Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERAN IRAN DALAM KONFLIK YAMAN TAHUN (2014 – 2018)

PADA MASA PEMERINTAHAN HASSAN ROUHANI

Oleh:

Muhammad Faisal Abiyyu

NIM: 17323131

Pembimbing:

Mohamad Rezky Utama, S.IP., M.SI.

Diajukan kepada Program Studi Hubungan


Internasional Fakultas Psikologi dan Sosial
Budaya
Universitas Islam Indonesia
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hubungan Internasional

1
YOGYAKARTA

2021

2
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................7
1.4 Cakupan Penelitian........................................................................................................8
1.5 Tinjauan Pustaka...........................................................................................................8
1.6 Kerangka Pemikiran....................................................................................................10
1.7 Argumen Sementara....................................................................................................13
1.8 Metode Penelitian.........................................................................................................14
1.8.1 Jenis Penelitian......................................................................................................14
1.8.2 Subjek dan Objek Penelitian................................................................................14
1.8.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................................14
1.8.4 Proses Penelitian....................................................................................................14
1.9 Sistematika Pembahasan.............................................................................................15

3
PendahuluanPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.1 Latar Belakang

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang paling sering terjadi


konflik dan pertumpahan darah, puncaknya ketika terjadi Arab Springs yang
membuat perang saudara di beberapa negara dalam kawasan tersebut. Arab
Springs membuat beberapa negara di Timur Tengah mengalami konflik dan perang
saudara, salah satunya adalah Suriah. Negara tersebut terkena dampak dari Arab
Springs, seperti adanya konflik internal antara rakyat Suriah dengan rezim Bashar al-
Assad yang mengakibatkan banyak korban tewas. Konflik yang terjadi semakin buruk
dikarenakan pengaruh dari negara – negara asing yang memiliki kepentingan terhadap
Suriah (Fa'izah, 2021). Hal ini tidak hanya berdampak pada pemerintahan Suriah akan
tetapi juga negara – negara di kawasan Timur Tengah. Salah satunya pemerintahan
Iran. Kemudian, dDalam kawasan Timur Tengah terdapat dua negara yang
memiliki pengaruh besar dalam kawasan tersebut yaitu Arab Saudi dan Iran.
Berbicara mengenai Arab Saudi dan Iran tidak lepas dari perbedaan sekte
kedua negara tersebut yaitu Sunni dan Syiah. Secara historis konflik Sunni dan
Syiah sudah terjadi setelah wafatdnya Nnabi Muhammad SAW. Konflik Sunni
dan Syiah menjadi salah satu penyebab utama terjadinya Arab Springs, dalam
konflik Sunni dan Syiah terdapat unsur konflik politik yang membuat konflik
tersebut semakin besar. Unsur konflik politik tersebut adalah konflik antara
kelompok masyarakat dengan rezim dan kedua aktor tersebut memiliki sekte
yang berbeda yaitu Sunni dan Syiah. Dalam hal ini Iran dan Arab Saudi
merupakan kiblat dari kedua sekte tersebut, yang mana Arab Saudi menjadi
negara sunni yang terkemuka dan Iran mengganut Syiah.
Sebelum Arab Springs muncul, perseteruan Sunni dan Syiah terjadi di
Irak. Pada saat itu Saddam Hussein menjadi presiden Irak, Pada tahun 1980 an
pemerintahan Irak telah melakukan eksekusi mati terhadap 148 warga Syiah di
Duijail (Liputan6.com, 2019). Saddam Hussein mengeksekusi mati Imam

4
Ayatullah Baqir al-Shadr pemimpin syiah di Irak. Setelah itu pasca Arab
Springs konflik Irak terulang kembali di Bahrain, pemerintahan Bahrain yang
sunni melakukan tindakan diskriminasi pada Juni 2016 yaitu dengan melucuti
status kewarganegaraan Sheikh Isa Qassem diawali penutupan kantor dan
pembekuan aset kelompok oposisi Syiah terkemuka di dengan yang memicu
demonstrasi besar-besaran di Bahrain (BBC News Indonesia, 2016). Konflik
Yaman pasca Arab Spring terjadi antara kelompok Hutsi yang beraliran Syiah
melawan pemerintah yang beraliran Sunni.

Yaman merupakan salah satu negara Jazirah Arab yang berada di


Timur Tengah yang sedang dilanda perang saudara sejak tahun 1992 sebelum
Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu. Puncak konflik tersebut disebabkan
oleh gejolak Arab Spring yang menyebabkan demonstrasi besar-besaran di
Yaman. Demonstrasi tersebut di dalanggi oleh kelompok Hutsi yang di dukung
oleh Iran. Awal mula konflik Yaman terjadi sudah sejak lama jauh sebelum
adanya fenomena Arab Spring. Pada tahun 1992, Yaman dilanda krisis ekonomi
yang menyebabkan konflik antara Yaman Utara yang di pimpin oleh Ali
Abdullah Saleh dan Yaman Selatan yang dipimpin oleh Ali Salem al-Beidh dari
konflik tersebut dimenangkan oleh Ali Abdullah Saleh. Kemenangan tersebut
membuat Ali Abdullah Saleh menjabat sebagai presiden selama 33 tahun
sebelum akhirnya lengser dikarenakan gejolak Arab Spring. Rezim Ali Abdullah
Saleh yang berkuasa selama 33 tahun dianggap telah melakukan praktik
korupsi dan juga gagalnya mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Yaman.
Akibat hal tersebut terjadi demonstrasi bersar-besaran yang di lakukan oleh
rakyat Yaman untuk menuntut Ali Abdullah Saleh lengser dari jabatanya. Aksi
demonstrasi tersebut di gerakan oleh kelompok Hutsi. Militer Yaman
melakukan penembakan terhadap para demonstran dan mengakibatkan 50
orang tewas akibat aksi represif yang dilakukan oleh militer Yaman. Karena
Adanya hal tersebut presiden Saleh menggundurkan diri dan di gantikan oleh
Abdrabbuh Mansur Hadi. (Prabowo, 2020).
Dengan mundurnya presiden Saleh dari jabatanya tidak membuat
keadaan di Yaman menjadi damai. Presiden Hadi juga gagal untuk membuat
keadaan di Yaman Stabil. Keadaan semakin buruk dengan mantan presiden
Yaman yaitu Ali Abdullah Saleh bersekutu dengan Hutsi karena memiliki
5
kepentingan yang sama untuk menjatuhkan Presiden Hadi dari kursi
pemerintahaanya. Pada September 2014 Hutsi berhasil menaklukan Ibu Kota
Sanaa dan membuat pemerintahan presiden Hadi semakin terdesak, pada tahun
2015 kelompok Hutsi berhasil membuat presiden Hadi dan pemerintahanya
mundur sementara.
Terlepas dari itu semua ada beberapa aktor lain yang memperburuk
keadaan di Yaman, terdapat dua negara yang memiliki peran penting terhadap
konflik Yaman yaitu Arab Saudi dan juga Iran. Arab Saudi memimpin operasi
militernya untuk memeranggi milisi Hutsi. Pada tanggal 3 Maret 2016 Arab
Saudi melancarkan serangan udara yang melibatkan jet tempur Arab Saudi
untuk mengempur milisi Hutsi. Arab Saudi tidak ingin pemerintahaan Yaman
jatuh ke tangan Hutsi yang menganut Syiah. Iran merupakan negara yang
mendukung gerakan Hutsi. Selain perbedaan sekte, Arab Saudi tidak ingin
Yaman terpengaruh oleh Iran yang mana semenjak terjadinya revolusi Iran,
negara tersebut memiliki ambisi untuk menyebarkan ideologi dan pemikiranya.
Iran merupakan negara yang menganut Syiah. Iran dan kelompok Hutsi
memiliki kesamaan dalam yaitu menganut islam Syiah. Walaupun secara tidak
resmi Iran mendukung kelompok Houthi akan tetapi terdapat bukti-bukti Iran
membantu kelompok Houthi secara finansial dan memberikan bantuan
militernya. Dalam realitanya terdapat persenjataan buatan Iran yang dimiliki
oleh Houthi (SERAMBINEWS, 2021).
Hassan Rouhani selaku menjabat sebagai presiden Iran menegaskan
bahwa Arab Saudi dan koalisinya yang menyerang milisi Hutsi telah melakukan
kesalahan besar dan juga Hassan Rouhani mengecam tindakan Arab Saudi dan
kolaisinya agar tidak memperburuk keadaan di Yaman, tentu saja hal tersebut
merupakan dukungan Iran terhadap milisi Hutsi. Dalam pidatonya pada 9 April
2015 “Anda tahu itu salah, anda akan belajar, tidak nanti tapi segera, anda juga
membuat kesalahan di Yaman” ujar Hassan Rouhani (Republika.co.id, 2015).

Iran dan Arab Saudi sendiri seperti yang kita ketahui saling merebutkan
pengaruhnya di Timur Tengah. Sejak terjadinya revolusi Iran, hubungan antara
Iran dan Arab Saudi semakin buruk. Iran dengan gagasan revolusionernya
ingin menyebarkan ide dan gagasan tersebut di Timur Tengah dan juga Iran
dan Arab sendiri memiliki keyakinan sekte yang berbeda, Arab Saudi
6
merupakan islam Sunni dan Iran merupakan islam Syiah. Iran telah dianggap
ingin membangun pengaruhnya di Timur Tenggah, dengan adanya Arab Springs
Iran memanfaatkan momentum itu untuk menyebarkan pengaruhnya di Suriah,
Bahrain dan Yaman. Karena hal tersebut Arab Saudi yang merupakan
kekuatan Sunni menjadi penyeimbang kekuatan dalam merebutkan
pengaruhnya di Timur Tengah. Bagi Arab Saudi dan koalisinya Iran
merupakan ancaman, secara tidak langsung Arab Saudi dan Iran terlibat dalam
perang proksi (Marcus, 2017).
Yaman merupakan wilayah strategis bagi Iran diakrenakan Yaman
merupakan kunci bagi Iran untuk memperkuat pengaruhnya di wilayah Timur
tengah dan untuk menghadapi saingan Iran di Kawasan tersebut. Oleh karena
itu, Iran berperan aktif di Yaman dengan menjalin aliansi dengan kelompok
Hutsi untuk mewujudkan kepentingan nasional Iran. Peran Iran di Yaman
sangat menonjol ketika presiden Saleh berhasil di lengserkan. Iran
meningkatkan dukungan politik, media, keuangan, dan militernya terhadap
kelompok Hutsi.
Iran percaya bahwa mereka mampu menguasai Yaman maka akan
terciptanya keamanan regional bagi Iran menginggat bahwa rival sekterian
negara - -negara tetangga Iran merupakan ancaman bagi Iran. Tidak hanya di
Yaman, Iran juga menerapkan strategi tersebut di Irak, Suriah, Lebanon, dan
Bahrain. Negara-negara tersebut menjadi garis pertahanan Iran untuk
membendung pengaruh negara rivalnya di kawasan tersebut. Iran
menggunakan soft power dan hard power untuk memperluas pengaruh dan
dominasinya di Yaman, Irak, Suriah, Lebanon dan Bahrain. Dalam strategi soft
power Iran menggunakan politik Syiah dan alat media. Dalam politik Syiah Iran
telah membangun aliansi sejak lama dengan kelompok-kelompok Syiah di
berbagai negara untuk membangun pengaruh ideologi Iran. Hutsi sebagai salah
satu contoh nyata bagaimana politik Syiah berhasil di terapkan untuk
memperluas pengaruh ideologi Iran. Kelompok Hutsi telah melakukan
kampanye anti barat dan anti zionis. Iran memberikan beasiswa bagi pemuda
Hutsi untuk melanjutkan studi di Universitas di Iran untuk menyusupi
pemikiran revolusi Iran agar diterapkan oleh generasi muda Hutsi. Iran juga
telah berkontribusi dalam mendirikan beberapa lembaga keagamaan untuk
menyebarkan sekte Dua Belas (Ja'fariyah) di Yaman, dalam lingkaran ini
7
gerakan Houthi didirikan atas dukungan Iran, dan beberapa sekolah dan
lembaga seperti: "The Supreme Dar Al Uloom" yang dibangun dengan dana
Iran dan jumlah mahasiswanya mencapai 1500 mahasiswa. Iran juga
memanfaatkan alat media sebagai jembatan untuk mempermudah pengaruh
Iran di Yaman. Iran telah merekrut dan memberi pelatihan oleh para
professional media di Yaman. Iran  berhasil merekrut lebih dari 1300
profesional media Yaman yang  telah dilatih di beberapa negara seperti
Lebanon, Irak, dan Iran dalam teknologi dan perangkat lunak khusus untuk
penyiaran satelit, dan untuk berbagai peran media seperti direktur, pembawa
acara untuk TV/radio. Iran juga mendanai saluran satelit di Yaman yang
menggabarkan keberpihakanya terhadap Iran dan Hutsi. Iran juga mendukung
beberapa media cetak di Yaman sebagai alat propaganda Iran di Yaman. Iran
telah menggunakan media sebagai senjata untuk menyebarkan narasi dan
menggiring opini publik tentang pemikiran revolusiuner ideologi Iran sebagai
negara penyelamat “tertindas” dan negara yang menggerakan perlawanan
terhadap ketidakadilan. Beberapa surat kabar yang secara langsung
mendukung Hutsi adalah Al-Masar, Demokrati, Haqeeqah, Balagh, Haweyah,
Ummah, Sawt Syura. Beberapa surat kabar yang secara tidak langsung
mendukung proyek Hutsi dan Iran adalah Share' dan Oulah. Selain itu, banyak
situs web dan akun media sosial telah diluncurkan yang didukung dan
dikoordinasikan oleh lobi media pro-Iran di Yaman.
Iran juga melakukan strategi hard power dalam memperluas
pengaruhnya, dalam hal ini Iran mendukung dan memberikan bantuan berupa
pasokan senjata dan pelatihan militer terhadap kelompok Hutsi. Dukungan ini
meningkat dari tahun 2011 ketika presiden Saleh lengser. Iran secara
terselubung telah membantu kelompok Hutsi dengan menggirimkan amunisi
serta peralatan tempur lainya. Hal itu terlihat jelas ketika kelompok Houthi
berhasil menguasai ibukota Sana’a pada tahun 2014, terdapat peningkatan
kemampuan bertempur kelompok Hutsi. Iran dengan sekutunya yaitu Hizbullah
telah menyelundupkan senjata cangih melalui jalur laut secara ilegal. Hal itu
terbukti dengan di cegatnya beberapa kali kapal pengirim senjata Iran di
perairan territorial Yaman oleh koalisi Arab. Pada 27 Februari 2016, Angkatan
Laut Australia berhasil mencegat sebuah perahu layar dan menyita 2000
Senapan Kalashnikov, 100 roket dan senjata lainnya.  Pada tanggal 20 Maret
8
2016, sebuah kapal perusak Prancis menyita 2.000 Kalashnikov  senapan dan
lusinan senapan Dragunov sniper, rudal anti-tank, dan  peralatan lainnya (Al-
Qadhi, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah di bawah ini
adalah bagaimana peran Iran dalam konflik Yaman pada tahun 2014 – 2018?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa peran Iran terhadap konflik di Yaman pada tahun
2014 - -2018.
2. Untuk mengetahui dampak dari peran Iran terhadap konflik di Yaman
pada tahun 2014 – 2018.
3. Untuk mengetahui bentuk bantuan Iran terhadap kelompok Houthi
dalam konflik Yaman tahun 2014 – 2018

1.4 Cakupan Penelitian


Dalam cakupan penelitian untuk membatasi penelitian tidak lebih luas
dan menghindari terjadinya kesalahan maka dari itu diperlukannya batas-
batasan dalam penelitian. Dalam penelitian ini terdapat batasan waktu, peneliti
menjabarkan dari tahun 2014 hingga 2018. Penelitian ini dibatasi lingkupnya
pada peran Iran dalam konflik Yaman pada masa pemerintahan Hassan
Rouhani pada tahun 2014-2018. Presiden Hassan Rouhani mendukung milisi
Hutsi dan memberikan bantuan secara politik dan militer. Hassan Rouhani
menjabat sebagai presiden dari tahun 2013 sampai 2021. Pada masa jabatan
Hassan Rouhani Iran berperan aktif dalam mendukung gerakan Hutsi. Pada
tahun 2014 Iran memainkan peran penting untuk memberi dukungan secara
politik, ekonomi dan militer terhadap kelompok Hutsi hingga Hutsi dapat
menguasai ibukota Sana’a (Sari, 2018). Pada tahun 2015 hingga 2018 Iran terlibat
proxy war dengan Arab Saudi dikarenakan Arab Saudi dan koalisinya melakukan

9
intervensi militer melawan Hutsi guna mengembalikan pemerintahan presiden
Abdrabbuh Mansur Hadi. (Sari, 2018). Dan di tahun 2015 hingga 2018 Iran terlibat
proxy war dengan Arab Saudi dikarenakan Arab Saudi dan koalisinya melakukan
intervensi militer melawan Hutsi guna mengembalikan pemerintahan presiden
Abdrabbuh Mansur Hadi.

1.5 Tinjauan Pustaka


Dalam buku yang berjudul “TheTHE IranianRANIAN roleROLE inIN
YemenYEMEN and its Implications on the Regional Security” yang ditulis oleh
Mohammad Hassan Al-Qadhi menjelaskan tentang peran Iran di Yaman.
Bahwa, awalnya Presiden Ali Abdullah Saleh berhasil diturunkan akibat adanya
aksi demonstarsi yang di gerakan oleh Houthi. Dengan terjadinya peristiwa
tersebut, peran Iran di Yaman semakin meningkat. Kemudian, dukungan Iran
untuk kelompok Houthi puncaknya pada tahun 2014 ketika kelompok Houthi
berhasil menguasai Ibukota Sanna’a. Kemampuan militer kelompok Houthi
meningkat secara signifikan dikarenakan adanya dukungan dari Iran. Iran
menyuplai amunisi, senjata dan peralatan perang terhadap kelompok Houthi.
Tidak hanya dukungan secara militer saja, Iran juga mendukung Houthi secara
finansial, politik dan juga melalui pemberitaan media yang bertujuan untuk
menyudutkan pemerintahan Yaman beserta koalisinya. Iran juga berusaha
untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah salah satunya dengan
mendukung Houthi untuk menguasai Yaman. Akan tetapi langkah Iran untuk
memperkuat pengaruhnya di Yaman mendapat kendala dan perlawanan dari
Arab Saudi dan koalisinya. Secara tidak langsung Iran dan Arab Saudi yang
didukung oleh Amerika Serikat terlibat dalam proxy war.
Selanjutnya dalam jurnal yang kedua, berjudul
“KepentinganEPENTINGAN IranRAN MelakukanELAKUKAN
iIntervensiNTERVENSI terhadapTERHADAP konflikKONFLIK
internalINTERNAL YamanYAMAN tahunTAHUN 2014-2015” yang di tulis oleh
Rizky Octa Putri Charin menjelaskan bahwa latar belakang Iran melakukan
intervensi terhadap konflik Yaman dikarenakan Houthi dan Iran memiliki

10
kesamaan ideologi yaitu menganut Syiah. Iran merupakan negara penganut
Syiah imamiyah terbesar di dunia ingin melakukan penyebaran syiah imamiyah
di penjuru dunia. Setelah terjadinya revolusi Iran pada tahun 1979 Imam
Khomeini menegaskan bahwa Iran akan melakukan ekspor ideologinya ke
penjuru dunia. Pada saat itu pemimpin Houthi yaitu Badruddin al-Houthi
sangat dekat dengan Khamenei anak dari Imam Khomeini dan terpengaruh
akan ideologi dan mengagumi sosok imam Khomeinei yang pada akhirnya
membuat kelompok Houthi tersusupi oleh ideologi Iran. Sejak terjadinya
revolusi, Iran sangat berambisi untuk menyebarkan ideologi dan pemikiran
revolusinya ke seluruh negara muslim. Dengan adanya ambisi tersebut Iran
telah berhasil menancapkan pengaruhnya di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman
dengan berafiliasi dengan aktor non negara dan membentuk kekuatan militer di
luar Iran untuk mempermudah Iran dalam menancampkan dan mengontrol
negara-negara tersebut. Dalam hal ini kelompok Syiah Houthi merupakan
bentuk dari proxy Iran dalam menyukseskan pengaruhnya di Yaman (Charin,
2016).

Dalam jurnal yang berjudul ”Pemutusan Hubungan Diplomatik antara


Yaman dan Iran tahun 2015-2017” yang di tulis oleh Nila Sari menjelaskan
tentang retaknya hubungan Yaman dan Iran. Pada tanggal 2 Oktober 2015
pemerintahan Yaman memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran.
Pemerintahan Yaman menarik duta besarnya dan juga mengusir duta besar
Iran di Yaman. Pemutusan hubungan tersebut di dasari oleh keterlibatan Iran
dalam konflik Yaman. Iran telah memberi dukungan kepada kelompok Houthi.
Iran telah melakukan intervensi militer berupa dukungan peralatan
persenjataan dan juga amunisi. Tidak hanya itu juga Iran telah melakukan
propaganda untuk menyudutkan pemerintahan Yaman dan koalisinya (sari,
2018).
Dalam jurnal yang berjudul “The RRole of Iran in Yemen CConflict
2014-2018 (An Analysis Of Constructivism)” yang ditulis oleh Riskiansyah
Ramadhan menjelaskan tentang alasan Iran membantu Houthi dikarenakan
persamaan ideologi dan juga beraliran syiah. Selain hal tersebut ada faktor-
faktor lain yang membuat Iran tertarik mendukung Houthi antara lain anti-
imperialisme, yang mendukung anti-AS dan anti-Israel, dan sekutunya, dan
11
anti-Wahabisme. Sejak terjadinya revolusi Iran pada tahun 1979, Iran sangat
berambisi untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dengan
membantu aktor-aktor non negara seperti Houthi, Hizbullah, dan juga Hamas.
Selain aktor non negara Iran juga membantu aktor negara seperti pemerintahan
Bashar Al-Assad di Suriah (Ramadhan, 2020) .
Dalam jurnal yang berjudul ” Persaingan Kekuatan Saudi Arabia
(Sunni) dan Iran (Syiah) Dalam Konflik Kotemporer (Suriah dan Yaman)” yang
di tulis oleh Muhamad Syahdy Maulana menjelaskan tentang persaingan Arab
Saudi dan Iran di Timur Tengah khususnya dalam konflik Suriah dan Yaman.
Iran dan Arab Saudi memainkan peran penting dalam konflik Yaman dan
Suriah. Iran mendukung rezim Bashar Al Ashad yang menganut syiah dan Arab
Saudi mendukung pihak oposisi Suriah. Sedangkan dalam konflik Yaman Iran
mendukung kelompok Houthi sedangkan Arab Saudi mendukung pemerintahan
Yaman (Maulana, 2018).
Berdasarkan penelitian - -penelitian terhadulu, penulis berupaya untuk
membahas tentang kepentingan Iran di Yaman melalui sudut pandang yang belum
pernah dibahas sebelumnya dan menggunakan teori Decision MakingForeign Policy
Analysis untuk menganalisis penelitian tersebut.

12
1.6 Kerangka KonsepPemikiran
Dalam penelitian ini, penulis membutuhkan teori atau konsep guna
menjadi landasan dalam penelitiannya. Oleh karena itu, penulis menggunakan
Foreign Policy Analysis Theory yang ditulis oleh Valerie M. Hudson. Bahwa
Foreign Policy Analysis Theory atau teori analisis kebijakan luar negeri dapat
membantu menganalisis suatu keputusan. Di mana, dalam teori tersebut
terdapat faktor - faktor yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan
kebijakan luar negeri dan pembuat keputusan kebijakan luar negeri. Kemudian,
Valeri Hudson juga menjelaskan perspektif Foreign Policy Analysis Theory
adalah sumber dari semua politik internasional dan semua perubahan dalam
politik internasional yang mana manusia tertentu menggunakan kepentingannya
untuk bertindak secara individu atau kelompok.

Menjelaskan tentang Foreign Policy Analysis Theory, Valerie Hudson


menuliskan lima level analisis, yakni:

1. Pengambil Keputusan Individu: Psikologi Politik Para Pemimpin


Dunia
Dalam sebuah pengambilan keputusan individu, karakteristik pembuat
keputusan dapat mempengaruhi dalam membuat kebijakannya. Komunikasi
antar negara juga dapat dipengaruhi secara penting oleh karakteristik
kepemimpinan. Setelah Perang Dingin, krisis seperti yang melibatkan Irak dan
Korea Utara membuat para ahli cenderung melihat sekali lagi karakteristik
pemimpin untuk membantu memahami kebijakan luar negeri negara-negara
ini. Pada studi kasus ini Presiden Hassan Rouhani memiliki karakter yang
percaya diri dan hal tersebut dapat terlihat dalam kebijakan dan
pernyataanya, Hassan Rouhani percaya bahwa Iran bukanlah ancaman untuk
negara lain dan Iran butuh interaksi yang lebih intens dengan negara-negara
lain untuk memperbaiki perekonomian Iran. Pada acara siaran langsung
televisi Hari Teknologi Nuklir Nasional “presiden Hassan Rouhani menegaskan

13
bahwa Iran bukanlah ancaman bagi negara manapun. Teheran ingin interaksi
dengan dunia internasional, termasuk negara-negara tetangga” (Taufik, 2016).
Kemudian, juga terlihat karakteristik dari Presiden Hassan Rouhani
ketika menghadapi Konflik Yaman. Bahwa, menurutnya adanya intervensi
dari Arab Saudi menghambat hubungan Teheran dan Riyadh, yang mana
negara tersebut mendukung Pemerintah Yaman dan terhadap teroris di
Yaman. Presiden Hassan Rouhani menekan Arab Saudi untuk menghentikan
dukungannya terhadap Pemerintah Yaman. (Tempo.co, 2017).
2. Pengambilan Keputusan Kelompok: Dinamika Kelompok Kecil,
Organisasi Proses, dan Politik Birokrasi
Pengambilan Keputusan Kelompok yang dikemukakan oleh Valerie
Hudson, menegaskan bahwa unsur-unsur struktur kelompok, seperti distribusi
kekuasaan dalam kelompok serta jenis peran yang dimainkan oleh anggota
kelompok, akan memiliki konsekuensi penting bagi proses kelompok dan
mungkin memiliki konsekuensi untuk pilihan kebijakan luar negeri (Hudson,
2014). Bahwa, presiden sebagai pemimpin memegang kekuasaan utama akan
berperilaku berbeda dari kelompok lain, yang mana memiliki kekuasaan yang
cukup besar.
Dalam teori ini, Menurut Valerie Hudson organisasi merupakan “kaki
tangan” pemerintah untuk mengumpulkan informasi dan memproses informasi
tersebut menjadi kebijkan suatu negara. Sebagian besar keputusan kebijakan
luar negeri tingkat tinggi diimplementasikan melalui organisasi eksekutif besar,
seperti departemen dan lembaga. Sedangkan,
Menurut Valerie Hudson, pPolitik birokrasi adalah persilangan kompleks antara
dinamika kelompok kecil, proses organisasi, kekuatan politik domestik, dan
karakteristik pribadi individu yang relevan. Sebagian besar politik birokrasi
terjadi dalam kelompok antar lembaga, yang merupakan salah satu sarana
terpenting untuk situasi penting, tetapi nonkrisis, yang harus ditangani dalam
pemerintahan.

3.
4.
5.
6. Budaya dan Identitas Nasional
14
Menurut Valerie Hudson bBudaya dan indentitas nasional sangat
berpengaruh dalam pembuatan kebijakan suatu negara dikarenakan budaya
dan iIdentitas nasional merupakan suatu motivasi dan landasan aturan dalam
membuat kebijkan (Hudson, 2014). Jika dilihat dari artinya budaya merupakan
suatu cara hidup cara berpikir, perasaan dan reaksi yang terpola yang
berkembang pada suatu kelompok dan diwariskan dari masa lampau ke
generasi berikutnya. Sedangkan arti dari Identitas nasional adalah ciri khas
dan jati diri dari suatu negara.

7. Politik Dalam Negeri dan Oposisi


Politik domestik dapat diartikan politik dalam negeri. Dalam hal ini
Hudson menjelaskan politik domestik secara luas adalah cara mengeksplorasi
persaingan politik yang ada dalam masyarakat yang lebih besar dan
bagaimana politik tersebut dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri.
Sedangkan oposisi yang dijelaskan oleh Hudson ialah sebagai penentang yang
mana mungkin dapat menggagalkan kebijakan luar negeri seperti penolakan
Senat untuk meratifikasi perjanjian, akan tetapi oposisi biasanya tidak mampu
mengekstraksi kompromi besar atau kebijakan luar negeri dari seorang kepala
eksekutif karena kelemahan politik.

8. Tingkat Atribut Nasional dan Sistem Internasional: Efek terhadap


Kebijakan Luar Negeri
9.
Menurut Hudson atribut nasional dapat mempengaruhi kebijakan luar
negeri suatu negara. Atribut nasional sering kali mencakup unsur-unsur dari
apa yang kita anggap sebagai kekuatan negara-bangsa: sumber daya alam,
geografi, karakteristik populasi, ukuran, dan sebagainya. Misalnya,
penyelarasan dengan negara tetangga yang besar mungkin merupakan arah
kebijakani luar negeri yang menarik bagi negara kecil. Tentu saja, jika sebuah
negara kecil kebetulan berada di antara dua negara besar yang sedang

15
berkonflik, posisi netral mungkin tampak lebih diinginkan. Selain itu juga
sumber daya alam dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.

Dalam Foreign Policy Analysis Theory yang ditulis oleh Valerie M.


Hudson, Peran Iran Ddalam Kkonflik Yaman dapat dikatagorikan melalui
pengambilan keputusan politik birokrasi. , Politik birokrasi adalah persilangan
kompleks antara dinamika kelompok kecil, proses organisasi, kekuatan politik
domestik, dan karakteristik pribadi individu yang relevan. Sebagian besar
politik birokrasi terjadi dalam kelompok antar lembaga, yang merupakan
salah satu sarana terpenting untuk situasi penting, tetapi nonkrisis, yang harus
ditangani dalam pemerintahan.

1.7 Argumen Sementara


Konflik Yaman merupakan konflik internal antara pemerintah dengan
kelompok Hutsi. Hutsi merupakan kelompok minoritas Syiah di Yaman yang
menjadi oposisi melawan pemerintahan Ali Abdullah Saleh. Pada konflik ini Iran
memainkan peran penting dengan membantu kelompok Hutsi dan juga memberikan
bantuan secara politik, ekonomi dan juga peralatan militer. Puncaknya pada tahunn
2014 kelompok Hutsi berhasil menguasai sebagian besar wilayah Yaman termasuk
ibukota Sanaa. Hal tersebut merupakan kemajuan pesat kemampuan bertempur Hutsi
dikarenakan peran Iran dalam membantu milisi Hutsi (Farras, 2020). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teori analisis kebijakan luar negeri, yang di tulis
oleh Valerie M. Hudson. Dalam teori tersebut terdapat lima poin penting, dan dari
dari beberapa poin-poin tersebut dipilihlah politik birokrasi untuk menjadi landasan
dalam penelitian ini. Politik birokrasi adalah persilangan kompleks antara dinamika
kelompok kecil, proses organisasi, kekuatan politik domestik, dan karakteristik
pribadi individu yang relevan. Sebagian besar politik birokrasi terjadi dalam

16
kelompok antar lembaga, yang merupakan salah satu sarana terpenting untuk situasi
penting, tetapi nonkrisis, yang harus ditangani dalam pemerintahan.
Konflik Yaman merupakan konflik internal antara pemerintah dengan
kelompok Hutsi. Hutsi merupakan kelompok minoritas Syiah di Yaman yang menjadi
oposisi melawan pemerintahan Ali Abdullah Saleh. Yaman dan Husti terlibat konflik
sejak tahun 1990an dan puncaknya ketika milisi Hutsi dapat menguasai sebagian
besar wilayah Yaman termasuk ibukota Yaman yaitu Sanaa pada tahun 2014. Konflik
di Yaman semakin parah karena adanya campur tangan negara asing yang saling
memiliki kepentingan. Terdapat dua negara yang memiliki pengaruh besar di kawasan
Timur Tengah terlibat dalam konflik Yaman yaitu Iran dan Arab Saudi. Iran
merupakan negara Syiah yang memiliki hubungan buruk dengan Arab Saudi, tentu
saja dalam konflik Yaman Iran dan Arab Saudi merupakan pihak yang saling
bersebrangan. Arab Saudi sendiri mendukung pemerintahan Yaman sedangakan Iran
mendukung milisi Hutsi.
Iran memainkan perannya dalam konflik Yaman dengan memberikan bantuan
dan dukungan politik, militer dan ekonomi terhadap milisi Hutsi.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu merupakan
metode yang bersifat deskriptif dan menggunakan teknik analisis yang
mendalam. Metode ini untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan
dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Pada prinsipnya metode
kualitatif lebih mengutamakan aspek deskriptif terhadap data-data yang
diperoleh di lapangan. Penelitian Kualitatif merupakan pengumpulan
data dan menafsirkan fenomena yang terjadi dengan cara
menggambarkan secara naratif. jDalam penelitian ini metode kualitaif
akan menjelaskan faktor penyebab Iran ikut campur dalam konflik
Yaman.

17
1.8.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Iran dan Yaman yang mana
Irankedua negara tersebut memiliki hubungan yang tidak baik t. Iran terlibat
dalam konflik di Yaman dengan membantu kelompok Hutsi yang sedang
terlibat perang saudara dengan pemerintahan sah Yaman. Objek dalam
penelitian ini adalah konflik Yamanketerlibatan Iran dalam konlik Yaman.

1.8.3 Metode Pengumpulan Ddata


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data pPustaka. Studi pustaka
merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap
buku, literatur, dan berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang
ingin di pecahkan (Purwoko). Dalam metode penggumpulan data pPustaka,
penulis menggunakan berbagai literatur untuk menjawab rumusuan
masalah dalam penelitian ini. Sehingga, penelitian ini akan lebih jelas dalam
memahami peran Iran terhadap konflik Yaman di masa pemerintahan Presiden
Hasan Rouhani.

1.8.4 Proses Penelitian


Dalam proses penelitian, penulis menggunakan data primer dan
data sekunder untuk menjelaskan secara keseluruhan penelitian ini. Data
primer dalam penelitian ini berasal dari artikel yang dikeluarkan resmi
oleh pemerintah. S, sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari studi pustaka seperti jurnal, berita, buku dan juga sumber
artikel yang valid.

1.9 Sistematika Pembahasan


Demi memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini
maka penelitian ini menggunakan sistematika pembahasan

18
Bab 1 merupakan pengantar penelitian, terdiri dari latar belakang
penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, cakupan penelitian,
tinjauan penelitian, kerangka pemikiran, argumen sementara, metode
penelitian, sistematika pembahasan.

Bab 2

Bab 3 membahas tentang Foreign Policy Analysis Theory dalam


menjelaskan peran Iran dalam konflik Yaman tahun 2014-2018 pada
masa pemerintahan Hassan Rouhani

BBab 4 membahas tentang mengenai kesimpulan dari bab


sebelumnya dan juga rekomendasi terkait penelitian selanjutnya.

19
Daftar Pustaka

Al-Qadhi, M. H. (2018). The Iranian Role In Yamen And Its Implication On Regional
Security. Riyadh: Arabian Gulf Centre for Iranian Studies.

Asmardika, R. (2015, Maret 28). Kronologi Konflik Yaman hingga Kini. Retrieved from
Okezone.com: https://news.okezone.com/read/2015/03/28/18/1125649/kronologi-
konflik-yaman-hingga-kini

BBC Indonesia. (2021, April 29). Putra Mahkota Saudi Ingin Hubungan Baik dengan
Iran, Apa Sebabnya? Retrieved from https://news.detik.com/:
https://news.detik.com/bbc-world/d-5550944/putra-mahkota-saudi-ingin-
hubungan-baik-dengan-iran-apa-sebabnya

BBC News Indonesia. (2016, Juni 21). Jenderal Iran peringatkan Bahrain soal status
ulama Syiah. Retrieved from bbc.com:
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/06/160621_dunia_protes_ulama_bah
rain

Charin, R. O. (2016). KEPENTINGAN IRAN MELAKUKAN INTERVENSI


TERHADAP KONFLIK INTERNAL YAMAN TAHUN 2014-2015. JOM FISIP,
1-13.

Fa'izah, A. Z. (2021, September 9). Penyebab Perang Suriah yang Terjadi Bertahun-
Tahun, Penting Diketahui. Retrieved from Merdeka:
https://www.merdeka.com/trending/penyebab-perang-suriah-yang-terjadi-
bertahun-tahun-penting-diketahui-kln.html

Hudson, V. M. (2014). Foreign Policy Analysis Classic and Contemporary Theory. United
Kingdom: Rowman & Littlefield.

Liputan6.com. (2019, November 05). 5-11-2006: Bunuh Ratusan Warga Syiah, Saddam
Hussein Divonis Mati. Retrieved from liputan6.com:
https://www.liputan6.com/global/read/4102761/5-11-2006-bunuh-ratusan-warga-
syiah-saddam-hussein-divonis-mati

20
Marcus, J. (2017, November 18). Apa yang melatarbelakangi perselisihan Arab Saudi
dan Iran? Retrieved from bbc.com: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-
42036425

Maulana, M. S. (2018). PERSAINGAN KEKUATAN SAUDI ARABIA (SUNNI) DAN


IRAN (SYIAH) PADA KASUS KONFLIK KONTEMPORER (SURIAH DAN
YAMAN). Jurnal Gama Societa, 101-108.

Prabowo, G. (2020, 12 02). Sejarah Krisis Yaman (1992). Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/02/141340169/sejarah-krisis-
yaman-1992?page=all

Purwoko, A. M. (n.d.). Studi Kepustakaan Mengenal Landasan Teori dan Praktek


Konseling Expressive Writing . 1-8.

Ramadhan, R. (2020). The Role of Iran in Yemen Conflict 2014-2018 . Conference


Paper, 457-465.

Republika.co.id. (2015, April 10). Presiden Iran Peringatkan Para Penyerang Houthi di
Yaman. Retrieved from Republika.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/nmkgno/presiden-iran-peringatkan-para-
penyerang-houthi-di-yaman

Sari, D. N. (2018). PEMUTUSAN HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA YAMAN


DAN IRAN TAHUN 2015-2017. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2125-
2129.

sari, N. (2018). Pemutusan Hubungan Diplomatik Antara Iran dan Yaman Tahun 2015-
2017. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2118-2130.

SERAMBINEWS. (2021, April 30). Pemerintah Yaman Minta Iran Mendukung


Perdamaian, Hentikan Pasokan Senjata ke Milisi Houthi. Retrieved from
SERAMBINEWS.COM: https://aceh.tribunnews.com/2021/04/30/pemerintah-
yaman-minta-iran-mendukung-perdamaian-hentikan-pasokan-senjata-ke-milisi-
houthi?page=1

Taufik, A. (2016, April 2016). Meski Kembangkan Nuklir, Hassan Rouhani: Iran Bukan
Ancaman. Retrieved from https://news.okezone.com:

21
https://news.okezone.com/read/2016/04/07/18/1357094/meski-kembangkan-
nuklir-hassan-rouhani-iran-bukan-ancaman

Tempo.co. (2017, Agustus 2017). Iran Pro-Milisi Houthi Minta Saudi Berhenti Dukung
Teroris Yaman . Retrieved from https://dunia.tempo.co:
https://dunia.tempo.co/read/904632/iran-pro-milisi-houthi-minta-saudi-berhenti-
dukung-teroris-yaman/full&view=ok

Tempo.co. (2019, Mei 21). Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi di Yaman.
Retrieved from https://fokus.tempo.co/:
https://fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-hadapi-arab-saudi-
di-yaman/full&view=ok

22

Anda mungkin juga menyukai