Kondisi geografis pada suatu negara selain bisa mendatangkan impak positif juga seringkali
memberikan impak negatif. Dampak negatif berdasarkan syarat tadi merupakan bisa menaikkan
perseteruan antar pemerintah & masyarakat negara yg mempunyai lokasi geografis berdekatan.
Kali ini syarat geografis akan dibahas pada kaitannya menggunakan syarat politik, atau biasa
dianggap geopolitik, khususnya untuk tempat Timur Tengah. Secara umum, geopolitik diartikan
menjadi analisis hubungan antara, di satu sisi, pengaturan & perspektif geografis &, di sisi lain,
proses politik. Pengaturan geografis juga proses politik bersifat dinamis, & masing-masing
mempengaruhi & ditentukan oleh yang lain (Cohen, 2003). Geopolitik membahas konsekuensi
berdasarkan hubungan ke 2 perspektif tadi.
Isu pertama yaitu ekonomi, yang terutama ditimbulkan sang minyak (Indriana, 2017). Minyak
yang merupakan sumber daya alam primer daerah Timur Tengah yg sangat diperlukan pada era
industri misalnya ketika ini. Kawasan Timur Tengah sendiri menguasai 48,tiga % berdasarkan
total cadangan minyak global. Timur Tengah menjadi tuan tempat tinggal 5 ladang minyak
terbesar pada global yaitu Ghawar & Safaniya pada Arab Saudi, Burgan pada Kuwait, dan
Qurna-2 Barat & Rumaila pada Irak (Williams, 2020). Minyak membuahkan daerah Timur
Tengah menjadi daerah yg kaya. Tetapi sejalan menggunakan sisi positif tadi juga mendatangkan
sisi negatif, yaitu memicu timbulnya perseteruan pada antara negara-negara daerah Timur
Tengah. Contoh berdasarkan perseteruan yg terjadi merupakan perseteruan Iran & Irak lantaran
adanya asal minyak pada perairan Shatt Al-Arab. Irak yg mempunyai keterbatasan akses laut
menjadi agresif buat menguasai Shatt Al-Arab, sedangkan Iran jua bersikeras mempertahankan
wilayah tadi. Pada tahun 1975, Irak & Iran menandatangani "Perjanjian Aljiers" yg membelah
"Shatt Al-Arab" bagi pelayaran Irak & Iran, menggunakan kondisi bahwa Iran tidak akan
menghasut atau membantu pemberontakan Suku Kurdi pada Irak (Indriana, 2017). Tetapi
demikian perjanjian tadi dicabut secara sepihak oleh Irak lantaran adanya "Revolusi Islam" pada
Iran. Hal tadi mengakibatkan Irak & Iran terlibat perang selama 8 tahun (1980-1988).
Isu yang selanjutnya permasalahan ideologi, yaitu antara Sunni, Syiah, & Yahudi (Indriana,
2017). Perseteruan ideologi ini yang muncul sejak abad 20 diakibatkan 2 mazhab akbar Islam
yaitu Sunni yang diwakili oleh Arab Saudi & Syiah yang diwakili oleh Iran. Masing-masing
pihak saling menuduh pihak lain tidak sejalan menggunakan ajaran yg diyakininya. Selain itu,
masih ada pula permasalahan antara Islam, yg pada hal ini diwakili oleh Palestina & Yahudi yg
diwakili oleh Israel. Israel merasa bahwa bahwa tanah yg ditempati umat Palestina merupakan
adalah tanah yg dijanjikan Inggris buat Israel sebagai akibatnya mereka berhak buat menempati.
Sedangkan kaum Palestina beropini bahwa tanah tadi adalah hak mereka menjadi tanah kelahiran
& tempat beraktivitas selama ini.
Saran
Dari hal-hal yang diungkapkan diatas bisa disimpulkan bahwa Timur Tengah adalah daerah yg
tidak akan pernah lepas dari aneka macam konflik yang terkait dengan faktor ekonomi, sosial
politik, & ideologi. Suatu hal yang sebagai ironis merupakan bahwa kondisi geografis yang
sangat strategis ternyata bisa mendatangkan ketidakkenyamanan politik pada daerah ini
semenjak dulu. Berbagai kepentingan antar kekuatan dunia (intervensi asing) pada Timur Tengah
pula terus berlanjut. Kondisi geografis yg sebenarnya bisa dijadikan menjadi kekuatan politik
tetapi kenyataanya justru sebagai boomerang bagi daerah ini sendiri. Berbagai perseteruan yg
terjadi tentunya membuahkan negara-negara pada daerah Timur Tengah mewujudkan integrasi
wilayah.
Dengan adanya hal tersebut, maka antara pihak yang terkait dalam wilayah Timur Tengah harus
dapat menarik titik temu atau jalan tengah supaya dapat meminimalisirkan konflik yang sampai
saat ini belum juga usai. Pertikaian atau konflik tersebut harus dapat dirumdingkan secara baik
dan lugas, tanpa adanya pemikiran explicit antar negara yang tengah berkonflik. Suatu saat
apabila negara wilayah Timur Tengah dapat berunding untuk memilih jalan tengah untuk
penyelesaian konflik secara damai.
Daftar Pustaka
Cohen, D.A. 2003. Quality of Financial Reporting Choice: Determinants and Economic
Consequences. Working Paper, Northwestern University Collins.
Gill Carbonnier, et. al. (2011). The Impact of resources Dependence and Governance on
Sustainable Development. Geneva: The Graduate Institue.
KPMG. (2013). Emerging trends in the Sovereign Wealth Fund Landscape. Middle East
Kristian C. Ulrichsen. (2012). Qatar: Emergence of a Regional with International Reach. Diakses
15 Juni 2014 dari http://www.e- ir.info/2012/01/23/qatar-emergence-of-a-regional-power-with-
international-reach//.
Martin Hvidt. (2013). Economic Diversification in GCC Countries: Past Record and Future
Trends. The London School of Economics.
Robert E. Looney. (1983). Government Planning in a Small Oil Economy: Factor Limiting the
Industrial Diversification Efforts of Qatar. Offprint from Industry and Development, No 32.
Samya Beidas-Strom et al. (2011). Gulf Cooperation Council Countries (GCC): Enhancing
Economic Outcomes Global Economy. International Monetary Fund. The Economist. (2011).
The Rise of Qatar: Pygmy with the Punch of a Giant.
US, Russia, Turkey and Iran want?” Diakses dari https://www.dw.com/en/syria- conflict-what-
do-the-us-russia- turkey-and-iran-want/a-41211604.
Financial Tribune. (2017) “New Page in Iran-Syria Economic Relations.” Diakses dari
https://financialtribune.com/articles/economy-business-and-markets/57826/new-page-in-
iransyria-economic-relations