Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hannavira Risani Djunaid

Kelas : 12 IPS 2

Sejarah Peperangan Palestina dan Israel


Masalah Palestina merupakan sengketa akibat pendudukan yang dilakukan oleh Israel di wilayah
Palestina. Pada akhir tahun 1800, sebuah kelompok di Eropa berkeinginan untuk menguasai
tanah ini. Dikenal sebagai Zionist, yaitu mereka yang mewakili kaum minoritas ekstrim bangsa
Yahudi. Tujuan mereka adalah menciptakan Tanah Air bagi orang Yahudi. Mereka pernah
mempertimbangkan beberapa lokasi di Afrika dan di Amerika, sebelum akhirnya menetapkan
tanah Palestina yang akan dijadikan tempat tujuan. Mula-mula, imigrasi ini tidak menimbulkan
masalah. Namun demikian, ketika makin banyak lagi kaum Zionist berimigrasi ke Palestina –
banyak yang menyatakan keinginannya terang-terangan akan mengambil alih tanah Palestina
untuk Negara Yahudi – penduduk asli menjadi makin lama tersadarkan. Akhirnya pekelahian
pecah, dengan gelombang kerusuhan yang meningkat.
Ketika Hittler mulai berkuasa, dibarengi dengan kegiatan Zionist untuk melakukan sabotase atas
usaha penempatan pengungsi Yahudi di Negara-negara barat, menjadikan meningkatnya imigrasi
kaum Yahudi ke Palestina, dan konflik tumbuh membesar.
Gerakan Zionisme yang dipelopori oleh Theodor Herzl pada 1895. Herzl merupakan ketua
komunitas Yahudi yang berada di Inggris.
Zionisme adalah suatu paham dan juga gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim.
Tujuannya adalah menegakkan negara khusus bagi bangsa Yahudi. Akan tetapi, tidak semua
orang Yahudi tergabung ke dalam gerakan Zionis. Pada saat itu pemerintah Inggris meminta
dukungan kepada Herzl untuk mendukung Inggris selama Perang Dunia I berlangsung. Herzl
pun memiliki syarat. Ia meminta pemerintah Inggris untuk mendukungnya membangun sebuah
negara. Inggris pun setuju untuk mendukungnya. Hingga kemudian pada tanggal 2 November
1917 tercipta sebuah perjanjain yang bernama Belfour Declaration.

Isi dari perjanjian Belfour Declaration 2 November 1917 :

1. Akan mendirikan A Nation Home untuk orang Yahudi


2. Hak – hak orang bukan Yahudi tidak akan dirugikan
Perjanjian yang tercipta itu ternyata ditentang oleh bangsa Arab Palestina, karena mereka tidak
dilibatkan dalam perumusan perjanjian Belfour Declaration. Menanggapi hal itu, Inggris
kemudian mempertemukan secara langsung komunitas Yahudi tadi dengan bangsa Palestina.
Pertemuan itu akhirnya menghasilkan White Paper pada 20 Oktober 1930.

Isi White Paper 20 Oktober 1930

1. Imigrasi akan diberhentikan selama masih ada orag arab yang belum mendapat pekejaan
2. Orang Yahudi tidak diperkenanakan lagi membeli tanah selama masih terdapat orang
arab Palestina yang belum memiliki tanah

Kalau dilihat dari isi White Paper, sudah jelas pihak Palestina yang diuntungkan. Kemudian
pada tahun 1933, NAZI di bawah pimpinan Adolf Hitler menangkapi orang-orang Yahudi yang
berada di Jerman. Alasannya karena orang Yahudi dianggap mengganggu keturunan bangsa
Jerman. Akhirnya orang-orang Yahudi mulai bermigrasi ke Palestina untuk menghindari
perburuan NAZI Jerman.

Kedatangan orang-orang Yahudi dalam jumlah besar ke Palestina, membuat rakyat Palestina
marah. Apalagi, setelah Perang Dunia II, orang-orang Yahudi menjadi lebih leluasa masuk ke
wilayah Palestina. Melihat hal itu, PBB akhirnya turun tangan dengan membentuk United
Nations Special Commission on Palestina (UNSC).

Pada 29 November 1947, PBB memutuskan untuk membagi wilayah Palestina berdasarkan
Resolusi PBB No. 181 (II). Wilayah Palestina yang sebelumnya adalah wilayah mandat Inggris
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagi kelompok Arab Palestina dan Yahudi.

Perang demi perang terus terjadi antara Palestina dengan Israel. Gerakan Zionisme ini tidak
pernah berhenti. Mereka terus berusaha merebut tanah wilayah bangsa Palestina demi tujuan
utamanya, yaitu berdirinya sebuah negara bagi kamu Yahudi. Sampai hari ini, wilayah Palestina
yang amat luas itu terus berkurang akibat pendudukan yang dilakukan Israel hingga saat ini.

Tujuan gerakan Zionisme

1. Mempersatukan semua orang yahudi diseluruh dunia yang tidak hanya sebagai sutau ras,
melainkan menjadi satu nation (Kongres Zionis di Basel-swiss).

2. Menuntut palestina sebagai tanah air bangsa yahudi.

3. Mendirikan sebuah Negara yahudi (Israel)

4. Melakukan Eksodus (pengusiran besar – besaran) kembalinya bangsa yahudi ke Palestina.

Hubungan antara bangsa Indonesia dengan Palestina sudah terjalin sebelum bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya. Seperti diadakannya Congres Al-Islam Indonesia pertama
yang dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 26 Februari-1 Maret 1938.

Palestina mempunyai peran penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti memberikan
dukungan atas janji kemerdekaan yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Koiso. Selain Palestina,
Indonesia juga turut aktif mendukung kemerdekaan Palestina. Jadi, sama-sama saling dukung
ya.

Peran Indonesia
Mulai dari Soekarno sampai Joko Widodo, Indonesia tetap konsisten mendukung kemerdekaan
Palestina. Bentuk dukungan Infonesia sebaga berikut :

1. Menolak hubungan diplomatic dengan Israel


2. Konsisten dalam mendukung kemerdekaan Palestina
3. Membangun rumah sakit Indonesia di Gaza, Palestina yang diresmikan pada tahun 2016
4. Mendorong upaya pembahasan kemerdekaan Palestina dalam beberapa forum
internasional/organisasi seperti Konferensi Asia Afrika, KTT OKI Gerakan Non Blok
5. Menjadi tuan rumah Konferensi Internasional mengenai Yerusalem.Konferensi yang
dihadiri 25 negara angota Komite Palestina PBB dan 24 negara peninjau ini
dilangsungkan oleh Komite Palestina PBB dan OKI
6. Bantuan teknis yang diberikan pemerintah Indonesia, antara lain adalah pelatihan bagi
1.338 rakyat Palestina yang terbagi dalam 128 program.

Anda mungkin juga menyukai