Anda di halaman 1dari 7

Nama: Moch Irfan Saepul

NIM: 6211181061

Kelas: A

Dosen Pengampu: Asgar Bixby, MA., Ph.D.

JAWABAN

1. Jelaskan kewenangan seorang Presiden AS yang saudara ketahui!

Presiden sebagai figur utama dalam sistem pemerintahan Amerika Serikat merupakan kepala
pemerintahan dan negara, panglima tertinggi angkatan besenjata dan mewakili bangsa dalam
berhubungan dengan negara lain. Dasar wewenang presiden dalam urusan dalam negeri adalah
konstitusi, kombinasi penafsiran yudisial, pengakuan legislatif, ketegasan personal, kebiasaan
tradisi, status, kepemimpinan, dan dukungan rakyat. Masing-masing sumber wewenang telah
dikembangkan dan diterapkan oleh warga negara. Terpilih untuk mengisi jabatan yang
memberinya kapabilitas untuk menjalankan kekuasaan penting negara tentunya seorang presiden
AS memiliki peranan-peranan yang paling memberikontribusi bagi tanah airnya yakni sebagai
berikut:

a. Komandan tertinggi,
b. Kepala diplomat,
c. Kepala administrasi,
d. Kepala negara,
e. Kepala legislatif,
f. Suara masyarakat, dan
g. Kepala pejabat yudisial

Konstitusi secara eksplisit memberikan presiden kekuasaan untuk menandatangani atau memveto
undang-undang, memerintahkan angkatan bersenjata, meminta pendapat tertulis dari Kabinet
mereka, mengadakan atau menunda Kongres, memberikan penangguhan hukuman dan
pengampunan, dan menerima duta besar.
2. Jelaskan faktor-faktor pendorong berakhirnya Perang Dingin antara AS dan Uni
Soviet!

Perjanjian mengenai nuklir atau Non-Proliferation Treaty merupakan perjanjian yang dibuat
pada tahun 1968. Ada tiga negara besar yang menyetujui perjanjian ini, yaitu Inggris, Amerika
Serikat, dan Uni Soviet. Perjanjian ini berisi tentang peraturan mengenai nuklir. Mulai dari
larangan membicarakan nuklir, mengembangkan nuklir, dan menjual nuklir ke negara yang tidak
mempunyai nuklir. Dengan adanya perjanjian ini, diharapkan terciptanya perdamaian dunia.
Adanya perjanjian mengenai pembatasan persenjataan strategis, tidak hanya perjanjian mengenai
nuklir saja yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Terdapat juga perjanjian
mengenai pembatasan persenjataan strategis atau dikenal sebagai Strategic Arms Limitation
Talks (SALT), perjanjian ini membahas tentang pembatasan senjata rudal. Perjanjian ini terdapat
dua kali penandatanganan. Pertama, dilakukan di kota Helskinki, Finlandia. Kedua, dilakukan di
dua kota, yaitu Jenewa, Swiss dan Wina, Austria.

a. Adanya perjanjian mengenai pembatasan persenjataan perang

Setelah terciptanya perjanjian SALT, terdapat perjanjian mengenai pembatasan persenjataan


perang atau dikenal sebagai Strategic Arms Reduction Treaty (START). Isi dari perjanjian ini
adalah mengurangi jumlah nuklir yang memiliki daya ledak menengah.Tujuannya ialah untuk
mengurangi potensi digunakannya senjata ini di masa depan. Selain itu, perjanjian ini juga
memiliki tujuan untuk mengurangi ancaman yang dapat membuat negara lain menjadi takut.

b. Tentara Uni Soviet ditarik mundur

Berakhirnya Perang Dingin tidak hanya karena terciptanya beberapa perjanjian perdamaian saja.
Faktor seperti tentara Uni Soviet yang ditarik mundur merupakan salah satu penyebab
berakhirnya Perang Dingin.Penyebab Uni Soviet menarik mundur tentaranya karena Uni Soviet
mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi persenjataannya. Kebijakan ini dibuat karena Uni
Soviet mengalami permasalahan pada sumber pendapatan sehingga Uni Soviet tidak mampu
untuk memperkukuh persenjataannya.

c. Runtuhnya Uni Soviet


Setelah Uni Soviet menarik seluruh tentaranya, pada akhirnya Uni Soviet mengalami
keruntuhan. Uni Soviet runtuh akibat terjadi permasalahan pada internal negaranya.Akhirnya
pada 1991, negara naungan Uni Soviet bubar dan resmi merdeka masing-masing. Dengan begitu,
Perang Dingin yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet akhirnya berakhir.Itulah
faktor berakhirnya Perang Dingin yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Memang
beberapa perjanjian perdamaian merupakan faktor pendukung berakhirnya Perang Dingin.Selain
itu, runtuhnya Uni Soviet merupakan faktor terbesar yang menyebabkan Perang Dingin bisa
berakhir. Dengan begitu, Amerika Serikat keluar sebagai pemenang dalam Perang Dingin yang
sangat panjang. Secara khusus, berikut faktor-faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet:

a. Munculnya ketidakpuasan kelas menengah dan kelompok elite terhadap penerapan sistem
komunisme.
b. Sistem ekonomi sentralistik yang diterapkan mennyebabkan susahnya pemerataan
kesejahteraan dan perkembangan ekonomi daerah.
c. Korupsi di kalangan partai komunis dan pemerintahan. Munculnya gerakan separatisme
di negara-negara bawahan Uni Soviet.
d. Presiden Michael Gorbachev dan Boris Yeltsin gagal melakukan perbaikan sistem
pemerintahan komunis di Uni Soviet.
Secara umum, kebijakan Perestroika berusaha mengubah sistem komunisme menjadi lebih
demokratis. Kebijakan Perestroika mempunyai tiga prinsip utama yaitu Glasnost (keterbukaan
politik), Democratizatsiya (demokratisasi) dan Rule of Law. Kebijakan Perestroika pada
perkembangannya dianggap sebagai blunder yang mempercepat keruntuhan Uni Soviet.
Kebijakan tersebut menyebabkan pertentangan antara kelompok moderat, konservatif dan radikal
tentang sistem komunisme di Uni Soviet. Selain itu, kebijkan Perestroika juga memunculkan
keinginan negara-negara bagian untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet. Pada tahun 1990,
kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-negara bagian Uni Soviet. Mereka menganggap
bahwa sistem komunisme telah hancur karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan
zaman. Akhirnya negara-negara tersebut mulai melepaskan diri pada pertengahan tahun 1991.
Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada 25 Desember 1991 ditandai dengan mundurnya
presiden Mikhail Gorbachev.
3. Coba saudara jelaskan tujuan kebijakan luar negeri AS setelah menandatangani
perjanjian kemananan dengan Jepang taun 1951 dan 1960!

Sejak Perang Dunia II usai, status Jepang sebagai subordinasi AS lebih banyak ditentukan karena
ikatan the Japan-US Security Treaty, yaitu suatu perjanjian yang menyangkut tentang
penempatan basis militer AS di Jepang, sekaligus sebagai cara AS untuk selalu "memonitor"
perkembangan kekuatan militer Jepang. Mengapa demikian? Sejarah hancurnya Jepang atas
serangan sekutu, menyebabkan Jepang menyerah tak bersyarat. Semua kekuatan militer Jepang
dilenyapkan dari bumi Jepang dan untuk kali pertama Jepang terikat dalam suatu Perjanjian
Keamanan Jepang-AS tahun 1951. Inti dari perjanjian ini ialah bahwa semua urusan militer dan
keamanan wilayah Jepang menjadi tanggungan AS. Namun tidak berapa lama (1954), Jepang
telah memiliki kekuatan militer kembali meskipun dengan nama Self Defense Force (Angkatan
Bela Diri). Tahun 1960, AS melakukan revisi terhadap perjanjian keamanan dengan penekanan
adanya hak AS untuk menggunakan basis-basis militernya di Jepang, termasuk penggunaannya
bagi operasi operasi militer di Timur Jauh. Dengan kata lain, Jepang semakin dilihat sebagai
pusat kekuatan strategik Asia Pasifik, yang sangat mendukung kecepatan dan kemampuan respon
militer AS yang fleksibel atas kemungkinan konflik regional dan semacamnya. Apalagi adanya
kecenderungan RRC yang semakin memperlihatkan kekuatan militernya, menyebabkan AS
merasa perlu untuk memperkuat aliansi militernya dengan Jepang. Untuk itu AS (Bill Clinton)
dan Jepang (PM Ryutaro Hashimoto) memperkuat kembali Perjanjian Keamanan Jepang AS
pada 17 April 1996, di Tokyo. Perjanjian yang kemudian dikenal dengan joint security
declaration menyanggupi adanya upaya AS memelihara komitmennya di Asia Timur dengan
level 100.000 pasukan, termasuk 47.000 pasukan di Jepang. Sebaliknya, Jepang menyanggupi
akan memberi bantuan terhadap kontingen militer AS daripada bergerak sendiri (lihat lampiran
tentang upaya kedua negara dalam meningkatkan kerjasama militer mereka). Salah satu faktor
yang mendorong AS mendesak Jepang agar mengambil peran yang lebih besar dalam masalah
keamanan regional, ialah menurunnya kemampuan finansial AS dalam menanggung biaya
operasional keamanan di Asia Pasifik.

4. Jelaskan pendekatan multilateral dimana Presiden George Bush memperkenalkan


partnership dalam politik AS pada abad 20!

Amerika Serikat mulai tanggap terhadap isu terorisme sejak terjadinya penyerangan terhadap
menara kembarnya yaitu WTC (World Trade Center) dan pentagon di New York dan
Washington DC pada tanggal 9 September 2011 yang menewaskan 3.000 orang. Pada saat itu,
wacana tentang terorisme menjadi perhatian Presiden Bush dan membuatnya mengeluarkan
kebijakan luar negeri War on Terror yang bekerjasama dengan Inggris serta didukung oleh
NATO (North Atlantic Treaty Organization). Kebijakan luar negeri War on Terror pada intinya
merupakan pernyataan tegas Presiden Bush bahwa AS akan menghadapi terror melalui jalan
militer. Pada 20 Desember 1991, seluruh menteri luar negeri dari negara-negara Aliansi
membentuk North Atlantic Cooperation Council (NACC) yang ditujukan sebagai wadah untuk
membahas isu keamanan bersama Uni Soviet beserta negara-negara Eropa Timur dan Tengah.
Keberhasilan NACC mendorong NATO untuk membentuk berbagai kerangka kerjasama baru.
Salah satunya yakni Partnership for Peace (PfP). Les Aspin menjadi orang pertama yang
mengusulkan pembentukan PfP, dengan mempertimbangkan keinginan dalam memfasilitasi
negara-negara Eropa Timur dan Tengah terkait keikutsertaan dalam NATO, namun di sisi lain
dihadapkan pada kekhawatiran akan Rusia yang merasa terpinggirkan dan terancam dengan
perluasan NATO. Melalui undangan yang disampaikan dalam Konferensi Brussel yang
dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Juni 1994, secara resmi NATO mengumumkan
terbentuknya PfP. NATO mengajak negara-negara anggota EAPC dan OSCE yang berminat
dalam meningkatkan kerjasama militernya, namun tidak atau belum ingin menjadianggota
NATO. Sebagai gantinya, NATO tidak memberikan jaminan keamanan apalagi keanggotaan
NATO secara penuh pada negara anggota PfP. Akan tetapi anggota PfP dapat berkonsultasi jika
integritas teritorial, independensi politik, atau keamanan mereka terancam. Selain tidak perlu
mengkhawatirkan rusaknya kerjasama yang dibangun dengan Rusia, NATO akan lebih mudah
menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Eropa Timur dan Tengah.

5. Coba saudara jelaskan secara umum mengenai masalah-masalah yang dihadapi


oleh negara-negara Amerika Latin dari segi sosial, politik, dan ekonomi!

Amerika Latin merupakan wilayah koloni dan secara umum dieksploitasi untuk keuntungan dari
negara-negara kolonial. Dibawah konsepsi ckonomi yang merata (merchantilisnie), negara-
negara kolonial runcul untuk memperkaya Spanyol dan Portugal. Banyak dari kesejahteraan
Amerika Latin yang dibawa ke Eropa, melalui Spanyol dan Portuga! dan menuja Belanda dan
Inggris, dimana hal tersebut membantu kebangkitan dari kapitalisme. Dari awalnya, Amerika
Latin telah menjadi bagian dari perkembangan sistem ekonomi kapitalis dunia, sebuah wilayah
yang bisa dieksploitasi, tetapi hanya menyisakan sedikit kesejahteraan untuk pengembangan di
dalamnya.

a. Sosial
Kekerasan: Ada dua tantangan utama yang dihadapi Amerika Latin saat ini terkait dengan
kekerasan. Yang pertama adalah meningkatnya kekerasan antarpribadi di seluruh wilayah; dan
yang kedua adalah kekerasan yang terkait dengan kejahatan terorganisir, terutama di area yang
relevan dengan pasar terkait narkoba. Jenis kekerasan yang terakhir ini terus-menerus dibuat
terlihat oleh media dan telah menjadi sumber kebijakan mano dura dengan sedikit menghormati
hak asasi manusia, sedangkan kekerasan antarpribadi yang pertama mengklaim lebih banyak
korban setiap tahun di negara-negara di kawasan ini. Ada beberapa negara yang digolongkan
sebagai produsen besar produk terkait narkoba, tetapi memiliki sedikit kekerasan yang terkait
dengannya. Di sisi lain, ada negara lain dengan pasar narkoba kecil, atau dengan wilayah yang
secara eksklusif digunakan sebagai jalur perdagangan, di mana terdapat tingkat kekerasan yang
tinggi terkait dengan kegiatan ini. Pemerintah terkadang menghadapi, terkadang menenangkan,
dan terkadang menutup mata terhadap perdagangan narkoba; setiap opsi kebijakan mengarah
pada hasil yang berbeda dalam hal kekerasan.
b. Politik dan Ekonomi
Secara keseluruhan, negara bagian Amerika Latin belum mampu membuat aktivitas ekonomi
dapat diprediksi oleh sebagian besar penduduk. Kebijakan yang diarahkan pada inklusi sosial
telah menjadi semakin sedikit tentang membangun institusi yang secara permanen membantu
individu menghadapi ketidakpastian pasar, dan lebih banyak lagi tentang memberikan bantuan
minimal dan terputus-putus bagi mereka yang berada dalam situasi darurat. Demikian pula,
sebagian besar negara di seluruh kawasan belum mampu mengendalikan kekerasan antarpribadi
dan dalam beberapa kasus negara sendiri telah menjadi sumber peningkatan kekerasan. Tindakan
negara mengenai tatanan sosial dasar alih-alih mempertimbangkan sumber struktural kekerasan,
alih-alih negara menjadi sumber stabilitas dan keteraturan, mereka malah menjadi sumber
ketidakpastian tambahan bagi kehidupan sehari-hari. Paradoks ini mungkin merupakan tantangan
terbesar yang harus dihadapi Amerika Latin. Memenuhi tantangan tersebut menyiratkan bahwa
negara akan membutuhkan negara yang lebih kuat, tidak hanya untuk menerapkan kebijakan
khusus, tetapi yang lebih penting untuk mengembangkan cara baru untuk secara teratur
menangani peningkatan risiko yang dihadapi populasi mereka.

Anda mungkin juga menyukai