DUNIA PERTAMA
DAN
DEKLARASI
BELFOUR
AWAL MULA
eklarasi Balfoaur dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri inggris Arthur Balfour pada 2
Deklarasi Balfour adalah pernyataan terbuka yang dikeluarkan Pemerintah Inggris pada tahun
1917 semasa Perang Dunia I untuk mengumumkan dukungan bagi pembentukan sebuah
“kediaman nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina.
Deklarasi Balfour tercantum di dalam sepucuk surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri
Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, kepada Lionle Walter Rothschild, pemimpin komunitas
Yahudi Inggris. Deklarasi Balfour kemudian disiarkan lewat media massa pada tanggal 9
November 1917.
TERJEMAHAN ISI DEKLARASI BELFOUR
Pada dasarnya, Deklarasi Balfour menjanjikan orang-orang Yahudi sebuah negeri dimana
pribumi terdiri lebih dari 90 persen dari populasi. Kedua, deklarasi tersebut merupakan salah satu
dari tiga janji semasa perang yang bertentangan yang dibuat oleh Inggris. Ketika deklarasi tersebut
dikeluarkan, Inggris telah menjanjikan kemerdekaan Arab dari Kesultanan Utsmaniyyah dalam
korespondensi Hussein-McMahon pada 1915.
Inggris juga menjanjikan Prancis, dalam perjanjian terpisah yang dikenal dengan
kesepakatan Sykes-Picot pada 1916, bahwa sebagian besar Palestina akan berada di bawah
pemerintahan internasional, sementara wilayah yang tersisa akan dibagi antara dua kekuasaan
kolonial setelah perang.
Namun, deklarasi tersebut berarti bahwa Palestina akan berada di bawah penjajahan
Inggris dan bahwa orang-orang Arab Palestina yang tinggal di sana tidak akan memperoleh
kemerdekaan. Akhirnya, deklarasi tersebut memperkenalkan sebuah gagasan yang konon belum
pernah ada sebelumnya dalam hukum internasional, yakni “tanah air nasional” itu.
Penggunaan istilah samar “tanah air nasional” bagi orang-orang Yahudi, sebagai lawan
“negara”, membuat maknanya terbuka untuk interpretasi. Rancangan awal dokumen tersebut
menggunakan frasa “membentuk kembali Palestina sebagai sebuah Negara Yahudi”, tapi
kemudian diganti.
Namun, dalam pertemuan dengan pemimpin Zionis Chaim Weizmann pada 1922,
Arthur Balfour dan Perdana Menteri David Llyod George kabarnya menyatakan Deklarasi
Balfour “selalu berarti negara Yahudi pada akhirnya”.Pertanyaan mengapa Deklarasi Balfour
dikeluarkan telah menjadi subyek perdebatan selama puluhan tahun, para sejarawan
menggunakan sumber-sumber berbeda untuk menunjukkan berbagai penjelasan.
Ketika sebagian orang berpendapat bahwa banyak Zionis di pemerintahan Inggris saat
itu, yang lainnya menyatakan deklarasi tersebut dikeluarkan karena pemikiran anti-Semit,
bahwa memberikan Palestina kepada Yahudi akan menjadi solusi bagi “masalah Yahudi”.
Namun, di dunia akademis arus utama, ada rangkaian alasan dimana terdapat
konsensus umum:
• Menguasai Palestina merupakan kepentingan strategis kerajaan untuk menjaga Mesir dan
• Inggris harus berpihak pada Zionis untuk menggalang dukungan di kalangan Yahudi di
Amerika Serikat dan Rusia, berharap mereka bisa mendorong pemerintah mereka untuk tetap
dalam perang hingga meraih kemenangan.
• Lobi Zionis yang intens dan hubungan yang kuat antara komunitas Zionis di Inggris Raya dan
• Orang-orang Yahudi dianiaya di Eropa dan pemerintah Inggris bersimpati pada penderitaan
mereka.
Deklarasi Balfour secara luas dilihat sebagai perintis jalan menuju Nakba Palestina
1948, yakni ketika kelompok-kelompok bersenjata Zionis, yang dilatih oleh Inggris, secara
paksa mengusir lebih dari 750.000 warga Palestina dari tanah air mereka.
Ketika Inggris memutuskan untuk mengakhiri mandat mereka pada 1947 dan
mengalihkan masalah Palestina kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), orang-orang Yahudi
telah memiliki pasukan yang dibentuk dari kelompok-kelompok paramiliter bersenjata yang
dilatih dan diciptakan untuk berperang berdampingan dengan Inggris pada Perang Dunia II.
Setelah Deklarasi Balfour dipublikasikan, Inggris mulai memfasilitasi perpindahan kaum Yahudi ke Palestina.
Akibatnya, antara tahun 1922-1935 populasi Yahudi di Palestina meningkat tajam. Kaum Yahudi yang pada awalnya
masih menjadi minoritas dengan populasi hanya 9 persen, kemudian menjadi hampir 27 persen dari total populasi di
Palestina.
Setelah populasinya meningkat tajam, para Yahudi semakin menujukkan arogansinya kepada penduduk pribumi
Palestina. Akhirnya, kontak fisik pun tidak terhindarkan dan semakin membesar hingga tahun 1948. Pada 1948, orang-
oarng Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan Israel dan salah satu akibatnya adalah menyebabkan ratusan ribu penduduk
pribumi Palestina terusir dari tanah kelahirannya.
3. Berlarutnya konflik Israel-Palestina