Anda di halaman 1dari 4

HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL –

KONFLIK ARAB SAUDI DAN IRAN


Atika Pratiwi {2012011153}

Universitas Lampung {atikapratiwi2a@gmail.com}

Abstrak: Negara-negara dunia Internasional sangatlah banyak. Dari banyaknya negara di dunia
ini terciptalah hubungan-hubungan baik bilateral maupun multilateral yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing negara. Namun, dari banyaknya hubungan yang tercipta
tidak semua berjalan dengan mulus, adakala nya hubungan tersebut menciptakan konflik atau
sengketa antara dua negara yang ada. Salah satu contohnya adalah konflik yang terjadi antara
Iran dan Arab Saudi pada tahun 1979 yang kala itu gempar akan penggulingan ulama besar
muslim syiah. Hingga pada tahun 1987 hubungan diplomatik kedua negara ini terputus. Tapi
pada bulan desember 1997 hubungan antara Arab Saudi dan Iran kembali membaik. Namun
sayangnya hal tersebut tidak bertahan lama, konflik muncul kembali karna penggulingan Saddam
Hussein yang mengakibatkan pergesaran politik Iran. Konflik ini berlanjut sampai dengan
sekarang. Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sengketa internasional ini dengan
upaya penyelesaiannya. Lebih lanjut permasalahan ini dianalisis dengan menggunakan teori
konflik, mediasi dan kepentingan nasional. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
Studi Pustaka (Library Research) dengan penyajian data secara deskriptif. Studi Pustaka yang
dimaksud pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data dari lapangan seperti buku,
jurnal, laporan hasil penelitian, website dan lain sebagainya yang memiliki informasi
relevan dengan topik penelitian.

Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa Internasional, Sengketa Internasional, Sengketa antara


Saudi Arabia dan Iran.

Abstract: The countries of the international world are numerous. From the many countries in
the world, bilateral and multilateral relations are created that aim to meet the needs of each
country. However, of the many relationships created, not all went smoothly, sometimes the
relationship created conflicts or disputes between the two existing countries. One example is the
conflict that occurred between Iran and Saudi Arabia in 1979 which at that time was in an
uproar over the overthrow of the great Syiah Muslim cleric. Until in 1987 diplomatic relations
between the two countries were severed. But in December 1997 relations between Saudi Arabia
and Iran improved again. But unfortunately this did not last long, the conflict resurfaced
because of the overthrow of Saddam Hussein which resulted in iranian political turmoil. This
conflict continues until now. In this article will be discussed further regarding this international
dispute with research topic.

Keywords : International Dispute Resolution, International Disputes, Disputes between Saudi


Arabia and Iran.

1
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA 2022
INTERNASIONAL – KONFLIK ARAB SAUDI DAN
IRAN

PENDAHULUAN

Pada dasarnya, sengketa dalam fenomena hubungan Internasional merupakan kejadian yang
wajar, karena disebabkan oleh perbedaan cara pandang. Dalam hal ini, konflik yang terus-
menerus tentu akan mengancam stabilitas politik, dan pada akhirnya negara-negara di kawasan
ini akan berulang kali terlibat secara aktif dalam sengketa. Di satu sisi, negara memiliki kekuatan
sendiri di berbagai bidang untuk menegaskan kepentingannya sendiri.

Kawasan Timur Tengah menjadi salah satu kawasan yang banyak terjadi sengketa, baik sengketa
di negara kawasan sendiri maupun dengan kawasan lain. Salah satunya adalah sengketa antara
Arab Saudi dan Iran. Faktor yang menjadi latar belakang konflik antara Iran dengan Arab Saudi
adalah disebabkan adanya dimensi sektarianisme.1 Sektarianisme berarti bahwa Iran dan Arab
Saudi memiliki pandangan yang berbeda terkait agama Islam, karena umat Islam terbagi menjadi
dua kelompok yang berbeda, Sunni dan Syiah. Dengan demikian perbedaan yang ada di Timur
Tengah mengenai pemahaman agama antara Sunni dan Syiah yang selalu dikaitkan dengan
konflik untuk mendapatkan kekuasaan dan sumber daya.

Pergolakan kekuasaan antara Iran dan Arab Saudi telah dimulai sejak terjadinya Revolusi
Republik Islam Iran 1979 dan Perang Iraq-Iran 1980-1988. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan ideologi politik yang mana Arab Saudi dikuasai seorang raja dan bentuk
pemerintahannya adalah Islam konservatif sedangkan Iran memiliki bentuk Islam yang lebih
revolusioner dan pemimpin revolusi tahun 1979 Ayatollah Khomeini memandang mornarki tidak
sesuai dengan Islam. Agenda berhaluan Islam Syaih diluncurkan pada revolusi 1979 dipandang
sebagai suatu penetangan terhadap rezim konservatif Sunni terutama dikawasan teluk dan
terdapat kecurigan mendalam Arab Saudi terkait usaha Iran untuk mengekspor revolusinya ke
negara-negara tetangga. Selain itu terpecahnya hubungan mereka terjadi berbagai masalah-
masalah kebijakan ekspor minyak dan hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara
Barat lainnya serta program nuklir Iran. Pada tahun 2016, hubungan antara Arab Saudi dan Iran
kembali memburuk karena seorang ulama Syiah, yaitu Syekh Nimr Baqr Al-Nimr dari Iran.
Syekh Nimr Baqr Al-Nimr dihukum karena delapan tuduhan mengkritik pemerintah. Kritiknya
terhadap keluarga kerajaan dikenal sangat kuat. Sheikh Nimr menuduh pemerintah Saudi
mendiskriminasi Syiah dalam pendidikan, pekerjaan, agama, keamanan hukum dan bidang
lainnya.2

1
Patnistik, E. (2016). Mengapa Iran dan Arab Saudi Bermusuhan. Retrieved Januari, 10, 2018.
2
Fauzi, G. A. (2017). Keterlibatan Indonesia dalam Pra Mediasi Arab Saudi dan Iran Tahun 2016. Jurnal Hubungan
Internasional, 5(4), 1195-1210.
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL –
KONFLIK ARAB SAUDI DAN IRAN
Pada bulan Maret 2009, pembangkang Saudi Al-Nimr mengkritik pemerintah Saudi dan
mengancam bahwa jika hak-hak Syiah di Saudi tidak dihormati, separatis Syiah di wilayah Qatif
dan Al-Ahsan akan bangkit dalam upaya untuk menciptakan negara Syiah mereka sendiri dengan
Bahrain sebagai modalnya. Selain itu, Nimr juga mendirikan organisasi independen bernama Al-
Awamiyah di Provinsi Timur Arab Saudi. Pada 2012, Nimr menuduh media dan pejabat Saudi
menutupi penindasan tirani pasukan pemerintah, yang katanya adalah kekuatan pembuat
kekacauan. Selanjutnya, Nimr di Arab Saudi mendesak pengunjuk rasa untuk menggunakan
kata-kata daripada kekerasan untuk menghadapi pasukan keamanan. Dia juga meminta warga
untuk bangkit melawan perlawanan dan pembangkangan publik, dan menuduh Kerajaan Arab
Saudi membunuh Syiah. Tindakan ini menyebabkan Nimr ditangkap dan dipenjarakan.3

Pada tahun 2014, Al-Nimr dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Pidana Khusus atas tuduhan
terhadap pemerintah. Pada 2016, eksekusi Nimr dilakukan bersama 46 napi lainnya. Eksekusi
Nimr mendapat respon dari warga Iran yang memprotes dan mencoba masuk ke dalam gedung,
merusak dan membakar kedutaan besar Arab Saudi di Teheran dan konsulat Arab Saudi di
Mashhad. Setelah protes, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan
meminta diplomat Iran untuk meninggalkan Arab Saudi. Menurut juru bicara Kementerian Luar
Negeri Iran Hossein Jaberi Ansari, keputusan Arab Saudi untuk menyerang kedutaan Iran hanya
alasan untuk meningkatkan ketegangan. Tindakan yang dilakukan oleh Arab Saudi ini dipandang
baik dan bijaksana oleh banyak orang, karena mereka memberantas teroris dan mereka yang
menentang pemerintah. Arab Saudi menegaskan bahwa pihaknya terbuka untuk memulihkan
hubungan diplomatik dengan Iran, asalkan kondisi tertentu terpenuhi. Iran harus bertindak
seperti negara normal dan menghormati norma, perjanjian, dan konvensi internasional.
Seharusnya tidak bertindak dengan cara yang merusak integritas tetangganya. Jika Iran gagal
untuk menghormati norma-norma perjanjian, Arab Saudi dan Iran tidak dapat membangun
kembali hubungan diplomatik. Hubungan diplomatik antar negara bermanfaat bagi kedua belah
pihak, tidak hanya bagi Arab Saudi.4

Akibat pemutusan hubungan diplomasi antara Arab Saudi dan Iran, banyak negara yang ikut
memutuskan hubungan diplomasi nya dengan alasan bahwa Iran telah melanggar kesepakatan
Internasional dengan tidak menjamin keamanan diplomat. Namun berbeda hal dengan negara
Indonesia yang tetap berhubungan baik dengan kedua negara yang sedang bersengketa ini, baik
Arab Saudi dan Iran merupakan rekan baik dalam berbagai hal dengan Indonesia.Oleh karena
itu, Indonesia juga turut serta menjadi penengah untuk menyelesaikan konflik dari kedua negara
tersebut dengan dibantu oleh OKI ( Organisasi Kerja Sama Islam).

3
Ibid.
4
Azkiya, R. (2020). DAMPAK KONFLIK ARAB SAUDI DENGAN IRAN TERHADAP STABILITAS KAWASAN
TIMUR TENGAH TAHUN 2012-2016 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

3
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA 2022
INTERNASIONAL – KONFLIK ARAB SAUDI DAN
IRAN

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Proses Penyelesaian Sengketa Internasional antara Arab Saudi dan Iran?
2. Bagaimanakah peran Indonesia sebagai negara yang turut mendamaikan kedua negara
yang bersengketa yaitu Arab Saudi dan Iran?

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana proses penyelesaian sengketa Internasional antara Arab Saudi dan Iran, juga guna
mengetahui bagaimana peran Indonesia dalam mendamaikan pihak yang bersengketa.

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai