Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fani Mariesa R

NIM : K4422025
Kelas :A
Matkul : Sejarah Asia Barat Daya
Dosen Pengampu : Isawati, S.Pd., M.A

Gambaran Umum Masalah Palestina


Awal mula konflik antara Israel dan Palestina dapat ditelusuri kembali ke periode
awal abad ke-20, dengan akar masalah yang terkait dengan nasionalisme, agama,
dan klaim teritorial di wilayah tersebut. Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour
menyatakan dukungan Inggris untuk pendirian "tanah air nasional bagi bangsa
Yahudi" di Palestina, yang pada saat itu masih merupakan bagian dari Kesultanan
Utsmaniyah.
Setelah Perang Dunia I dan runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah, Liga Bangsa-
Bangsa memberikan mandat kepada Inggris untuk mengelola Palestina. Selama
periode ini, imigrasi Yahudi meningkat tajam, menciptakan ketegangan antara
komunitas Yahudi dan Arab lokal yang merasa terancam oleh hilir-mudiknya
pendatang ini.
Konflik semakin meruncing setelah berakhirnya Mandat Inggris pada tahun 1947.
Pada tahun yang sama, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan
pembagian Palestina menjadi dua negara terpisah, satu bagi Yahudi dan satu bagi
Arab, dengan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Meskipun diadopsi oleh
PBB, rencana pembagian tersebut ditolak oleh pihak Arab, yang menganggapnya
tidak adil.
Pada tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin Yahudi di Palestina,
mengumumkan pembentukan Negara Israel. Sehari kemudian, negara-negara Arab
sekitarnya menyerang Israel dalam upaya untuk menggagalkan pendiriannya.
Perang Arab-Israel 1948-1949 (atau Perang Kemerdekaan Israel) menyebabkan
perebutan wilayah dan pembentukan sejumlah kamp pengungsi Palestina.
Hasil perang tersebut, berupa gencatan senjata pada tahun 1949, menetapkan batas-
batas wilayah Israel, yang meliputi sebagian besar wilayah yang direncanakan oleh
PBB dan sejumlah wilayah lainnya. Namun, tidak ada penyelesaian resmi yang
dicapai terkait status Jerusalem atau masalah pengungsi Palestina.
Masalah Palestina merupakan konflik yang melibatkan sejumlah isu kompleks dan
berlapis, memunculkan ketegangan politik, ekonomi, dan sosial yang
berkepanjangan. Salah satu aspek sentral dari masalah ini adalah sengketa teritorial
antara Israel dan Palestina. Pembentukan Negara Israel pada tahun 1948 dan hasil
Perang Arab-Israel 1948-1949 menciptakan pembagian wilayah yang memicu
ketidakpuasan dan konflik teritorial yang berlanjut hingga kini.
Pertama, status Jerusalem menjadi poin sengketa yang signifikan. Kota ini memiliki
nilai religius dan sejarah yang tinggi bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam.
Ketidaksepakatan terkait siapa yang berhak mengontrol atau memiliki klaim penuh
atas Jerusalem terus menjadi kendala besar dalam upaya penyelesaian konflik.
Kedua, masalah pengungsi Palestina adalah dampak langsung dari konflik tersebut.
Setelah pembentukan Negara Israel, sejumlah besar warga Palestina terpaksa
mengungsi atau diusir dari rumah mereka. Hingga hari ini, status dan hak kembali
para pengungsi menjadi salah satu sumber ketidaksetujuan antara pihak Palestina
dan Israel.
Ketiga, konstruksi pemukiman Israel di Tepi Barat dan wilayah Timur Jerusalem
menghasilkan ketegangan yang signifikan. Pemukiman-pemukiman ini dianggap
ilegal berdasarkan hukum internasional dan dianggap sebagai hambatan besar
dalam upaya mencapai solusi dua negara yang diinginkan oleh banyak pihak.
Keempat, blokade dan konflik Gaza menjadi fokus perhatian dunia. Wilayah Gaza,
yang dikuasai oleh Hamas, mengalami situasi kemanusiaan yang sulit akibat
blokade Israel dan konflik berulang antara kelompok Palestina dan Israel. Ini
menciptakan kondisi hidup yang sulit bagi penduduk Gaza dan menjadi sumber
ketidakstabilan regional.
Terakhir, upaya-upaya untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina,
termasuk perjanjian Oslo pada tahun 1993, belum mampu menghasilkan
penyelesaian yang langgeng. Hambatan-hambatan politik dan sikap yang
berseberangan terkait isu-isu kunci terus menjadi penghalang bagi proses
perdamaian yang berkelanjutan.
Gambaran umum masalah Palestina mencerminkan kerumitan dan kepekaan dari
berbagai isu yang saling terkait. Solusi jangka panjang yang adil dan berkelanjutan
memerlukan negosiasi yang serius, kesepakatan internasional, dan komitmen dari
semua pihak terlibat.
Konflik Israel-Palestina menciptakan landasan bagi ketegangan yang berlanjut
hingga hari ini. Sengketa teritorial, klaim historis, dan perbedaan politik serta
agama terus menjadi pemicu konflik, dengan serangkaian perang, intifada, dan
upaya perdamaian yang belum berhasil sepenuhnya menyelesaikan masalah ini.
Dengan demikian, gambaran awal konflik mencerminkan kerumitan latar belakang
sejarah, nasionalisme, dan tuntutan wilayah yang menjadi akar permasalahan yang
kompleks dan berkepanjangan.
Materi tentang masalah Israel-Palestina memiliki urgensi yang tinggi dalam
konteks pemahaman isu-isu global dan geopolitik. Pertama, konflik ini merupakan
salah satu konflik terpanjang dan terkompleks di dunia, melibatkan sejarah, budaya,
dan agama yang sangat beragam. Mempelajari konflik ini akan memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana faktor-faktor ini saling
berinteraksi dan membentuk dinamika konflik.
Kedua, masalah Israel-Palestina memiliki dampak yang luas di tingkat regional dan
internasional. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi warga Israel dan Palestina,
tetapi juga berdampak pada kestabilan di Timur Tengah secara keseluruhan. Dengan
memahami akar masalah dan dinamika konflik ini, kita dapat merespons dan
menganalisis dampaknya terhadap kebijakan luar negeri, perdamaian global, dan
hubungan antarbangsa.
Selain itu, urgensi memilih materi ini terletak pada kompleksitas isu-isu yang
muncul, seperti sengketa teritorial, status Jerusalem, pengungsi Palestina, dan
konstruksi pemukiman. Pemahaman mendalam terhadap setiap aspek konflik ini
akan memungkinkan penelitian yang lebih kritis dan analitis, membantu melibatkan
berbagai perspektif untuk mencari solusi yang berkelanjutan.
Selanjutnya, konflik Israel-Palestina mencerminkan tantangan dalam mencapai
perdamaian di tengah perbedaan budaya, agama, dan politik. Studi mengenai
upaya-upaya perdamaian sebelumnya, seperti Perjanjian Oslo, dapat memberikan
wawasan tentang kompleksitas diplomasi dan kesulitan dalam mencapai
kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Terakhir, alasan saya memilih materi ini yaitu bertujuan agar dapat memberikan
kesempatan untuk memahami dampak konflik terhadap hak asasi manusia,
kesejahteraan masyarakat, dan keseimbangan kekuatan di kawasan. Hal ini relevan
dalam konteks studi keamanan global, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri.
Dengan demikian, pemilihan materi tentang masalah Israel-Palestina dalam tugas
kuliah Sejarah Asia Barat Daya tidak hanya penting untuk memahami sejarah dan
dinamika konflik itu sendiri, tetapi juga untuk membangun kemampuan analisis
kritis terhadap isu-isu global yang memengaruhi stabilitas dan perdamaian dunia.
Referensi

Andi Satrianingsih, Z. A. (2016). SEJARAH ZIONISME DAN BERDIRINYA


NEGARA ISRAEL. Jurnal Adabiyah.
Emilia Palupi Nurjannah, M. F. (2019). Deklarasi Balfour: Awal Mula Konflik
Israel Palestina. Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah.
Fitria, G. R. (2022). Problematika Antara Israel dan Palestina. ‘Adalah: Buletin
Hukum dan Keadilan,.
Muchsin, M. A. (2015). PALESTINA DAN ISRAEL: sejarah, konflik, dan masa
depan. Jurnal ilmu-ilmu keislaman.
Suswanta. (2012). Memahami Persoalan Palestina-Israel dari Perspektif Islam.
Jurnal Hubungan Internasional.

Anda mungkin juga menyukai