Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN

TEKNOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PEKANBARU

STRATEGI PT. PERTAMINA DALAM KOMITMEN NZE 2060


TERHADAP PELAKSANAAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
(SDGS) TUJUAN KE-13 DI INDONESIA

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi serta Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai


Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau

OLEH:

NURUL AFIFAH
NIM. 2101110762

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
2023

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam kajian hubungan
internasional karena lingkungan hidup tidak mengenal batas negara. Dewasa ini,
dunia sedang menghadapi tantangan dari perubahan iklim yang telah menjadi
perhatian bagi banyak negara. Ancaman ini mencakup lonjakan suhu yang
ekstrem, ketidakstabilan dalam pasokan pangan, peningkatan tingkat frekuensi
bencana alam, kenaikan permukaan air laut, risiko kepunahan, dan peningkatan
ancaman terhadap kesehatan (Delbeke, Runge-Metzger, Slingenberg, &
Werksman, 2019). Menurut Laporan Khusus IPCC tentang Pemanasan Global
1,5°C yang dirilis pada tahun 2017, Suhu bumi saat ini telah meningkat sekitar
1°C dibandingkan dengan masa sebelum industri.1
Meningkatnya produksi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer menyebabkan
pemanasan global menjadi lebih cepat pada tahun 2013. Gas Rumah Kaca (GRK)
adalah gas yang ada di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
penggunaan bahan bakar fosil, alih fungsi lahan.dan alam yang menyebabkan
pemanasan global dan perubahan iklim.2 Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (UNCCCC), ada enam
jenis gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan pemanasan global
diantaranya adalah Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrat oksida (N2O),
Hidrofluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (PFCs), dan Sulfur Heksafluorida
(SF6). Energi, lahan dan hutan, pertanian, industri, dan limbah merupakan sektor
yang menyumbang hampir tiga perempat dari emisi global, dengan emisi terbesar
berasal dari pembangkit listrik dan panas, transportasi, dan manufaktur.
1
IPCC, “Laporan Khusus IPCC tentang Pemanasan Global 1,5°C, Bab 3: Impacts of
1.5°C of Global Warming on Natural and Human Systems”,
https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/sites/2/2019/02/SR15_Chapter3_Low_Res.pdf
diakses pada 21 Maret 2024.
2
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Glossary,
https://unfccc.int/resource/cd_roms/na1/ghg_inventories/english/8_glossary/Glossary.htm
diakses pada 21 Maret 2024
Perubahan Iklim mulai dikenal saat dilakukannya konferensi PBB di Rio
de Janeiro, yang dikenal sebagai KTT Bumi atau Earth Summit, pada bulan Juni
1992, keputusan yang dibuat oleh 172 negara peserta untuk mendirikan United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Perubahan iklim
merupakan transformasi dalam kondisi fisik atmosfer Bumi, seperti suhu dan pola
curah hujan, yang memiliki implikasi yang luas terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia. Transformasi fisik ini tidak hanya berlangsung dalam waktu
singkat, tetapi juga terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Menurut LAPAN
(2002), perubahan iklim diartikan sebagai modifikasi rata-rata dari satu atau lebih
unsur cuaca dalam suatu wilayah tertentu. Sementara itu, istilah perubahan iklim
skala global mengacu pada modifikasi iklim yang terjadi secara menyeluruh di
seluruh permukaan bumi.3
Perkembangan teknologi yang canggih telah berkontribusi secara
signifikan terhadap pertumbuhan industri. Inovasi dalam teknologi industri
berkontibusi dalam meningkatkan efisiensi produksi. Pertumbuhan industri juga
telah meningkatkan kebutuhan akan energi yang tidak terbarukan. Industri yang
beroperasi secara global sering menggunakan bahan bakar fosil, batu bara, dan
listrik sebagai sumber energi utama. Dampak penggunaan energi non-terbarukan
ini terhadap lingkungan berdampak terhadap emisi gas rumah kaca dan perubahan
iklim. Fenomena pemanasan global dan dampak negatif dari penggunaan energi
konvensional seperti bahan bakar fosil menjadi perhatian terhadap Tujuan Ke-13
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang
bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Salah satu target
utama dari SDGs Tujuan Ke-13 adalah mengambil tindakan konkret untuk
memerangi pemanasan global dan efek negatifnya, termasuk dengan mengurangi
emisi gas rumah kaca.
Dampak dari pembakaran sumber energi konvensional menghasilkan
karbon dioksida (CO2) yang menjadi salah satu penyebab utama polusi gas rumah
kaca. Emisi gas rumah kaca terutama dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar
fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam, yang semuanya merupakan
3
Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2019, Oktober 15).
“PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)”. Diakses pada tanggal 21 April 2024
melalui https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/perubahan-iklim-climate-
change-32
bagian dari sumber energi tak terbarukan (Latuconsina, 2010). Energi baru
terbarukan merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, tidak mencemari
lingkungan, dan tidak berkontribusi pada perubahan iklim serta pemanasan global.
Sumber energi ini bersumber dari proses alam yang berkelanjutan, seperti sinar
matahari, angin, air, biofuel, dan geothermal.4 Sistem energi baru terbarukan
menjadi urgensi yang penting untuk dipelajari dalam proses transisi energi menuju
sistem Net Zero Emission (NZE).
Net Zero Emissions (NZE) menjadi istilah yang populer setelah
ditetapkannya Paris Climate Agreement pada tahun 2015. Net-Zero Emission
(NZE) atau yang biasa disebut dengan nol emisi karbon mengacu pada keadaan
yang mana jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi dari jumlah
yang diserap oleh bumi ( Zahira & Fadillah, 2022). Konsep net zero emisi
pertama kali diusulkan oleh Gunter Pauli pada tahun 1991, yang pada awalnya
menggunakan istilah "zero emission" dalam hubungan antara produksi minyak
kelapa sawit dan degradasi hutan di wilayah Asia Tenggara. Konsep Net Zero
Emission didefinisikan sebagai pendekatan yang diimplementasikan melalui
serangkaian agenda untuk mengurangi emisi gas yang merusak lingkungan
(Matemilola & Salami, 2020). Net zero emission (NZE) adalah kondisi di mana
semua gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dihilangkan dan
menyerap kembali hingga mencapai tingkat keseimbangan. Proses penyerapan
Semua emisi karbon terjadi di ekosistem bumi, termasuk hutan dan lautan. Tidak
ada emisi yang menguap ke atmosfer dan menjadi gas rumah kaca yang dapat
menyebabkan pemanasan global. Setelah Paris Climate Agreement tahun 2015,
istilah Program NZE menjadi populer. Tujuan program adalah untuk mengurangi
pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan pemanasan global. Salah satu
sektor yang diprioritaskan untuk mencapai program NZE adalah energi. Banyak
negara, termasuk Indonesia, telah mengeluarkan peraturan baru tentang
penyediaan energi listrik yang disesuaikan dengan program NZE.
Laporan yang dibuat oleh World Bank dan Regional and Coastal
Development Centre of ITB menyatakan bahwa Indonesia akan sangat terpengaruh

4
Kementerian ESDM. (2016). Jurnal Energi. Diakses dari
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/FIX2_Jurnal_Energi_Edisi_2_17112016(1).
pdf
oleh perubahan iklim. Ketika air laut naik 0,80meter dalam 30 tahun ke depan,
sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan tenggelam. 5 Oleh karena itu, untuk
mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim yang semakin memperburuk
kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, kelompok lanjut usia, masyarakat
adat, penyandang disabilitas, dan kelompok miskin, target NZE sangat penting
untuk keadilan antargenerasi.
Menurut informasi dari European Commission, pada tahun 2022,
Indonesia menghasilkan sebanyak 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e)
gas rumah kaca, yang merupakan sekitar 2,3% dari total emisi global. 6
Peningkatan signifikan sebesar 10% dari tahun sebelumnya membuatnya
mencatatkan rekor tertinggi baru. Data tersebut mencakup emisi dari berbagai
sektor, termasuk pembangkit listrik, transportasi, industri, pertanian, eksploitasi
bahan bakar fosil, proses industri seperti pembuatan semen dan pengolahan
logam, konsumsi energi di bangunan non-industri, dan juga sektor limbah.
Berdasarkan sumbernya, sebagian besar emisi gas rumah kaca Indonesia tahun
lalu berasal dari kegiatan eksploitasi bahan bakar fosil, termasuk pertambangan,
produksi, dan pengolahan. Sektor bahan bakar fosil 0,27 Gt CO2e yaitu
menyumbang 21,38% terhadap total emisi gas rumah kaca nasional. Menurut data
tersebut sektor penggunaan bahan bakar fosil menjadi sektor penyumbang emisi
terbesar di Indonesia yang selanjutnya diisi dengan pembangkit listrik dengan
0,25 Gt CO2e (20,44%).
Pemerintah Indonesia memiliki lima prinsip utama dalam menjalankan
program NZE. Mereka adalah pengurangan energi fosil, peningkatan penggunaan
energi baru terbarukan (EBT), peningkatan penggunaan listrik di rumah dan
bisnis, dan pemanfaatan karbon capture and storage (CCS). Proposisi pendapatan
Pertamina sebagian besar disumbangkan oleh bahan bakar fosil lebih dari 95
persen. Oleh karena itu, PT, Pertamina mendukung pemerintah Indonesia dengan
Komitmen NZE 2060 dan menerapkan strategi Keberlanjutan berbasis
environmental, social & governance (ESG).

5
Rahmad, Rahmadi. "Restorasi Ekosistem dan Perubahan Iklim." Mongabay, 24 Mei 2014,
www.mongabay.com/restorasi-ekosistem-perubahan-iklim.
6
EDGAR. "EDGAR - Emissions Database for Global Atmospheric Research." Tahun 2023.
https://edgar.jrc.ec.europa.eu/report_2023#emissions_table.
PT Pertamina adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang
terutama bergerak di bidang minyak dan gas sebagai penyumbang deviden
terbesar di Indonesia. PT. Sebagai badan usaha energi yang dimiliki oleh negara,
PT. Pertamina berupaya untuk menjamin pasokan energi dan mendorong semua
pihak untuk bertanggung jawab dalam semua tahap produksi dan penggunaan
energi, dengan tujuan mencapai keberlanjutan. Penanganan Perubahan Iklim ini
menjadi salah satu program prioritas Pertamina. Pertamina berkomitmen untuk
mendukung upaya Pemerintah merespon perubahan iklim dalam mendukung
tercapainya Tujuan ke-13 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dalam rangka mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, PT
Pertamina (Persero) terus mengembangkan teknologi penangkapan dan
penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization
and Storage (CCS/CCUS) untuk mendukung pemerintah.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis bagaimana PT Pertamina
menjalankan program keberlanjutan dalam komitmen Net Zero Emission (NZE)
2060 untuk mencapai tujuan Pembangunan berkelanjutan yang ke-13. Denagn itu,
PT Pertamina diharapkan dapat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya
pengurangan emisi gas rumah kaca dari kegiatan opersionalnya.

1.2. Rumusan Masalah

Dewasa ini, lingkungan mengalami kerusakan yang signifikan yang telah


dirasakan di seluruh dunia, terutama terkait dengan pemanasan atmosfer dan
perubahan suhu laut. Sepuluh tahun terakhir telah menjadi periode terhangat
dalam sejarah pencatatan modern sejak 1880. Pada tahun 2022, suhu bumi naik
sekitar 2 derajat Fahrenheit atau sekitar 1,11 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-
rata suhu pada akhir abad ke-19. Pemanasan ini disebabkan oleh aktivitas manusia
yang terus memperbanyak jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer,
yang mengakibatkan perubahan iklim.
Dampak pemanasan global akan berlanjut dalam jangka panjang jika tidak
ditangani dengan serius. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat global untuk
bersatu dalam menangani isu lingkungan terkait perubahan iklim, yang disatukan
dalam konsep Net Zero Emission (NZE). NZE mencakup komitmen negara-
negara untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celsius
dibandingkan dengan periode pra-industri, dengan usaha maksimal untuk menjaga
kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celsius. Indonesia sebagai negara anggota
juga berupaya menerapkan NZE. Namun, tanggung jawab untuk mewujudkan
NZE bukanlah hanya milik pemerintah, tetapi juga masyarakat dan perusahaan di
semua sektor, terutama industri yang menggunakan bahan bakar yang
menghasilkan gas rumah kaca dari proses produksi.
PT Pertamina, sebagai perusahaan energi nasional, juga memiliki peran
penting dalam mendukung NZE. Mereka perlu memastikan bahwa kegiatan
industri mereka berjalan secara berkelanjutan dan berkontribusi dalam upaya
mencapai target NZE. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Strategi Keberlanjutan PT Pertamina
dalam Komitmen Net Zero Emission (NZE) 2060 untuk Mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) Tujuan ke-13 di Indonesia"

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang berjudul " Strategi Pt. Pertamina
Dalam Komitmen NZE 2060 Terhadap Pelaksanaan Sustainable Development
Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 Di Indonesia" adalah untuk menjawab pertanyaan
yang telah diajukan oleh peneliti. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apa itu PT Pertamina dan Net Zero Emission.


2. Mengetahui bagaimana emisi karbon di Indonesia.
3. Menganalisis bagaimana Strategi PT Pertamina dalam komitmen NZE 2060
terhadap Pelaksanaan Sustainable Development Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 di
Indonesia

1.3.2 Manfaat Peneliatian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif dalam upaya pengkajian yang dilakukan. Adapun manfaat lain yang ingin
peneliti berikan yaitu:
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kajian studi
Hubungan Internasional terutama mengenai peran kelompok dalam mengurangi
emisi karbon, sehingga dapat menjadi referensi di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah agar peneliti
dan pembaca dapat memperdalam pemahaman mengenai " Strategi Pt. Pertamina
dalam Komitmen NZE 2060 Terhadap Pelaksanaan Sustainable Development
Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 Di Indonesia". Sehingga informasi yang diperoleh
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mempromosikan industri
energi yang memperhatikan lingkungan. Dengan memahami Rencana dan
Langkah-langkah keberlanjutan PT Pertamina dalam mendukung NZE, termasuk
upaya mereka dalam mengurangi emisi karbon.

1.4 Kerangka Teori


Pada penelitian ini, konsep yang akan digunakan dalam mendeskripsikan
Strategi Pt. Pertamina dalam Komitmen NZE 2060 Terhadap Pelaksanaan
Sustainable Development Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 Di Indonesia adalah
Perspektif Green Thought, Level Analisa Kelompok, dan Teori Sustainability
Maturity Model.
1.4.1 Perspektif
Green thought mendorong kesadaran terhadap masalah-masalah seperti
kelangkaan sumber daya, hujan asam, penipisan ozon, dan pemanasan global.
Sejak tahun 1960-an, telah muncul perhatian yang lebih serius terhadap
lingkungan, terutama di kalangan akademisi di Barat. Sebagai contoh, para
akademisi yang mendukung gerakan hijau akan menantang pandangan yang
menganggap alam sebagai sesuatu yang terpisah dari manusia dan berpotensi
7
berbahaya. Green thought tidak harus dianggap sebagai pandangan yang tetap,
tetapi secara umum terlibat dengan alam.8
Green Thought mencerminkan cara berpikir yang sangat berbeda dalam
mempertimbangkan hubungan antara manusia dan alam, serta pembentukan
praktik sosial. Dalam perspektif ini, fokusnya lebih pada alam dan menganggap
manusia sebagai bagian dari ekosistem tanpa mengutamakan atau membedakan
mereka dari komponen lainnya. Pendekatan ini, yang disebut "ekosentrisme",
menjadi ciri khas utama dari Green Thought. Ekosentrisme diperkenalkan oleh
filsuf norwegia yaitu Arne Naess yang menyatakan bahwa semua bentuk
kehidupan memiliki nilai bawaan, karena itu memiliki hak untuk hidup dan hak
untuk berkembang. Dalam artian pentingngnya memelihara alam dan
melestarikannya untuk jangka panjang sesuai ekosistem. Menurut Goodin (1992),
salah satu tujuan kunci dari Green Thought adalah memastikan bahwa lingkungan
dibagi secara adil di antara semua spesies dan menghalangi masyarakat yang ingin
memanfaatkan alam hanya demi kepentingan pribadi mereka.
Krisis lingkungan telah menjadi perhatian sejak tahun 1960-an karena
penggunaan sumber daya alam yang berlebihan oleh individu. Sebagai tanggapan,
PBB menggelar konvensi pada tahun 1970 untuk mengatasi masalah tersebut.
Seiring dengan itu, pada tahun 1980, kebijakan publik dan partai politik hijau
mulai muncul.9 Eckersley (1996) mengklasifikasikan empat pokok Green Theory
diantaranya: Pertama, teori hijau menitikberatkan pada struktur sosial yang
dianggap sebagai konsep yang efektif dalam pembangunan lingkungan. Dalam hal
ini, peran aktor sangat ditekankan dalam mengubah struktur sosial untuk
mencapai keadilan lingkungan yang berkelanjutan. Kedua, teori hijau fokus pada
komitmen negara-negara untuk mematuhi konvensi lingkungan yang telah
disepakati secara kolektif. Ketiga, dalam konteks ekonomi, teori hijau mendorong
pembentukan institusi baru atau menghasilkan dampak yang positif. Keempat,

7
Jill steans & Lloyd Pettiford. Hubungan Internasional Perspektif dan Tema,Pentj. Deasy Silvya
Sari,Pustaka Pelajar,Yogyakarta,2009, hlm.375
8
Faisyal Rani. Perspektif Green Thought Dalam Paradigma Baru Politik Internasional (Teori dan
Praktek).Jurnal HI Transnasional Vol.4,Universitas Riau,Pekanbaru 2013, hlm.868.
9
Faisyal Rani. Perspektif Green Thought Dalam Paradigma Baru Politik Internasional (Teori dan
Praktek).Jurnal HI Transnasional Vol.4,Universitas Riau,Pekanbaru 2013, hlm.868.
teori hijau memberikan ruang bagi para aktor non-negara melalui deteritorialisasi,
yang meliputi transnasionalisasi organisasi non-pemerintah di bidang lingkungan.
Dalam penelitian ini penulis melihat bahwa PT. Pertamina sebagai aktor non-
negara berkontribusi dan berkomitmen sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang minyak dan gas dalam mendukung NZE melalui program keberlanjutan
dalam komitmen Net Zero Emission (NZE) 2060 untuk mencapai tujuan
Pembangunan berkelanjutan yang ke-13 sebagai strategi keberlanjutan sehingga
dapat membantu Indonesia mewujudkan NZE dengan pengembangan bisnis
rendah emisi dan Energi Baru Terbarukan (EBT), serta inovasi dan teknologi.
1.4.2 Tingkat Analisa
Menurut Mohtar Mas'oed, terdapat lima kategori penting yang perlu
dipahami dalam menentukan tingkat analisis dalam studi Hubungan Internasional,
yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, negara, negara-bangsa, dan sistem
internasional. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tingkat analisis
kelompok. Menurut Mohtar Mas'oed, analisis tersebut menitikberatkan pada
perilaku kelompok organisasi yang merupakan bagian dari aktor dalam Hubungan
Internasional. Dalam penelitian ini, penulis mengamati bahwa PT. Pertamina,
sebagai aktor non-negara, berperan dalam mendorong pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-13 yang berkaitan
dengan mitigasi perubahan iklim. Hal ini diwujudkan melalui program
keberlanjutan yang diterapkan oleh PT. Pertamina sebagai perusahaan energi,
dengan tujuan mengurangi tingkat emisi karbon yang tinggi di Indonesia,
terutama dalam sektor minyak dan gas bumi.
1.4.3 Teori
Grand theory pada penelitian ini menggunakan teori Sustainability
Maturity Model yang akan membahas tentang strategi keberlanjutan.
Sustainability Maturity Model merupakan pendekatan yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi masalah keberlanjutan, strategi
keberlanjutan, model bisnis baru, dan ekonomi sirkular. Baumgartner & Ebner
(2010) menggunakan konsep ini bertujuan untuk mempersempit kesenjangan
dengan mengembangkan profil aspek spesifik untuk strategi kemampuan
berkelanjutan yang berkaitan dengan karakteristik strategi keberlanjutan. Oleh
karena itu ditetapkan isu-isu kunci keberlanjutan sebagai nilai jangka panjang
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan keberlanjutan yang telah
ditetapkan secara efisien.
Nilai jangka panjang ini dapat ditingkatkan secara konsisten dan mantap
dalam kinerja organisasi yang dapat menerapkan nilai-nilai ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Dan biasanya berdasarkan pada standar 3P yaitu people, profit, dan
planet. Di sisi lain, ada cara yang dapat digunakan terkait penetapan strategi
keberlanjutan, misalnya strategi yang berfokus pada orientasi internal/eksternal
dari komitmen keberlanjutan. Yang nantinya dapat membantu perusahaan yang
sudah berkomitmen terhadap keberlanjutan untuk memverifikasi apakah mereka
konsisten dalam penerapan strategi keberlanjutan yang berbeda tersebut atau
tidak.

1.5 Hipotesa
1.6 Definisi Konsepsional
Energi adalah kemampuan dalam melakukan usaha sebagai salah satu
unsur terpenting dalam segala aktivitas kehidupan manusia.10
Gas Rumah Kaca adalah sejumlah gas di atmosfer yang dapat
memerangkap panas matahari. Kegiatan manusia sehari-hari dapat
menghasilkan gas rumah kaca secara alamiah, namun sejak tahun 1950-an
semakin berkembangnya industri yang berbanding lurus dengan
penggunaan energi menjadi penyebab emisi gas karbon dioksida atau CO2
meningkat secara drastis.11
Emisi Karbon merupakan reaksi pembakaran dari segala senyawa yang
mengandung unsur karbon sepertin bensin, LPG, CO2 sehingga
menghasilkan gas. Penyebab emisi pada gas karbon di dunia ini ialah
dikarenakan akibat aktivitas pembakaran berbagai senyawa yang
mengandung karbon.

10
Universitas Pertamina, Apa Itu Energi dan Manfaatnya bagi Kehidupan Manusia, Apa Itu Energi
dan Manfaatnya bagi Kehidupan Manusia https://universitaspertamina.ac.id/ (diakses pada 25
April 2024).
11
DLH Yogyakarta, Mengenal Lebih Dekat Gas Rumah Kaca, https://dlhk.jogjaprov.go.id/ (diakses
pada 25 April 2024).
Energi Baru Terbarukan (EBT), yang juga dikenal sebagai Renewable
Energy mengacu pada sumber daya energi yang dapat diperbaharui secara
alami dan tidak akan habis. Itu sebabnya, ini adalah opsi yang lebih ramah
lingkungan.
Teknologi merupakan suatu sarana dalam penyediaan barang-barang yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia.12
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.13
1.7 Definisi Operasional
Mohtar Mas’oed berpendapat bahwa konseptualisasi diperlukan untuk
melakukan penelitian agar berjalan sesuai arah dan tujuan yang diinginkan.
Melalui konseptualisasi akan mempermudah penyusunan hasil pengamatan
empiris atau yang berdasarkan kejadian nyata. Kesadaran dalam melestarikan dan
melindungi lingkungan hidup pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
manusia dan tidak hanya terbatas pada upaya pemerintah suatu negara saja.14
Masyarakat dan perusahaan-perusahaan dari berbagai sector juga perlu
memberikan kontribusinya dengan ikut melaksanakan serangkaian peraturan
maupun kebijakan-kebijakan terkait pemanfaatan dan perlindungan lingkungan
hidup yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti CCS guna mengurangi
kerusakan ekosistem lingkungan akibat berbagai aktivitas yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap keamanan lingkungan. Perusahaan-
perusahaan industry juga memiliki tanggung jawab untuk tidak merusak
lingkungan melalui kegiatan produksi yang tentunya banyak menggunakan energi
dengan bahan bakar fosil yang menghasilkan berbagai senyawa penyebab
munculnya pemanasan global, seperti CO2, NO2, CH4, CO dan SO2. Sejumlah
senyawa tersebut menyebabkan emisi gas meningkat.
12
Muhammad Rijalul Haq, "Efektivitas Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Al-Irsyad Kota Madiun." PhD diss., Universitas
Muhammadiyah Surabaya, 2016.
13
Admin Bappeda, “Pengertian Pembangunan menurut Prof. Dr .H. Syamsiyah Badruddin,M.Si,”
08 Juli 2015, https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-
pembangunan-menurut-prof-dr-hj-syamsiah-badruddin-m-si-48#:~:text=Pembangunan
%20(development)%20adalah%20proses%20perubahan,dan%20budaya%20(Alexander%201994).
Diakses Pada 25 April 2025
14
Mohtar Mas’oed, Op.Cit 100.
Menyadari hal tersebut, PT. Pertamina sebagai perusahaan Minyak dan
Gas Bumi mulai melakukan upaya dalam mengurangi emisi karbon yang
dihasilkan. Dalam mengelola perusahaannya, PT. Pertamina melakukan
penurunan untuk emisi GRK, pengembangan energi terbarukan, serta produksi
bersih dan ramah lingkungan Sebagai strategi keberlanjutan dalam komitmennya
NZE 2060 dalam merespon isu lingkungan yaitu perubahan iklim.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Analisis Strategi Keberlanjutan PT. Pertamina dalam Mendukung Net Zero
Emission (NZE) melalui komitmen NZE 2060 terhadap pelaksanaan Sustainable
Development Goals (sdgs) tujuan ke-13 di Indonesia ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Metode ini melibatkan analisis data yang menjelaskan
fenomena atau kejadian yang terjadi secara deskriptif sesuai dengan fakta dari
masalah penelitian. Data yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu data yang
disajikan dalam bentuk kalimat dan membahas fenomena atau objek yang menjadi
fokus penelitian.
1.8.2 Metode Analisis Data
Sedangkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini digunakan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Pengumpulan data
menggunakan studi pustaka ini dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa
data yang relevan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data-data
yang diperoleh berasal dari buku, jurnal, artikel ilmiah, dan beberapa sumber
lainnya yang reliable.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
tahapan-tahapan yang saling terhubung. Diawali dengan pengumpulan data,
kemudian tahap selanjutnya adalah memilah data yang telah diperoleh sebagai
bahan acuan untuk membandingkan seberapa penting data tersebut, dan
selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan mengenai data-data yang disusun
sebagai tahap akhir dari teknik analisa data.
1.9 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjadikan penelitian ini lebih berfokus kepada satu arah hingga
hasil dari penelitian ini nantinya memperoleh hasil yang maksimal, maka penulis
menentukan ruang lingkup dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menjelaskan
pokok permasalahan mengenai Strategi Pt. Pertamina dalam Komitmen Nze 2060
Terhadap Pelaksanaan Sustainable Development Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 di
Indonesia Tahun 2020

1.10 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesa, definisi
konsepsional, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PT. UNILEVER INDONESIA DAN NZE


Pada bab ini akan menjelaskan memgenai gambaran umum PT. Pertamina sebagai
aktor kelompok, yakni perusahaan milik negara dalam mendukung NZE.

BAB III EMISI KARBON DI INDONESIA


Pada bab ini menjelaskan bagaimana kondisi emisi karbon di indonesia dan upaya
pemerintah dalam membuat kebijakan untuk menjaga lingkungan hidup.

BAB IV IMPLEMENTASI THE UNILEVER COMPASS SEBAGAI


PROGRAM MENGURANGI EMISI KARBON OLEH PT. UNILEVER
INDONESIA DALAM MENDUKUNG NZE
Pada bab ini akan membahas strategi PT. Pertamina terhadap pengurangan emisi
karbon melalui Komitmen NZE 2060 terhadap pelaksanaan Sustainable
Development Goals (Sdgs) Tujuan Ke-13 Di Indonesia

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA
Naess, Arne. "Pembangunan Berkelanjutan dan Ekologi Mendalam." In Etika
Lingkungan dan Pembangunan, edited by Engel IR and J.G. Engel, 199-
212. Tucson: The Univ of Arizona Press, 1990.
Delbeke, J., A. Runge-Metzger, Y. Slingenberg, and J. Werksman. "The Paris
Agreement." In Towards a Climate-Neutral Europe, 25. Routledge, 2019.
Eckersley, Robin. "Green Theory." In International Relations Theories, edited by
Tim Dunne, Milja Kurki, and Steve Smith, 247-265. Oxford: Oxford
University Press, 1996.
Goodin, R. E. Green Political Theory. Cambridge: Polity Press, 1992. Lee, H. a,
and J. Romero. Climate Change 2023 Synthesis Report. Geneva: IPCC,
2023. doi: 10.59327/IPCC/AR6-9789291691647.
Latuconsina, H. "DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP
EKOSISTEM PESISIR DAN LAUTAN." Jurnal Ilmiah agribisnis dan
Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) 3 (2010): 30-31.
https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/AGRIKAN/article/view/201013?
base=article.
Matemilola, S., and H. Salami. "Net Zero Emission." In Encyclopedia of
Sustainable Management, 1-6. doi: 10.1007/978-3-030-02006-4_512-1, 2020.
Mochtar, Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES, 1990.
Zahira, N., and D. Fadillah. "PEMERINTAH INDONESIA MENUJU TARGET
NET ZERO EMISSION (NZE) TAHUN 2060 DENGAN VARIABLE
RENEWABLE ENERGY (VRE) DI INDONESIA." Jurnal Ilmu Sosial 2,
no. 2 (2022): 114-119. doi: https://doi.org/10.22225/pi.8.1.2023.50-60.

Anda mungkin juga menyukai