Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI PERANG DINGIN

Dosen pengampu : Mely Noviryani, S.Sos,MM.

NAMA : Adikka Bama Putra Setiawan


NIM : 215120400111014
KELAS : B-1

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PERANG DINGIN

Para petinggi pemenang dari Perang Dunia II, yaitu Perdana Menteri Inggris, Winston
Churchill; Presiden Amerika Serikat, Franklin Roosevelt; dan Perdana Menteri Uni Soviet,
Joseph Stalin merencanakan selama perang untuk sebuah sistem pascaperang. Walaupun Piagam
Atlantik 14 Agustus 1941, menyuarakan kolaborasi dalam masalah ekonomi dan mempersiapkan
sistem keamanan permanen. Rencana-rencana ini dirumuskan pada tahun 1943 dan 1944 dan
membuahkan hasil di PBB pada tahun 1945. Namun beberapa hasil lain dari Perang Dunia II
membantu menjelaskan munculnya apa yang sekarang kita sebut Perang Dingin.

I. SEBAB-SEBAB PERANG DINGIN


Perang Dingin merupakan perang yang terjadi pasca Perang Dunia II antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Perang ini juga dapat dikatakan sebagai periode terjadinya ketegangan politik antara
blok barat dan blok timur yang tidak menimbulkan aksi militer secara langsung. Maka dari itu,
ketegangan ini disebut sebagai perang dingin. Adapun beberapa faktor terjadinya, yaitu :
1. Munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara adidaya karena
memenangkan Perang Dunia II.
2. Adanya perbedaan ideologi antara Amerika Serikat, yaitu liberalism dengan Uni Soviet
yang berideologi komunis.
3. Menolaknya Stalin untuk bergabung dengan PBB.
4. Amerika Serikat dan Uni Soviet bersikeras untuk menyebarkan ideologinya.
5. Perlombaan kecanggihan teknologi.

II. PERSAINGAN BLOK BARAT DAN BLOK TIMUR


Perang ini melahirkan dua blok besar di dunia yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Ketegangan ini
terjadi selama kurang lebih 45 tahun tahun dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai aktor
utamanya. Ditandai dengan konfrontasi tingkat tinggi negara adidaya yang terjadi di Jerman
yaitu antara Jerman Barat (Blok Barat) dengan Jerman Timur (Blok Timur).
Blok barat, yaitu Amerika Serikat membentuk suatu organisasi pertahanan bernama
NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada tanggal 4 April 1949 yang memiliki anggota
sebanyak 12 negara, yaitu Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Islandia, Portugal, Italia, Kanada,
Belgia, Denmark, Luksemburg, dan Norwegia. NATO bertugas untuk mendirikan, mencegah
mengembangkan, melindungi, dan mengkoordinir pertahanan militer yang ada pada negara
negara anggota pada kemungkinann agresi atau serangan diam diam dari Soviet yag kala itu
dinilai Amerika telah merasa iri dan marah karena dunia mengakui Amerika serikat menjadi
pemenang perang dunia ke 2.
Blok timur, yaitu Uni Soviet yakni negara dengan ideologi komunisme yang membentuk
suatu organisasi untuk menyaingi NATO. Organisasi tersebut bernama Pakta Warsawa pada
tanggal 14 Mei 1955 yang memiliki 7 anggota, yaitu Albania, Cekoslovakia, Jerman Timur, Uni
Soviet, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Bulgaria. Pakta Warsawa bertugas untuk melindungi
dan menjaga kondisi dan keberadaan negara-negara Soviet, mengimbangi kekuatan NATO,
meningkatkan kerja sama pertahanan dan militer negara-negara blok timur.

III. BERAKHIRNYA PERANG DINGIN


Berakhirnya Perang Dingin ditandai secara bertahap, diawali dengan keruntuhan Tembok
Berlin pada 1989. Sebelum itu, Uni Soviet telah mengalami kebangkrutan dan penurunan
ekonomi negara serta berbagai krisis lainya. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan, dan kebencian
yang menyebar luas di kalangan masyrakat. Sehingga masyarakat Uni Soviet menginginkan
untuk dilakukannya reformasi dan modernisasi sistem negara juga sistem ekonomi. Pada 1987,
Perdana Menteri Soviet pada saat itu Mikhail Gorbachev menggerakan dua program
restrukturisasi politik dan ekonomi. Program pertama yaitu Glasnost, membuat terbukanya lahan
kritik untuk sistem politik, yang berpuncak pada kemunculan sistem multipartai dan reorientasi
besar-besaran dari partai komunis yang dulunya monopolitik. Dan program kedua yaitu
Perestroika, program ini berdampak pada rusaknya fondasi sistem ekonomi terencana yang
merupakan bagian penting dari sistem ideologi komunis. Hal tersebut rupanya menyebabkan
pembubaran Pakta Warsawa, pengunduruan diri Gorbachev pada Desember 1991, dan
disintegrasi Uni Soviet itu sendiri pada tahun 1992-1993 dimana hal ini menjadi tanda akhir dari
Perang Dingin.

IV. PERJANJIAN DALAM ERA PERANG DINGIN DAN PASCAPERANG DINGIN


 South East Asia Treaty Organization (SEATO)
SEATO dibentuk melalui Perjanjian Manila pada 8 September 1954 di Filipina yang
ditandatangani oleh Amerika Serikat, Inggris, Australia, Pakistan, Prancis, Thailand, Selandia
Baru, dan Filipina. Tujuan dibentuknya adalah membantu perlawanan terhadap ekspansi
komunis 12 di Asia Tenggara, khususnya Tiongkok dan Vietnam. Kekalahan Amerika Serikat
dalam Perang Vietnam menyebabkan SEATO melemah dan akhirnya dibubarkan pada 30 Juni
1977.
 Central Treaty Organization (CENTO)
Pembentukan CENTO bertujuan mencegah ekspansi Uni Soviet ke negara penghasil minyak,
mencegah serangan komunis, dan mendorong perdamaian di Timur Tengah. Meskipun tidak
memiliki pasukan tempur, CENTO melakukan latihan militer periodik sehingga pada 1960- an
wilayah Timur Tengah dan Asia Selatan sangat stabil. CENTO juga menjadi salah satu aliansi
militer tersukses masa Perang Dingin.
 Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
Perjanjian yang diusulkan oleh Irlandia ini ditandatangi terbuka pertama kali pada 1 Juli 1968
dengan tujuan membatasi kepemilikan senjata nuklir. Perjanjian ini mulai berlaku sejak 5 Maret
1970 setelah diratifikasi oleh Inggris, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan 40 negara lainnya. Lebih
dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian tanpa batas waktu dan syarat. Negara
boleh keluar dari perjanjian dengan memberikan alasan yg jelas dan konfirmasi 3 bulan
sebelumnya.

 Perjanjian Strategic Arms Limitation Talks (SALT) I


Perjanjian ini dimulai di Helsinki Finlandia November 1969. Isi perjanjian SALT I tentang
kesepakatan pembatasan rudal anti-balistik yang ditandatangani oleh Amerika Serikat (Gerard C.
Smith) dan Uni Soviet pada 26 Mei 1972. Dalam praktiknya, perjanjian ini membekukan jumlah
peluncur rudal balistik, membatasi jumlah kapal selam berstandar SLBM milik NATO atau
Amerika. Perjanjian ini dapat dilihat dari 2 sisi: dari sisi Amerika Serikat Uni soviet memiliki
keunggulan kuantitatif, Amerika dengan cepat mengembangkan MIRV karena takut akan kalah
jika Soviet menembak sebelum mencapai target. Dari sisi Uni Soviet, keunggulan teknologi
MIRV milik Amerika memberikan ketakutan tersendiri pada pihak Soviet. Saat itu jumlah ICBM
Uni soviet lebih banyak banyak daripada Amerika.
 Perjanjian Strategic Arms Limitation Talks (SALT) II
Pertemuan Vladivostok 1974 antara presiden Amerika Serikat dengan sekretaris Uni Soviet utuk
menyepakati kerangka dasar SALT II, kemudian ditandatangi di Wina pada 18 Juni 1979.
Perjanjian ini menggantikan perjanjian sementara dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan
kekuatan antara kedua negara adidaya ini—Uni Soviet yang berfokus pada rudal dengan ledakan
yang lebih besar dan Amerika Serikat dengan rudal lebih kecil tetapi dengan tingkat kedekatan
yg lebih besar. Adanya larangan melakukan program rudal baru dengan kunci 5% lebih baik dari
rudal saat ini. SALT II tidak diratifikasi Amerika Serikat karena Uni soviet telah menginvasi
Afghanistan dan penempatan pasukan Uni Soviet di Kuba. Dengan diberlakukannya perjanjian
ini, hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet pun menjadi tidak harmonis.
 Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT)
Perjanjian SORT yang ditandatangani pada 24 Mei 2002 dan direncanakan berakhir pada 2012
ini mengamanatkan Amerika Serikat dan Rusia untuk saling mengurangi dan membatasi senjata
nuklir strategis, dengan masing-masing pihak berhak menentukan struktur senjata ofensif
strategisnya.
 New START Treaty
Perjanjian ini terdiri ddari tiga tingkatan dengan tingkat perincian yang semakin meningkat: teks
Perjanjian, Protokol Perjanjian, dan Lampiran Teknis. Ketiga tingkatan tersebut akan mengikat
secara hukum. Teks dan Protokol Traktat memuat hak dan kewajiban dasar New START.
Traktat juga memasukkan klausul penarikan standar yang menyatakan bahwa setiap pihak
berhak untuk menarik diri dari traktat ini jika memutuskan bahwa peristiwa luar biasa yang
berkaitan dengan pokok bahasan traktat telah membahayakan kepentingan tertingginya. SORT
diakhiri ketika Traktat New START mulai berlaku pada 5 Februari 2011 setelah ditandatangani
pada 8 April 2010. Traktat ini berlaku selama sepuluh tahun dan diperpanjang lima tahun ke
depan pada 3 Februari 2021 lalu.

V. KONSEP-KONSEP HUBUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERANG DINGIN


 Bipolaritas dan Unipolaritas

Pada masa terjadinya Perang Dingin muncul sebuah konsep bipolaritas. Yaitu dimana konsep ini
merupakan pola distribusi kekuatan yang bertumpu kepada dua negara dengan kekuatan besar
yang menjadi kutub utama. Kedua kutub tersebut membawahi sejumlah negara lemah dan
berkekuatan menengah yang dapat bergabung dalam salah satu kutub tersebut. Dinamika politik
internasional dalam pola bipolar direfleksikan melalui perubahan keanggotaan masing-masing
kutub yang dinamis. Setelah Perang Dingin berakhir pola bipolarias berubah menjadi
unipolaritas. Pola ini merupakan sistem yang terpusat kepada satu kekuatan saja, dimana
kekuatan tersebut mampu menciptakan order bagi sebagian besar anggota sistem internasional.
Konsep ini berkaitan erat dengan Hegemonic Stability Theory dimana peran negara, terutama
negara yang kuat diutamakan demi tercapainya sebuah stabilitas di dalam sebuah sistem
internasional. Dalam mencapai stabilitas sebuah sistem, dibutuhkan sebuah kekuatan hegemon
yang mampu mengarahkan dan mendorong tercapainya sebuah nilai-nilai universal yang
dirumuskannya (Gilpin, 1987).

 Diplomasi

Pola diplomasi pada masa perang dingin mengalami perkembangan. Seperti halnya diplomasi
nuklir pada era détente yang dimana kedua negara aktif terlibat dalam perundingan gencatan
senjata pembatasan persenjataan nuklir (Bargman, 1997). Terdapat juga pola shuttle diplomacy
yang diterapkan Amerika Serikat pada saat Perang Yom Kippur pada tahun 1973. Menteri Luar
Negeri AS pada saat itu Henry Kissinger berperan sebagai mediator antara negara-negara Timur
Tengah yang membuat Kissinger harus melakukan perjalanan bolak-balik saat proses
perundingan tersebut.  Diplomasi ping pong pun tercipta ketika Amerika Serikat yang pada saat
itu berselisih dengan pemerintahan komunis Cina mulai meregang hubungannya ketika tim dari
kedua negara bertemu dalam turnamen tenis meja dunia di Jepang.

 Keamanan

Fenomena globalisasi menjadi alasan terjadinya pergesaran pola keamanan internasional.


Kemunculan aktor baru seperti terorisme pada peristiwa 9/11 menjadi ancaman serius bagi
sistem keamanan global. Ancaman lain selain terorisme berasal dari permasalahan domestik pada
negara dengan sistem yang lemah serta isu ketidakstabilan keamanan regional yang kompleks
(Sorensen, 2006: 358). Pasca Perang Dingin, isu-isu seperti hak asasi manusia, pengedaran
narkoba, dan lingkungan pun membuat pergeseran konsep keamanan dengan mendorong peran
sub-state actors dalam memelihara keamanan internasional.

Anda mungkin juga menyukai