Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM


BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN WILAYAH JAWA BALI NUSA TENGGARA

INOVASI JEMPUT BOLA, LANGKAH STRATEGIS


MENDUKUNG PENCAPAIAN NDC DAN TARGET SDGs:
SEBUAH PENGANTAR KONTRIBUSI BPPIKHL JABALNUSA TERHADAP
TARGET PEMBENTUKAN 20.000 KAMPUNG IKLIM PADA TAHUN 2024
“We are the last generation with a real opportunity to save the world”
(Laurence Overmire)

Perubahan iklim adalah realitas yang mencakup lebih salah satu dari
17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi isu sentral
dalam kebijakan RPJMN 2020-2024. Dampak perubahan iklim menjadi
pengganda ancaman yang akan memperburuk kondisi masyarakat.
Permasalahan kesehatan, kemiskinan, kelaparan dan bentuk ketidak
sejahteraan lainnya diperparah akibat perubahan iklim. Bahkan, hingga
pada tahap ancaman terbesar bagi eksistensi manusia di bumi. Dengan
kata lain, langsung maupun tidak, manusia akan punah apabila tidak
mampu melindungi bumi dari dampak perubahan iklim.
Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan bahwa perubahan iklim
tidak dapat disangkal seringkali terkait dengan bencana kemanusiaan,
mengganggu faktor pendukung kesehatan manusia seperti air bersih,
ketersediaan pangan, tempat tinggal bersih dan bebas dari berbagai
penyakit (Global Health Workforce Alliance, 2009). Penegasan ini telah
menjadi satu dari tiga arah perubahan sistemik yang diamanatkan United
Nations Development Programme (UNDP) melalui UNDP Strategic Plan
2022-2025 yang merujuk pada pembangunan ketahanan iklim (UNDP,
2021). Di dalam negeri, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian,
menempatkan perubahan iklim sebagai tantangan serius dalam
mewujudkan penyediaan dan ketahanan pangan (BKP Kementan,2019).
Pada kenyataannya, dalam sistem yang kompleks dan pendekatan
yang lebih menyeluruh, perubahan iklim akan berdampak kepada 16 aspek
lain yang menjadi tujuan SDGs. Hal ini membuat diskursus tentang
perubahan iklim tidak bisa hanya dianggap sebagai masalah lingkungan
atau pembangunan semata. Oleh sebab itu tema perubahan iklim dalam
pembangunan berkelanjutan menjadi sangat berkait.

Agenda Global Perubahan Iklim: Keterkaitan SDGs dengan Paris Climate


Agreement dan Nationally Determined Contributions (NDC)
Sebenarnya banyak komitmen global yang terkait dengan isu
pembangunan berkelanjutan, isu perubahan iklim dan agenda-agenda
lainnya. Termasuk agenda yang terkait dengan salah satu atau beberapa
Goals dari SDGs. Agenda-agenda global muncul sebagai respon atas realitas
yang menunjukkan telah terlampauinya banyak batasan yang mampu
ditanggung oleh bumi secara mandiri untuk menjaga eksistensinya sebagai
rumah manusia. Diperlukan intervensi antar negara yang cepat dan tepat
bagi pemulihan batasan bumi terhadap ancaman kerusakan–yang
penyebabnya justru didominasi oleh manusia sendiri. Setiap agenda global
memiliki latar kemunculan, aspirasi isu utama serta linimasa yang
sesungguhnya saling berkaitan. Mengutip gambar/figure pada “Green
Triangular Co-Operation: An Accelerator To Sustainable Development”
(OECD, 2019), milestone dalam kerjasama pembangunan internasional
dengan isu-isu hijau memperlihatkan kaitan yang selajan pada keduanya.

Gambar 1. Milestone “Green Triangular Co-Operation: An Accelerator To


Sustainable Development”

Setiap isu yang dibangun oleh komitmen global memiliki agenda


sendiri dan disertai mekanisme dukungan kepada negara pihak dalam
memenuhi komitmennya, misalnya dukungan sumber daya termasuk
pendanaan. Begitupula dengan SDGs dan isu perubahan iklim.
Tantangannya kemudian adalah proses dalam memenuhi target komitmen,
karena negara pihak memiliki perbedaan modalitas yang kompleks
termasuk dalam posisi tawar antar negara. Indonesia sendiri perlu
berkomitmen dalam agenda global pada tema perubahan iklim karena
memiliki kondisi kondisi objektif letak geografis sebagai negara kepulauan,
tingginya cadangan karbon dan sumberdaya energi dan mineral,
kerentanan terhadap bencana alam akibat perubahan iklim dan
pertimbangan strategis dalam mencapai ketahanan iklim terkait pangan,
air dan energi.
Indonesia bersama negara-negara yang bergabung United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCC) di Paris pada 2015
berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global
dengan disepakatinya Paris Agreement (PA). Kesepakatan tersebut adalah
amanat yang sejalan dan sinergis dengan mainstream SDGs pada
pembangunan nasional. Komitmen Indonesia diwujudkan dengan
meratifikasi PA dan menerbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016
tentang Pengesahan Persetujuan Paris atas UNFCC. Ditindaklanjuti dengan
penyampaian dokumen NDC yang pertama dan berupaya untuk
mengarusutamakan NDC beserta strategi pencapaian target NDC. Dengan
PA, Indonesia memasuki babak baru dalam pelaksanaan komitmen yang
dijanjikan di COP21 dan terelaborasi dalam NDC. Disisi lain yang sejalan,
pemerintah menetapkan Perpres No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. “Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) tetap berkomitmen untuk menjadikan tujuan
pembangunan berkelanjutan (TPB)/SDGs sebagai arus-utama dalam
pelaksanaan seluruh Program dan Kegiatan di KLHK. KLHK sepenuhnya
mendukung setiap upaya pencapaian target dan indikator TPB/SDGs yang
sesuai dengan lanskap ekologi, sosial dan budaya di Indonesia”. Penegasan
dukungan KLHK tersebut ditegaskan oleh Menteri KLHK, Dr. Ir. Siti Nurbaya
Bakar, M.Sc. pada Pengantar Dokumen “Potret Kontibusi TPB/SDGs KLHK
2020” (KLHK, 2020).
Berdasarkan Perpres No. 16/2015, pelaksanaan pengendalian
perubahan iklim dikoordinasikan oleh KLHK melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI). Ditjen PPI mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan yang terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
pengendalian kebakaran hutan dan lahan, inventarisasi gas rumah kaca dan
pelaporannya serta memobilisasi sumber daya di tingkat sektoral dan
regional untuk penanganan perubahan iklim di Indonesia. Selanjutnya
berdasarkan PermenKLH No. P.18/2015, Ditjen PPI diamanatkan untuk
menjadi penyelenggara perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perubahan iklim termasuk menjalankan peran sebagai National Focal Point
(NFP) to the UNFCCC dan koordinator agenda climate change. Satu hal
penting yang menunjukkan bahwa Ditjen PPI KLHK mengemban tanggung
jawab besar sebagai perwakilan negara-Direktur Jenderal PPI sebagai NFP-
untuk bertanggung jawab dan berkomunikasi terhadap seluruh kegiatan
terkait UNFCCC di tingkat nasional negara pihak masing-masing dalam
mewujudkan komitmen negara Indonesia.
Untuk mencapai target NDC yang menetapkan target pengurangan
emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia, yakni sebesar 29% tanpa syarat
(dengan usaha sendiri) dan 41% bersyarat (dengan dukungan internasional
yang memadai) pada tahun 2030 bukanlah hal mudah. Sebagai NFP
dituntut untuk merangkul seluruh stakeholder terkait baik itu party
stakeholder K/L tingkat pusat dan non-party stakeholders termasuk
pemerintah daerah, akademisi, dunia usaha, NGO dan masyarakat hingga
tingkat tapak. Dalam mencapai tujuan NDC tersebut, Indonesia
berkewajiban untuk mengkomunikasikan secara periodik laporan emisi gas
rumah kaca dari berbagai sektor, termasuk status dari aksi penurunan
emisi GRK dan capaiannya kepada Sekretariat UNFCCC. Hal ini menuntut
diberlakukan Kerangka Transparansi Nasional-bagian pelaksanaan Pasal 13
Persetujuan Paris-yang terintegrasi melalui: (a) Sistem Registri Nasional
(SRN) untuk mitigasi, adaptasi dan dukungan sumberdaya dari nasional
maupun internasional; (b) Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional
(SIGN- SMART); (c) Sistem MRV untuk mitigasi termasuk REDD+; dan (d)
Sistem Informasi Safeguards REDD+ (SISREDD+); serta (e) Sistem Informasi
dan Data Indeks Kerentanan (SIDIK) serta aksi gabungan adaptasi-mitigasi
di tingkat desa melalui Program Kampung Iklim (ProKlim) (DitjenPPI, 2017).
Secara garis besar keterhubungan SDGs dengan Perjanjian Paris dan NDC
yang menjadi target kinerja Ditjen PPI selaku NPF to the UNFCCC dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Keterhubungan SDGs dengan Perjanjian Paris elaborasi NDC yang Menjadi Target Kinerja Ditjen PPI selaku NPF to The UNFCCC
Pada realitasnya, aksi-aksi di tingkat tapak dalam pengendalian
perubahan iklim adalah modalitas terbesar yang memiliki pendekatan
filosofis bagi peradaban. Ketika aksi tersebut menjadi kebutuhan hidup
sehari-hari untuk bergaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan
(sustainable lifestyle), ini akan berkontribusi langsung bagi eksistensi bumi.
Tak pelak lagi, jika sustainable lifestyle mampu hidup di alam bawah sadar
manusia, diterima sebagai sebuah sistem hidup (way of life) niscaya
peningkatan daya batas bumi akan terwujud. Tentu saja ini sudah menjadi
bagian strategi KLHK yaitu dengan mendorong kerjasama multi-pihak untuk
memperkuat kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat
tapak berbasis komunitas melalui pelaksanaan Program Kampung Iklim
(ProKlim) dan menjadikannya sebagai gerakan nasional.
Sejak diluncurkan tahun 2011, ProKlim telah memiliki payung
hukum PermenLHK No. 19/2012 tentang ProKlim. Integrasi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan pada tahun 2015, diikuti
dengan pengesahan peraturan pengganti melalui PermenLHK No.
P.84/2016 tentang ProKlim. Dan untuk memberikan arahan teknis kepada
semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam ProKlim, diterbitkan
Perdirjen PPI No.P.1/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan ProKlim. Ini
menguatkan bahwa ProKlim menjadi langkah strategis pemerintah dalam
membumikan isu global perubahan iklim menjadi aksi bersama di tingkat
lokal untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Namun sayang,
dalam perkembangannya ProKlim hingga kini masih menjadi bahasa langit
yang belum membumi di banyak wilayah. Meski secara realitas dilapangan,
banyak tapak yang telah melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim. Bahasa ProKlim dirasa masih elitis, sebatas dikenal oleh
para pihak yang memang berkecimpung di tema perubahan iklim dan
belum seutuhnya menjadi bahasa lazim di masyarakat.
Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Climate Adaptation
Summit Januari 2021 mencanangkan target terbentuknya 20.000 kampung
iklim pada tahun 2024. Target ambisius ini untuk menjawab kritikan bahwa
pemerintah terkesan sangat lamban dalam melakukan ProKlim yang sudah
digulirkan oleh pemerintahan sebelumnya di tahun 2010-an. Meski
sesungguhnya target capaian yang ada sudah sesuai target Roadmap
ProKlim. Target 20.000 tersebut menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi
para stakeholder terkait. Sebuah tantangan yang bisa jadi hanya sebatas
mimpi, namun juga bisa menjadi sebuah keniscayaan. Dan sebagaimana
sebuah sistem tanggungjawab organisasi negara, tentu berbagai langkah
intervensi yang korektif,konstruktif, dialektis mutlak dilakukan dalam
proses mencapai target yang ditentukan. Ditjen PPI yang telah menyusun
Roadmap ProKlim pada tahun 2017 harus melakukan revisi Roadmap
mengingat perubahan target capaian 20.000 Proklim pada 2024 harus
dicapai hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun.
ProKlim diimplementasikan melalui dua komponen utama program,
yaitu komponen adaptasi dan komponen mitigasi yang diidentifikasikan
melalui aplikasi SRN. SRN menjadi wadah pengelolaan data dan informasi
aksi dan sumber daya untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di
Indonesia. Dalam konteks melacak kemajuan pelaksanaan NDC, SRN
berfungsi sebagai tracking system pelaksanaan aksi adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim. Data klaim reduksi emisi yang masuk di SRN dapat
diverifikasi untuk mendukung komitmen terhadap NDC. Namun begitu,
sejauh ini SRN belum dapat memberikan gambaran nasional tentang aksi
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, karena hanya yang terdaftarlah
yang dapat diverifikasi. Sebuah kelemahan dari sistem tracking yang belum
membumi. Langkah terdekat yang dapat diambil adalah menginput lebih
banyak data agar dapat terverifikasi, sehingga semakin mempertinggi
klaim reduksi emisi yang dilakukan Indonesia.

Inovasi Jemput Bola : Kontribusi Nyata Sebagai Fasilitator dan


Dinamisator Implemenstasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Tapak Mencapai Target 20.000 Kampung Iklim dan Tujuan SDGs
Dukungan Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran
Hutan dan Lahan Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (BPPIKHL JabalNusa)
sebagai UPT Ditjen PPI juga telah dilakukan dengan membuat langkah
inovasi untuk mendukung target 20.000 kampung iklim tahun 2024. Ide
awal yang dipelopori oleh Kepala BPPIKHL JabalNusa, Haryo Pambudi,
S.Hut., M.Sc adalah strategi “jemput bola”, sebuah langkah tepat untuk
percepatan di era 4.0 yang tentu saja meninggalkan terminologi lama yaitu
“menunggu/pasif”. Sistem jemput bola menuntut usaha yang lebih besar
berikut resikonya, namun bukan halangan bagi BPPIKHL JabalNusa dalam
menjalankan fungsi dan tugas kinerjanya. Berikut data kompilasi
perbandingan lokasi ProKlim yang terverifikasi dengan jumlah
desa/kelurahan di wilayah kerja yang digunakan BPPIKHL JabalNusa
sebagai salah satu database pengambilan kebijakan terkait ProKlim.

100%

80%
267 438 716
1,552 5,957 8,562 8,496 1,143 3,353

60%

40%

20% 62
71
221 228 19 188 31
23 14
0%
Banten DKI Jawa Jawa DIY Jawa Bali NTB NTT
Jakarta Barat Tengah Timur
Lokasi di Verifikasi 2015 s.d. 2021 Jumlah Desa/Kelurahan
Sumber data : Statistik Ditjen PPI (2020), SRN PPI, dan BPS Indonesia (2020)

Gambar 3. Perbandingan Lokasi yang di Verifikasi dengan Jumlah Desa/


Kelurahan JabalNusa s.d. Tahun 2021

Dari informasi gambar terlihat gap besar pada jumlah desa/kelurahan


dengan lokasi yang sudah terverifikasi. Sebagai contoh, dengan level
pembanding sama yaitu jumlah desa/kelurahan misalnya, jumlah 221 lokasi
diverifikasi di Provinsi Jawa Barat hanya sekitar 3,7% saja dari DKI Jakarta
yang mampu mencapai 23,2% dengan 62 lokasi. Meski juga harus
dipertimbangkan luasan wilayah, keterbatasan akses informasi partisipasi
dan manfaat yang berbeda di tiap wilayah adalah faktor penentu lain
dalam pelaksanaan ProKlim. Tantangan ini oleh BPPIKHL JabalNusa di
pandang sebagai potensi untuk dijemput, langkah awal
mengimplementasikan ruang lingkup ProKlim untuk keberlanjutan.
Langkah-langkah semacam ini sudah dibangun oleh BPPIKHL JabalNusa dan
akan terus dikembangkan sesuai perkembangan situsasi dan kondisi aktual
dalam koridor yang diperbolehkan. Perubahan target capaian kampung
iklim yang memerlukan dukungan BPPIKHL JabalNusa selaku UPT dibawah
Ditjen PPI ditunjukkan pada gambar berikut :
Sumber data : Roadmap ProKlim 2017, Renstra BPPIKHL JabalNusa,

Gambar 4. Dukungan BPPIKHL JabalNusa dalam Percepatan Pencapaian Target 20.000 Kampung Iklim pada Tahun 2024
Percepatan yang dilakukan BPPIKHL JabalNusa menyasar pada
komunitas ProKlim yaitu masyarakat/kelompok masyarakat, pegiat
lingkungan, LSM, perusahaan, pemerintah daerah serta menyasar pada
sinergitas ProKlim yaitu perhutanan sosial dengan skema hutan desa
sebagai unit administrasi, masyarakat peduli api (MPA) dan brigade
pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Langkah strategis
yang dilakukan BPPIKHL JabalNusa meliputi aksi penguatan pada kegiatan
yang sudah ditetapkan pusat yaitu pengarusutamaan gender (PUG),
kampanye/ sosialisasi ProKlim dan peningkatan kapasitas internal dan
eksternal balai serta kegiatan aksi inovasi meliputi pelaksanaaan mobile
klinik SRN, pemetaan potensi ProKlim, pemetaan potensi desa untuk
inovasi gah karhutla dan ProKlim dan pembentukan Brigade Karhutla Silva
Raksaka.
a. Aksi Penguatan
Dalam mendukung program Ditjen PPI, BPPIKHL JabalNusa diamanatkan
denga 6 kegiatan yaitu dukungan managemen, adaptasi perubahan
iklim, mitigasi perubahan iklim, IGRK dan MVP, mobilisasi sumberdaya
sektoral dan sub regional. PUG diterapkan dalam setiap kegiatan lingkup
Balai mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan
evaluasi. PUG disosialisasikan dan diterapkan dalam kegiatan hingga
tapak sebagai bagian penilaian bagi ProKlim agar terverifikasi. Begitupun
dengan kegiatan peningkatan kapasitas bertema ProKlim, dilaksanakan
secara internal dan eksternal untuk membangun ProKlim di wilayah
kerja Balai. Kegiatan peningkatan kapasitas ini meliputi sharing
informasi dengan OPD/stakeholder terkait serta penguatan kapasitas
verifikator ProKlim. Kegiatan kampanye dan sosialisasi ProKlim pada
komunitas ProKlim dan sinergitas ProKlim dilakukan melalui kerjasama
dengan pemangku wilayah dan kelompok tapak disekitar hutan.
Sosialisasi ProKlim dan SRN disampaikan secara langsung dalam
berbagai kesempatan di lapangan, formal dan informal, melalui verbal,
penyebaran flyer, booklet, leaflet kepada para pihak dan khalayak,
termasuk diantaranya memasukkan materi ProKlim dalam kegiatan
sosialisasi untuk usia dini/sekolah. Penyebaran informasi ini juga
dilakukan melalui platform media sosial yang popular di Indonesia saat
ini, yaitu Instagram, Youtube, Facebook, Twitter serta media audio visual
lainnya.
Aksi Penguatan: Peningkatan Aksi Penguatan : Kelompok MPA Aksi Penguatan : Fasilitasi
kapasitas tema ProKlim dengan OPD melalui Budidaya Lebah Madu Penyusunan Dokumen PUG
secara hybrid, Bali 2021 Trigona menuju Zero Karhutla di (GAP,GBS, ToR) dan Rencana Aksi
Bali Utara 2021 PUG BPPIKHL JabalNusa, Bali 2021

Aksi Penguatan (dari kiri ke kanan):


penyebarluasan informasi/kampanye
bertema PUG di media social IG KLHK,
Sosialisasi ProKlim di Youtube BPPIKHL
JabalNusa dan bentuk Flyer pemetaan
potensi ProKlim, 2020 -2021

Gambar 5. Aksi Penguatan yang dilakukan BPPIKHL JabalNusa


Sumber : Tim Humas BPPIKHL JabalNusa

b. Aksi Inovasi
Mobile Klinik SRN
Bagi para pihak yang mengalami kesulitan dalam proses
pendaftaran SRN, BPPIKHL JabalNusa menindaklanjuti dengan membuka
ruang konsultasi bernama Mobile Klinik SRN. Mobile Klinik SRN adalah
langkah konkrit yang menunjukkan kehadiran Balai untuk mendampingi,
memfasilitasi sekaligus konsultasi dengan instansi dan tapak di daerah
yang mengalami kendala dalam pengisian SRN. Narasumber adalah
pegawai Balai yang berkompeten, verifikator ProKlim bersertifikasi,
menguasai teknologi digital berbasis web serta memiliki etika pelayanan
mumpuni. Hal ini merupakan pemenuhan kinerja Balai untuk kepuasan
pelanggan. Konsultasi dan koordinasi lanjut ke pusat dilakukan apabila
terdapat permasalahan yang tidak dapat diselesaikan di tingkat Balai.
Klinik juga dibuka secara rutin setiap hari Jumat Legi untuk tema Mitigasi
Lahan dan Non Lahan serta hari Jumat Kliwon untuk tema ProKlim.
Pendekatan pemilihan hari “Legi” dan “Kliwon” mudah diingat oleh
masyarakat, karena dalam teknik pemasaran sebuah perbedaan kata
yang lazim/tak lazim bagi budaya lokal juga mampu memberi efek
ingatan yang besar. Dan untuk membumikan bahasa dan aksi ProKlim,
hal ini adalah bagian dari inovasi kultural.

Dari kiri ke kanan : Kegiatan Mobile Klinik SRN secara offline di Tahura R. Soeryo, Desa Pasek Bali Kab. Klungkung,
BBKSDA Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Mobile Klinik SRN secara online dan live youtube dengan narahubung ProKlim
yang berada di Provinsi NTB dan NTT

Gambar 6. Aksi Inovasi Mobile Klinik SRN yang dilakukan BPPIKHL JabalNusa
Sumber : Tim Humas BPPIKHL JabalNusa

Pemetaan Potensi ProKlim dan Pemetaan Potensi Desa Untuk Inovasi


Gahkarhutla
Penjaringan data dan informasi menggunakan metodologi
kuisioner berbasis web dengan memanfaatkan layanan URL Shortener
dan Link Management Platform Bitly.com yang memungkinkan untuk
merubah URL yang panjang menjadi lebih ringkas dan mudah diingat.
Pendekatan ini dipilih dikarenakan pertimbangan era 4.0 yang menuntut
efektifitas, efisien, praktis, mudah digunakan karena hampir setiap
orang saat ini tidak terlepas dari dunia daring. Selain itu, hal ini juga
merupakan perbaikan pada sistem penyimpanan dan perawatan data
dan informasi Balai berbasis daring–tidak kemudian serta merta
meninggalkan sistem luring–yang memungkinkan siapapun yang
berkepentingan/ditugaskan untuk dapat mengakses data dan informasi
BPPIKHL JabalNusa sesuai ketentuan. Pendekatan inovasi daring ini
dilakukan untuk mensiasati perubahan era transformasi digital.
Pemetaan potensi ProKlim dapat diisi dengan cara mengakses
http://bit.ly/DJPPI20000ProKlim  dan pemetaan potensi desa untuk
inovasi pencegahan karhutla https://bit.ly/DJPPIGahkarhutla. Dua link
tersebut dibuat dengan pendekatan pada sasaran komunitas ProKlim
dan sinergitas ProKlim. Proses pemetaan melalui penjaringan data
diawali dengan identifikasi lokasi berdasarkan data pada SIDIK dan Data
Desa Rawan Karhutla. Tak menutup kemungkinan terdapat irisan
kesamaan lokasi berdasar kedua sumber, yang kemudian menjadi salah
satu pertimbangan prioritas penjaringan data. Data yang telah didapat
kemudian dilakukan sortasi dan analisa untuk kemudian ditindaklanjuti
oleh BPPIKHL JabalNusa dengan melakukan sinergitas kepada pihak
terkait untuk penguatan, peningkatan kapasitas lokasi hingga fasilitasi
proses pendaftaran pada SRN.
Upaya pemetaan ini dilakukan untuk memotret dan memetakan
wilayah yang memiliki potensi namun belum mengetahui/mengenai
ProKlim, wilayah yang memiliki potensi dan sudah mengenal ProKlim
namun belum mengetahui cara pendaftarannya. Di lapangan, kegiatan
pemetaan juga sebagai sosialisasi dan peningkatan kapasitas sasaran.
Mendorong tapak untuk melakukan pendaftaran SRN dengan penguatan
aksi dan dokumen dukung yang lebih baik. Banyak ditemukan realita
ketika responden di lokasi bahkan belum pernah sekalipun mendengar
kata ProKlim. Meski secara praktek, masyarakat tersebut telah
melakukan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim bertahun tahun.
Disinilah peran fasilitator dan dinamisator BPPIKHL JabalNusa
mendapatkan sasaran yang tepat.
Antusiasme lokasi sasaran selama kegiatan ini dilakukan hingga
saat ini sangat luar biasa. Informasi kegiatan dan dokumentasi sebagai
bukti dapat diakses di halaman berita website Ditjen PPI KLHK dengan
link http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi.html.
Kegiatan penyebarluasan link penjaringan data potensi ProKlim ini
tidak bergantung pada pembiayaaan APBN. Penyebaran link ini dapat
dilakukan dengan menempel pada kegiatan lain tanpa mengganggu
kinerja dari kegiatan utama. Penyebaran link juga dilakukan melalui
media sosial, elektronik dan cetak untuk mempertinggi daya jangkau
sasaran. Kedepan, tidak menutup kemungkinan munculnya inovasi-
inovasi lain dari Balai yang merupakan dukungan bagi penterjemahan
program /kegiatan pusat yang diemban Balai dan disesuaikan dengan
kondisi serta karakteristik di wilayah kerja BPPIKHL JabalNusa.

Kegiatan pemetaan potensi ProKlim dan pemetaan potensi desa untuk inovasi gahkarhutla
melalui layanan URL Shortener dan Link Management berbasis online kepada komunitas ProKlim dan
sinergitas ProKlim di wilayah kerja, 2020-2021

Gambar 7. Aksi Inovasi Pemetaan Potensi ProKlim dan Pemetaan Potensi Desa
Untuk Inovasi Gahkarhutla yang dilakukan BPPIKHL JabalNusa
Sumber : Tim Humas BPPIKHL JabalNusa

Pembentukan Brigade Pengendalian Karhutla Silva Raksaka


Berdasar SK.32/2019 tentang Perubahan Pertama Satgas Brigade dan
diperbaharui dengan SK.103/2021 tentang Satgas Brigade 2021,
Pembentukan Brigade Pengendalian Karhutla (Brigdalkarhutla) Silva
Raksaka adalah inovasi BPPIKHL JabalNusa dalam menyikapi
pengendalian karhutla di wilayah kerja. Pembentukan brigdalkarhutla
merupakan kekuatan dalam membumikan bahasa ProKlim kepada
masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan pengendalian karhutla.
Secara langsung kegiatan Balai pada ruang lingkup sektor kehutanan
memberi kontribusi bagi pencegahan hilangnya karbon melalui
dalkarhutla dan upaya peningkatan cadangan karbon dalam kegiatan
penanaman. Brigdalkarhutla Silva Raksaka bertugas dalam arti
keseluruhan pada kegiatan pengendalian karhutla yang meliputi
pencegahan, pemadaman dan penangan pasca bencana di wilayah
kerja. Meski tidak memiliki DAOPS Manggala Agni seperti halnya
BPPIKHL Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, namun pengendalian
karhutla di wilayah kerja BPPIKHL JabalNusa memberi pengaruh
signifikan terhadap kegiatan mitigasi perubahan iklim dari sektor
kehutanan. Karenanya pembentukan Brigdalkarhutla Silva Raksaka
menjadi jawaban sebagai bentuk tanggungjawab amanat nama
pengendalian karhutla yang disematkan pada Balai.

Kegiatan Brigdalkarhutla Silva Raksaka dalam Patroli Bersama Maysrakat dan sosialisasi dalkarhutka
dan ProKlim kepada masyarakat sekitar hutan dan MPA, KPH Bali Utara dan Bali Timur 2020-2021
melalui layanan URL Shortener dan Link Management Platform berbasis online, 2020-2021

Kegiatan Brigdalkarhutla Silva Raksaka dalam pengendalian karhutla bersama


pemangku wilayah BTN Baluran

Gambar 8. Aksi Inovasi Pembentukan Brigade Pengendalian Karhutla Silva


Raksaka BPPIKHL JabalNusa
Sumber : Brigdalkarhutla Silva Raksaka BPPIKHL JabalNusa

Catatan Penutup
Secara bersamaan dan saling mendukung-lengkapi, SDGs dan
Perjanjian Paris menawarkan kejelasan tujuan dan cara dalam sistem global
untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial sejalan dengan cita-cita
nasional dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan NDC
sebagai elaborasinya dan target 20.000 Kampung Iklim di Tahun 2024,
sebagai kerangka transparasi tingkat tapak, Proklim memerlukan intervensi
percepatan dari stakeholder terkait. Kontribusi aksi BPPIKHL JabalNusa
dalam melaksanakan amanat program Ditjen PPI yaitu :
1. BPPIKHL JabalNusa berorientasi kinerja anggaran berbasis kinerja dan
bukan sekedar fokus penyerapan anggaran. Hal ini sejalan dengan apa
yang selama ini dilakukan BPPIKHL JabalNusa, bahwa setiap kegiatan
harus memiliki hasil dan dampak yang jelas bagi perbaikan pelayanan
publik (program follow result) termasuk di dalamnya dukungan
terhadap pembentukan kampung iklim dan pengawalan
kontinyuitasnya.
2. Inovasi-inovasi yang dibuat BPPIKHL JabalNusa untuk penyempurnaan
merupakan bagian dari langkah korektif dan strategis yang dilakukan
sejalan dengan pelaksanaan program dan kegiatan Ditjen PPI dalam
lingkup regulasi dan aksi.
3. Dalam kapasitasnya sebagai UPT, BPPIKHL JabalNusa beserta seluruh
jajarannya berkomitmen melaksanakan kegiatan secara
bertanggungjawab berdasar kapabilitas yang akuntabel.
Mengimplementasikan amanat tugas yang diemban sesuai peraturan
dan tata ketentuan lain yang berlaku.

Karena bumi yang cuma satu ini hanya memiliki kita sebagai kekuatan
berbudi nurani untuk meningkatkan batasan kemampuan bumi. Kita dalam
arti personal dan kelompok, berhadapan langsung dengan realitas
kerusakan ozon yang bermuara pada kehancuran bumi. Kita, karenanya,
adalah generasi terakhir yang memiliki kesempatan yang nyata untuk
menyelamatkan peradaban manusia untuk di bumi yang sehat. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA

Global Health Workforce Alliance. (2009). Catalyst for Change The Global Health
Workforce Alliance 2009 Annual Report. Diakses pada 22 September 2021
pukul
01.10 WITA dari
https://www.who.int/workforcealliance/knowledge/resources/ghwa_annualr
eport_2009.pdf?ua=1

United Nations Development Programme. (2021), United Nations Development


Programme Strategic Plan 2022-2025. Diakses pada 22 September 2021 pukul
02.45 WITA dari https://www.undp.org/publications/undp-strategic-plan-
2022-2025

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Sekretariat Dewan Ketahanan


Pangan. (2019), Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi. Diakses
pada 23 September 2021 pukul 00.10 WITA dari
http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/KSKPG%202020-2024%20_feb
%202020.pdf

OECD Development Policy Papers. (2019), "Green triangular co-operation: An


accelerator to sustainable development", OECD Development Policy Papers,
No. 21, OECD Publishing, Paris, Diakses pada 23 September 2021 pukul 02.17
WITA dari https://doi.org/10.1787/d81d884a-en

IPCC. (2006). 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston
H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds). IGES, Japan.

IPCC. (2014). Climate Change 2014: Synthesis Report. Contribution of Working


Groups I, II and III to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental
Panel on Climate Change [Core Writing Team, R.K. Pachauri and L.A. Meyer
(eds.)]. IPCC, Geneva, Switzerland, 151 pp.

KLHK. (2020). Potret Kontribusi TPB/SDGs Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan Tahun 2020. Sekretariat TPB/SDGs KLHK, Biro Perencanaan, Setjen
KLHK. Jakarta.

United Nations Department of Economic and Social AffairsSustainable


Development. (2015), Transforming our world: the 2030 Agenda for
Sustainable Development. Diakses pada 24 September 2021 pukul 00.15 WITA
dari
https://sdgs.un.org/2030agenda
Undang-Undang nomor 16 tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement
To The United Nations Framework Convention On Climate Change
(Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-
Bangsa mengenai Perubahan Iklim).

BPPIKHL JabalNusa. (2020). Rencana Strategis BPPIKHL Wilayah Jawa Bali


Nusa Tenggara Tahun 2020-2024. BPPIKHL, Ditjen PPI, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Denpasar.

Ditjen PPI. (2020). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengendalian


Perubahan Iklim Tahun 2020-2024. Ditjen PPI, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Denpasar.

BPPIKHL JabalNusa. (2021). Rencana Aksi PUG BPPIKHL Wilayah Jawa Bali
Nusa Tenggara Tahun. BPPIKHL, Ditjen PPI, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Denpasar.

Ditjen PPI. (2017a). Strategi Implementasi NDC (Nationally Determined


Contribution). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.

Ditjen PPI. (2017b). Road Map Program Kampung Iklim (ProKlim).


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.

Ditjen PPI. (2020). Statistik Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan


Iklim Tahun 2020. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.
Jakarta.

SRN PPI. (2021). Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim.


Diakses pada 24 September 2021 pukul 02.11 WITA dari
http://srn.menlhk.go.id/index.php?r=home%2Findex

BPS Indonesia. (2020). Statistik Indonesia 2020. Diakses pada 24 September


2021 pukul 02.45 WITA dari www.bps.go.id
BIODATA PENULIS

Atik Murwatiningrum lahir di RSPAD Jakarta Timur


pada 23 Januari 1980. A’anx panggilan akrabnya
adalah putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Achmad Sudardju (alm) dan Ibu Sri Muratri.
Pengalaman organisasi dimulai sejak SMP sebagai
Sekretaris OSIS (1993-1994) dan Ketua OSIS (1993-
1994) di SMP N 2 Yogyakarta. Sebagai
Bendahara
OSIS (1995-1996) dan Koordinator Teater 10 (1996-1997) di SMU N 8
Yogyakarta. Sebelum lulus SMU, penulis sempat bekerja sebagai pemulung
kertas bekas (6 bulan) hingga kemudian berkesempatan mengikuti UMPTN
pada 1998 untuk melanjutkan studi S1 Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar Sarjana Sosial pada
November 2004. Sempat mengikuti kuliah ekstensi di Fakultas Filsafat UGM
selama 1 semester sebelum kemudian menjadi Odapus (Orang dengan
Lupus/sistemik lupus eritematosus). Selama kuliah, penulis aktif pada
beberapa organisasi, seperti menjadi Ketua II Kelompok Mahasiswa
Sosiologi Fisipol Angkatan ‘98, Tim Redaksi Lembaga Pers dan Penerbitan
Mahasiswa (LPPM) Sintesa Fisipol UGM (1999-2000), Anggota GMNI
Komisariat Fisipol UGM (2000-2001), Staf Pembela Umum Divisi Hak Sipil
dan Politik Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta (2001-2002), Pimpinan
Redaksi Buletin “Telik Sandi” Brajamusti Suporter Perserikatan Sepakbola
Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta (2003), Divisi Pengembangan
Sumber Daya Manusia pada Lembaga Kebangunan Budi Nurani, Pakem-
Sleman (2001-2004), Koordinator Kelompok Belajar “Merdeka” Sosiologi
Fisipol UGM (2004). Pada akhir tahun 2004 mengikuti tes CPNS dan
diterima sebagai CPNS di Kementerian Kehutanan terhitung sejak 1 Januari
2005, dengan penempatan pada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Sampean Madura. Tahun 2008 pindah ke Balai Pengelolaan Hutan
Mangrove Wilayah I kemudian menjadi Balai Pengendalian Perubahan Iklim
dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara pada
2016 dibawah Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Saat ini
sebagai Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Pertama pada Seksi Program
dan Evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai