Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FISIKA

PEMANASAN GLOBAL KONSEP DAN SOLUSI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK
1. ANDIKA
2. BIMA SETIAWAN
3. NAOMI CHRISTY BUDIANTO
4. RAISYAH RAMADANTI

KELAS
X.2

A. MENGIDENTIFIKASI FAKTA-FAKTA PERUBAHAN LINGKUNGAN


1. Peningkatan Suhu Permukaan Air Laut
Berdasarkan data yang dirilis badan Pengamat kondisi samudera dan atmosfer
Amerika NOAA, suhu samudra secara global mengalami peningkatan sebesar 0,02
derajat C pada Agustus 2019.
Permukaan laut mencapai suhu tertingginya sepanjang sejarah pada 2019. Suhu air
laut meningkat dua sampai tiga derajat Celcius dibandingkan dengan tiga sampai lima
juta tahun sebelumnya.Ekosistem laut merupakan eksosistem yang paling sensitif
terhadap peningkatan suhu.
Pemanasan ini terjadi hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut di mana
wilayah kedalaman tersebut merupakan wilayah yang paling tinggi keanekaragaman
hayatiPeningkatan suhu dapat memengaruhi populasi organisme laut dan bahkan
dapat pula menyebabkan kepunahan.
Selain itu pula, peningkatan suhu berpengaruh pada penyebaran spesies dan juga
penyakit laut serta dapat meningkatkan jumlah bakteri dan mengurangi kadar oksigen
pada wilayah tersebut.
Hal ini mengakibatkan organisme lainnya bermigrasi ke tempat lainnya dan bisa
berujung pada kematian.
Contoh biota laut yang terdampak adalah karang yang pemutihan (bleaching),
sehingga karang sulit tumbuh dan rentan penyakit sehingga terjadi kematian masal.
Juga pada beberapa spesies seperti udang Krill. Udang ini memiliki siklus hidup dan
proses reproduksi yang dipengaruhi oleh suhu.
Jika suhu perairan hangat maka anakan penyu dominan betina, sedangkan jika
perairan dingin maka anakan penyu dominan jantan.

2. Menghilangnya Salju Abadi di Pegunungan Puncak Jaya, Papua


Peristiwa berkurangnya salju abadi dari Pegunungan Jaya Wijaya ini menjadi salah
satu gejala bahwa peningkatan suhu global benar-benar terjadi, sebab gletser tropis
sangat rentan atau sensitif terhadap perubahan suhu.
Pegunungan Jaya Wijaya, Papua merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang
diseliputi salju.
Kini, hamparan es tersebut semakin berkurang. Pada tahun 1850, gletser memiliki
luasan 19,3 km2. Pada tahun 2018, luasan gletser tersebut hanya tersisa 0,5 km2.
Peristiwa mencairnya es gletser Pegunungan Jaya Wijaya ini akan berdampak pada
kuantitas dan kualitas air pada daerah tersebut.
Seperti perubahan debit air, suhu air, dan lain-lain. Perubahan kuantitas dan kualitas
air tersebut dapat mengganggu ekosistem air tawar.

3. Mencairnya Es di Kutub
Bukti perubahan lingkungan juga dapat dilihat dari mencairkan es di kutub.
Sekitar 90% bagian hamparan daratan es berada di Antartika, sedangkan 10% bagian
sisanya berada di lapisan es Greenland. Keduanya berperan peran sebagai penutup
pelindung Bumi dan lautan.
Apabila dicitrakan dari luar angkasa, es Antartika dan Greenland nampak seperti
hamparan atau bintik berwarna putih cerah.
Putih merupakan warna yang dapat memantulkan gelombang atau panas dengan baik,
sehingga fungsi hamparan putih es tersebut adalah untuk memantulkan kembali panas
berlebih menuju ke luar angkasa agar suhu bumi terjaga.
Hal tersebut juga menyebabkan kutub utara lebih dingin dibandingkan bagian Bumi
lainnya, sehingga hilangnya es di kutub dapat memperburuk kondisi peningkatan suhu
permukaan Bumi.
Perubahan kondisi gletser es di kutub dapat memengaruhi keberlangsungan hidup
mahkluk hidup yang hidup di daerah tersebut.
Salah satu hewan yang tinggal di daerah kutub dan terdampak perubahan kondisi
gletser es di kutub adalah beruang es.
Beruang es kehilangan wilayah berburu karena es di atas lautan banyak yang telah
mencair sehingga mencari makanan di daratan.
Jika hal ini terus terjadi secara terus menerus, maka beruang es bisa mengalami
kepunahan

4. Kenaikan Permukaan Air Laut


Salah satu dampak mencairnya es di kutub adalah kenaikan permukaan air laut, sebab
air limpasan pencairan es tentu akan bermuara di laut, dan meningkatkan ketinggian
permukaan air laut.
Menurut data yang dirilis oleh NASA, kenaikan permukaan air laut secara global
meningkat sebesar 97 mm dengan rata-rata peningkatannya adalah 3,3 mm per tahun.
Dampak peningkatan ketinggian permukaan air laut ini akan sangat dirasakan bagi
masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir laut seperti bencana banjir rob dan
kenaikan permukaan air saat terjadi pasang.

5. El Niño dan La Niña: Cuaca Ekstrem


El Niño Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena iklim dimana sirkulasi
atmosfer global berubah akibat suhu perubahan suhu permukaan air laut.
ENSO memiliki dua fase yang berlawanan dan satu fase tambahan, yaitu El Niño, La
Niña, dan Netral
a. El Niño
Peristiwa El Niño merupakan peristiwa meningkatnya suhu permukaan laut Samudera
Pasifik tropis bagian timur dan tengah di atas rata-rata normal suhu permukaan laut.
Pengaruh peristiwa El Niño di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung
berkurang. Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan meningkat.
b. La Niña
Peristiwa La Niña merupakan peristiwa menurunkan suhu permukaan laut Samudera
Pasifik tropis bagian timur dan tengah di bawah rata-rata normal suhu permukaan
laut. Pengaruh peristiwa La Niña di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung
meningkat. Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan menurun. Angin timur
laut yang normal di sepanjang ekuator menjadi lebih kuat

c. Netral
Kondisi netral ini bukan merupakan keadaan El Niño atau La Niña. Kondisi ini
merupakan kondisi ketika suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis umumnya
mendekati rata-rata. Fenomena El Niño dan La Niña ini berdampak pada makhluk
hidup. Di sisi lain, pada daerah yang perubahan musim kemaraunya panjang,
mengakibatkan intensitas kebakaran hutan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena
tumbuhan banyak yang kekeringan karena kekurangan air sehingga mengurai populasi
tumbuhan.

B. MENGANALISIS DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN

Dampak Kerusakan Alam Bagi Kehidupan


Manusia sangat bergantung terhadap lingkungan. Lingkungan hidup merupakan
sebuah kesatuan yang meliputi berbagai makhluk hidup beserta komponen yang ada di
sekitarnya seperti hewan, tumbuhan, dsb.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup memiliki peranan penting dalam mengelola
lingkungan hidup, apabila terjadi kerusakan lingkungan hidup maka akan sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Kerusakan
lingkungan hidup dapat terjadi di darat, udara, maupun air. Faktor penyebabnya yaitu
bisa dari faktor alam dan juga faktor manusia itu sendiri.

Sejak awal tahun, bencana melanda beberapa wilayah di Indonesia. Faktor


penyebabnya yaitu bisa dari faktor alam dan juga faktor manusia itu sendiri. Dampak
dari kerusakan alam sangat merugikan manusia, baik segi ekonomi maupun sosial
bahkan dapat menyebabkan korban jiwa.
Berikut adalah dampak dari kerusakan alam yang perlu diperhatikan.

1. Pemanasan Global
Pemanasan global atau global warming merupakan bencana penipisan lapisan ozon
yang diakibatkan meningkatnya karbondioksida dan menipisnya oksigen.
Karbondioksida semakin meningkat karena adanya penggundulan hutan, pembakaran
hutan, dan penggunaan batu bara yang berlebihan.
2. Pencemaran
Pencemaran terjadi akibat adanya pembuangan limbah pabrik yang sembarangan.
Limbah pabrik akan mempengaruhi lingkungan udara dengan asapnya dan lingkungan
air dengan pembuangan ke aliran sungai. Dampak dari pencemaran akan
mempengaruhi kesehatan warga sekitar pabrik, seperti gangguan pernafasan.
3. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dapat berakibat fatal pada persediaan oksigen. Selain itu,
keberadaan flora dan fauna di hutan akan semakin terancam punah. Kebakaran hutan
terjadi karena faktor cuaca yang panas dan pembakaran lahan untuk pendirian pabrik.
4. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan bencana pengikisan tanah oleh air hujan. Hal tersebut
karena kurangnya penyerapan air oleh pohon sehingga mengakibatkan terjadinya
erosi. Penyebab utama dari tanah longsor adalah penebangan liar tanpa diiringi
reboisasi yang tepat.
5. Banjir
Banjir merupakan bencana akibat terhambatnya penyerapan air dan aliran sungai
sehingga air membludak ke daratan. Selain karena curah hujan yang tinggi, kurangnya
kesadaran manusia akan kebersihan lingkungan dan menyebabkan menggunungnya
sampah pada aliran sungai.

C. MENGIDENTIFIKASI AKTIFITAS MANUSIA YANG MENYEBABKAN


PERUBAHAN LINGKUNGAN

1. Perpindahan Penduduk
Perpindahan penduduk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan karena
perpindahan penduduk mengakibatkan daerah yang didatangi menjadi padat. Semakin
padat jumlah penduduk, maka membutuhkan pemukiman yang semakin luas. Namun,
banyak daerah seperti perkotaan tidak memiliki jumlah pemukiman yang cukup.
Sehingga, muncul pemukiman kumuh yang tidak memenuhi kualitas yang baik dan
dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem akibat pencemaran lingkungan.
2. Perusakan Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia.
Misalnya, menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan, pengambilan karang
untuk hiasan, dan kegiatan lainnya. Perusakan terumbu karang tersebut dapat
mengganggu ekosistem laut.
3. Penggunaan Kendaraan Bermotor Berlebihan
Kendaraan bermotor mengeluarkan bahan bakar yang dapat menyebabkan polusi
udara. Polusi udara menjadi salah satu bentuk pencemaran yang dapat merusak
lingkungan.
4. Perburuan Liar
Alasan mengapa perburuan liar sampai saat ini masih berusaha untuk terus dihentikan
adalah karena memicu kerusakan lingkungan. Sebab, perburuan liar dapat
menyebabkan populasi hewan dan tumbuhan menjadi langka. Kelangkaan hewan dan
tumbuhan akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan daur hidup.
5. Penebangan Hutan Besar-besaran
Tak hanya perburuan liar, penebangan hutan besar-besaran juga membuat kerusakan
ekosistem.
Karena populasi hutan yang terus menurun, semakin sulit untuk mendapat kualitas
udara yang baik. Hewan pun juga menjadi sulit untuk mendapatkan makanan.
6. Eksploitasi Sumber Daya Laut
Ekspoloitasi sumber daya laut seperti kegiatan pengeboran minyak di laut dapat
berdampak pada pencemaran air laut dan ekosistem laut.

D. MENCIPTAKAN SOLUSI UNTUK MENGATASI PERUBAHAN


LINGKUNGAN

1. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Pendidikan adalah kunci untuk mengubah


perilaku. Kampanye penyuluhan dan pendidikan tentang pentingnya lingkungan,
dampak perubahan iklim, serta cara-cara untuk mengurangi jejak ekologis perlu
disebarkan.
2. Konservasi Sumber Daya: Melindungi dan menjaga sumber daya alam seperti air,
hutan, tanah, dan biodiversitas sangat penting. Praktik konservasi seperti penghijauan,
restorasi ekosistem, dan pengelolaan berkelanjutan membantu mencegah kerusakan
lebih lanjut.
3. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Mengurangi emisi gas rumah kaca
melibatkan transisi ke energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan
pengurangan polusi udara. Pemerintah dapat menerapkan regulasi dan insentif untuk
mendorong perubahan ini.
4. Pengurangan Sampah Plastik: Meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai dan
mengembangkan alternatif ramah lingkungan penting. Pendidikan tentang pengelolaan
sampah dan daur ulang juga harus dipromosikan.
5. Pengembangan Transportasi Berkelanjutan: Meningkatkan transportasi publik,
berinvestasi dalam infrastruktur berkelanjutan seperti jalur sepeda, dan merangsang
penggunaan kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik membantu mengurangi
emisi transportasi.
6. Pengelolaan Air dan Limbah: Peningkatan pengelolaan air bersih dan pengolahan
limbah yang tepat membantu mencegah pencemaran air dan tanah.
7. Perlindungan Terhadap Kerentanan Lingkungan: Masyarakat yang rentan terhadap
perubahan lingkungan perlu dilindungi melalui upaya adaptasi, infrastruktur tahan
bencana, dan pemahaman tentang risiko yang terkait.
8. Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan: Inovasi teknologi yang mendukung
energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, pengolahan limbah yang lebih baik, dan
solusi lainnya sangat diperlukan.
9. Kolaborasi Internasional: Perubahan lingkungan adalah masalah global. Kerjasama
antar negara dalam hal pengurangan emisi, perlindungan hutan, dan pelestarian laut
sangat penting.
10. Kesadaran Konsumen: Individu dapat berkontribusi dengan mengurangi
pemborosan, mendukung produk ramah lingkungan, dan membuat pilihan konsumsi
yang lebih berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai