Anda di halaman 1dari 11

PROTOKOL KYOTO DAN KESEPAKATAN NEGARA DALAM MENGURANGI

PEMANASAN GLOBAL

Dosen Pengampu: Erna Kurniawati S.IP, M.Si

Disusun oleh:

Rafael Kaisar Gultom 151210162


Rizka Vidia Oktavia 151220158

POLITIK INTERNASIONAL HI F
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NASA menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca yang biasanya terjadi
di suatu tempat. Perubahan iklim juga merupakan iklim bumi. Misalnya, perubahan suhu bumi.
Aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, meningkatkan konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida
telah meningkat selama hampir 200 tahun, menurut Australian Academy of Sciences. Gas yang
diproduksi dari aktivitas manusia ini baik dari pembakaran fossil sampai manufaktur barang
mempunyai kapabilitas dalam menyerap panas yang dihasilkan dari sinar matahari dan
dipantulkan lagi ke bumi. Efek ini membuat naiknya suhu bumi dan rusaknya lapisan ozon bumi.
Negara Negara maju telah lama dan menjadi prosuden emisi gas rumah kaca dari kegiatan
manufaktur barang sampai industri dalam negeri.

Karenanya, komitmen dalam mengurangi emisi dan efek rumah kaca yang terjadi sangat
diperlukan baik negara maju maupun berkembang. Dampak dari fenomena efek rumah kaca ini
dapat membuat perubahan iklim terjadi dan mencakup hajat orang banyak. Di lain sisi, negara
berkembang yang produksi emisi dari industrinya masih rendah dibandingkan negara maju perlu
digandeng oleh negara maju untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya lebih efektif.
Dibuatnya Prtokol Kyoto dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim
menginstruksikan pengurangan emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia baik dari negara
maju dan berkembang untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, merawat
ozon bumi dan menjaga suhu bumi untuk mencegah kerusakan pada sistem iklim global.
Protokol Kyoto membuat dan menetapkan peraturan untuk prosedur, mekanisme, target
pengurangan emisi, Lembaga yang berkaitan dan prosedur untuk kepatuhan dan penyelesaian
sengketa lingkungan.

Sejak tahun 1979, gagasan dan program sudah dilaksananan secara internasional dan
negara negara ambil alih dalam mengurangi emisi rumah kaca. Dari program ini muncul ide
berupa kesepakatan internasional, konvensi iklim yang ditetapkan pada 14 Mei 1992 dan mulai
berjalan pada 21 maret 1994. Pemerintah Indonesia ikut menandatangani perjanjian tersebut dan
menerapkannya dengan undang-undang. No. 6 diratifikasi tahun 1994. Supaya Konvensi bisa
dilaksanalan khususnya pihak Pihak Annex I (negara maju atau negara penghasil gas rumah
kaca) harus terus mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab utama perubahan iklim.
Namun, karena lemahnya komitmen para pihak perjanjian iklim, Konferensi Para Pihak (COP)
III di Kyoto pada Desember 1997 melahirkan Protokol Kyoto. Upaya pengurangan emisi gas
rumah kaca. Ini dapat dilakukan secara individu atau bersama-sama untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca dan bersama sama mencapai tujuan protokol kyoto.

Protokol Kyoto memiliki tujuan yaitu untuk mempertahankan konsentrasi gas rumah kaca
di atmosfer di level yang tidak membahayakan sistem iklim bumi sehingga bumi tidak
mengalami kenaikan suhu dan lapisan ozon bolong. Untuk mencapai tujuan ini, Protokol Kyoto
menginstruksikan penerapan oleh negara negara maju untuk mengurangi emisi sebesar 5% di
bawah level di antara tahun 1990 sampai 2008 dan 2012 melalui mekanisme implementasi
bersama, mekanisme pembangunan bersih, dan perdagangan emisi

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masuknya isu lingkungan hidup dalam politik internasional?


2. Apa tujuan kerjasama lingkungan?
3.Bagaimana kesepakatan antar negara soal perubahan iklim?
4. Apa manfaat Protokol Kyoto bagi negara yang meratifikasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Isu Lingkungan dakam Politik Internasional

Isu lingkungan setelah perang dingin mulai dan sering dibicarakan di ranah dunia
internasional. Berbagai negara di belahan dunia akhirna menyadari bahwa betapa pentingnya
lingkungan dalam kehidupan masyarakat dan pemerintah terutama di tingkat negara.
Meningkatnya masalah degradasi lingkungan mempengaruhi kehidupan masyarakat masing
masing karena isu lingkungan merupakan isu yang jarang dibicarakan tetapi mencakup hajat
hidup orang banyak. Naiknya suhu bumi akibat fenomena efek rumah kaca dan berbagai
fenomena yang terjadi karena perubahan iklim membuat masalah lingkungan menjadi perhatian
agenda internasional. Isu lingkungan mulai dibahas pada konferensi PBB di Stockholm Swedia
tahun 1972 tentang lingkungan manusia. Masalah lingkungan melampaui batas negara. Hal ini
terjadi karena (1) Pergerakan sumber daya tidak terbatas pada satu negara, (2) Kegiatan
berlangsung di lingkungan laut seperti beberapa negara dan (3) Laut sebagai medianya. Tempat
dimana kontaminan relatif menular, sebab atau akibat dari suatu gerakan yang mempengaruhi
lebih dari satu negara menyadarkan kita bahwa masalah ini harus diselesaikan bersama dan
berkomitmen untuk menjaga lingkungan bersama.

Pertemuan di Stockholm di Swedia penting bagi naik dan concern nya isu lingkungan
karena memungkinkan negara megara untuk berbicara dan berdiskusi tentang tantangan
lingkungan yang mereka hadapi dan menemukan solusinya melalui reseach, penelitian dan
teknologi terbarukan. Selain itu, konferensi tersebut membuktikan pentingnya kerjasama
kelembagaan atau internasional. Pada tahun 1983, PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) membuat
komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan atau UN world commission for environmental
and development. Pembentukan komisi dari PBB ini dibentuk karena kerusakan lingkungan dari
aktivitas industry menjadi masalah kelangsungan hidup negara negara yang berkembang.
Masalah lingkungan yang utama adalah polusi. Pencemaran bisa diartikanm sebabagi suatu
kondisi yang berubah dari keadaan semula menjadi keadaan yang lebih buruk. Perubahan kondisi
dari keadaan semula menjadi lebih buruk ini disebabkan oleh masuknya pengotor atau yang bisa
disebut kontaminan.

Kontaminan ini biasanya mengandung racun atau bersifat toksin dan berisi racun yang
berbahaya bagi organisme hidup. Racun polutan ini adalah kekuatan pendukung di balik
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan muncul dari dua sumber : alami dan buatan
manusia. Sejalan dengan perkembanganya, hubungan internasional di awalnya berfokus di
interaksi antar negara negara berdaulat. Selama perang dunia II dan terbentuknya Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB). Ilmu Hubungan Internasional mendapat dorongan baru. Kemudian, di
tahun 1960 an dan 1970 an, keterlibatan IGO (International Gorverment Organization) dan LSM
atau NGO internasional (Non Govermental Organization) membuat perkembangan hubungan
internasional menjadi lebih beragam. Pada tahun 1980 an, bentuk hubungan internasional yaitu
studi atau ilmu tentang interaksi antara negara negara berdaulat dunia dan actor non negara yang
program dan tindakanya mempengaruhi kehidupan negara.

B. Tujuan Kerjasama Lingkungan

Tujuan utama Protokol Kyoto adalah memerangi perubahan iklim global, yang penyebab
utamanya adalah emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim merupakan masalah global yang sangat
kompleks yang membutuhkan kerjasama semua negara di dunia untuk mengatasinya. Perubahan
iklim memiliki banyak dampak, antara lain pemanasan global, intensifikasi bencana alam,
perubahan pola curah hujan, dan banyak masalah lingkungan lainnya. Kesepakatan Kyoto
diakhiri dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca, yang merupakan penyebab utama
perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar fosil, industri, dan pertanian. Emisi ini akan terus meningkat jika tidak ada yang dilakukan
untuk menguranginya.
Protokol Kyoto juga memberikan dukungan finansial dan teknis bagi negara-negara yang masih
memiliki status berkembang untuk mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca di negaranya.
Negara-negara yang telah berstatus maju diharapkan untuk memfasilitasi dana dan teknologi
kepada negara-negara berkembang sebagai imbalan untuk mengurangi emisi mereka dan
membantu mereka mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan jangka panjang
Protokol Kyoto adalah menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan mengurangi risiko
memperburuk perubahan iklim. Hal ini dicapai dengan mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca
secara signifikan dan memperkenalkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Protokol Kyoto juga bermaksud untuk meningkatkan rekognisi masyarakat akan
pentingnya pengurangan emisi gas rumah kaca dan mendorong tindakan individu yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pendidikan dan kampanye lingkungan menjadi bagian
penting dari upaya ini. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto, negara-negara yang meratifikasi
Protokol tersebut dan mengadopsinya ke dalam undang-undang domestik akan membentuk
kerangka peraturan dan kelembagaan untuk memperkuat komitmen mereka terhadap perjanjian
iklim berdasarkan prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda. transportasi melalui
penggunaan teknologi bersih dan efisien serta penggunaan energi terbarukan; mempromosikan
kerjasama dengan negara maju melalui CDM (Clean Development Mechanism), mengurangi
emisi gas rumah kaca; Meningkatkan kapasitas, legislasi, kelembagaan dan transfer teknologi
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
C. Kesepakatan antar Negara Soal Perubahan Iklim

Protokol Kyoto ialah sebuah perjanjian internasional yang ditandatangani oleh negara-
negara yang tergabung dalam anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1997, yang
bermaksud untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim
global. Perjanjian ini di dalamnya menyepakati bahwa negara-negara maju yang memiliki
sejarah emisi gas rumah kaca tinggi dan kontribusi kepada perubahan iklim global harus
mengurangi emisi mereka secara signifikan. Dalam perjanjian ini, negara-negara maju
diwajibkan untuk memangkas emisi mereka sebanyak 5,2% dari tingkat emisi yang tercatat pada
tahun 1990 selama periode perjanjian yang berlangsung dari tahun 2008 hingga 2012. Namun,
berbeda untuk negara-negara berkembang, mereka tidak diwajibkan untuk mengurangi emisi
negaranya, meskipun mereka juga tetap diharapkan untuk berpartisipasi dalam usaha global
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Protokol Kyoto menetapkan bahwa negara-negara maju yang telah menandatangani


perjanjian harus memenuhi target pengurangan emisi mereka melalui berbagai cara, seperti
meningkatkan efisiensi energi, mengembangkan teknologi bersih, memperkenalkan pajak
karbon, dan membatasi penggunaan energi fosil. Jika negara-negara maju gagal memenuhi target
pengurangan emisi mereka, mereka dapat dikenakan sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Meskipun protokol Kyoto dianggap sebagai tonggak penting dalam upaya global untuk
mengatasi perubahan iklim, beberapa negara besar seperti Amerika Serikat menolak untuk
menandatanganinya. Selain itu, beberapa negara yang menandatangani perjanjian tidak
memenuhi target pengurangan emisi mereka, yang menunjukkan bahwa perjanjian ini memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Untuk mengatasi batasan ini dan mendorong upaya global untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca, perjanjian baru yang lebih ambisius, Perjanjian Paris, ditandatangani pada tahun
2015. Suhu akan naik hingga kurang dari 2 derajat dari tingkat pra-industri. Meskipun masih
banyak kendala yang harus diatasi dalam upaya global memerangi perubahan iklim, Perjanjian
Kyoto dan Paris berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim
global di masa depan menjadi lebih parah dampaknya

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
NASA menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca yang biasanya
terjadi di suatu tempat. Perubahan iklim juga merupakan iklim bumi. Misalnya, perubahan suhu
bumi. Aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, meningkatkan konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen
oksida telah meningkat selama hampir 200 tahun, menurut Australian Academy of Sciences. Gas
yang diproduksi dari aktivitas manusia ini baik dari pembakaran fossil sampai manufaktur
barang mempunyai kapabilitas dalam menyerap panas yang dihasilkan dari sinar matahari dan
dipantulkan lagi ke bumi. Efek ini membuat naiknya suhu bumi dan rusaknya lapisan ozon bumi.
Isu lingkungan mulai dibahas pada konferensi PBB di Stockholm Swedia tahun 1972 tentang
lingkungan manusia. Masalah lingkungan melampaui batas negara. Pertemuan di Stockholm di
Swedia penting bagi naik dan concern nya isu lingkungan karena memungkinkan negara megara
untuk berbicara dan berdiskusi tentang tantangan lingkungan yang mereka hadapi dan
menemukan solusinya melalui reseach, penelitian dan teknologi terbarukan.

Tujuan utama dari protokol Kyoto adalah untuk mengatasi perubahan iklim global yang
penyebab utamanya ialah emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim merupakan masalah global
yang sangat kompleks dan membutuhkan kerjasama antara semua negara di dunia untuk
menanganinya. Perjanjian Kyoto dibuat dengan tujuan untuk menekan jumlah emisi gas rumah
kaca yang menjadi pemicu utama dari terjadi perubahan iklim. Protokol Kyoto ialah sebuah
perjanjian internasional yang ditandatangani oleh negara-negara yang tergabung di dalam
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1997, yang bermaksud untuk menekan emisi
gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim global. Protokol Kyoto menetapkan
bahwa negara-negara maju yang telah menandatangani perjanjian harus memenuhi target
pengurangan emisi mereka melalui berbagai cara, seperti meningkatkan efisiensi energi,
mengembangkan teknologi bersih, memperkenalkan pajak karbon, dan membatasi penggunaan
energi fosil. Jika negara-negara maju gagal memenuhi target pengurangan emisi mereka, mereka
dapat dikenakan sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meskipun masih ada banyak hambatan
yang harus dihadapi dalam upaya global mengatasi perubahan iklim, perjanjian Kyoto dan
Perjanjian Paris menjadi landasan penting dalam upaya global untuk menekan jumlah emisi gas
rumah kaca dan mencegah dampak yang lebih parah dari perubahan iklim global di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagaimana Ilmu Hubungan Internasional Melihat Politik Dunia Kini? (2019, December
25). GEOTIMES. Retrieved March 27, 2023, from https://geotimes.id/kolom/bagaimana-ilmu-
hubungan-internasional-melihat-politik-dunia-kini/
14 BAB II ISU LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. (n.d.). UMY
Repository. Retrieved March 27, 2023, from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/31229/F.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6
Home. (n.d.). YouTube. Retrieved March 27, 2023, from
http://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/UU_No_17_tahun_2004_Protokol_Kyoto.pdf
Keputusan Politik Sangat Berpengaruh pada Isu Lingkungan. (2020, July 29).
Kompas.id. Retrieved March 27, 2023, from https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-
teknologi/2020/07/29/keputusan-politik-sangat-berpengaruh-pada-isu-lingkungan
KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA - JEPANG DALAM IMPLEMENTASI
MEKANISME PROTOKOL KYOTO Oleh: Moch Iqbal Tanjung 106083002737 PROGRA. (n.d.).
Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Retrieved March 27, 2023, from
https://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33375/3/Moch.%20Iqbal
%20Tanjung.pdf
Lima Isu Internasional Yang Paling Menyita Perhatian Dunia Sepanjang Tahun 2020.
(2020, December 31). Dunia. Retrieved March 27, 2023, from
https://dunia.rmol.id/read/2020/12/31/468472/lima-isu-internasional-yang-paling-menyita-
perhatian-dunia-sepanjang-tahun-2020

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). (1992).


Convention on climate change. Diambil dari
https://unfccc.int/resource/docs/convkp/conveng.pdf

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). (1997). Kyoto


Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change. Diambil dari
https://unfccc.int/resource/docs/convkp/kpeng.pdf

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2007). Climate Change 2007:


Mitigation of Climate Change. Diambil dari
http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar4/wg3/ar4-wg3-chapter13.pdf

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2014). Climate Change 2014:


Mitigation of Climate Change. Diambil dari
http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar5/wg3/ipcc_wg3_ar5_chapter13.pdf
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2021). Climate Change 2021: The
Physical Science Basis. Diambil dari
https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg1/downloads/report/IPCC_AR6_WGI_Full_Report.pdf

Anda mungkin juga menyukai