Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Embargo Ekonomi Iran Oleh Amerika Serikat

Terhadap
Geostrategi Iran Serta Stabilitas Keamanan Dan Ekonomi Di Timur Tengah

Mencermati perubahan peta politik di kawasan Timur-Tengah yang terjadi akhir-akhir ini
menjadi sangat menarik ditinjau dari sudut pandang perdagangan minyak global. Eskalasi
konflik yang terus-menerus meningkat antara negara-negara Barat (Amerika Serikat dan
beberapa negara Uni Eropa) dengan Republik Islam Iran semakin mencapai titik
kulminasinya dengan diumumkannya rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran.

Dominasi Amerika sebagai Negara pemenang perang dingin masih sangat terasa oleh
masyarakat internasional terutama Negara Negara dunia ketiga ,banyak kebijakan
kebijakannya yang kontoversi membuat berbagi konflik.

Semakin berkembangnya zaman yang di ikuti oleh bertambahnya kebutuhan masyarakat


membuat setiap Negara berusaha memperjuangkan tujuan tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya walaupun dengan cara yang kurang baik. Minyak dan Gas sebagai
salah satu kebutuhan masyarakat yang dominan dalam kehidupan sehari hari sudah menjadi
isyu internasional.

Iran sebagai salah satu Negara berkembang yang juga merupakan salah satu Negara
pengekspor minyak terbesar di dunia tidak mau kedaulatannya diusik oleh dominasi Amerika
berbagai cara dilakukan oleh iran untuk mempertahankan eksistensinya di kawasan timur
tengah .

Hubungan internasional merupakan interaksi antar aktor yang tindakannya memiliki


konsekuensi penting terhadap faktor lain dari luar jurisdiksi efektif unit politiknya. Salah satu
bentuk interaksi dalam hubungan internasional terdapat dalam suatu wadah yaitu politik
internasional, dimana politik internasional ini adalah stage (arena) bertemunya politik luar
negeri suatu negara. Interaksi antar negara cenderung berubah-ubah dari waktu ke waktu
tergantung dari kepala pemerintahan yang berkuasa.

Dinamisasi interaksi antar aktor negara terjadi pada hubungan luar negeri antara negara Iran
dengan Amerika Serikat (AS), dimana dulu Iran dan AS memiliki hubungan yang cukup erat
sampai akhirnya muncul Revolusi Islam 1979 yang dipelopori oleh Ayatullah Khomeini dan
Revolusi Ketiga oleh Mahmoud Ahmadinejad yang membuat hubungan kedua negara
tersebut berubah menjadi tidak bersahabat.

Kebijakan luar negeri AS Akhir Akhir ini terhadap kawasan Timur Tengah tidak terlepas
dari aspek ketergantungan energi minyak bumi. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena
gabungan produksi minyak per hari dari beberapa negara di kawasan Timur Tengah, yakni;
Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar, menghasilkan kontribusi sebesar
56% dari total minyak dunia4. Sebelum Syah Reza Pahlevi digulingkan, pasokan minyak
utama AS dari Timur Tengah dipenuhi melalui dua negara; Arab Saudi dan Iran. Namun
setelah terjadi Revolusi Islam Iran pada tahun 1980, AS kehilangan pasokan minyaknya dari
Iran5. Perekonomian AS pernah mengalami keguncangan hebat akibat lonjakan harga minyak
dunia (oil shock) antara 1973-1975 dan 1978-19806. Sejak itu pemerintahan AS selalu
mencanangkan program untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak luar negeri,
namun dalam kenyataannya setiap tahun kebutuhan minyak AS selalu mengalami
peningkatan.

Mengenai kebijakan luar negerinya terhadap Iran, secara historis dn fakta menunjukkan
bahwa hubungan AS-Iran diawali dengan sebuah hubungan diplomatik yang mesra. Amerika
Serikat dan Iran resmi memulai hubungan kenegaraan pada akhir tahun 1800 ketika Raja
Nasser al Din Shah mengirim duta besarnya ke Washington. Demi menyelamatkan keuangan
kerajaan Iran yang kacau. Keadaan ini membuat perekonomian Iran berkembang pesat dan
menjalin hubungan perdagangan dengan barat. Lenyapnya rezim Shah benar-benar menjadi
momentum buruk hubungan Iran dan Amerika Serikat. Hubungan yang dahulunya mesra
berubah total sejak peristiwa kasus penyanderaan ke-50 diplomat Amerika Serikat di Gedung
Kedutaan Besar Amerika di Teheran pada November 1979 oleh para kelompok militan,
mahasiawa pro-Khomeini, dan kelompok bersenjata Iran

Pada tataran Timur Tengah, kebijakan Amerika Serikat di kawasan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan politik globalnya. Lebih dari tiga dekade, dahulu ketika Uni Soviet masih
menjadi saingan berat AS, kepentingan strategis negara adidaya itu di kawasan regional
Timur Tengah lebih ditujukan pada upaya tindakan preventif terhadap dominasi Uni Soviet.
Namun setelah Uni Soviet bubar, kepentingan AS adalah mempertahankan hegemoninya di
kawasan ini dan menjaga eksistensi strategi globalnya yang banyak memerlukan dukungan
dari kawasan Timur Tengah.

Ketergantungan Amerika Serikat terhadap minyak impor mencapai 55 persen dan akan
mencapai 65 persen di tahun 2020. tak mengherankan bila di tahun 1980 saja, AS telah
mencanangkan hegemoninya dengan mengeluarkan Carter Doctrine yang menegaskan bahwa
AS merasa perlu menyingkirkan setiap negara yang mencoba mengancam aksesnya ke
Teluk.

Hubungan Amerika Serikat dan Iran pasca-revolusi Islam Iran pada 1979 pun terus
mengalami masa-masa yang sangat sulit. AS menilai Iran di bawah rezim para Mullah
dianggap mengganggu kepentingan AS di Timur Tengah dan menyebutnya sebagai negara
poros kejahatan. Sementara Iran mengangap AS sebagai negara setan besar yang tidak
bersahabat.

Mengenai isu nuklir Iran, usaha yang paling nyata ditunjukkan oleh AS adalah dengan
memasukkan permasalahan ini ke dalam Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (DK PBB). Krisis nuklir Iran berubah menjadi masalah internasional berkat tekanan
dan konspirasi yang dilakukan Amerika dan sekutunya. Meskipun AS sendiri memiliki
program pengayaan nuklir.

Amerika seperti menaruh dendam terhadap Teheran dan mengambil kebijakan pengisolasian
Iran dari dunia Internasional
Pasca pengisolasian yang dilakukan AS terhadap Iran mulai munculah satu persatu masalah
yang memang diawali dari kebencian AS atau aksi balas dendamnya terhadap Iran.

Masalah alam di timur tengah ini merupakan alasan mengapa amerika serikat bersih kukuh
untuk berada di timur tengah . Amerika merasa berkewajiban untuk melindungi negara
demokrasi seperti israel dan mengembargo negara yang yang dianggap tidak sejalan dengan
kepentingan nasionalnya. Sebagai negara industri, perekonomian AS sangat bergantung pada
produksi minyak di Timur Tengah. Oleh sebab itu kebijakan luar negerinya harus sejalan
dengan kebijkan dalam negerinya. Kepentingan akan minyak membuat AS melindungi
kuwait terhadap agresi dari irak. Semua ini tidk lain tidak bukan yaitu hanya untuk
kepentingan ekonomi negara AS itu sendiri.

Keunggulan dan tekhnologi Amerika dalam persenjataan dan tekhnologi nuklir yang
ditunjang dengan kemampuan militer yang kuat menjadikan AS sebagai negara super power.
Kemampuan AS dalam penguasaan nuklir tentu sangat menguntungkan mengingat nuklir ini
sebagai alternatif energi yang bisa mengganti minyak sebagai sumber alam yang terbatas
jumlahnya.

Iran ini lokasinya sangat strategis yaitu terletak di kawasan teluk Persia dan Selat Hormuz
dimana merupakan jalur distribusi minyak bumi dan gas alam terbesar di dunia. Kondisi
strategis ini menjadikan Iran sebagai rute yang efektif dan efisien untuk menyalurkan hasil
minyak dan gas alam ke pasaran dunia.

Tindakan iran yang mengembangkan tekhnologi nuklir membuat AS menjadi resah. AS


menganggap bahwa pengembangan nuklir di Iran merupakan suatu ancaman, padahal iran
mengembangkan nuklirnya untuk tujuan damai dan untuk mensejahterakan rakyatnya.

Masalah nuklir di Iran menjadi isu internasional setelah Amerika serikat ada bulan september
2002 memiliki program rahasia untuk persenjataan nuklir dan melaporkan hal ini ke IAEA di
Natanz dimana Iran harus menghentikan pengembangan tenaga nuklirnya. Disini Iran
beranggapan bahwa AS tidak konsisten dan diskriminatif, Iran yang ikut menandatangani
NPT selalu ditentang keras oleh AS, tidak demikian dengan Israel, India, dan pakistan yang
sama-sama menandatangani NPT.

Minyak memang senjata ampuh Iran, apabila sanksi terhadap penghentian pengembangan
nuklir ini disahkan, maka tentu saja akan memicu kenaikan harga minyak dunia. Iran akan
menurunkan produksi minyaknya sehingga akan terjadi kelangkaan minyak di dunia. Tentu
saja ini membuat negara-negara industri seperti Amerika serikat kalang kabut, maka dari itu
AS tidak segera melancarkan invasi militernya ke Iran, ia lebih memilih jalan yang lebih
halus yaitu dengan menggunakan jalur diplomasi. Mengingat bahwa Iran ini merupakan
negara yang tangguh dan memiliki stabilitas negara yang kuat walaupun telah di embargo AS
selama puluhan tahun , disamping itu juga karena banyaknya kecaman akan perang, hal ini
ditakutkan akan membawa dampak yang besar terhadap AS.

Masalah nuklir ini sebenarnya memang terjadi karena alasan keamanan sehingga mendorong
setiap negara untuk membuat dan mengembangkan senjata nuklir tersebut. Banyak negara
memmiliki kemampuan membuat senjata nuklir, diantaranya AS dan Iran. Hal ini
menyebabkan perlombaan dan persaingan yang ketat dalam hal senjata yang bersifat
pemusnah massal. Sudah tentu tidak ada negara yang mau negara saingannya
mengembangkan senjata yang sama dengannya. Namun di sisi lain juga ada beberapa negara
yang mencegah dan mengupayakan pelucutan dn pemusnahan senjata nuklir. Masalah ini
menjadi sangat aktual karena ini negara yang terkait merupakan negara superpower , karena
seperti yang kita tahu apabila ada negara yang mengusik dirinya juga sekutunya maka ia tidak
segn-segan untuk mengintervensi negar tersebut yaitu negara Iran.

Sanksi Eropa terhadap ekspor minyak Iran akan mempengaruhi perekonomian dunia dan
merugikan negara-negara Eropa dan non-Eropa. "Keputusan tergesa oleh Uni Eropa untuk
menggunakan minyak sebagai alat politik akan memiliki efek negatif pada perekonomian
dunia dan terutama pada pemulihan ekonomi Eropa yang berjuang untuk mengatasi krisis
keuangan global," tambahnya. Menurut pernyataan itu, hanya 18 persen dari minyak yang
diproduksi Iran diekspor ke negara-negara Eropa, dan Republik Islam dengan mudah dapat
mengganti pasar baru dari pasar Eropa, Kementerian itu mencatat bahwa sanksi terhadap Iran
itu akan menaikkan harga bahan bakar dan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia,
termasuk ekonomi lemah yang berjuang untuk pulih dari krisis keuangan.

Pernyataan itu menambahkan bahwa konsumen minyak Eropa akan membayar biaya
keputusan Uni Eropa dan akan mengguncang pasar minyak serta melemahkan keamanan
energi global. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast, juga
mengatakan pada Senin bahwa sanksi Uni Eropa pada minyak Iran adalah perang psikologis .
"Pengenaan sanksi ekonomi tidak logis dan tidak adil, dan tidak akan menghentikan bangsa
kami dari mendapatkan hak-haknya."

Pengaruh Amerika di kawasan Eropa juga akhir akhir ini masih terasa yang mana sedikit
mempengaruhi kebijakan kebijakan tentang perminyakan dan ekonomi.

Uni Eropa melarang impor minyak dari Iran dan setuju untuk membekukan aset-aset Bank
Sentral Iran, bergabung dengan Amerika Serikat dalam babak baru pengenaan sanksi. Sanksi
terhadap minyak Iran penuh dengan risiko kenaikan harga bahan bakar minyak dan
ketidakstabilan keuangan global.

Setelah berita-berita langkah Uni Eropa itu, harga patokan minyak mentah untuk pengiriman
Maret naik 90 sen pada hari itu menjadi 99,23 dolar AS per barel pada pagi waktu Eropa,
dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, sanksi-sanksi adalah kesalahan parah yang
mungkin akan memperburuk ketegangan. "Ini adalah kebijakan keliru yang mendalam,
seperti yang telah kami katakan kepada para mitra Eropa kami lebih dari sekali," kata
kementerian itu dalam satu pernyataan.

Pada bulan lalu, AS memberlakukan sanksi baru menargetkan Bank Sentral Iran dan
kemampuannya untuk menjual minyak ke luar negeri tetapi telah menunda pelaksanaan
sanksi untuk setidaknya enam bulan, khawatir terhadap pengiriman harga minyak yang lebih
tinggi pada saat ekonomi global sedang berjuang pulih. China juga tidak mendukung
embargo, dan Menteri Keuangan Jepang, Juni Azumi, telah menyatakan keprihatinan tentang
efektivitas sanksi AS terhadap Iran, belum lagi dampak potensial mereka terhadap bank-bank
Jepang. Selain Turki, Yunani, Spanyol dan Italia di Eropa, pelanggan Asia minyak Iran
mencakup China, India, Jepang, Korea Selatan ditambah Afrika Selatan yang juga menolak
sanksi atau meminta untuk dibebaskan dari itu. Para analis percaya bahwa sementara sanksi-
sanksi baru adalah terberat yang pernah dikenakan, mereka masih mengandung banyak
celah.

Jika pelanggan minyak Iran tidak mencapai konsensus tentang embargo minyak terhadap
negara Islam itu, sanksi parsial bisa menyebabkan minyak mentah dan harga bensin meroket
dan karenanya, meningkatkan pendapatan Iran yang berarti hukuman bagi para sekutu AS.
Iran diharapkan masih dapat menjual minyak ke tempat-tempat lain seperti China, India atau
negara-negara Asia lainnya Sekitar 35 persen dari ekspor minyak Iran saat ini pergi ke China
dan India.

Washington dan sekutu Baratnya menuduh Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir
dengan kedok program nuklir sipil, sementara mereka tidak pernah menyajikan bukti nyata
untuk mendukung tuduhan mereka. Iran membantah tuduhan itu dan bersikeras bahwa
program nuklirnya adalah untuk tujuan damai belaka.

Iran sebagai salah satu Negara berpengaruh di kawasan timur tengah akhir akhir ini menjadi
sorotan dunia international bukan hanya karena berani melawan Negara Super power tetapi
juga karena Iran sebagai salah satu Negara yang berpengaruh di kawasan timu tengah .

Aspek geografis Iran adalah sebuah anugerah atau pemberian berbeda dengan konteks
perpolitikan yang selalu berubah. Jadi sangat beruntung sekali Iran karena berada di
persimpangan Timur Tengah, Asia Barat dan Kaukasus. Dimana bagian utara Iran bertetangga
dengan Armenia, Azerbaijan, Turkmenistan, bagian timurnya bersebelahan dengan
Afganistan dan Pakistan, sedangkan sebagian besar sayap baratnya berhimpitan dengan Irak
dan sebagian kecilnya dengan Turki. Teluk Persia membentang di barat daya Asia di antara
Iran dan Jazirah Arab dan Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk
Oman.Iran berada di persimpangan Timur Tengah, Asia Barat dan Kaukasus, dengan luas
wilayah yang setara dengan Inggris, Perancis, Spanyol dan Jerman digabung menjadi satu.
Bagian utara Iran bertetangga dengan Armenia, Azerbaijan, Turkmenistan, bagian timurnya
bersebelahan dengan Afganistan dan Pakistan, sedangkan sebagian besar sayap baratnya
berimpitan dengan Irak dan sebagian kecilnya dengan Turki.

Letak Iran di pusat Eurasia inilah yang selama ribuan tahun menjadikan Iran bagaikan
menara pengintai sekaligus benteng pertahanan Timur ataupun Barat. Setiap kali suatu
kekuatan dari Barat hendak menyerang belahan Timur atau sebaliknya, maka ia akan
menjadikan Iran sebagai garis depan. Bentuk Iran di peta dunia saat ini mirip kucing yang
bersiap menyergap.Mukanya menghadap ke Barat dan punggungnya membelakangi
Timur.Bagian hidung ada di Turki, mata di Irak, kedua tangan yang siap menerkam di Teluk
Persia, punggung di Turkmanistan, buntut di Afganistan dan kaki di Pakistan.
Stabilitas politik di kawasan Timur Tengah yang hampir tidak pernah tenang selama hampir
tujuh dasawarsa sejak usainya Perang Dunia II, jelas kian memburuk. Krisis politik dan
keamanan Timur Tengah pada gilirannya dapat memengaruhi dinamika politik dan ekonomi
internasional secara keseluruhan.

Kawasan Timur-Tengah, khususnya negara-negara di sekitar Selat Hormuz, juga dijadikan


alat diplomasi politik oleh Iran untuk menyandera kepentingan politik Amerika Serikat terkait
dengan stabilitas harga dan keamanan perdagangan minyak global. Selat Hormuz adalah
wilayah yang sangat strategis dan penting bagi jalur perlayaran perdagangan minyak
internasional, khususnya dari negara-negara Arab ke negara-negara konsumen minyak dunia.
Dapat diprediksi apabila Selat Hormuz nantinya benar-benar ditutup oleh Iran untuk jalur
pelayaran niaga internasional, maka dunia akan mengalami krisis harga minyak akibat biaya
transportasi yang meningkat pesat karena harus melalui jalur pelayaran lainnya yang lebih
jauh dan lebih mahal.

Pada saat ini, produksi minyak dunia sebenarnya cukup stabil akibat telah kembali normalnya
volume produksi minyak di Iraq dan Libya seperti sebelum kedua negara tersebut dilanda
konflik internal dan eksternal. Konflik yang telah meluluhlantakkan perekonomian Iraq
sempat pula menurunkan produksi minyak di negara tersebut hingga ke titik paling rendah
sepanjang sejarah. Akibatnya, pada tahun 2007 dan 2008, produksi minyak dunia mengalami
kekurangan pasokan dan terjadi kelangkaan minyak yang berakibat pada meningkatnya harga
minyak secara pesat dan irasional.

Krisis harga minyak global yang sempat terjadi pada tahun 2007 dan 2008 itu kini kembali
mengancam dunia, terutama apabila Selat Hormuz nantinya jadi ditutup oleh Iran, serta
apabila Iran menghentikan ekspor minyaknya kepada negara-negara yang berkonfrontasi
secara frontal dengannya. Di sisi lain, akibat terjadinya krisis ekonomi di Amerika Serikat,
maka terjadi penurunan permintaan minyak yang cukup drastis dari negeri Paman Sam
kepada negara-negara Petrodollar di kawasan Timur-Tengah. Dampaknya, Saudi Arabia
mulai menggeser negara-negara tujuan penjualan minyaknya dari Amerika Serikat ke
sejumlah negara-negara industri baru di Asia seperti China, Korea Selatan, India, dan Rusia
sebagai negara adikuasa baru yang bersaing dengan negara-negara Barat.

Akibat berkurangnya permintaan minyak dari Amerika Serikat terhadap negara-negara


Petrodollar di kawasan Timur-Tengah, maka negara Paman Sam itu tidak terlalu peduli
dengan kondisi situasi sosial-politik di Timur Tengah yang terus-menerus memburuk ditinjau
dari kepentingan perdagangan minyak. Namun, Amerika Serikat menjadi sangat
berkepentingan terhadap kawasan Timur Tengah karena Israel sebagai sekutu terdekatnya di
kawasan tersebut tentu akan sangat terganggu pasokan kebutuhan minyak bagi negaranya
apabila Selat Hormuz benar-benar ditutup oleh Iran. Sebagai anak emas Amerika Serikat,
keberadaan Israel sangat vital bagi kepentingan geopolitik internasional Amerika Serikat di
kawasan Timur-Tengah.

Fenomena ini juga sedikit berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia mengingat


Indonesia sebagai rekan bisnis Iran salah satunya Indonesia Selalu mengekspor Kelapa sawit
mungkin dengan keadaan seperti ini kerja sama ini bisa terganggu . Indonesia juga sebagai
salah satu Negara yang mempunyai masyarakat terbanyak merasakan dampak dari kenaikan
harga Minyak mentah yang tidak lain akhir akhir ini di pengaruhi ketegangan antara Iran
dan Amerika serta Krisis timur tengah.

Tetapi Indonesia juga tidak perlu berlebihan menanggapi ancaman penutupan Selat Hormuz
oleh Iran, sebab Indonesia masih bisa bertransaksi minyak dengan negara Timur Tengah
dengan normal tanpa ancaman apapun dari Iran.

Kemajuan Tekhnologi dan militer menjadi salah satu modal Iran untuk tampil ke tatanan
Internasional Meskipun harus menghadapi beberapa perlawanan dari Negara Negara maju
seperti Amerika Serikat . Pengaruh Iran di kawasa Timur Tengah yang cukup dominan juga
menjadikan nyali Amerika sedikit terganggu terbukti beberapa pemimpin menyatakan nya
salah satunya mentri luar negri Amerika Hilary Clinton ,dia mengungkapkan dalam salah satu
pidatonya ,bahwa pengaruh regional iran, yang bisa menciptakan peristiwa baru di kawasan.
seiring perkembangan yang mengguncang kawasan timur tengah

"mereka melakukan segala cara untuk mempengaruhi hasil transformasi di kawasan ini,
Tak ketinggalan Ketua Dewan Majelis Iran, Ali Larijani, mengatakan kekuatan barat dan
Amerika Serikat terbukti takut terhadap perkembangan di Iran. Menurut dia, Iran kini punya
pengaruh kuat di Timur Tengah. Demikian kata Larijani saat berpidato di hadapan mahasiswa
di kota Seman, Iran. "AS harus tahu kalau strategi mereka ini seperti permainan anak-anak.
Dan ini bakal menyedot anggaran mereka. Karena bangsa Iran tidak akan pernah menyerah
hingga musuh bertekuk lutut," kata Larijani.

Referensi :
AntaraNews.com
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/11/11/luh6hy-larijani-as-takut-
terhadap-pengaruh-iran-di-timur-tengah
http://indonesian.irib.ir/headline1/-/asset_publisher/c3Zq/content/as-peringatkan-pengaruh-
iran-di-timur-tengah
Mochtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta,
1990, hal 164

Pikiran Rakyat, 08 September 2011

Anda mungkin juga menyukai