Anda di halaman 1dari 4

RESUME

KONFLIK PEOERANGAN YANG TERJADI ANTARA ISRAEL DAN FALESTINA

Nama: maharani

Prodi : ilmu hukum

Pada 7 Oktober 2023 kemarin, terjadi letusan konflik baru yang tak terelakkan antara Israel dan
Palestina. Melalui konflik ini Israel terus berusaha mengusir penduduk yang tinggal di wilayah
perbatasan dengan menghancurkan rumah-rumah atau permukiman yang ada. Tentu ini merupakan
tindakan yang melanggar hak asasi manusia, di mana setiap manusia seharusnya berhak untuk hidup
dengan aman dan tenang.Tak ayal, sebagai masalah kemanusiaan konflik Israel Palestina ini pun
mendapatkan perhatian dan empati dari dunia secara besar-besaran. Lantas sebenarnya, ada masalah
apa Israel dan Palestina ini? Apa yang menjadi akar dari konflik berkepanjangan keduanya? Penting
untuk memahami bagaimana asal mula penyebab konflik Israel Palestina. Dengan demikian, Anda bisa
mengedukasi diri sendiri dan orang-orang disekitar tentang konflik yang terjadi.Jauh sebelum penyebab
konflik Israel Palestina bermula, Palestina merupakan suatu negara yang ditempati oleh penduduk atau
orang Filistin pada abad ke-12 SM. Sepanjang sejarah, Palestina telah diperintah oleh banyak kelompok,
termasuk Asyur, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki Seljuk, Tentara Salib, Mesir,
dan Mameluke.

Kemudian, dari tahun 1517 hingga 1917, Kesultanan Utsmaniyah menguasai sebagian besar wilayah
tersebut. Ketika Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918, Inggris mengambil alih Palestina. Liga Bangsa-
Bangsa mengeluarkan mandat Inggris untuk Palestina, yaitu sebuah dokumen yang memberi Inggris
kendali administratif atas wilayah tersebut, termasuk ketentuan untuk mendirikan tanah air nasional
Yahudi di Palestina yang mulai berlaku pada tahun 1923.Pada tahun 1947, setelah lebih dari dua dekade
pemerintahan Inggris, PBB mengusulkan rencana untuk membagi Palestina menjadi dua bagian: negara
Yahudi merdeka dan negara Arab merdeka. Kota Yerusalem yang diklaim sebagai ibu kota oleh orang
Yahudi dan Arab Palestina akan menjadi wilayah internasional dengan status khusus.

Para pemimpin Yahudi menerima rencana itu, tetapi banyak orang Arab Palestina dengan keras
menentang, di mana beberapa di antaranya telah secara aktif melawan kepentingan Inggris dan Yahudi
di kawasan itu sejak tahun 1920-an. Kelompok-kelompok Arab berpendapat bahwa mereka mewakili
mayoritas penduduk di wilayah tertentu, harus diberikan lebih banyak wilayah. Mereka mulai
membentuk tentara sukarelawan di seluruh Palestina.

Sejak datangnya penduduk Yahudi ke Palestina, yang tidak lain menjadi penyebab konflik Israel
Palestina, pada Mei 1948 Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel mendeklarasikan dirinya sebagai
negara merdeka. Tentu ini menyiratkan bahwa Israel bersedia melaksanakan Rencana
Pemisahan.Kemudian, tentara Arab tetangga bergerak untuk mencegah pembentukan negara Israel.
Perang Arab-Israel 1948 yang terjadi melibatkan Israel dan lima negara Arab, yaitu Yordania, Irak, Suriah,
Mesir, dan Lebanon. Pada akhir perang pada Juli 1949, Israel menguasai lebih dari dua pertiga bekas
Mandat Inggris, sementara Yordania menguasai Tepi Barat dan Mesir menguasai Jalur Gaza.Konflik yang
terus berlanjut, kemudian lahirlah Orgaisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dibetuk untuk tujuan
mendirikan negara Arab Palestina di tanah yang sebelumnya dikelola di bawah Mandat Inggris, juga
wilayah yang yang diduduki secara tidak sah oleh Negara Israel.
Meskipun PLO pada awalnya didedikasikan untuk penghancuran Negara Israel sebagai sarana untuk
mencapai tujuannya menjadi negara Palestina, dalam Kesepakatan Oslo 1993, PLO menerima hak dan
keberadaan Israel, sebagai imbalan atas pengakuan formal PLO oleh Israel.Perang Enam Hari dipicu
selama periode gesekan diplomatik yang bergejolak dan pertempuran kecil antara Israel dan
tetangganya. Pada bulan April 1967, bentrokan memburuk setelah Israel dan Suriah terlibat
pertempuran udara dan artileri yang ganas di mana enam jet tempur Suriah dihancurkan.Setelah
pertempuran udara April, Uni Soviet memberi Mesir intelijen bahwa Israel sedang memindahkan
pasukan ke perbatasan utara dengan Suriah dalam persiapan untuk invasi skala penuh.

Informasi itu tidak akurat, tetapi bagaimanapun, itu mampu menggerakkan Presiden Mesir Gamal Abdel
Nasser untuk memajukan pasukan ke Semenanjung Sinai, di mana mereka mengusir pasukan penjaga
perdamaian PBB yang telah menjaga perbatasan dengan Israel selama lebih dari satu dekade.Pasukan
Pertahanan Israel kemudian melancarkan serangan udara terhadap Mesir pada 5 Juni 1967. Konflik ini
menarik Yordania dan Suriah untuk berada pada pihak Mesir. Namun sayangnya, perang enam hari ini,
pada memberikan keuntungan besar pada pihak Israel. Di mana Israel menguasai Jalur Gaza, Tepi Barat,
Semenanjung Sinai.Penyebab konflik Israel Palestina yang dimulai sejak tahun 1947 pun tahun demi
tahun, masih tetap berlanjut. Kemarahan warga negara Palestina juga semakin meluap setelah
pendudukan Israel berlangsung di Gaza dan Jalur Barat. Beberapa kesepakatan pun berhasil dilakukan,
namun tidak kunjung memberikan keleluasaan dan kebebasan Palestina secara penuh.Hingga kini,
Palestina masih berjuang untuk menjadi negara resmi yang diakui oleh semua negara. Meskipun orang-
orang Palestina menduduki daerah-daerah penting, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, beberapa orang
Israel, dengan izin pemerintah mereka, terus menetap di daerah-daerah seharusnya menjadi hak
Palestina.

Banyak kelompok hak asasi internasional menganggap pemukiman seperti itu ilegal, perbatasan tidak
jelas, dan konflik terus-menerus berlanjut. Pada Mei 2017, para pemimpin Hamas memberikan
dokumen yang mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan yang ditentukan
tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Namun, kelompok tersebut menolak untuk
mengakui Israel sebagai sebuah negara, dan pemerintah Israel segera menolak rencana tersebut.Status
Yerusalem adalah salah satu isu paling kontroversial dalam konflik Israel-Palestina. Secara historis,
Yerusalem telah dianggap sebagai salah satu kota suci oleh tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Konflik seputar status Yerusalem berkaitan dengan pertentangan klaim kedaulatan dan pengendalian
atas kota tersebut.

Sebelum tahun 1948, selama Mandat Palestina di bawah kekuasaan Britania Raya, Yerusalem adalah
bagian dari wilayah Palestina. Namun, selama Perang Arab-Israel 1948, Yerusalem dibagi antara Israel
Barat dan Yordania Timur (termasuk Kota Tua Yerusalem). Selama Perang Enam Hari tahun 1967, Israel
merebut seluruh Yerusalem Timur dan Tepi Barat dari Yordania, termasuk Kota Tua Yerusalem. Sejak itu,
Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota negaranya, sementara Palestina juga mengklaim
Yerusalem Timur sebagai ibu kota dari negara masa depan mereka.Perselisihan antara Israel dan
Palestina, yang sama-sama mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka, digambarkan sebagai "salah
satu masalah yang paling sulit diselesaikan dalam konflik Israel-Palestina". Sebagian besar negara
mendukung bahwa Yerusalem harus menjadi ibu kota masa depan Israel dan Palestina, di mana posisi ini
telah didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa. Sementara itu Rusia lebih mengakui
Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina, dan Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel.

Status Yerusalem telah menjadi salah satu isu paling rumit dalam perundingan damai antara Israel dan
Palestina. Banyak negara dan komunitas internasional, termasuk PBB, belum mengakui klaim Israel atas
Yerusalem sebagai ibu kota dan berharap agar status kota tersebut dapat diatur melalui perundingan
damai antara kedua belah pihak.Seperti halnya perang Timur Tengah di masa lalu, konflik antara Israel
dan Hamas yang terjadi sejak 7 Oktober ini berpotensi mengganggu perekonomian dunia dan bahkan
bisa menyebabkan resesi jika lebih banyak negara ikut terlibat.

Seperti yang dikutip dari Bloomberg, risiko ekonomi ini nyata adanya,terlebih ketika tentara Israel
menyerang Gaza sebagai respons terhadap serangan kelompok militan tersebut. Korban tewas akibat
serangan Hamas dan serangan udara Israel yang sedang berlangsung di Gaza sudah mencapai puluhan
ribu. Ada kekhawatiran bahwa milisi di Lebanon dan Eskalasi yang lebih tajam dapat membawa Israel ke
dalam konflik langsung dengan Iran, pemasok senjata dan uang ke Hamas, yang oleh AS dan Uni Eropa
telah ditetapkan sebagai kelompok teroris. Dalam skenario tersebut, Bloomberg Economics
memperkirakan harga minyak bisa melonjak hingga $150 per barel dan pertumbuhan global turun
menjadi 1,7% – sebuah resesi yang akan mengurangi produksi dunia sebesar $1 triliun.Oleh karenanya,
ekonomi memang memainkan peran penting dalam konflik Israel-Palestina dan dampaknya sangat
kompleks. Berikut beberapa aspek pengaruh ekonomi dalam konflik ini:

1. Ketergantungan ekonomi: Palestina, terutama Tepi Barat dan Gaza, sangat tergantung pada bantuan
ekonomi internasional dan hubungan ekonomi dengan Israel. Bantuan ekonomi dari donor internasional
merupakan sumber pendapatan penting bagi Palestina. Namun, fluktuasi dalam bantuan ekonomi dan
kendala ekonomi yang disebabkan oleh konflik dapat mengganggu stabilitas ekonomi di wilayah
tersebut.

2. Pembatasan perdagangan dan mobilitas: Israel mengendalikan perbatasan dan titik masuk utama ke
wilayah Palestina. Pembatasan perdagangan, impor, dan ekspor serta kendala mobilitas bagi warga
Palestina dapat berdampak signifikan pada perekonomian Palestina. Pembatasan ini juga
mempengaruhi akses Palestina ke pasar internasional dan pertumbuhan ekonomi.

3. Pertumbuhan ekonomi di Israel: Ekonomi Israel adalah salah satu yang paling maju di wilayah
tersebut dan memiliki dampak signifikan pada ekonomi Palestina. Hubungan ekonomi antara Israel dan
Palestina dapat berdampak baik atau buruk, tergantung pada kerja sama ekonomi dan kondisi
perdagangan.

4. Ketidaksetaraan ekonomi: Konflik Israel-Palestina menciptakan ketidaksetaraan ekonomi yang


signifikan antara kedua belah pihak. Warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza sering menghadapi tingkat
pengangguran yang tinggi dan kondisi ekonomi yang sulit, sementara Israel memiliki tingkat
pengangguran yang lebih rendah dan akses ke sumber daya yang lebih besar.

5. Pengaruh investasi asing: Investasi asing di wilayah Israel dan Palestina dapat memiliki dampak pada
perkembangan ekonomi dan kestabilan. Investasi ini dapat mempengaruhi prospek ekonomi di wilayah
tersebut dan dapat digunakan sebagai alat politik dalam konflik.

6. Pembangunan infrastruktur: Konflik ini telah merusak infrastruktur di Palestina, dan upaya untuk
membangun kembali infrastruktur yang hancur menjadi salah satu tantangan ekonomi yang signifikan.
Pengaruh ekonomi dalam konflik Israel-Palestina adalah sangat kompleks dan berdampak pada berbagai
aspek kehidupan sehari-hari di wilayah tersebut. Faktor-faktor ekonomi ini juga dapat berdampak pada
dinamika politik, sosial, dan keamanan dalam konflik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai