Anda di halaman 1dari 2

KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

A. LATAR BELAKANG
Konflik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik dunia internasional yang paling lama
dan telah berlangsung lebih dari setengah abad yang melibatkan banyak negara Arab dan negara
Barat. Konflik tersebut terjadi berawal dari keputusan PBB yang mengakhiri mandat pemerintahan
Inggris di wilayah Palestina dan kemudian membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, yaitu
wilayah yang diperuntukkan bagi masyarakat Yahudi Israel dan Arab Palestina. Keputusan PBB
tersebut menimbulkan protes dari rakyat Palestina yang sudah sejak lama menempati wilayah
tersebut. Sementara itu, sikap arogansi Israel yang ingin menguasai seluruh wilayah Palestina
berubah manjadi kerusuhan yang memicu terjadinya perang dalam skala yang lebih luas.
Inggris sebagai pemenang Perang Dunia I memberikan wilayah kekuasaan pada bangsa
Yahudi melalui Deklarasi Balfour pada 1917. Dengan perjanjian tersebut, Yahudi menganggap
kawasan Palestina menjadi tanah airnya. Di sisi lain, masyarakat Islam Palestina menganggap
bahwa Inggris memaksakan pendirian negara Yahudi di kawasan Palestina. Di mana hal tersebut
bertentangan dengan keinginan masyarakat Palestina.

B. KRONOLOGI
Bangsa Yahudi ke Palestina awalnya melakukan imigrasi dikarenakan peristiwa Holocaust
dalam Perang Dunia II. Holocaust merupakan genosida terhadap kira-kira enam juta penganut
Yaudi di Eropa yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Kekejaman Nazi Jerman pimpinan Hitler ini
membuat semakin banyak warga Yahudi ingin meninggalkan Eropa ke Palestina. Namun, imigrasi
tersebut terhalang dengan kebijakan Inggris yang beberapa bulan sebelum perang dunia II
menerbitkan White Paper 1939. Dalam dokumen tersebut berisi, imigrasi Yahudi ke Palestina
dibatasi hanya 75 ribu orang sampai tahun 1944. Di mana hanya ada 10 ribu imigran per tahun atau
25 ribu orang jika terjadi kondisi darurat. Karena kebijakan kolonial serta anacaman pemusnahan
massal tersebut, organisasi Yahudi melakukan imigrasi ilegal.
Percobaan tersebut ternyata berhasil digagalkan Inggris yang menempatkan delapan kapal
perang untuk memblokade perairan sekitar Palestina. Para imigran yang gagal masuk Palestina itu
kemudian dibawa dan ditahan di kamp pengungsi di Siprus. Beberapa ribu lainnya ditahan di
Palestina dan Mauritius. Situasi tersebut membangkitkan perlawanan kelompok bersenjata Yahudi
di Palestina dengan menebar teror. Aksi teror tersebut dilakukan kelompok sayap kanan Zionis,
Irgun. Kondisi yang semakin buruk tersebut mendorong beberapa negara mendesak Ingris untuk
segera membuka jalur imigrasi Yahudi. Pada 20 April 1946, Komite Gabungan Inggris-AS bentukan
PBB merekomendasikan 100 ribu orang Yahudi untuk migrasi ke Palestina. Hal tersebut ternyata
ditolak oleh pemerintah Arab. Merasa sudah tidak mampu mengatasi keadaan di Palestina, Inggris
memberikan mandat pengelolaan Palestina kepada PBB pada 14 Mei 1948. Tahun 1948 para
pemimpin Yahudi mendeklarasikan terbentuknya negara Israel di depan 259 undangan di Museum
Tel Aviv.
Setelah Deklarasi Kemerdekaan Israel 14 Mei 1948, hari sebelumnya pasukan ekspedisi
Mesir, Transyordania, Suriah, dan Irak semuanya memasuki Palestina pada waktu yang bersamaan.
Setelah menguasai distrik-distrik Arab, pasukan penyerang melancarkan serangan terhadap
pasukan Israel dan beberapa pemukiman Yahudi. Pertempuran berlangsung selama sepuluh bulan,
sebagian besar di wilayah Mandat Inggris, Semenanjung Sinai, dan Lebanon selatan, dengan
berbagai periode gencatan senjata. Perang ini terjadi disaat Inggris masih memerintah negara itu
dan ketika pasukan militernya masih dikerahkan di berbagai wilayah. Kesediaan dan kemampuan
Inggris untuk campur tangan dalam perang semakin berkurang. Pada paruh kedua, April 1948
mereka sudah jarang ikut campur kecuali untuk mengamankan rute penarikan mereka. Hasil dari
perang, Israel kini menguasai hampir 60 persen wilayah yang diusulkan oleh PBB untuk negara
Yahudi, dan hampir 60 persen wilayah yang diusulkan untuk negara Arab. Wilayah ini termasuk
Jaffa, Lydda, dan Ramle, Galilea, beberapa bagian Negev, jalur lebar di sepanjang jalan Tel Aviv–
Yerusalem, dan beberapa wilayah Tepi Barat. Yerusalem Barat, yang seharusnya menjadi bagian dari
zona internasional Yerusalem dan sekitarnya, juga diambil alih oleh Israel. Militer Mesir mengambil
alih Jalur Gaza, sementara tentara Yordania mengambil alih Yerusalem Timur dan sisa dari Mandat
Inggris.
Jerusalem Barat hampir semua penduduknya adalah orang-orang Yahudi, yang merupakan
bagian dari Israel sejak didirikan pada tahun 1948. Jerusalem Timur sebagian besar penduduknya
adalah orang-orang Arab Palestina, yang pada akhir-akhir ini direkonstruksi menjadi wilayah
Yahudi. Jerusalem Timur dikuasai oleh Jordania antara 1949 dan Perang Enam-Hari tahun 1967.
Selama masa peperangan, Jerusalem Timur dapat diduduki Israel, dan kemudian diklaim sebagai
bagian dari wilayahnya. Israel menyatakan bahwa Jerusalem merupakan ibu kotanya, tetapi orang-
orang Palestina membantah pernyataan itu dan PBB pun tidak mengakuinya. Orang-orang Yahudi,
Kriten, dan kaum Muslimin, yang merupakan bagian dari Abrahamic religions, mengakui bahwa
Jerusalem merupakan kota suci mereka. Jerusalem memiliki situs-situs suci yang berhubungan
dengan agama mereka. Sampai sekarang, Jerusalem masih menyimpan artifak-artifak sejarah yang
terpelihara dengan baik. Adapun konsentrasi terbesar dari situs keagamaan dan sejarah ini berada
atau terletak di Kota Tua, yang merupakan bagian dari wilayah Jerusalem Timur. Klaim atas
Jerusalem sebagai kota suci bagi tiga agama, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam, telah membawa
konsekuensi terhadap keberadaannya. Jerusalem telah menjadi ajang persengketaan yang tidak
pernah selesai.

C. PENYELESAIAN
Upaya-upaya yang dilakukan PBB dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina tahun 1947-1988
dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yaitu berupa resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh
Majelis Umum dan Dewan Keamanan serta dengan viii menyelenggarakan Konferensi Internasional
mengenai masalah Palestina dengan mempertemukan pihak-pihak yang bertikai agar dapat
menyelesaikan konfliknya dengan jalan damai. Penyelesaian konflik antara Israel dengan Palestina
dipengaruhui oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari negara Israel dan
Palestina yang merupakan negara-negara yang terlibat konflik. Faktor eksternal terdiri dari PBB,
Amerika Serikat, negara-negara Arab dan negara-negara Eropa. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
penyelesaian konflik antara Israel dengan Palestina ternyata tidak efektif. Hal ini disebabkan tidak
dipatuhinya kebijakan PBB oleh pihak-pihak yang terlibat konflik, serta kurangnya dukungan dari
negara-negara Arab dan negara-negara Eropa.

Anda mungkin juga menyukai