan adil.

❑ Pertukaran pengetahuan dan teknologi: Negara-negara dapat saling berbagi pengetahuan, informasi, dan
teknologi dalam bidang pengelolaan sumber daya air dan mitigasi dampak perubahan iklim, seperti
teknologi hemat air, pengolahan air limbah, dan sistem peringatan dini banjir.

❑ Pendanaan dan dukungan teknis, pelatihan serta pembangunan infrastruktur bersama


KESIMPULAN
Perubahan iklim telah membawa dampak negatif terhadap sumber daya hutan dan ekosistem di seluruh dunia. Dampak ini
mencakup perubahan pola hujan dan suhu, gangguan pada siklus hidrologi, penyebaran penyakit dan hama, perubahan laju
pertumbuhan, dan peningkatan risiko kebakaran hutan.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan sumber daya hutan dan ekosistem, strategi restorasi
seperti penanaman kembali, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, pengelolaan air, penelitian dan pemantauan,
perlindungan dan konservasi, serta pendidikan dan penyuluhan perlu diterapkan.

Dengan menggabungkan upaya global dan lokal dalam mengatasi perubahan iklim, kita dapat melindungi sumber daya
hutan dan ekosistem untuk generasi mendatang dan menjaga keseimbangan lingkungan planet kita.

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah,
dan masyarakat sangat penting untuk mengimplementasikan strategi restorasi dan adaptasi yang efektif. Selain itu,
pendanaan yang memadai dan inovasi teknologi juga diperlukan untuk mendukung upaya-upaya tersebut.

Untuk menghadapi dampak perubahan iklim pada sumber daya hutan dan ekosistem, kita perlu terus meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman kita tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi ekosistem, serta mengidentifikasi
cara-cara baru dan lebih baik untuk mengelola dan merestorasi sumber daya hutan.

Dengan begitu, kita dapat beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan memastikan bahwa sumber daya
hutan dan ekosistem tetap sehat dan produktif untuk masa depan.
Thank you
Agus Santoso Budiharso
agus.budiharso@prisma.ac.id
081244599912

@agussbudiharso

Masagus Budiharso
@budiharso_agus

Anda mungkin juga menyukai