Anda di halaman 1dari 8

Kasus Negara Amerika

Serikat Yang Membunuh


Jendral Iran
KELOMPOK 4
Kelompok 4
1.Putri WulanDari 2252011066
2.Rodhita Ramadhanti Pitaloka 2252011030
3.Vina Destiana 2252011034
4.Ramadhanti Oktavianny 2252011049
5.Chusnun Nisa Amem 2252011081
6.Muhammad Haikal Irsyad 2252011069
7.Fany Wiranata 2252011031
8.Nabila Zahra Diva 2252011040
9.Muhammad Ridho Hilmansah 2252011044
10.Tyas Pramatyo 22520110
Pendahuluan
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Republik Islam Iran telah mengalami pasang
surut sejak revolusi Iran pada tahun 1979.Hubungan kedua negara semakin
memburuk ketika terjadi Perang Teluk I antara Irak dengan Iran dari tahun 1980
hingga 1988. Konflik antar kedua negara terus berlanjut hingga saat ini.Hubungan
yang konfliktual antara AS dan Iran juga disebabkan oleh adanya perbedaan
kepentingan yang hendak dicapai di kawasan. AS dan Iran sama-sama
menginginkan posisi yang kuat di kawasan sebagai hal yang vital untuk mencapai
kepentingan strategis mereka. Pusat konflik baru-baru ini antara AS dan Iran
adalah Selat Hormuz. Sebuah selat yang menjadi satu-satunya akses ke Timur
Tengah. Selat ini sangat penting bagi ekonomi negara-negara kawasan Timur
Tengah dan seluruh dunia, terutama dalam hal ekspor minyak bumi dan gas.
(Slade 2019). Baik AS maupun Iran samasama memiliki kepentingan terkait
dengan Selat Hormuz.
Pembahasan

Bagaimana dampak konflik antara AS-Iran?


Satu hal yang perlu disiapkan Indonesia terkait konflik Iran-AS adalah
kemungkinan meningkatnya harga minyak. Negara-negara penghasil minyak
kebanyakan berada di Timur Tengah dan ketika konflik muncul di wilayah
tersebut, produksi minyak mungkin turun karena fasilitas produksi terganggu.
Pada 8 Januari 2020, setelah serangan rudal Iran terjadi, harga minyak
meningkat sebanyak 14% menjadi US$69,21 atau sekitar Rp946.349 per barel.
Jika harga ini terus meningkat, Indonesia perlu merevisi anggaran tahunan.
Peningkatan harga minyak ini juga berdampak pada nilai tukar mata uang
Indonesia karena dolar digunakan dalam transaksi minyak mentah.
Penyebab Tewasnya Qaseem Soleimani Setelah keluarnya AS dari JCPOA dan
kembali dijatuhkannya berbagai sanksi terhadap Iran, hubungan kedua negara
tersebut semakin memanas terlebih saat Iran menerbitkan surat penangkapan
presiden AS, Donald Trump. Keputusan tersebut merupakan buntut dari
pengeboman pesawat nirawak didekat Bandara Internasional Baghdad yang
menyebabkan Mayor Jenderal Qaseem Soleimani tewas. (Pristiandaru, 2020)
Soleimani dikenal dengan popularitasnya dalam menggaungkan perlawanan
keras terhadap AS, Israel dan koalisi pendukung, serta berbagai kepentingan
mereka di Timur-Tengah dan Afrika Utara. Seperti halnya hubungan Qassem
Soleimani dan Abu Mahdi al- Muhandis, keterkaitan Pasukan Pengawal Al-Quds
dan Kataib Hezbollah begitu erat dan berbahaya bagi kepentingan AS dan
koalisi pendukungnya, terutama Israel, Saudi Arabia, Kuwait dan negara teluk
lain.
Dampak
Dampak dari tewasnya Qaseem Soleimani ini adalah angin segar bagi ISIS dan Al
Qaeda sekaligus menjadi alarm bahaya bagi keamanan global. Selain itu, hilangnya
kredibilitas Dewan Keamanan PBB. Dalam Bab V, Pasal 24, Piagam PBB disebutkan
supaya PBB menjalankan tindakannya dengan lancar dan tepat, sudah seharusnya DK
PBB memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Sementara itu, secara resmi
AS telah mengumumkan telah membunuh Jenderal tersebut. Oleh karenanya,
Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan bahwa langkah AS
meneror Jendeeral Soleimani adalah bukti penggunaan kekerasan secara illegal.
Dampak selanjutnya adalah terbuktinya kekuatan pencegahan Iran dan melemahnya
kubu imperiaisme di Kawasan Timur Tengah. Terror terhadap Jenderal Qaseem
Soleimani telah melemahkan front-anti perlawanan dan membuka peluang mundurnya
Amerika Serikat dari kawasan. Karena Donald Trump mendapat tekanan luar biasa
untuk menarik pasukan AS dari Irak dan Suriah.
Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah agar semua


yang membaca makalah kami dapat mengerti
dan lebih memahami konflik yang terjadi antara
AS dan Iran dan dapat memberikan pengetahuan
dan gambaran polemik kepada pembaca dan
orang orang sekitar tentang fakta empirik.
Kesimpulan
Tewasnya Mayor Jenderal Qaseem Soleimani pada 3 Januari 2020 lalu disebabkan
oleh adanya konflik antara Iran dan Amerika yang berkepanjangan. Qaseem
Soleimani sebagai perwira militer senior Iran dalam pasukan pengawal Revolusi
Islam Iran (IRGC) menjadi incaran AS, terlebih Soleimani dikenal dengan
popularitasnya dalam menggaungkan perlawanan keras terhadap AS, Israel dan
koalisi pendukung, serta berbagai kepentingan mereka di Timur-Tengah dan Afrika
Utara. Seperti halnya hubungan Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al- Muhandis,
keterkaitan Pasukan Pengawal Al-Quds dan Kataib Hezbollah begitu erat dan
berbahaya bagi kepentingan AS dan koalisi pendukungnya, terutama Israel, Saudi
Arabia, Kuwait dan negara teluk lain. Selain itu, menurut laporan Pentagon
menginformasi laporan bahwa Soleimani secara aktif mengembangkan rencana
untuk menyerang para diplomat Amerika Serikat di Irak dan di seluruh wilayah.

Anda mungkin juga menyukai