Info Artikel
Dikirim : 14 April 2023 DOI: 10.20885/ijiis.vol6.iss1.art3
Diterima : 25 Agustus 2023
Diterbitkan : 25 September 2023
Abstrak
Hubungan Arab Saudi dan Iran yang memanas dalam beberapa tahun terakhir akhirnya
terungkap. Normalisasi hubungan kedua negara tidak lepas dari bantuan Tiongkok
yang merupakan pihak ketiga dalam proses peningkatan hubungan keduanya.
PERKENALAN
Iran dan Arab Saudi merupakan dua negara yang bercita-cita mendominasi hegemoni
Timur Tengah (Duad, Othman, Idris. 2018). Mereka terus bersaing dan
memperluas pengaruhnya terhadap negara-negara Arab lainnya dengan ideologi berbeda, menciptakan
Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0) (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
CATATAN PENERBIT: Universitas Islam Indonesia bersikap netral terhadap klaim yurisdiksi dalam peta yang
dipublikasikan dan afiliasi institusi.
Machine Translated by Google
sebuah blok di Timur Tengah. Kedua negara juga mempunyai posisi berbeda di bidang ini
dinamika Timur Tengah. Pada masa Arab Spring, Iran cenderung mendukung
kelompok yang berseberangan, sedangkan Arab Saudi menjadi pihak yang mempertahankan status quo.
Hal ini terlihat dari berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah, seperti yang terjadi di Timur Tengah
Suriah, Yaman, dan Tunisia. Iran dengan antusias menyambut pergantian rezim
Pemerintah Riyadh memutuskan untuk mengeksekusi ulama Syiah di Arab Saudi, yakni
Sheikh Nimr al Nimr pada Januari 2017 yang didakwa menelpon Saudi
masyarakat untuk menentang Monarki Arab Saudi (Keynoush, 2016). Orang-orang dari
Iran yang mayoritas beragama Syiah tidak bisa menerima hal tersebut dan melancarkan serangan terhadapnya
Sebelumnya, Arab Saudi dan Iran juga berselisih dalam Perang Suriah
siapa yang pro dan siapa yang kontra terhadap rezim tersebut. Arab Saudi menjadi satu
kepada pemerintah Suriah dan mengirimkan bantuan dari Lebanon. Hal itu membuat Arab Saudi
melawan Iran dengan memaksimalkan potensinya. Di sisi lain, Iran juga menuduh
bahwa tindakan banyak orang tersebut menimbulkan demonstrasi di Suriah yang berujung pada perlawanan
Arab Saudi dan Iran pada tahun 2017, banyak negara yang berusaha mendamaikan kedua negara tersebut.
hubungan, seperti Indonesia, Swiss, dan Tiongkok (Fauzi, 2017). Namun, itu
adalah Tiongkok yang berhasil melakukan intervensi. Arab Saudi dan Iran akhirnya sepakat untuk kembali
menjalin hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan mereka dalam waktu dua bulan.
Arab dan Iran. Pertama, Arsyad melakukan pemetaan konflik untuk menganalisis situasi
Timur Tengah. Penelitian ini juga menunjukkan adanya pihak ketiga yang ikut serta dalam pemicuan
konflik yang sedang berlangsung yaitu Amerika Serikat dan Rusia dimana negaranya
mempunyai kepentingan yang sama yaitu menguasai politik dan perekonomian Tengah
negara-negara Timur.
Kajian Abdul Halim Daud, Zarina Othman, dan Nor Azizan Idris
mengkaji hubungan Iran dengan Arab Saudi, pemahaman Sunni-Syiah dan caranya
Daud dkk. mengklaim bahwa Revolusi Iran dan gagasan Sunni-Syiah mengubah
hubungan geopolitik yang ada di kawasan Timur Tengah. Perubahan yang terjadi
dan Iran yang akhirnya melahirkan aliansi negara-negara yang pro-Iran dan
faktor penyebab konflik di kawasan Timur Tengah seperti yang ditunjukkan pada
Konflik Yaman, serangan Saddam Hussein tahun 1980-1988, dan konflik Suriah.
Kajian lain yang dilakukan M. Nasser Rafsanjani membahas kemungkinan bahwa Saudi
Arab akan melanjutkan hubungan diplomatik dengan Iran dengan mencoba merasionalisasikannya
hubungan dapat terjadi dalam jangka panjang. Keterlibatan pihak ketiga sangat mendesak
mewakili kepentingan Arab di Iran, khususnya dalam menangani urusan konsuler dan
membangun kembali hubungan formal, mediasi Irak untuk Arab Saudi dan Iran, dan
kedua negara dapat membuat pernyataan setuju untuk bekerja sama dan menjaga perdamaian.
Fitroh Mucharom menjelaskan upaya Iran untuk meningkatkan modalitas kekuatannya di dunia
militer dan teknologi (Mucharom, 2014). Dengan ini, Iran bisa menjadi
negara merdeka dengan memanfaatkan tenaga nuklir untuk menyuplai energi di bidang militer
pada akhirnya memaksa Iran menghadapi sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat
di Iran.
2017). Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan dinamika politik yang terjadi
antara Arab Saudi, Iran, dan Israel untuk meningkatkan pengaruh politik mereka
negara-negara di kawasan Timur Tengah. Aktor-aktor lain juga ikut serta dalam perjuangan
Sebuah studi oleh Ali Mohsenifar, Morteza Dousti, Fateme Zare, dan Gábor Géczi
keputusan untuk tidak mengadakan pertandingan sepak bola antar tim nasional masing-masing
(Mohsenifar, 2022). Mohsenifar dkk. menyatakan itu mengikuti Kedutaan Besar Saudi
serangan di Teheran dan Masyhad (Januari 2016) dan eksekusi Sheikh Nimr,
seorang syekh Syiah yang menentang pemerintah Saudi, ketegangan meningkat di antara keduanya
Teheran dan Riyadh. Untuk menyelesaikan masalah Saudi-Iran, diplomasi publik bisa dilakukan
juga menyelesaikan krisis yang disebabkan oleh hubungan mereka dan menjadi langkah pertama untuk mencapainya
elit dan politisi kedua negara untuk berbicara satu sama lain.
Kajian ini fokus pada alasan Iran melakukan normalisasi hubungan diplomatik
dengan Arab Saudi pada tahun 2023. Dengan melihat beberapa aspek yaitu nasional,
hubungan dengan Arab Saudi adalah kepentingan ekonomi Iran untuk meningkat dan stabil
stabilitas di kawasan Timur Tengah dengan normalisasi hubungan diplomatik dengan Iran
Arab Saudi. Dengan tekanan yang disebabkan oleh sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh
Amerika Serikat, Iran harus mencari sekutu yang kuat untuk mengamankan posisi dan nasionalnya
stabilitas perekonomian.
METODE
Penelitian ini terutama bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan atau fenomena yang dibahas
secara terperinci. Untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pustaka
teknik pengumpulan data penelitian melalui Google Scholar dan Publish and Perish
KERANGKA KONSEPTUAL
Analisis kebijakan luar negeri dengan Sistem Internasional dan Politik Luar Negeri
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku suatu negara yang mengeluarkan kebijakan luar negerinya adalah
sistem itu sendiri tidak memiliki badan pengatur nyata yang memiliki kapasitas untuk menegakkannya
Sistem internasional membentuk sebuah konsep dimana negara-negara kecil harus mencari jalan keluarnya
untuk melindungi diri dari kekuatan besar dengan membentuk aliansi atau koalisi dengan
negara-negara lain. Teori tersebut menjawab pertanyaan tentang bagaimana kebijakan luar negeri dibuat.
Negara yang berbeda mungkin memberikan tanggapan yang berbeda-beda mengenai tanggapan internasional
sistem. Namun, hal ini dapat menciptakan pengelompokan negara-negara yang memiliki prinsip-prinsip yang sama
perilaku kebijakan luar negeri. Pendekatannya adalah dua sistem dunia nyata dan a
sistem hipotetis yang umumnya menunjukkan bahwa variabel tingkat sistem adalah
Pendekatan dua sistem di dunia nyata berhubungan dengan keseimbangan kaum pemberontak
sistem dan sistem bipolar. Sistem menunjukkan bahwa aturan keseimbangan menunjukkan a
sistem yang mengharuskan beberapa aktor untuk dapat mengeluarkan kebijakan sebagai berikut. Pertama, itu
koalisi yang berlawanan dan mengambil posisi dominan dalam sistem internasional.
Kelima, adanya peraturan yang membatasi negara untuk berinteraksi dengan supranasional
organisasi. Yang terakhir, sebuah peraturan memperbolehkan aktor kunci yang kalah untuk mempekerjakan orang tersebut
sistem sebagai peran atau tindakan yang dapat diterima pada carry aktor sebelumnya (Kaplan, 2005).
Dalam hal ini, negara-negara akan bertindak sesuai dengan kepentingan nasionalnya dan berubah seiring berjalannya waktu.
memiliki banyak keuntungan. Dalam hal ini, Iran memilih untuk meningkatkan kemampuannya dengan cara
membuka hubungan diplomatik dengan Arab Saudi karena Iran mempertimbangkan fakta tersebut
bahwa Arab Saudi merupakan faktor penting di Timur Tengah dan hal ini akan menghasilkan dampaknya
manfaat ekonomi di masa depan. Selain itu, tekanan internasional memaksa Iran untuk melakukan hal tersebut
Ketika Iran melaksanakan program pengembangan tenaga nuklir pada tahun 1980an,
senjata (Abdillah, 2019). Oleh karena itu, pemerintah Iran menanggapinya dengan mengklaim
Namun kecurigaan negara-negara Barat diperkuat pada tahun 2002 oleh sebuah
pernyataan resmi bahwa Iran telah mengendalikan peredaran bahan bakar nuklir di
penambangan, penggilingan, konversi, dan pengayaan uranium. Iran juga memiliki 20.000
menganggap Iran sebagai ancaman terhadap keamanan global. Akibatnya, Iran mendapat keuntungan ekonomi
individu, perusahaan, bank, dan institusi militer. Sanksi ekonomi tersebut bertujuan untuk memberikan tekanan
Pada tahun 2015, setelah 15 tahun terkena sanksi ekonomi, lima anggota tetap
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), bersama dengan Iran dan Jerman,
Barack Obama dan Hasan Rouhani. Perjanjian tersebut adalah untuk memastikan bahwa dalam waktu 10
Perjanjian tersebut juga memuat lima poin utama, antara lain tingkat pengayaan uranium,
2016). Selain itu, Iran harus mengurangi aktivitas pengembangan nuklirnya pada tingkat tertentu
yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, Amerika Serikat setuju untuk menangguhkan sebagian besar perjanjian tersebut
sanksi ekonominya.
Namun, hanya dalam waktu tiga tahun, pemerintah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut
perjanjian tersebut (Angelia, 2021). Selain menarik diri dari perjanjian, pihak
Amerika Serikat juga berhenti menangguhkan sanksi ekonomi yang ditentukan dalam perjanjian tersebut
JCPOA. Keputusan Amerika Serikat untuk menarik diri dari perjanjian tersebut didasarkan pada hal tersebut
atas klaim bahwa JCPOA gagal mewujudkan program non-nuklir Iran karena
Ambisi Iran untuk memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia. Amerika Serikat
pemerintah menginginkan kesepakatan nuklir baru yang lebih komprehensif (Krismayanti, 2023).
dan Iran, termasuk serangan kapal tanker di Teluk Oman pada Mei-Juni 2019 hingga
sanksi ekstrateritorial dengan memblokir ekspor minyak Iran. Sanksi ini adalah
dimaksudkan untuk memberikan tekanan maksimum pada ekspor minyak Iran. Sanksinya
Amerika Serikat mengancam pelanggannya yang berdagang minyak dengan Iran (CNBC
Indonesia, 2019). Puncaknya pada tanggal 3 Januari 2020, ketika Amerika Serikat
melancarkan serangan udara yang menewaskan Panglima Tertinggi Iran, Qassem Soleimani
Perdagangan minyak Iran di pasar internasional dan mempengaruhi mata uangnya. Lain
tekanannya adalah isolasi politik yang disebabkan oleh pengembangan dan dukungan nuklirnya
untuk kelompok teroris. Tindakan tersebut membuat banyak negara Barat mengkritik Iran.
Oleh karena itu, Iran perlu menjalin kemitraan strategis dengan negara lain, salah satunya
Arab Saudi, untuk bertahan dalam kondisi saat ini. Tekanan internasional telah terjadi
membuat Iran menyusun strategi citra dan posisinya. Dengan membuka hubungan diplomatik dengan
Arab Saudi, Iran akan mendapatkan citra yang baik, terutama karena Saudi
Arab juga merupakan sekutu Amerika Serikat. Dalam hal ini, Iran bisa mendapatkan keuntungan
dari aliansi. Arab Saudi mungkin membuka jalan bagi Iran untuk mempromosikan perdagangan minyak
cadangan minyak dan gas alam. Selain itu, Iran juga memiliki uranium yang melimpah
material, sehingga memudahkan pengadaan energi nuklir dalam skala besar. Namun,
sanksi ekonomi yang dikenakan oleh Amerika Serikat telah mempersulit hal ini
mengekspor minyak dan gas alam, terutama karena sentimen negara-negara Barat
IMF melaporkan pada tahun 2019 bahwa perekonomian Iran mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan tahun lalu
2017. Akibatnya, Iran mengalami inflasi yang parah dan jumlah yang kritis
meningkatkan harga barang konsumsi secara drastis (DW, 2019). Orang Iran
pemerintah sedang berusaha meningkatkan perekonomiannya dengan menormalisasi hubungan dengan Saudi
Arab. Dalam hal ekspor minyak bumi, Iran menjalin kerja sama dengan Arab Saudi
bekerja sama dalam mengekspor minyak dengan keuntungan yang wajar. Dengan adanya beberapa
perang dan konflik di dunia, pasokan minyak berkurang dan menyebabkan harga minyak
Selain minyak dan gas, Iran bisa mendapatkan keuntungan dari ladang lain, seperti
penurunan mata uangnya yang mencegah negara lain mengimpor dari Iran. Untuk
Misalnya, Jepang dan Korea Selatan menolak usulan Iran untuk mengimpor
produk pertanian (DW, 2020). Oleh karena itu, Iran perlu meningkatkan hubungan dan
kerjasama dengan tetangga terdekatnya untuk mencapai tujuannya. Iran yang terkenal
produk pertanian, seperti gandum dan beras, akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Arab
akses transportasi. Hal itu disebabkan oleh keputusan Iran yang menonaktifkan jalur darat. Oleh
khususnya pada layanan haji antara Iran dan Arab Saudi (Rafsanjani, 2022).
baik Iran maupun Arab Saudi. Seperti dalam konflik Suriah, Iran juga terlibat dalam konflik tersebut
Konflik keduanya telah berlangsung sejak tahun 1982. Selain itu, keterlibatan Iran merupakan upaya
untuk bertahan dari isolasi yang dilakukan negara-negara Arab (Tjandra, 2018).
akibat dari sistem pemerintahan yang otoriter. Pemerintahan Bashar al-Assad telah melakukannya
sewenang-wenang dalam kasus-kasus seperti korupsi dan penindasan (Nurrochim, 2021). Selain itu,
konflik yang sulit diselesaikan karena melibatkan dua pandangan Islam yang berbeda,
yaitu Sunni dan Syiah. Salah satu buktinya adalah dukungan Saudi
Konflik tersebut dengan cepat berubah menjadi perang saudara yang melibatkan pemerintah Suriah
menggunakan senjata dan senjata kimia untuk melawan para pengunjuk rasa. Ini diklaim banyak orang
korban baik dari penegak hukum maupun pengunjuk rasa. Kekerasan yang dilakukan oleh
Pemerintah Suriah mendapat kritik dari berbagai pemimpin negara dan hak asasi manusia
Arab dan Iran mempunyai pandangan politik yang berbeda. Dari pihak Iran, militernya
penasihat yang disebut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang membuat
Militer pemerintah Suriah lebih kuat. Di sisi lain, Arab Saudi mengirimkannya
bantuan dalam hal pendanaan dan bantuan logistik militer yang ditujukan kepada oposisi
kelompok (Maulana, 2018). Kedua negara ini mempunyai sisi yang berbeda
tujuan serupa, untuk mengatur pengaruh sekolah yang mereka anut. Arab Saudi mencobanya
melarang kekuasaan Iran yang berbasis Syiah; sebaliknya, Iran memblokir ekspansi
Konflik lain yang melibatkan Iran dan Arab Saudi adalah konflik Yaman. Itu
Konflik tersebut merupakan dampak dari eskalasi gerakan protes terhadap kebijakan tersebut
penghapusan subsidi bahan bakar oleh pemerintah Yaman pada tahun 2014 (Kamaliya, 2020).
melawan kelompok Syiah Houthi. Ketegangan meningkat ketika kelompok Syiah Houthi
berhasil menduduki ibu kota Yaman; hal itu akhirnya memicu antusiasme
kelompok tersebut menduduki wilayah lain, seperti provinsi Ibb dan pelabuhan Hodeida
pada bulan Oktober 2014. Serangan kelompok Houthi terus meluas hingga mereka
Dalam konflik tersebut, Iran membantu kelompok Houthi karena mereka menganut agama yang sama
keyakinan. Iran memasok senjata dan bantuan militer lainnya kepada Houthi (tempo.co,
2019). Hal inilah yang kemudian membuat Abd-Rabb Mansour Hadi meminta bantuan Saudi
Arab, untuk meredakan konflik. Arab Saudi melihat Houthi sebagai ancaman serius terhadap negaranya
Pemerintah Yaman dan keamanan nasionalnya. Selain itu, mereka juga percaya akan hal itu
kelompok Houthi, dengan bantuan Iran, akan menggulingkan Sunni yang sah
pemerintah dan menggantinya dengan pemerintahan berbasis Syiah. Jadi, Arab Saudi
terus mendukung pemerintahan Abd-Rabb Mansour Hadi sebagai pemerintahan yang sah
Keterlibatan Iran dan Arab Saudi telah membuat Yaman dan Suriah terpuruk
konflik sulit diselesaikan karena Iran dan Arab Saudi sama-sama mengambil keuntungan
pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai kepentingan nasional. Konflik-konflik yang terjadi
Awalnya persoalan dalam negeri, berubah menjadi persoalan daerah. Konflik juga berakhir
hingga menciptakan ketidakstabilan regional yang merugikan negara-negara lain di Timur Tengah.
Normalisasi hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi mungkin saja terjadi
menciptakan stabilitas di antara negara-negara Timur Tengah. Hal ini terutama disebabkan oleh Iran
2023) Oleh karena itu, ini merupakan langkah pasti menuju rekonsiliasi berbagai konflik
melibatkan Iran dan Arab Saudi untuk mencapai perdamaian di kawasan. Lebih-lebih lagi,
perdamaian kemungkinan besar akan terjadi dalam konflik Suriah dan Lebanon.
KESIMPULAN
Iran dan Arab Saudi memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah.
Hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran melemah ketika pemerintahannya
dari Riyadh memutuskan untuk mengeksekusi Syekh Nimr al Nimr, seorang tokoh Syiah terkemuka, di
Arab Saudi pada Januari 2017. Al Nimr didakwa memprovokasi masyarakat Saudi
untuk menentang monarki Arab Saudi. Hal ini membuat masyarakat Iran—kebanyakan Syiah
menggulingkan rezim dan mereka yang pro rezim. Dalam hal ini, Saudi
Arab secara terbuka menentang langkah Iran dengan memaksimalkan dukungannya kepada kelompok pemberontak.
Pasca konflik Arab Saudi dan Iran pada tahun 2017, beberapa negara mencobanya
untuk mendamaikan hubungan mereka, misalnya Indonesia, Swiss, dan Tiongkok. Dalam
Setelah 15 tahun sanksi ekonomi dijatuhkan terhadap Iran, lima sanksi tersebut bersifat permanen
anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB) bersama Iran dan Jerman
menandatangani JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama). Perjanjian tersebut bertujuan untuk
memastikan bahwa dalam waktu 10 tahun pengembangan nuklir di Iran dapat dilakukan dengan
tujuan perdamaian. Selain menarik diri dari perjanjian tersebut, Amerika Serikat
juga menolak mencabut sanksi ekonomi yang ditentukan dalam JCPOA. Amerika
Pemerintah negara bagian menginginkan perjanjian nuklir baru yang lebih komprehensif dengan Iran. Itu
Kemunduran Amerika Serikat meningkatkan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran,
termasuk serangan kapal tanker di Teluk Oman pada Mei-Juni 2019 terhadap AS
penembakan drone oleh otoritas Iran. Dengan tindakan represif Iran, Amerika
sanksi. AS memblokir ekspor minyak Iran yang merupakan ekspor terbesar Iran
komoditas.
dikenakan padanya. Kekuatan ekonomi Arab Saudi, khususnya produk minyak mentah,
adalah alasan utama Iran membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Arab Saudi.
Iran membutuhkan mitra untuk mendapatkan stabilitas ekonomi di tengah tekanan internasional.
Arab Saudi sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia memegang peranan penting dalam hal ini
Timur Tengah. Selain cadangan minyak dan gas, Iran bisa meningkatkan pendapatannya
dari kerja sama di bidang pertanian, pariwisata, dan industri manufaktur. Iran
juga perlu adanya kerjasama di bidang pendidikan, dalam hal pertukaran pelajar yang akan dilakukan
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam pengembangan tenaga nuklir.
Iran dan Arab Saudi. Iran berdiri di belakang pemerintahan al-Assad; Sementara itu,
Arab Saudi memberikan pendanaan dan bantuan militer kepada kelompok oposisi.
Konflik Suriah terjadi karena adanya pemberontakan melawan rezim Bashar al-Assad
dalam protes besar-besaran dan menuntut pemerintahan yang lebih demokratis. Konflik
dengan cepat berubah menjadi perang saudara di mana pemerintah Suriah menggunakan bahan kimia tersebut
senjata melawan pengunjuk rasa. Hal ini dikritik habis-habisan oleh banyak pemimpin negara dan
Contoh lain dari intervensi Iran dan Arab Saudi adalah Yaman
Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan pemberontak Syiah Houthi. disediakan Iran
senjata dan bantuan militer kepada pemberontak Houthi. Hal itu kemudian dilakukan Abd-Rabb
Mansour Hadi meminta bantuan sekutunya, Arab Saudi, untuk menyelesaikan masalah tersebut
konflik. Baik Iran maupun Arab Saudi menjadi pemicu konflik Yaman dan Suriah
menjadi lebih rumit karena negara-negara ini memanfaatkan pihak-pihak yang berkonflik
REFERENSI
Abdillah, MF (2019). Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Iran Pasca Mundurnya Amerika Serikat
Dari Joint Comprehensive Plan Of Action (Jcpoa).
Universitas Komputer Indonesia. https://elibrary.unikom.ac.id/id/
eprint/1929/
Abdul, Q., & Karam, Z. (2020, 2 Januari). AS membunuh jenderal paling kuat Iran dalam serangan
udara di Bagdad. Berita AP. https://apnews.com/article/ap-top-news-tehran-international-
news-iraq-ali-khamenei-5597ff0f046a67805cc233d5933a53ed
Angelia, T. (2021). Konflik Amerika Serikat dan Iran Studi Kasus: Keluarnya Amerika Serikat Dari
Perjanjian JCPOA. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional LINO, 1(2), 103-110. https://
ojs.unsulbar.ac.id/index.php/lino/article/download/841/646/
Arsyad, H. (2022). Pemetaan Konflik Panjang Arab Saudi dan Iran. Jurnal Kolaborasi Konflik,
4(2), 1001-106. https://jurnal.unpad.ac.id/jkrk/article/view/37265/18780
Resolusi
CNBC Indonesia. (2019, 30 April). Risiko Dalam Efek Sanksi AS Terhadap CNBC Indonesia.
Iran?
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190430105659-4-
69631/seberapa-dalam-efek-sanksi-as-terhadap-iran
CNBC Indonesia. (2023, 11 Maret). Terungkap! Ada China Dibalik Rujuknya Indonesia. &
Iran Arab Saudi. CNBC
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230311195859-4-
420887/terungkap-ada-china-dibalik-rujuknya-iran-arab-saudi
Daud, AH, Othman, Z., & Idris, NA (2018, Juli). Hubungan Iran - Arab Saudi dan Kestabilan
Rantau Timur Tengah. Jebat: Jurnal Sejarah, Politik & Studi Strategis Malaysia,
45(1), 147-176. http://journalarticle.ukm.my/13370/1/26049-78138-1-SM.pdf
Hari, BS, & Hudson, VM (2019). Analisis Kebijakan Luar Negeri: Klasik dan
Teori Kontemporer. Penerbit Rowman & Littlefield.
Diaasih, CVP (2022). Strategi Iran Menghadapi Sanksi Ekonomi Amerika Serikat Pada
Tahun 2010 – 2020. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. https://etd.umy.ac.id/
id/eprint/33462/
DW. (2020, 31 Juli). Mata Uang Tidak Laku, Iran mendukung Impor Bahan Pangan – DW
– 31.07.2020. DW. https://www.dw.com/id/mata-uang-tidak-laku-iran-kesulitan-
impor-bahan-pangan/a-54391886
Fahham, AM, & Kataatmaja, AM (2014). Konflik Suriah: Akar Masalah dan Dampaknya.
Jurnal Politik, 5(1), 37-60. https://jurnal.dpr.go.id/
index.php/politica/article/view/332
Fauzi, GA (2017). Keterlibatan Indonesia Dalam Pra Mediasi Arab Saudi dan Iran Tahun
2016. EJournal Ilmu Hubungan Internasional, 5(4), 1195-
https://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-1210.
konten/unggahan/2017/10/eJournal%20gian%20angga%20fauzi%20(10-
17-06-07-34-17).pdf
Herlianto, MK (2022). Peran Arab Saudi dan Iran Pada Konflik Di Yaman Yang
Menyebabkan Krisis Kemanusiaan Pada Tahun 2018. Universitas Nasional. http://
repositori.unas.ac.id/5440/
ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/6593
Joyner, D. (2016). Program Nuklir Iran dan Hukum Internasional: Dari Konfrontasi
hingga Kesepakatan. Pers Universitas Oxford.
Kaplan, MA (2005). Sistem dan Proses dalam Politik Internasional. ECPR. https://
books.google.co.id/books?id=lNObDHjGi_oC&printsec=frontco
ver&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=satu halaman&q&f=false
Keynoush, B. (2016). Arab Saudi dan Iran: Teman atau Musuh? Palgrave Macmillan.
https://link.springer.com/book/10.1007/978-1-137-58939-2
Maulana, MS (2018). Persaingan Kekuatan Arab Saudi (Sunni) dan Iran (Syiah) Pada
Konflik Kontemporer (Suriah dan Yaman). Jurnal Gama 2(2), Societa,
101-109. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1780485&
val=18969&title=Persaingan%20Kekuatan%20Saudi%20Arabia%20Su
nni%20Dan%20Iran%20Syiah%20Pada%20Kasus%20Konflik%20Kon
temporer%20Suriah%20Dan%20Yaman
Mustahyun. (2017). Rivalitas Arab Saudi Dan Iran Di Timur Tengah Pada Arab Spring
Suriah Tahun 2011-2016. Jurnal Dunia Islam dan Politik, 1(1).
Nurrochim, AN (21). Kepentingan Geopolitik Iran Dalam Konflik Di Suriah Tahun 2016-2020.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 3-5. https://etd.umy.ac.id/id/eprint/3992/
Rafsanjani, MN (2022). Potensi Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi Dan Iran Tahun
2016-2020. EJurnal Ilmu Hubungan Internasional, 10(2). https://ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2022/08/eJournal-
%20M.%20Nasser%20Rafsanjani%20(1502045034)%20(08-19-22-03-
23-45).pdf
TEMPO.CO. (2019, 21 Mei). Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi di Yaman. Fokus. https://
fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-hadapi-arab-saudi-di-yaman
Tjandra, FL (2018). Respon Iran dalam menangani ancaman kepentingan nasionalnya terkait
konflik di Suriah 2011-2017. Universitas Katolik Parahyangan. https://repository.unpar.ac.id/
handle/123456789/8371
Umam, K. (2022). Rivalitas Arab Saudi, Iran, dan Israel di Kawasan Timur Tengah.
Populika, 10(02), 1-10. https://www.ejournal.widyamataram.ac.id/
index.php/populika/article/vi
baru/509
VOA Indonesia. (2022, 10 Mei). Presiden Iran: Ekspor Minyak Naik Dua Kali Lipat Dibanding VOA
Indonesia. Agustus 2021.
https://www.voaindonesia.com/a/presiden-iran-ekspor-minyak-naik-dua-kali-lipat-
dibanding-agustus-2021/6564925.html