3. POST NEGOTIATION
Tahapan
Packaging Agreement:
Dengan diterapkannya sanksi-sanksi itu kepada Iran, maka Rouhani berupaya untuk
menjalin hubungan dekat dengan negara-negara barat dalam menangani masalah
penyelesaian senjata nuklir dan agar dicabutnya sanksi-sanksi penyebab menurunnya
perekonomian di Irak, kebijakan dalam penyelesaian ini dilakukan pada 27 September
2013. Ia sengaja bertemu dengan kelompok P5+1 yaitu Jerman, China, AS, Rusia,
Prancis, Inggris di New York pada Sidang Umum PBB, untuk membahas penyelesaian
maupun perkembangan nuklirnya. Sudah jelas terlihat bahwa pada masa kepemimpinan
Rouhani ini sifat kebijakan Iran lebih kooperatif dan terbuka atas persoalan ini, berbeda
dengan pemerintahan sebelumnya yang amat anti dengan campur tangan Barat. Iran juga
melakukan sebuah pertemuan untuk melanjutkan kesepakatan oleh pemerintah bersama
negara P5+1 yang diselesaikan di meja perundingan pada tanggal 15-16 Oktober 2013 di
Swiss
Follow Up:
Dengan begitu, perundingan kembali dilakukan pada tanggal 7-9 November 2013 dengan
pembahasan yang masih sama dari pertemuan sebelumnya yaitu untuk menindaklanjuti
diplomasi multilateral. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwasanya Iran
memberikan usulan mengenai program nuklirnya asalkan sanksi-sanksi yang ditujukan
kepada Iran harus secara resmi dikurangi oleh Uni Eropa dan AS, dengan begitu Iran
menyatakan akan berjanji untuk membatasi produksi uranium sebanyak 20%. Akhirnya
tidak terbentuknya resolusi bersama selama masa perundinan berlangsung, karema negara
P5+1 sepakat untuk menerima waktu sebanyak 10 hari untuk menyatakan keputusannya
yang berakibat belum tercapainya resolusi permasalahan nuklir di Iran.
Review Meetings:
Konstelasi hubungan antara Iran-AS mengalami pasang surut yang dinamis. Pasca
revolusi Islam Iran yang meletus pada tahun 1979 menjadikan negara tersebut memiliki
pengaruh yang besar terhadap kawasan Timur Tengah. Hal ini membuat AS menganggap
Iran sebagai rivalnya. Apalagi Iran sebagai negara di kawasan yang menentang dominasi
AS atas kawasan tersebut menjadikan hubungan antar kedua negara semakin rumit dan
rentan terjadi perselisihan. Selanjutnya, konflik yang menyebabkan ketidakharmonisan
antara Iran-AS yakni isu pengembangan nuklir. Persoalan ini menjadi semakin rumit
Ketika AS memutuskan keluar dari anggota perjanjian JCPOA pada tahun 2015.
Meskipun pada kenyataannya tidak ada indikasi bahwa Iran melanggar isi perjanjian
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara Iran-AS pada dasarnya
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor isu pengembangan nulkir saja. Namun, juga
dipengaruhi oleh faktor kepentingan AS.
4. HUBUNGAN DIPLOMASI TANPA HUBUNGAN DIPLOMATIK
Hasil akhir atas penyelesaian program persenjataan nuklir Iran adalah kepasrahan atas
konsekuensi yang didapat karena menimbulkan kontroversial di banyak pihak negara,
karena Iran tetap berfokus dalam perkembangan nuklirnya demi kepentingan negaranya
sendiri. Iran juga tetap menerima kesulitan di aspek ekonomi karena masih ditujukannya
sanksi maupun embargo dari AS yang secara otomatis sudah tidak memiliki hubungan
kerja sama. Keputusan serius dari AS dalam menekan Irak juga ditunjukkan dengan
pengunduran diri secara sepihak dari kesepakatan JCPOA, pergeseran diantara keduanya
semakin jelas setelah Irak menolak memberikan kesempatan kedua untuk AS dalam
melakukan kerja sama. Oleh karena itu, dengan pendirian dari masing-masing pihak
memberikan presentase yang kecil untuk melakukan diplomasi koersif.