Anda di halaman 1dari 5

Konflik ISRAEL PALESTINA

1. Analisis Sejarah: Memeriksa akar sejarah konflik, menyelidiki peristiwa kunci, dan menganalisis
bagaimana sejarah membentuk dinamika saat ini. (Ela)

2. Perbandingan Perspektif: Membandingkan sudut pandang Israel dan Palestina terhadap konflik.
Bagaimana naratif sejarah dan tuntutan mereka berbeda? (Hajar)

3. Pengaruh Media: Meneliti bagaimana media memengaruhi persepsi publik tentang konflik.
Analisis terhadap pemberitaan media internasional dan lokal dapat memberikan wawasan yang
menarik. (Dony)

4. Aspek Hukum: Mempelajari implikasi hukum internasional terkait konflik ini, termasuk resolusi
PBB dan hukum internasional yang terkait. (Haikal)

5. Dampak Sosial dan Ekonomi: Menyelidiki dampak konflik terhadap masyarakat dan ekonomi di
wilayah Israel dan Palestina. Bagaimana kehidupan sehari-hari dan ekonomi masyarakat terkena
dampak? (Syahrul)

6. Analisis Perdamaian: Mempelajari upaya-upaya perdamaian yang telah dilakukan dan


mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat proses perdamaian. (Mine)

7. Refleksi Personal: Mendorong siswa untuk merenungkan pandangan pribadi mereka terhadap
konflik dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi pemahaman mereka

1. Analisis Sejarah

Akar sejarah Konflik :


Deklarasi Balfour 1917 'Pendirian Rumah Nasional Yahudi'
Pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, menulis
surat kepada kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris.
Di mana, isi perjanjian dalam surat mengikat pemerintah Inggris untuk "mendirikan rumah
nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" serta memfasilitasi "pencapaian tujuan itu".

Mandat Inggris dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung sampai tahun 1948. Selama periode
itu, Inggris telah memfasilitasi migrasi orang Yahudi (Banyak penduduk baru yang melarikan
diri dari Nazisme di Eropa. Mereka berlindung di Palestine).
Pemberontakan Arab Tahun 1930-an
Aksi tersebut berlangsung enam bulan dan ditindas secara brutal oleh Inggris, dengan
melancarkan kampanye penangkapan massal dan melakukan penghancuran (sebuah praktik yang
terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini).

Pada paruh kedua di 1939, Inggris telah mengerahkan sekitar 30.000 tentaranya di Palestina.
Desa-desa dibom melalui udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan, serta
penahanan administratif hingga pembunuhan massal tersebar luas.

Keputusan PBB Tahun 1947


Di tahun 1947, populasi Yahudi telah membengkak menjadi 33 persen di Palestina, dan mereka
hanya memiliki 6 persen tanah.
Dalam hal ini, Palestina menolak rencana tersebut karena rencana itu akan memberikan sekitar
55 persen wilayah Palestina kepada negara Yahudi

Hal ini juga membuat tentara Mesir, Irak, Transjordania, dan Suriah menyerang, setelah Israel
mendeklarasikan kemerdekaan pada Mei 1948.

Perjanjian gencatan senjata pada tahun 1949, menetapkan perbatasan baru secara de facto dengan
memberi negara Yahudi tersebut lebih banyak wilayah, dibandingkan dengan diberikan
berdasarkan rencana pembagian PBB.

Pembersihan Etnis Palestina (Nakba) Tahun 1948


Sebelum Mandat Inggris berakhir pada 14 Mei 1948, para militer Zionis sudah memulai operasi
militer untuk menghancurkan wilayah Palestina, demi memperluas perbatasan negara Zionis
yang akan lahir.
Aksi tersebut diperkirakan telah menewaskan 15.000 warga Palestina (termasuk dalam puluhan
pembantaian). Gerakan Zionis berhasil menguasai 78 persen wilayah bersejarah Palestina.
Tindakan itu menentukan jalannya operasi selanjutnya, dan dari tahun 1947 sampai 1949, telah
lebih dari 500 desa dan kota-kota di Palestina dihancurkan. Peristiwa tersebut itu disebut sebagai
Nakba atau berarti bencana dalam bahasa Arab.

Alhasil, diperkirakan ada 750.000 warga Palestina yang harus meninggalkan rumah mereka dan
mengungsi ke negara tetangga, seperti Yordania, Suriah, Mesir, dan Lebanon.
Berdirinya Israel
Pada 15 Mei 1948, Israel mendeklarasikan pendiriannya. Dari sini, membuat konflik pun
semakin memuncak. Besoknya, terjadi perang Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran itu
berakhir pada Januari 1949.

Pertempuran berakhir setelah gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Suriah, Lebanon, dan
Yordania.

Sejarah membentuk Dinamika:

1. Klaim Terhadap Tanah dan Pemukiman: Konflik itu terkait dengan klaim historis atas tanah
yang saling bertentangan. Bagi Israel, klaim historis dan religius terhadap tanah tersebut
berdasarkan pada keyakinan sejarah Yahudi di wilayah tersebut ribuan tahun yang lalu.
Sementara itu, bagi orang Palestina, ini adalah tanah leluhur mereka yang telah dihuni secara
turun-temurun.

2. Status Yerusalem: Yerusalem adalah pusat spiritual dan politik bagi kedua pihak. Israel
mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota tak terbagi mereka, sementara Palestina juga menuntut
Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negara Palestina mereka.

3. Kekerasan dan Kebuntuan Politik: Sejarah konflik, termasuk perang, intifada, dan konflik
bersenjata lainnya, telah menciptakan siklus kekerasan dan ketegangan yang sulit dipecahkan.

4. Ketidakmampuan Mencapai Solusi yang Diterima Bersama: Sejarah perundingan perdamaian,


seperti Perjanjian Oslo, yang tidak mencapai penyelesaian akhir, meninggalkan rasa frustrasi dan
ketidakpercayaan di antara kedua pihak.

5. Ketegangan Regional dan Global: Konflik Palestina-Israel juga menjadi bagian dari dinamika
lebih luas di kawasan Timur Tengah.

3. Pengaruh Media : Meneliti bagaimana media memengaruhi persepsi publik tentang konflik.
Analisis terhadap pemberitaan media internasional dan lokal dapat memberikan wawasan yang
menarik. (Dony)

Media memainkan peran penting dalam memengaruhi persepsi publik tentang konflik Israel-Palestina.
Analisis terhadap pemberitaan media internasional dan lokal dapat memberikan wawasan yang menarik
terhadap konflik tersebut.

Media internasional dan lokal seringkali memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melaporkan
konflik ini. Sebagai contoh, media Eropa cenderung mengecam Israel dan menggambarkan kedengkian
lama pembunuhan Yesus Kristus oleh pemuda Yahudi, sementara media Israel dan Amerika Serikat
cenderung memihak Israel dan mengecam Hamas sebagai pemicu gejolak.
Di Indonesia, perang narasi di media sosial terkait konflik Israel-Palestina sering terjadi, di mana netizen
mengecam Israel dan mendukung Palestina, namun ada juga yang membela Israel. Lembaga survei
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merasa memiliki kedekatan dengan Palestina.

Analisis terhadap pemberitaan media dapat membantu memahami bagaimana media


memengaruhi persepsi publik tentang konflik Israel-Palestina

Pemberitaan Media Internasional

Pemberitaan media internasional sering kali mencerminkan sudut pandang global terhadap
konflik tersebut. Berbagai outlet media internasional seperti BBC, CNN, dan Al Jazeera sering
kali memberikan liputan yang mendalam terkait konflik tersebut. Namun, kritik terhadap
pemberitaan media internasional sering kali muncul karena adanya bias tertentu dalam
melaporkan konflik ini. Misalnya, beberapa pihak menuduh bahwa media internasional
cenderung memihak pada salah satu pihak dalam konflik, sehingga dapat memengaruhi persepsi
publik secara global.

Pemberitaan Media Lokal

Di sisi lain, pemberitaan media lokal juga memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi
publik di wilayah tertentu. Media lokal di Palestina dan Israel dapat memainkan peran penting
dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap konflik tersebut. Pemberitaan lokal sering
kali mencerminkan perspektif dan kepentingan nasional, sehingga dapat memengaruhi cara
masyarakat di wilayah tersebut memandang konflik tersebut.

5. Dampak Sosial dan Ekonomi: Menyelidiki dampak konflik terhadap masyarakat dan ekonomi di
wilayah Israel dan Palestina. Bagaimana kehidupan sehari-hari dan ekonomi masyarakat terkena
dampak?

 Dampak Ekonomi:

 Konflik Israel-Palestina telah memicu ketidakpastian di pasar keuangan, termasuk di


Indonesia. Investor cenderung beralih ke aset yang aman, yang dapat menekan nilai tukar
rupiah dan memicu inflasi. Hal ini dapat membuat harga barang impor, terutama
komoditas pangan, semakin mahal

 Dampak konflik juga dapat mempengaruhi harga minyak global, yang dapat
meningkatkan utang luar negeri Indonesia dan memicu inflasi

 Dampak konflik juga terasa di wilayah Palestina, di mana infrastruktur seperti rumah
sakit, sekolah, masjid, dan gereja hancur tak tersisa, serta menyebabkan pengusiran
warga Palestina dan pembunuhan massal warga sipil

 Kemiskinan dan Keterbatasan Akses: Situasi sosio-ekonomi di Gaza sudah sangat


buruk sebelum perang, dengan tingkat kemiskinan mencapai 61% pada tahun 2020.
Dampak perang diperkirakan akan meningkatkan tingkat kemiskinan di Gaza

 Keterbatasan Akses Pendidikan: Kerusakan pada fasilitas pendidikan di Gaza telah


mengakibatkan tidak satupun dari 625.000 siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan

Dampak Sosial:

 Konflik ini telah menyebabkan korban jiwa yang tinggi, dengan jumlah korban pihak
Palestina yang tewas mencapai ribuan jiwa

Dampak perang juga mencakup ancaman terhadap lingkungan, krisis iklim, air, dan
pangan yang mengancam keselamatan masyarakat di wilayah tersebut

Kerusakan Infrastruktur: Serangan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan kehancuran


yang sangat besar di wilayah Palestina, termasuk kerusakan pada rumah sakit, fasilitas
pendidikan, dan infrastruktur kesehatan

Krisis Air dan Sanitasi: Konflik tersebut juga telah menyebabkan krisis air dan sanitasi
di Gaza, dengan konsumsi air yang anjlok 90 persen sejak perang dimula

Krisis Kesehatan: Lebih dari setengah jumlah rumah sakit di Gaza dan hampir dua
pertiga jumlah fasilitas kesehatan primer tidak berfungsi, dan 53 ambulans rusak

Pengungsi: Konflik tersebut juga telah memaksa jutaan warga Palestina untuk
mengungsi, entah karena rumahnya hancur atau karena ketakutan dan tak memiliki
pasokan kebutuhan pokok

Anda mungkin juga menyukai