Anda di halaman 1dari 4

REVIEW ANALISIS PERKEMBANGAN NUKLIR IRAN DAN RESPON IAEA

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Studi Strategis

Dosen Pengampu: Fauzan, S.IP, M.Si, Ph.D

Disusun Oleh:

Rafael Kaisar Gultom 151210162

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2023
REVIEW ANALISIS PERKEMBANGAN NUKLIR IRAN DAN RESPON IAEA

A. Resume tugas kelompok dan deskripsi singkat kasus

Iran melakukan pengayaan pada sumber nuklir secara terus menerus. Sampai saat ini,
penyebaran senjata nuklir terus berlanjut. Iran memulai program nuklirnya pada tahun 1950-an
dengan bantuan Amerika Serikat melalui program "Atoms for Peace". Program ini kemudian
berkembang secara signifikan. Setelah Revolusi Iran 1979, program nuklir mengalami perubahan
arah dan lebih fokus pada kemungkinan pengembangan senjata nuklir. Pada awal tahun 2000-an,
kegiatan peningkatan uranium Iran menjadi perhatian internasional, meningkatkan kekhawatiran
tentang potensi pembuatan senjata nuklir. Iran juga mengembangkan reaktor dan fasilitas
penelitian nuklir, beberapa di antaranya menjadi subjek inspeksi dan kekhawatiran internasional.
Konsep treaty dan national interest memainkan peran dalam kasus ini dimana Perjanjian itu
sendiri merupakan hasil dari negosiasi dan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat seperti
contohnya negara-negara atau entitas hukum internasional lainnya dan Salah satu contoh yang
akan dijelaskan yaitu Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Traktat tersebut mempunyai tujuan
untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong penggunaan tenaga nuklir secara
damai. Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) ini juga diawasi secara ketat oleh badan pengawas
internasional yaitu International Energy Agency (IAEA) sehingga nantinya negara-negara patuh
dengan traktat tersebut dan menghasilkan transparansi terhadap pihak-pihaknya. Iran sebagai
salah satu negara yang meratifikasi NPT harus mematuhi perjanjian tersebut karena sifatnya
yang mengikat. Maka ketika Iran melakukan pelanggaran, IAEA kemudian melaporkan Iran
kepada Dewan Gubernur IAEA dan Dewan Keamanan PBB. Kepentingan nasional dimana yang
dicapai iran salah satunya defense interest. Dalam pelaksanaan pengawasan perkembangan
nuklir iran muncul konsep seperti arms control dimana mencakup pengurangan senjata sebagai
langkah preventif untuk mengurangi potensi kerusakan yang dapat diakibatkan oleh konflik
bersenjata dan disarmament dimana pengurangan jenis senjata khusus yang umumnya dianggap
lebih berbahaya. Perkembangan nuklir di iran di respon oleh IAEA dengan melakukan inspeksi
berkala pada fasilitas nuklir Iran dan mengeluarkan laporan tentang kepatuhan Iran terhadap
kewajiban non-proliferasi nuklir, IAEA memainkan peran penting dalam negosiasi dan
implementasi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2015, yang dirancang
untuk membatasi kemampuan nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi.

Fokus saya membahas di bagian Hubungan antara NPT dan perkembangan program
nuklir Iran dimana merupakan topik yang kompleks dan kontroversial dalam politik
internasional. Program nuklir Iran, terutama kegiatan pengayaan uraniumnya, telah menjadi
sumber ketegangan internasional. Kekhawatiran utama adalah bahwa Iran dapat menggunakan
program nuklirnya untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir, yang akan melanggar
NPT. Pada tahun 2015, Iran dan kelompok P5+1 (Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis,
Inggris, dan Jerman) mencapai kesepakatan, yang dikenal sebagai JCPOA. Kesepakatan ini
membatasi kemampuan nuklir Iran dengan tujuan menghilangkan kemampuan mereka untuk
membuat senjata nuklir, dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi. Selain itu, Penarikan AS
dari JCPOA pada tahun 2018 dan langkah-langkah berikutnya oleh Iran yang mengurangi
kepatuhan terhadap batasan JCPOA, telah meningkatkan kekhawatiran terkait program nuklir
Iran dan komitmennya terhadap NPT.

B. Review dari substansi tugas kelompok dan diskusi analisis perkembangan


nuklir iran dan respon IAEA

Situasi terkait program nuklir Iran dalam konteks NPT adalah dinamis dan penuh
tantangan. Ini menimbulkan pertanyaan penting tentang keseimbangan antara hak negara untuk
mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai dan kebutuhan global untuk mencegah
penyebaran senjata nuklir. Upaya diplomasi dan negosiasi terus berlanjut untuk menemukan
solusi yang memenuhi tujuan non-proliferasi sambil menghormati hak Iran dalam menggunakan
energi nuklir secara damai. Situasi ini dapat tetap dinamis dan kompleks, dengan IAEA
memainkan peran kunci dalam pemantauan dan verifikasi aktivitas nuklir Iran, sementara
komunitas internasional, termasuk Iran dan negara-negara penandatangan JCPOA, terus
berusaha menemukan solusi diplomatik yang stabil dan berkelanjutan. Tanggapan International
Atomic Energy Agency (IAEA) terhadap perkembangan nuklir Iran, terutama berkaitan dengan
kekhawatiran tentang penyebaran senjata nuklir, telah bersifat konsisten dan berfokus pada
inspeksi, verifikasi, dan diplomasi. IAEA berperan sebagai lembaga pengawas nuklir
internasional yang memantau kepatuhan negara-negara terhadap kewajiban non-proliferasi
nuklir, termasuk Iran. IAEA secara rutin mengirim inspektur ke Iran untuk memantau fasilitas
nuklirnya dan memverifikasi bahwa material nuklir tidak digunakan untuk tujuan militer. IAEA
bekerja untuk memfasilitasi dialog dan kerjasama antara Iran dan komunitas internasional,
termasuk negosiasi yang mengarah pada kesepakatan seperti JCPOA. International Atomic
Energy Agency (IAEA), sebagai lembaga pengawas nuklir PBB, menghadapi berbagai tantangan
dalam menjalankan misinya, terutama dalam hal memonitor program nuklir negara-negara
anggota dan memastikan bahwa mereka tidak mengembangkan senjata nuklir. Dalam
menghadapi tantangan ini dan mempertahankan netralitasnya, IAEA mengambil beberapa
pendekatan seperti berupaya mempertahankan kemandirian profesionalnya dari pengaruh politik
eksternal. Ini penting untuk memastikan bahwa keputusan dan temuannya didasarkan pada bukti
ilmiah dan teknis, bukan pada kepentingan politik negara tertentu.
Sebagai badan PBB, IAEA terdiri dari negara-negara anggota dari seluruh dunia, yang
membantu dalam mempertahankan perspektif global dan keseimbangan dalam keputusannya dan
IAEA beroperasi dengan tingkat transparansi tinggi, melaporkan temuan dan aktivitasnya kepada
publik dan negara-negara anggota. Ini membantu memastikan bahwa keputusan dan tindakan
IAEA dapat diawasi dan ditinjau oleh komunitas internasional. International Atomic Energy
Agency (IAEA) tidak melakukan "intervensi" dalam arti politik atau militer, karena bukan
merupakan lembaga yang memiliki wewenang atau kapasitas untuk intervensi secara langsung
dalam urusan internal negara-negara. IAEA melakukan inspeksi fasilitas nuklir di negara-negara
anggota untuk memverifikasi bahwa program nuklir mereka damai dan tidak digunakan untuk
tujuan militer. Inspeksi ini adalah bagian dari prosedur pengawasan yang disepakati oleh negara-
negara anggota. Setelah inspeksi, IAEA melaporkan temuannya kepada negara anggota dan, jika
perlu, kepada Dewan Keamanan PBB. Laporan ini bisa berisi rekomendasi atau peringatan
tentang kegiatan tertentu. IAEA tidak memiliki kekuatan militer atau wewenang politik untuk
melakukan intervensi secara langsung dalam urusan internal suatu negara.

Sanksi yang diberlakukan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Iran dalam konteks
kepemilikan nuklir berkaitan dengan keprihatinan internasional terhadap program nuklir Iran dan
dugaan pengembangan senjata nuklir. Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi serangkaian
resolusi terkait dengan Iran, yang menuntut Iran agar mematuhi kewajibannya di bawah NPT dan
menghentikan aktivitas nuklir yang mencurigakan. Resolusi-resolusi ini juga memberikan dasar
hukum untuk memberlakukan sanksi. Sanksi yang diberlakukan oleh Dewan Keamanan PBB dan
diadopsi oleh anggota PBB lainnya termasuk sanksi ekonomi, seperti embargo senjata,
pembekuan aset, dan larangan ekspor tertentu kepada Iran. Sanksi ini ditujukan untuk
memberikan tekanan ekonomi kepada Iran. Resolusi Dewan Keamanan PBB juga menekankan
pentingnya kerjasama penuh Iran dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan
permintaan untuk inspeksi lebih lanjut atas fasilitas nuklir Iran. Perlu dicatat bahwa sanksi
terhadap Iran dalam konteks nuklir telah menjadi subjek sengketa diplomatik dan politik yang
kompleks. Terdapat berbagai pandangan dan pendekatan di antara negara-negara anggota PBB
mengenai cara terbaik untuk menangani isu ini, dan negosiasi berkelanjutan tetap menjadi bagian
penting dalam mencari solusi yang memuaskan semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai