Anda di halaman 1dari 43

ah

al ne
j
S
a i
M nl TI
O A

BAWAH TANAH
Mengungkap yang Tak Terungkap

No XIX/Maret/2011

KISAH TAK TERUNGKAP


PERSEKONGKOLAN NAZI-ZIONIS
KONEKSI ZIONIS
DENGAN FASIS ITALIA

ALIANSI ZIONIS DENGAN AUSTRIA,


ROMANIA, DAN POLANDIA

KESEPAHAMAN RADIKAL ZIONIS


DENGAN JEPANG

KOLABORASI
NAZI-ZIONIS

EVERYTHING

YOU KNOW IS

WRONG

SEMAKIN BANYAK
YANG MEMBACA
SUARA BAWAH TANAH

SEBARKAN !
LAWAN PERBUDAKAN INFORMASI

Kunjungi : www.suarabawahtanah.co.cc

Majalah Online Gratis

KISAH TAK TERUNGKAP PERSEKONGKOLAN NAZI-ZIONIS


Selama berabad-abad, Yahudi telah
mengharapkan bahwa kembalinya Yahudi ke
Palestina hanya dimungkinkan dengan bantuan
seorang penyelamat, atau dikenal dengan Messiah.
Di pertengahan abad ke-19, dua orang Rabbi
menyusun sebuah novel yang menafsirkan doktrin
Juru Selamat tersebut. Menyadari bahwa bangsa
Yahudi telah meraih sejumlah kekuatan politik dan
bahwa Eropa telah siap membantu mereka, Rabbi
Judah Alkalay dan Rabbi Zevi Hirsch Kalisher
mengklaim bahwa bangsa Yahudi tidak perlu
menunggu lagi kedatangan seorang Messiah, karena
mereka dapat kembali ke Palestina melalui
kekuatan ekonomi dan politiknya sendiri, dengan
bantuan negara-negara Eropa. Ini bisa jadi sebagai
langkah pertama menyongsong kedatangan Sang
Messiah.
Pembauran: Sebuah Masalah Bagi Gerakan Zionisme
Alasan kaum Yahudi Eropa menolak pulang ke
Palestina adalah proses pembauran, yang di dalamnya
mereka telah terlibat selama hampir seabad. Pembauran ini
akibat tak terhindarkan dari diperolehnya persamaan hak
dengan pemeluk Nasrani. Sebagaimana telah dicatat, kaum
Yahudi adalah warga negara kelas dua selama Abad
Pertengahan karena pembatasan-pembatasan yang
dikenakan kepada mereka akibat kepercayaan agama
mereka. Para pemimpin kaum Yahudi mengira bahwa
mereka bisa mendapatkan kekuasaan politik, membuktikan
bahwa kaum Yahudi itu kaum pilihan, dan pulang ke
Palestina jika pembatasan-pembatasan itu dapat disudahi.
Karena itu, mereka telah berupaya menghancurkan sistem
feodal Katolik di Eropa, juga telah berperan penting dalam
keruntuhan Katolik Eropa dan pengenalan ke zaman modern.
Akan tetapi, zaman modern berpengaruh yang tak
dibayangkan sebelumnya oleh kaum Yahudi. Dengan
menurunnya peran agama di masyarakat Eropa dan
penghapusan pembatasan-pembatasan terhadap kaum
Yahudi, dasar kerekatan Yahudi, maupun kunci penolakan
Yahudi terhadap pembauran, ikut memudar. Di saat ini,
kaum Yahudi mulai berbaur, menjadi bagian masyarakat
Eropa tempat mereka tinggal.
Sambil memperoleh
persamaaan hak, orang-orang Yahudi juga melepaskan
jatidiri keyahudiannya. Pada akhir abad ke-19, mayoritas
kaum Yahudi di negara-negara Barat mulai menganggap diri
orang Jerman, Perancis, atau Inggris yang beriman Yahudi,
bukan suatu bangsa tersendiri.
Di sisi lain, pemikiran kaum Zionis amatlah berbeda.
Menurut teori Zionis, menjadi seorang Yahudi bukan semata
urusan agama: itu sebuah urusan ras. Ras Yahudi sebenarnya

amat berbeda dari bangsa Eropa; mereka kaum Semit dan tak
hendak berbaur. Di mata Zionis, mengaku sebagai Yahudi
Jerman atau Yahudi Perancis itu tak masuk akal. Orang
Yahudi berbeda dari ras mana pun, Eropa maupun bukan,
tanpa memandang apakah beragama ajaran Musa atau ateis.
Karena itu, merupakan suatu penyakit bagi orang Yahudi
untuk bergaul dan berbaur dengan ras lain. Kaum Yahudi
memerlukan suatu negara sendiri, dan negara ini harus di
Palestina, kampung halaman turun-temurun ras Yahudi.
Singkatnya, orang-orang Yahudi yang berbaur adalah
penderita sakit yang memerlukan pertolongan. Orang
Yahudi seperti itu, yang teracuni kenyamanan hidup zaman
modern dan menganggap diri tidak berbeda dari ras-ras lain
yang menghuni Eropa, harus disembuhkan sesegera
mungkin. Jika tidak, impian tentang sebuah negara Yahudi
akan tetap tinggal impian.
Namun, bagaimana cara menyembuhkan orang-orang
Yahudi itu? Para pemimpin Zionis segera menyadari bahwa
tugas ini suatu tugas yang sulit, sebab kaum Yahudi pembaur
(asimilasionis) menentang keras Zionis.
Kebanyakan
organisasi Yahudi pembaur mengeluarkan pernyataan yang
keras menolak pernyataan-pernyataan kaum Zionis. Mereka
menyatakan bahwa masyarakat mereka Yahudi hanya dari
segi agama, bahwa kaum Yahudi warga yang setia kepada
negara tempat mereka tinggal, dan akhirnya, bahwa mereka
tak berkeinginan pulang ke gurun-gurun pasir Palestina. Di
saat Theodor Herzl memimpin propaganda kaum Zionis di
Eropa, sebuah konferensi diselenggarakan di Pittsburgh,
Amerika Serikat, yang menerbitkan sebuah deklarasi yang
disebut Eight Principle of Reform Judaism (Delapan
Prinsip Reformasi Yudaisme ). Kaum Yahudi pembaur di
Amerika menarik perhatian dunia bahwa mereka
menganggap diri pemeluk suatu agama, dan bukan anggota
sebuah bangsa yang terpisah. Karena itu, mereka tak berniat
pulang ke Yerusalem maupun membangun kembali agama
persembahan Bani Harun. Mereka tidak mendukung sebuah
negara Yahudi baru.
Setelah beberapa deklarasi serupa mengikuti, para
Zionis menyadari bahwa mereka tak akan mampu
mengalahkan kaum Yahudi pembaur hanya dengan katakata.
Namun, bagaimana bisa dibuktikan bahwa kaum
Yahudi sebenarnya suatu ras yang berbeda dengan ras-ras
lain, dan bahwa mereka sungguh-sungguh orang asing di
Eropa? Sebelum zaman modern, pertanyaan ini terjawab
dengan sendirinya. Bangsa Eropa, disebabkan kepercayaan
agamanya, bersikap memusuhi kaum Yahudi yang
akibatnya, secara tak langsung, membantu mempertahankan
jatidiri kaum Yahudi.

Kaum Yahudi pembaur di Amerika


menarik perhatian dunia bahwa mereka
menganggap diri pemeluk suatu agama, dan
bukan anggota sebuah bangsa yang
terpisah. Karena itu, mereka tak berniat
pulang ke Yerusalem maupun membangun
kembali agama persembahan Bani Harun.
Mereka tidak mendukung sebuah negara
Yahudi baru.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Masyarakat Eropa turun-temurun menentang


pembauran dengan kaum Yahudi, dan akibatnya pembauran
terhalangi. Namun, di masa kini, karena kemajuan zaman
telah mendesak agama keluar dari kehidupan masyarakat,
sulit menciptakan pembatasan-pembatasan, atau
mengarahkan kebencian berdasarkan fanatisme agama,
terhadap kaum Yahudi.
Rasisme Abad ke-19 dan Anti-Semitisme Modern
Walau demikian, masih tersisa satu pilihan. Karena
ideologi telah menggantikan agama, sebuah ideologi dapat
digunakan untuk menghentikan pembauran.
Di sini, kaum Zionis menemukan sesuatu yang
sangat berguna: suatu ideologi baru yang kukuh menentang
pembauran kaum Yahudi berkembang kian pesat di Eropa.
Ideologi itu adalah rasisme modern yang berlandaskan pada
positivisme (pandangan bahwa yang penting adalah apa yang
bisa diindra dan diukur) abad ke-19 dan diperkuat oleh teori
evolusi Darwin. Selama abad ke-19, ahli-ahli teori yang rasis
bermunculan di seluruh Eropa. Para ahli teori ini, saat
mengamati bahwa umat manusia terdiri dari ras-ras yang
berbeda, menganggap bahwa watak terpenting seorang
manusia adalah rasnya. Suatu ras tidak dapat menghadapi
resiko lebih besar daripada kehilangan kemurniannya lewat
percampuran dengan ras-ras lain.
Pada saat yang sama, para ahli teori rasial, terutama
di Jerman, namun juga di negara-negara lain, memaparkan
teori-teori anti-Semit. Dengan mengemukakan perbedaanperbedaan antara ras Arya dan Semit, mereka menyatakan
bahwa kaum Yahudi telah mencemari kemurnian rasnya
sendiri dengan hidup di antara bangsa Eropa. Menurut para
pemikir ini, kaum Yahudi harus dikucilkan, dan perkawinan
dengan mereka dicegah. Kebencian fanatik terhadap kaum
Yahudi yang berdasarkan pada seruan melakukan pengucilan
sosial ini dikenal sebagai anti-Semitisme modern modern,
sebab menentang kaum Yahudi bukan karena agamanya
sebagaimana di Abad Pertengahan, melainkan karena rasnya.
Anti-Semitisme mencapai puncaknya pada Kasus Dreyfus
yang terkenal. (Alfred Dreyfus adalah seorang tentara
Perancis berkebangsaan Yahudi yang dituduh menjual
Skandal Dreyfus 1894.
Dreyfus, seorang perwira
militer Perancis yang
membocorkan rahasia negara
kepada Atase Militer Jerman.
Jelas salah satu alasan
Dreysfus adalah karena ia
Yahudi, dan Jerman sangat pro
Zionis

rahasia negara.)
Di sini, kita menemukan suatu fakta yang amat
menarik. Bukan hanya kaum rasis Eropa yang merasa tak
nyaman dengan pembauran Yahudi. Juga ada kelompok lain
yang merasa terancam atas nama ras Yahudi. Merekalah
kaum Zionis, yang menganggap keyahudian bukan sebuah
agama, melainkan jatidiri kebangsaan. Ini sebuah gambaran
yang menarik. Tak satu pun dari kedua pihak menginginkan
kaum Yahudi bercampur di luar rasnya; yang satu ingin
menjaga Yahudi agar tetap terpisah, sementara yang lain
ingin melindungi jatidiri keyahudiannya. Karena itu,
mengapa mereka tidak bekerjasama?
Tanggapan langsung atas pertanyaan ini datang dari
Theodor Herzl, pendiri Zionisme.
Anti-Semitisme: Sebuah Siasat Herzl
Kemajuan pembauran kaum Yahudi yang
tampaknya tidak tercegah (dan penolakan kaum Yahudi pada
program Zionis) memacu kaum Zionis ke arah
persekongkolan dengan para anti-Semit. Orang yang
memulainya adalah Theodor Herzl, pemimpin pertama
gerakan Zionis. Herzl menyadari bahwa, untuk memaksa
kaum Yahudi meninggalkan rumah-rumah mereka saat itu
dan pindah ke Israel, anti-Semitisme adalah sebuah
kebutuhan. Upaya apa pun untuk meyakinkan kaum Yahudi
berpindah ke Tanah Suci Palestina memerlukan gerakan
anti-Semit yang andal sebagai pendorong.
Sementara itu, anti-Semitisme, yang muncul
bersamaan dengan rasisme abad ke-19, telah memadamkan
harapan banyak orang Yahudi yang berpikir mereka dapat
tinggal di Eropa bebas dari pembedaan perlakuan dan
pelecehan. Herzl menekankan bahwa anti-Semitisme itu
suatu penyakit yang tak tersembuhkan, dan satu-satunya
penyelamatan bagi kaum Yahudi adalah pulang ke Palestina.
Pendapat Hezl bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi tak
dapat hidup berdampingan sangat sejalan dengan pemikiran
anti-Semit.
Mengomentari kesejajaran ini, Herzl
menyatakan bahwa anti-Semitisme dapat sangat membantu
kampanye Zionis.
Herzl tak puas memikat kaum Yahudi berpindah
dengan ajakan-ajakan diplomatis. Sebagaimana ditulis oleh
seorang tokoh politik dan cendekiawan tersohor Perancis
Roger Garaudy dalam bukunya The Case of Israel: A Study
of Political Zionism (Kasus Israel: Sebuah Kajian tentang
Zionisme Politik), Herzl menyokong pemisahan kaum
Yahudi bukan untuk membina suatu agama atau budaya yang
terpisah, melainkan sebuah negara.
Herzl bahkan
melanjutkan dengan berjanji kepada Plehve, menteri dalam
negeri Rusia semasa pogrom-pogrom (pembantaian kaum
Yahudi) Kishinev yang keji, bahwa ia akan menang atas
kaum Yahudi yang berperan besar dalam hasutan revolusi
melawan tsar (raja Rusia), sehingga mencegah
pemberontakan, sebagai balasan atas bantuan Rusia
mengirimkan orang-orang Yahudi kembali ke Palestina.

Pendapat Hezl bahwa orang Yahudi dan


b u k a n Ya h u d i t a k d a p a t h i d u p
berdampingan sangat sejalan dengan
pemikiran anti-Semit.
Mengomentari
kesejajaran ini, Herzl menyatakan bahwa
anti-Semitisme dapat sangat membantu
kampanye Zionis.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Rencana Herzl bersekongkol dengan orang-orang


anti-Semit telah menjadi cara yang paling disukai para
pemimpin Yahudi penerusnya. Akhirnya, Herzl menjadi
pendukung pergerakan anti-Semit yang bersemangat. Roger
Garaudy menulis bahwa pada tahun 1896, sebelum
menerbitkan bukunya The Jewish State (Negara Yahudi),
Herzl menjawab kecaman bahwa ia bekerja merugikan kaum
Yahudi dengan menyatakan tanpa ragu bahwa para antiSemit akan menjadi sahabat karib kaum Zionis.
Herzl dan para Zionis lainnya sepakat tentang tujuantujuan bersama. Niat mereka adalah memindahkan semua
kaum Yahudi ke Palestina. Inilah sebuah pemecahan yang
sempurna bagi para anti-Semit, yang ingin melindungi
kemurnian ras mereka dari pencemaran melalui percampuran
dengan kaum Yahudi.
Theodore Fritsch, penerbit
Antisemitische Correspondenz (Surat-Menyurat Anti-Semit,
belakangan disebut Deutsch-Soziale Blatter, Cacar Sosial
Jerman), sebuah majalah anti-Yahudi tersohor, menyambut
baik Kongres Zionis Pertama, dan mengirimkan ucapan
selamatnya bagi penerapan sebuah teori yang mensyaratkan
bahwa kaum Yahudi meninggalkan Jerman dan bermukim di
Palestina.
Herzl percaya bahwasanya akan berbahaya bagi
Zionisme jika kaum Yahudi merasa kerasan di negara-negara
tempat mereka berada; ia mengatakan: Kaum Yahudi
membentuk suatu masyarakat tunggal, dan tidak bisa
dipadukan dengan kaum-kaum lain. Namun, mereka
memang berbaur dengan masyarakat mana pun jika merasa
aman di dalamnya untuk waktu yang lama. Dan itu tak akan
pernah menjadi minat kita. Karena itu, menurut pemimpin
Zionis ini, langkah pertama yang harus diambil adalah
menciptakan rasa permusuhan terhadap kaum Yahudi.
Sejalan dengan itu, para pemimpin Zionis akan
mendorong ketegangan psikologis, membuat kaum Yahudi
resah dengan serangan-serangan anti-Semit yang membikin
geram. Dengan tindakan-tindakan itu, para pemimpin Zionis
berharap dapat meyakinkan kaum Yahudi bahwa mereka
berada dalam bahaya di Diaspora dan bahwa mereka hanya
dapat diselamatkan dengan berpindah ke Tanah Suci
Palestina.
Herzl berupaya memancing kaum anti-Semit dengan
sebuah cara yang mengejutkan, yakni menambahkan
kalimat-kalimat pada buku hariannya yang akan mendorong
mereka percaya pada persekongkolan Yahudi dan lalu
merangsang mereka menyerang kaum Yahudi. Tiga seri
buku harian Herzl diterbitkan di tahun 1922 dan 1923.
Seorang penulis Austria dan penerbit buku sterreichische
Wochenschrift (Mingguan Austria), Josep Samuel Bloch,

yang mengenal baik Herzl, menulis tentang buku-buku


harian itu: Surat-surat yang dikirimkan kepada Rothschild
dan Baron Hirsch, serta penegasan bahwa orang Yahudi itu
pemberontak dan penggerak revolusi berbakat di negaranegara yang mereka tinggali, cukup membawa kehancuran
pada kaum Yahudi. Herzl telah menyediakan musuh-musuh
kaum Yahudi dasar bagi sebuah 'pemecahan masalah
Yahudi'. Ia telah menunjukkan jalan untuk diikuti di dalam
kegiatan mereka selanjutnya. Buku-buku harian itu benarbenar mengerikan. Herzl bekerja keras membangkitkan
anti-Semitisme dan membangun persekutuan dengan para
anti-Semit sampai akhir hayatnya. Upaya-upaya yang
dilakukannya atas nama Zionisme tidak begitu berhasil:
kebanyakan kaum Yahudi Eropa menolak pindah ke Tanah
Suci Palestina.
Perlawanan Kaum Yahudi Terhadap Zionisme
Organisasi Zionis Dunia WZO, yang didirikan Herzl
dan terus berkembang setelah kematiannya yang mendadak
di tahun 1904, bertujuan utama memukimkan kaum Yahudi
di Palestina. Sekalipun WZO berupaya, jumlah pendatang
ke Palestina tetap lebih sedikit daripada yang diharapkan.
Malah, setelah beberapa tahun, kedatangan mulai menurun
tajam. Seakan belum cukup, sebagian mereka ternyata
kembali ke negara asalnya. Antara tahun 1926 dan 1931,
sekitar 3.200 orang Yahudi meninggalkan Palestina setiap
tahunnya.
Pada tahun 1932, di Palestina hanya ada 181 ribu
orang Yahudi berbanding 770 ribu orang Arab. Para
pemimpin Zionis sangat maklum bahwa mereka tidak dapat
mendirikan sebuah negara Yahudi dengan bangsa Arab
membentuk mayoritas sebesar itu.
Lebih jauh, mayoritas kaum Yahudi di Eropa dan
Amerika menolak berpindah ke Palestina antara tahun 1897
dan 1930-an. Kaum Yahudi Jerman, Perancis, dan Amerika
khususnya telah hidup makmur dan enggan melepaskan taraf
hidup mereka yang tinggi untuk bermukim di Palestina.
Banyak orang Yahudi tersohor di masa itu, seperti
fisikawan Albert Einstein, filsuf Martin Buber, dan Profesor
Judah Magnes, rektor pertama Universitas Ibrani di
Yerusalem, bersemangat menentang Zionisme. Masyarakat
awam Yahudi juga tak kurang kerasnya menolak seruan para
pemimpin Zionis untuk berpindah. Kecuali sebagian kecil,
kaum Yahudi Rusia juga menolak berpindah ke Palestina.
Bahkan, sebagian pendatang Zionis dari Rusia kembali ke
sana setelah keadaan kehidupan di Palestina ternyata jauh
dari yang diharapkan.

Kiri : Sebuah photo dalam pameran di Yerusalem, yang memperlihatkan Yahudi dibantai di Kichinev Rusia 1903. Tengah
: Kerumunan massa di Lapangan Merah Moskow mendengarkan orasi dua tokoh Komunis Lenin dan Trotsky. Kanan :
Poster Blshevisme.

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Selama tahun 1920-an, para pemimpin Zionis


menyangka bahwa Deklarasi Balfour, yang telah membuka
jalan bagi berdirinya tanah air Yahudi di Palestina, akan
mempercepat proses perpindahan.
Namun, mereka
merasakan kekecewaan yang menyesakkan. Sementara
jumlah kaum Yahudi di Palestina berlipat dua, mencapai 160
ribu orang pada tahun 1920-an, jumlah pendatang hanyalah
sekitar 100 ribu orang. Dari angka ini, 75 persen tidak
bertahan di Palestina. Pada tahun 1927, hanya 2.710
pendatang yang masuk; 5 ribu orang Yahudi pergi. Di tahun
1929, orang Yahudi yang datang dan kembali sama
jumlahnya.
Penurunan yang mencemaskan itu merupakan sebuah
kegagalan besar gerakan Zionis, yang berupaya keras
membawa sebanyak-banyaknya orang Yahudi ke Palestina
dalam waktu sesingkat-singkatnya, bahkan jika perlu dengan
kekerasan. Sekalipun propaganda terus-menerus WZO,
kepindahan ke Tanah Suci Palestina tetap sedikit. Pada akhir
abad ke-19, jumlah orang Yahudi di Palestina kurang dari 50
ribu, membentuk hanya 7 persen dari seluruh penduduk.
Bahkan pada saat Deklarasi Balfour (1917), jumlah kaum
Yahudi tak lebih dari 65 ribu orang. Selama 12 tahun antara
1920 dan 1932, hanya 118.378 orang Yahudi dimukimkan,
dengan satu atau lain cara, di Palestina, bahkan tak sampai 1
persen dari jumlah orang Yahudi di dunia.
Jelas sudah bahwa kebijakan Zionis tidak berhasil.
Satu-dua gerakan anti-Semit tidaklah cukup menyakinkan
kaum Yahudi non-Zionis untuk berpindah. Karena itu, para
pemimpin Zionis memutuskan menggunakan cara yang
dirintis Herzl lebih kerap lagi. Mereka harus membuat kaum
Yahudi, terutama kaum elitnya, merasa kian tak nyaman
demi mendirikan negara Israel. Dengan kata lain, antiSemitisme harus tumbuh lebih kuat.
Persaudaraan Ideologis antara Nazisme dan Zionisme
Konsep Herzl tentang pembentukan sebuah
persekutuan dengan kaum anti-Semit untuk menghentikan,
dan lalu membalikkan, proses pembauran kaum Yahudi
dipraktikkan oleh para Zionis penerusnya, bersama dengan
kaum rasis di Eropa dan di seluruh dunia. Yang terutama

Theodor Herzl, pendiri Zionisme politik, menyatakan bahwa


memperkuat sikap anti semitisme (baca: anti yahudi) adalah
satu-satunya cara menyelamatkan ras Yahudi dari asimilasi
dan meyakinkan mereka untuk migrasi ke Palestina.

adalah kaum rasis Jerman. Kaum rasis Jerman ini, yang


merupakan perintis gerakan Nazi, jenis sekutu yang tepat
dicari-cari para Zionis. Nyatanya, persamaan ideologis di
antara keduanya cukup menyolok.
Lenni Brenner, yang menyebut diri seorang Yahudi
non-Zionis, mengungkapkan sejarah terselubung
persekutuan antara Zionis dan anti-Semit dalam bukunya
Zionism in The Age of Dictator (Zionisme di Zaman Para
Diktator). Sebagaimana ditekankan Brenner, ikatan antara
kaum Zionis dan kaum rasis anti-Semit ditempa pada tahuntahun awal pergerakan Zionis.
Misalnya, Max Nordau, penerus Herzl sebagai
pemimpin gerakan Zionis, memberikan wawancara kepada
seorang anti-Semit tersohor, Edouard Drumont, pada 21
Desember 1903. Percakapan di antara keduanya, yang satu
seorang rasis Yahudi, yang lain seorang sofinis (penganut
paham nasionalisme sempit) Perancis, diterbitkan dalam
suratkabar anti-Semit fanatik milik Drumont, La Libre
Parol, termasuk pernyataan Nordau bahwa Zionisme bukan
masalah agama, namun sepenuhnya masalah ras, dan tak
seorang pun dengan siapa saya lebih sependapat dalam
masalah ini selain Tuan Drumont.
Satu bahasan penting dalam buku Brenner adalah
kesamaan ideologis antara rasis Jerman dan Zionis.
Pemujaan berlebihan terhadap darah-dan-tanah yang sedang
cepat menyebar di kalangan cendekiawan Jerman mutlak
sejalan dengan pemikiran Zionis. Menurut ideologi ini, ras
Jerman memiliki darah (Blut) sendiri, dan harus hidup di
tanahnya (Boden) sendiri. Kaum Yahudi tidak berdarah
Jerman, dan karena itu tidak akan pernah menjadi bagian
rakyat (Volk) Jerman maupun berhak menetap di tanah
Jerman. Seperti ditekankan oleh Brenner, pengikut Zionis
sukarela mendukung semua pendapat Blut und Boden-nya
kaum rasis. Dalam pandangan kaum Zonis, kaum Yahudi
bukanlah bagian Volk Jerman dan, pastilah, kaum Yahudi dan
Jerman seharusnya tidak bercampur dalam perkawinan.
Yang terbaik bagi kaum Yahudi adalah pulang ke Bodennya
sendiri: Palestina.
Tak diragukan bahwa para Zionis menyetujui antiSemitisme dan menganut teori-teori kaum rasis Jerman itu.
Karena orang Yahudi bukan ras Jerman, bangsa Jerman
berhak mengucilkan dan juga mengusir mereka. Menurut
para Zionis, kaum Yahudi sendiri sepatutnya disalahkan
dalam soal anti-Semitisme. Mereka membangkitkan antiSemitisme dengan bersikukuh tinggal di tanah asing dan
berbaur dengan ras asing. Para Yahudi pembaur yang patut
disalahkan, dan bukan para anti-Semit. Chaim Greenberg,
penyunting media Zionis pekerja New York Jewish Frontier,

Jelas sudah bahwa kebijakan Zionis


tidak berhasil. Satu-dua gerakan antiSemit tidaklah cukup menyakinkan kaum
Yahudi non-Zionis untuk berpindah.
Karena itu, para pemimpin Zionis
memutuskan menggunakan cara yang
dirintis Herzl lebih kerap lagi. Mereka
harus membuat kaum Yahudi, terutama
kaum elitnya, merasa kian tak nyaman demi
mendirikan negara Israel. Dengan kata
lain, anti-Semitisme harus tumbuh lebih
kuat.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

melukiskan watak itu sebagai berikut Agar menjadi


Zionis yang baik, seseorang harus agak menjadi anti-Semit.
Brenner menafsirkan kedudukan para Zionis sebagai
berikut: Jika orang percaya akan keabsahan kemurnian
rasial, sukar merasa keberatan pada rasisme orang lain. Jika
orang itu percaya lebih jauh bahwa tak mungkin bagi
masyarakat mana pun hidup sehat kecuali di tanah air sendiri,
ia tak dapat berkeberatan pada tindakan siapa pun
mengeluarkan 'orang asing' dari daerahnya.
Francis R. Nicosia, seorang profesor sejarah di St.
Michael's College (Winooski, Vermont, Amerika Serikat),
juga menekankan adanya hubungan ideologis antara
Zionisme dan Nazisme dalam bukunya The Third Reich and
The Palestine Question (Reich Ketiga dan Masalah
Palestina). Menurut Nicosia, kaum Zionis dekat secara
ideologis tak hanya dengan Nazi, melainkan juga dengan
para rasis abad ke-19 pendahulunya, termasuk Arthur de
Gobineau. Pada tahun 1902, Die Welt, sebuah suratkabar
Zionis yang diterbitkan oleh WZO, mendukung teori
Gobineau tentang kemunduran rasial dan hasrat
mempertahankan kemurnian rasial dengan mencatat bahwa
Gobineau telah menunjuk penuh kekaguman kepada kaum
Yahudi sebagai suatu kaum kuat yang percaya perlunya
mempertahankan kemurnian ras.
Pada tahun-tahun
menjelang Perang Dunia I, para Zionis yang berpengaruh
dengan semangat membela teori filsuf-filsuf rasis seperti
Elias Auerbach, Ignaz Zollschan, Arthur de Gobineau, dan
Houston Steward Chamberlain.
Profesor Nicosia
menekankan juga simpati kaum anti-Semit terhadap
Zionisme.
Sangat menarik bahwa para anti-Semit
menyokong pemindahan kaum Yahudi Eropa ke Palestina
sejak permulaan abad ke-19, sebelum Zionisme politik ada.
Di antara mereka adalah filsuf nasionalis Jerman terkenal
dan pelopor fasisme, Johann Gottlieb Fichte. Fichte, seorang
penyokong pengusiran kaum Yahudi dan kaum minoritas
lainnya demi menjaga dan menghormati Volkgeist (semangat
kebangsaan) Jerman, menganggap bahwa memberikan
persamaan hak kepada kaum Yahudi akan menjadi suatu
bencana. Ia juga menyarankan bahwa masalah Yahudi dapat
dipecahkan dengan memindahkan kaum Yahudi dari Jerman
(juga negara-negara Eropa lainnya) ke tanah asalnya.
Teori-teori Zionis Fichte dianut sepenuhnya oleh
penerus-penerus seperti Eugen Dhring. Simpati kaum antiSemit pada Zionisme berlanjut di Jerman setelah Perang
Dunia I (semasa Republik Weimar, 1919-1933). Nicosia
mengatakan bahwa semasa Weimar, tokoh anti-Semit
terkemuka seperti Wilhelm Stapel, Hans Blher, Max
Wundt, dan Johann Peperkorn melihat Zionisme sebagai
satu-satunya pemecahan yang wajar atas masalah Yahudi di
Jerman.

kaum kita berhak dan rela berada di dalam kehidupan


nasionalnya sendiri, maka kaum kita adalah sebuah benda
asing yang menusuk ke dalam bangsa-bangsa di antara siapa
kaum kita tinggal, suatu benda asing yang menuntut jatidiri
tersendiri, mengurangi ruang hidup bangsa-bangsa itu. Oleh
karena itu, benarlah jika mereka mesti melawan kita demi
kesatuan nasional mereka... Daripada membina masyarakat
demi melawan para anti-Semit, yang ingin mengurangi hakhak kita, kita mesti membina masyarakat demi melawan para
sahabat kita (yakni, para Yahudi pembaur) yang ingin
membela hak-hak kita.
Empati kaum Zionis pada anti-Semitisme cukup luas
dalam WZO, inti gerakan kaum Zionis. Chaim Weizmann,
pemimpin legendaris WZO kedua setelah Herzl, dan lalu
presiden pertama Israel, kerap menyatakan pemahamannya
akan anti-Semitisme. Sebagaimana ditulis Brenner:
Semenjak 18 Maret 1912, ia telah tanpa malu-malu
berkata kepada penduduk Berlin bahwa setiap negara hanya
dapat menyerap sejumlah terbatas kaum Yahudi, jika tak
ingin perutnya sakit. Jerman telah memiliki terlalu banyak
kaum Yahudi. Dalam percakapannya dengan Balfour
[menteri luar negeri Inggris] di tahun 1914, ia meneruskan
lebih lanjut dengan menyatakan bahwa kami juga
bersepakat dengan para anti-Semit budaya, sejauh kami
percaya bahwa orang-orang Jerman yang beragama Musa itu
sebuah gejala yang tak diinginkan dan mematahkan
semangat.
Watak WZO itu juga dimiliki cabangnya di Jerman,
Zionistiche Vereinigung fr Deutchland (ZVfD, Federasi
Zionis Jerman). ZVfD adalah satu dari dua organisasi
Yahudi utama pada masa itu. Sedangkan Centralverein (CV,
Persatuan Pusat Warga Jerman Beragama Yahudi) adalah
organisasi utama Yahudi pendukung pembauran.
Secara alamiah, ZVfD dan CV tidak bersepakat dalam
aneka persoalan. Misalnya, satu pihak sangat yakin bahwa
menjadi seorang Yahudi itu masalah ras, sementara yang lain
menganggap kaum Yahudi hanya masyarakat agama. Tentu

Perselingkuhan Para Zionis dengan Nazisme


Saat pertama mendengar pernyataan kami tentang
kaitan antara Zionisme (yang sering digambarkan sebagai
nasionalisme Yahudi) dan rasisme Jerman (yang
mengandung kebencian anti-Yahudi), orang mungkin akan
beranggapan bahwa pertalian seperti itu suatu pertentangan.
Akan tetapi, dengan penjelasan beberapa halaman terdahulu,
ada suatu kemiripan yang benar-benar masuk akal di antara
keduanya. Pada tahun 1925, Jacob Klatzkin, seorang ahli
teori gerakan Zionis, memaparkan segenap akibat
pendekatan Zionis pada anti-Semitisme.
Jika kita tidak mengakui kebenaran anti-Semitisme,
kita menyangkal kebenaran nasionalisme kita sendiri. Jika

Seruan untuk pindah ke Palestina terus menerus diulang oleh


World Zionist Organization (WZO), tetapi hanya disambut
oleh sebagian kecil Yahudi. Sebagian besar Yahudi Eropa
enggan berimigrasi karena telah berasimiliasi, seperi
melakukan pernikahan campur, dan tidak mau meninggalkan
kemapanan yang telah diraih demi masa depan yang tidak
jelas di negeri yang asing. Mereka yang menyambut seruan
imigrasi adalah kelompok idealis dengan pemahaman agama
atau nasionalisme yang kuat. Chaim Weizmann (X),
pimpinan WZO, bersama sekelompok calon imigran Yahudi.

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

saja, bidang utama pertengkaran adalah anti-Semitisme.


Bagi para pembaur di CV, anti-Semitisme itu ancaman
utama. Mereka melakukan semua yang mereka mampu
untuk membasmi virus yang mengancam kehidupan
tenteram mereka ini. Sebaliknya, para Zionis, yang
menganggap pembauran virus yang sebenarnya, amat senang
dengan anti-Semitisme. Brenner menulis bahwa Kurt
Blumenfeld, ketua dan mantan sekretaris jenderal ZVfD,
sungguh-sungguh percaya pada pernyataan kaum anti-Semit
bahwa negara Jerman milik ras Arya dan bahwa bagi seorang
Yahudi untuk berjabatan di pemerintahan di tanah
kelahirannya ini tak lebih daripada campur tangan dalam
urusan Volk (bangsa) lain.
Sejak awal tahun 1920-an, anti-Semitisme Jerman
dijelmakan oleh kaum Nazi, yang telah menjadi sebuah
kekuatan di seluruh Jerman. Pada tahun 1923, Hitler telah
mendapat suatu dukungan yang cukup besar dari kalangan
rasialis dan nasionalis Jerman yang lebih keras dan siap,
termasuk banyak orang, di antaranya Hitler sendiri, yang
telah ditempa dalam pertempuran-pertempuran berat Perang
Dunia I. Mereka itu, yang ditata untuk perang jalanan ke
dalam SA (SturmAbteilung, Pasukan Badai), terbukti
menjadi kekuatan yang mampu melawan milisi-milisi musuh
Nazi (kaum komunis, sosialis, liberal dll) sementara jalinan
Republik Weimar mulai koyak.
Perselingkuhan di antara kedua pihak bermula pada
saat gerakan Nazi muncul. Kaum Zionis terus-menerus
memberi perhatian kepada kaum Nazi, tak kurang daripada
kepada para anti-Semit lainnya. Hitler juga mengirimkan
pesan terukur kepada pihak Zionis. Sebagaimana ditekankan
Nicosia, pidato-pidato Hitler di awal tahun 1920 menyatakan
bahwa satu-satunya pemecahan yang mungkin bagi masalah
Yahudi adalah pendepakan semua orang Yahudi dari Jerman.
Gagasan-gagasan Hitler agak berbeda dari pemikiranpemikiran para anti-Semit yang abai dan kasar yang hanya
tahu bagaimana menyelenggarakan pogrom. Pada tanggal 6
April di Munich, Hitler menyatakan lagi bahwa Nazi harus
memusatkan upayanya pada pengusiran sepenuhnya kaum
Yahudi dari Jerman daripada menanamkan suasana pogrom
terhadap masyarakat Yahudi. Lebih lagi, ia berpendapat
bahwa segala cara demi tujuan ini dapat dibenarkan bahkan
jika kita harus bekerjasama dengan Iblis, sebuah rujukan
kepada kaum Zionis. Pada tanggal 29 April, Hitler
menyimpulkan Kita akan terus berjuang hingga orang
Yahudi terakhir dikeluarkan dari Reich Jerman. Dalam
surat tanggal 16 September 1919-nya yang terkenal, Hitler
menulis:
Anti-Semitisme, yang murni berdasarkan pada
emosi, akan selalu menjelma berbentuk pogrom. Akan
tetapi, suatu anti-Semitisme rasional harus mengarah ke
perjuangan resmi yang terencana baik untuk melawan dan
melenyapkan hak-hak khusus kaum Yahudi yang mereka,
tidak seperti orang asing lainnya yang hidup di tengah-tengah
kita, miliki.
Tujuan gerakan harus semata-mata
mengenyahkan semua orang Yahudi.
Pengusiran kaum Yahudi dari Jerman yang
dianjurkan Hitler juga didukung oleh Alfred Rosenberg,
ideolog Nazi terkemuka. Rosenberg menjadi penyeru utama
bagi persekongkolan dengan para Zionis guna mencapai
tujuan-tujuan Nazi. Dalam buku Die Spur des Juden im
Wandel der Zeiten (Jejak Kaum Yahudi Sepanjang Masa)
yang ditulis tahun 1919 dan diterbitkan tahun 1920,
Rosenberg menyimpulkan Zionisme harus didukung
sepenuh hati untuk mendorong sejumlah besar orang Yahudi

Jerman pergi ke Palestina atau tujuan lainnya.


Sebagaimana dijelaskan Nicosia, pendapat Rosenberg
bahwa gerakan Zionis dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pemisahan kaum Yahudi di Jerman secara
politik, ekonomi, sosial, dan budaya, maupun pemindahan
mereka, pada akhirnya diwujudkan menjadi kebijakan oleh
rejim Hitler.
Tahun 1933 gerakan Nazi, yang diilhami oleh
rasialisme dan anti-Semitisme Jerman, meraih kekuasaan
dengan memanfaatkan faktor-faktor seperti depresi
ekonomi yang berawal di tahun 1929, kelemahan Republik
Weimar, dan penderitaan sosial dan politik rakyat Jerman.
Kemenangan Nazi menggembirakan kaum Zionis tidak
kurang daripada seakan mereka sendiri yang meraih
kekuasaan.
Tahun-tahun Awal Nazi dan Zionis
Ketika Nazi meraih kekuasaan, kaum Yahudi Jerman
membentuk 0,9 persen populasi Jerman. Walau demikian,
kekuatan ekonomi mereka cukup besar. Kebanyakan kaum
Yahudi bertaraf hidup tinggi; 60 persen mereka adalah
pengusaha atau pekerja profesional.
Walau sedikit
jumlahnya, mereka minoritas terpenting di Jerman.
Memurnikan ras bangsa Jerman dengan mengenyahkan
kaum Yahudi adalah salah satu tujuan utama Nazi. Menjaga
ras tetap murni juga mensyaratkan bahwa kaum Yahudi
dikucilkan sambil didesak keluar dari Jerman.
Itulah juga impian para Zionis, dan mengapa, di harihari saat gerakan Nazi hampir merebut kekuasaan,
hubungan-hubungan menarik berkembang di antara kedua
pihak. Salah satu hubungan terpenting tumbuh antara Kurt
Tuchler, seorang anggota pengurus ZVfD, dan Baron
Leopold Itz Edler von Mildenstein dari SS.
Tuchler membujuk Mildenstein agar menulis sebuah
artikel pro-Zionis untuk penerbitan Nazi. Sang baron setuju,
dengan syarat bahwa ia berkunjung ke Palestina terlebih
dahulu, dan dua bulan setelah Hitler berkuasa, kedua orang
beserta istri-istri mereka pergi ke Palestina. Von Mildenstein
tinggal di sana selama enam bulan sebelum kembali untuk
menulis artikelnya.
Ada kontak-kontak xresmi antara kaum Zionis dan
Nazi sejak awal pemerintahan Nazi. Di bulan Maret 1933,
Hermann Gring mengumpulkan para pemimpin organisasiorganisasi Yahudi utama. Salah satu bukti terpenting
pandangan pihak Zionis tentang Nazi pada saat itu adalah
sepucuk memorandum yang dikirimkan kepada Partai Nazi
oleh ZVfD pada tanggal 21 Juni 1933. Dokumen ini, yang

Tahun 1933 gerakan Nazi, yang


diilhami oleh rasialisme dan antiSemitisme Jerman, meraih kekuasaan
dengan memanfaatkan faktor-faktor
seperti depresi ekonomi yang berawal di
tahun 1929, kelemahan Republik
Weimar, dan penderitaan sosial dan
politik rakyat Jerman. Kemenangan
Nazi menggembirakan kaum Zionis
tidak kurang daripada seakan mereka
sendiri yang meraih kekuasaan.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

tak disiarkan sampai tahun 1962, adalah sebuah permintaan


terbuka untuk bersekongkol dengan Partai Nazi. Beberapa
potongan menarik dari memorandum panjang itu:
...Di atas landasan sebuah negara baru, yang telah
menegakkan prinsip ras, kami inginkan demikian demi
memasukkan masyarakat kami ke dalam keseluruhan
bangunan negara, sehingga di pihak kami juga, di ruang yang
ditetapkan bagi kami, dimungkinkan kegiatan yang
bermanfaat bagi Tanah Air...
Pengakuan kami atas nasionalisme Yahudi
memberikan suatu hubungan jernih dan tulus dengan rakyat
Jerman beserta kenyataan nasional dan rasialnya ...kami juga
menentang perkawinan campuran dan mendukung
pengawasan kemurnian kelompok Yahudi...
Jadi, orang Yahudi sadar diri yang digambarkan di
sini, yang kami wakili, dapat menemukan tempat dalam
bangunan negara Jerman...Kami percaya akan kemungkinan
sebuah hubungan setia yang tulus antara orang Yahudi yang
sadar-kelompok dan negara Jerman...
Demi tujuan-tujuan praktisnya, Zionisme berharap
mampu menciptakan kerjasama bahkan dengan suatu
pemerintahan yang pada dasarnya memusuhi kaum Yahudi...
Mengenai memorandum ini, Brenner menulis:
Dokumen ini, sebuah pengkhianatan terhadap kaum Yahudi
Jerman, ditulis dalam kata-kata kuno Zionis yang baku...Di
dalamnya, kaum Zionis Jerman menawarkan kerjasama
terukur antara Zionisme dan Nazisme, disucikan oleh tujuan
mendirikan negara Yahudi: Kami tak akan mengobarkan
perang terhadapmu (Nazi), melainkan hanya terhadap yang
menentangmu (Yahudi non-Zionis)
Rabbi Joachim Prinz, salah seorang pengarang
memorandum itu, menjelaskan alasannya bertahun-tahun
kemudian. ...tak satu pun negara di dunia yang mencoba
memecahkan masalah Yahudi lebih bersungguh-sungguh
daripada Jerman. Pemecahan masalah Yahudi? Itulah
impian Zionis kami! Kami tak pernah mengingkari adanya
masalah Yahudi! Pemisahan masyarakat? Itulah himbauan
kami!... Sebagaimana ditunjukkan Prinz, yang utama dari
kesepakatan Zionis dan Nazi adalah kesungguhan mereka
tentang adanya masalah Yahudi. Kedua pihak menganggap
keberadaan kaum Yahudi di Eropa suatu masalah dan
berpikir bahwa hidup berdampingan antara kaum Yahudi dan
non-Yahudi suatu kemustahilan. Sebaliknya, para Yahudi
pembaur tak sedikit pun mengakui bahwa ada masalah
Yahudi. Bagi para Zionis, inilah pengkhianatan.

Di awal tahun 1920, ideolog


Partai Nazi, Alfred
Rosenberg telah menyatakan
pentingnya bekerjasama
dengan Zionis radikal untuk
mengusir Yahudi dari
Jerman.

Karena itu, mereka berusaha mengakhiri perseteruan


lewat kekerasan, dan dengan kekuatan membujuk kaum
Yahudi yang telah kehilangan kesadaran rasialnya. Orang
Yahudi pembaur di Jerman diserang dengan sengit dalam
Jdische Rundschau, buletin mingguan ZVfD.
Penyuntingnya, Robert Weltsch, menulis di dalam tajuk
rencananya:
Di masa-masa genting sepanjang sejarahnya, kaum
Yahudi telah menghadapi persoalan akibat kesalahannya
sendiri. Do'a terpenting kita berbunyi: Kami diusir dari
negeri kami karena dosa-dosa kami ...kaum Yahudi
memikul kesalahan besar karena gagal memenuhi seruan
Theodor Herzl ... karena kaum Yahudi tak bangga
menunjukkan keyahudiannya, karena mereka ingin
menghindari masalah Yahudi, mereka harus turut
dipersalahkan atas kemunduran kaum Yahudi.
Kedudukan Zionis telah terang: para Yahudi pembaur
telah berdosa dengan mengabaikan ajakan Zionis, dengan
menolak kesadaran rasialnya sendiri; mereka harus
mendapat balasan atasnya lewat penindasan oleh sekutusekutu kaum Zionis, yakni kaum Nazi. Artikel-artikel yang
muncul dalam Jdische Rundschau menyerang para Yahudi
pembaur dan pada saat yang sama memuji Nazisme. Di
bulan April 1933, Kurt Blumenfeld, sekretaris jendral ZVfD,
menulis: Kita yang hidup di negara ini sebagai 'ras asing'
harus mutlak menghargai kesadaran dan kepentingan rasial
bangsa Jerman. Joachim Prinz, seorang rabbi Zionis,
menjelaskan bahwa kaum Zionis dapat bersepakat dengan
kaum Nazi, yang rasis seperti mereka: Suatu negara yang
dibangun di atas prinsip kemurnian bangsa dan ras hanya
dapat menghargai orang-orang Yahudi yang memandang diri
dengan cara yang sama .
Setelah Nazi berkuasa, mereka memberlakukan
undang-undang tertentu yang membatasi hak-hak sosial
kaum Yahudi. Malah, kaum Nazi berpikir mereka telah
menolong kaum Yahudi dengan menerbitkan undangundang yang menentang pembauran.
Rundschau mengeluarkan sebuah pernyataan dari
AI Berndt, kepala persatuan pers Nazi, yang mengabarkan
kepada dunia, yang lebih cenderung yakin daripada terkejut,
bahwa undang-undang ini:
...bermanfaat sekaligus bersifat memperbaiki bagi
Yudaisme. Dengan memberikan kaum minoritas Yahudi
suatu kesempatan mengurus hidupnya sendiri dan menjamin
dukungan pemerintah atas keberadaan yang merdeka ini,

Brenner menulis: Dokumen ini,


sebuah pengkhianatan terhadap kaum
Yahudi Jerman, ditulis dalam kata-kata
kuno Zionis yang baku...Di dalamnya,
kaum Zionis Jerman menawarkan
kerjasama terukur antara Zionisme dan
Nazisme, disucikan oleh tujuan
mendirikan negara Yahudi: Kami tak
akan mengobarkan perang terhadapmu
(Nazi), melainkan hanya terhadap yang
menentangmu (Yahudi non-Zionis)

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Jerman sedang membantu Yudaisme memperkuat watak


kebangsaannya dan memberikan sumbangan ke arah
peningkatan hubungan di antara kedua bangsa.
Persekutuan Nazi-Zionis didasarkan hanya pada
pertimbangan-pertimbangan semacam itu. Hubungan antara
kaum Nazi dan Zionis, yang awalnya sebagai sebuah
pameran niat baik, telah berubah menjadi persekongkolan
yang paling terkendali dan nyata. Di sini, pembaca mungkin
berpikir bahwa para Zionis mengawali persekongkolan ini
karena kurang berhati-hati dan tak mampu memperkirakan
betapa fanatik jadinya sikap anti-Yahudi kaum Nazi.
Sesungguhnya, mereka yang berharap mampu
menyembunyikan persekutuan NaziZionis ini berupaya
meremehkannya menggunakan alur pemikiran itu. Meski
demikian, kenyataannya berbeda. Para Zionis sangat sadar
akan anti-Semitismenya Nazi; malah, mereka ingin sifat itu
bertambah. Setiap undang-undang yang diterbitkan untuk
merugikan kaum Yahudi Jerman kian menyenangkan para
Zionis. Brenner menulis: Semakin keras Nazi menekan
kaum Yahudi, semakin yakin pihak Zionis bahwa sebuah
kesepakatan dengan Nazi adalah mungkin. Lagi pula,
mereka beralasan, semakin Nazi mengucilkan Yahudi
Jerman dari setiap segi kehidupan di Jerman, semakin pihak
Nazi membutuhkan Zionisme untuk membantu
mengenyahkan kaum Yahudi.
Meminta Yahudi Jerman Memilih Hitler
Sejauh ini, telah berkali-kali disebutkan bahwa ada
perbedaan menyolok antara orang Yahudi pembaur dan
Zionis, sebab Zionis menerima Nazi sebagai sekutu,
sementara Yahudi pembaur membenci Nazi. Perbedaan
kebijakan antara ZVfD dan CV terhadap kaum Nazi itu
menyolok. Perpecahan antara para Zionis dan Yahudi
pembaur ini terjadi di negara-negara berpenguasa ekstrim
kanan lainnya. Kita akan membahas masalah ini lebih rinci
nanti. Bagaimanapun, saat ini kita dapat menyatakan sebagai
sebuah kaidah umum bahwa kaum Zionis berhubungan baik
dengan kaum ekstrim kanan dan unsur-unsur fasis, sementara
kaum Yahudi pembaur menentang mereka.
Namun, ada beberapa perkecualian tentang kaidah ini.
Sebagian Yahudi pembaur, khususnya di kalangan borjuis
yang takut pada ekstrim kiri, berusaha bersekongkol dengan
ekstrim kanan. VNJ (Persatuan Nasional Yahudi Jerman),
organisasi Yahudi pembaur terpenting setelah CV,
merupakan contoh yang baik. Di tahun 1934, VNJ memulai
kampanye mendukung Hitler. Harian New York Times
mencatat hal ini dengan melaporkan pada 18 Agustus 1934
bahwa VNJ menghimbau setiap orang Yahudi yang merasa
diri orang Jerman agar memilih Hitler.
Mengalahkan Boikot Anti-Nazi dengan Bantuan Zionis
Tak usah diragukan, VNJ sebuah pengecualian. Tak
dapat dipastikan apakah simpati VNJ pada Nazi benar-benar
suara kebanyakan Yahudi pembaur.
Rejim Hitler
menyebabkan kekhawatiran yang sangat bagi Yahudi
pembaur yang tinggal di negara-negara Barat lain. Bertolak
belakang dengan upaya persekongkolan para Zionis, kaum
Yahudi pembaur mencari cara-cara melawan Nazi. Mereka
ingin bertindak efektif, bersama dengan kelompok-kelompok
anti-fasis lainnya, antara lain golongan liberal, sosial
demokrat, dan komunis, melawan rejim Hitler.
Boikot anti-Nazi bermula ketika Jewish War
Veterans (Veteran Perang Yahudi), sebuah organisasi Yahudi
pembaur di New York, mengumumkan boikot perdagangan

pada tanggal 19 Maret 1933, dan menyelenggarakan pawai


protes besar-besaran empat hari kemudian. Gerakan itu kian
membesar, dan pada akhirnya menamakan diri NonSectarian Anti-Nazi League (Liga Anti-Nazi NonSektarian). Liga ini menerima dukungan dari golongan kiri,
dan menyerukan kepada seluruh rakyat Amerika agar
berhenti membeli barang-barang buatan Jerman. Gerakan
boikot menyebar ke Eropa, dan cukup efektif. Ini bukan
berita baik bagi ekonomi Jerman yang baru mulai pulih, di
bawah kepemimpinan Hitler, dari depresi yang berawal di
tahun 1929. Karena boikot yang dilakukan para Yahudi
pembaur, penjualan barang-barang Jerman anjlok tajam di
dua pasar utama: Eropa dan Amerika Serikat.
Secara serentak, para penyelamat yang kuat muncul
membantu Hitler mengatasi ancaman genting bagi ekonomi
Jerman ini. Siapakah mereka? Para Zionis, tentu saja.
Ketika orang-orang Yahudi pembaur bergantian berunjuk
rasa menggalakkan suatu boikot yang menghancurkan
ekonomi Jerman, para Zionis mengulurkan tangan
membantu sekutu ganjil mereka itu.
Nyatanya, kaum Zionis telah memulai upaya-upaya
pro-Nazi mereka melawan boikot itu bahkan sebelum unjuk
rasa pertama, menentangnya bahkan sejak tahap
perencanaan. Tokoh Yahudi utama penentang boikot di
Amerika adalah Rabbi Stephen Wise, pemimpin terpenting
gerakan Zionis di Amerika Serikat dan sahabat karib
Presiden Franklin D. Roosevelt. Wise adalah pemimpin
American Jewish Congress (Kongres Yahudi Amerika),
sebuah cabang WZO. Tentang upaya anti-boikotnya ini,
Wise menulis kepada seorang teman Zionisnya: Engkau
tak bisa membayangkan apa yang sedang kulakukan untuk
melawan massa (pendukung boikot). Mereka menginginkan
aksi jalanan besar-besaran. WZO juga mencoba sejak awal
mencegah boikot. Ketika upayanya gagal, WZO berusaha
meringankan masalah-masalah keuangan Jerman. Brenner
menulis:[WZO] tak hanya membeli barang-barang Jerman;
namun, juga menjualkannya, dan bahkan mencari
pelanggan-pelanggan baru bagi Hitler dan para industrialis
pendukungnya.
Alasan di balik perilaku itu adalah karena WZO
memandang kemenangan Hitler sama seperti sejawat
Jermannya, ZVfD. Hitler itu ibarat garu perontok untuk
mengusir para Yahudi yang bersikeras tidak pulang ke tanah
airnya. Seorang yang baru saja menjadi penganut Zionisme,
kemudian penulis biografi tersohor dunia, Emil Ludwig,
mengungkapkan sikap umum gerakan Zionis: Hitler akan
dilupakan dalam beberapa tahun, namun ia akan mendapat
sebuah tugu peringatan yang megah di Palestina... Ribuan
orang yang tampak sudah meninggalkan Yudaisme telah
dibuat tobat berlipat ganda oleh Hitler, dan karena itu, saya
amat berterima kasih kepadanya.

Secara serentak, para penyelamat yang kuat


muncul membantu Hitler mengatasi
ancaman genting bagi ekonomi Jerman ini.
Siapakah mereka? Para Zionis, tentu saja.
Ketika orang-orang Yahudi pembaur
bergantian berunjuk rasa menggalakkan
suatu boikot yang menghancurkan ekonomi
Jerman, para Zionis mengulurkan tangan
membantu sekutu ganjil mereka itu.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Seorang Zionis terkenal lainnya, Chaim Nachman


Bialik, berkata:Hitlerisme mungkin telah menyelamatkan
kaum Yahudi Jerman yang telah membaur menuju
kepunahan... begitu pun saya, seperti Hitler, percaya pada
gagasan tentang kekuatan darah bangsa. Seorang Yahudi
Italia anggota WZO, Enzo Sereni, berbicara senada: AntiSemitismenya Hitler mungkin akan membawa ke arah
penyelamatan kaum Yahudi. Pada kongres WZO di
Luceme, Swis, Sereni menyatakan: Kita tak mesti malu
atas kenyataan bahwa kita memanfaatkan penganiayaan
kaum Yahudi di Jerman demi pembangunan Palestina.
Itulah bagaimana orang-orang bijak dan para pemimpin
terdahulu mengajari kita ... untuk menggunakan petaka atas
kaum Yahudi di Diaspora bagi pembangunan [Palestina].
Pihak Zionis amatlah gembira dengan pemecahan yang
ditawarkan Nazisme sehingga merencanakan
melakukannya juga di negara-negara lain, demi merayu
kaum Yahudi pembaur bahwa kebijakan-kebijakan mereka
telah gagal, dan bahwa satu-satunya harapan bagi kaum
Yahudi adalah pulang ke Palestina.
Seorang rabbi Amerika, Abraham Jacobson,
memprotes pemikiran gila ini di tahun 1936: Berapa kali
kita telah mendengar tentang harapan sesat yang dengan
putus asa diutarakan terhadap ketaksukaan kaum Yahudi
Amerika pada Zionisme, agar seorang Hitler diturunkan
kepada mereka? Lalu, mereka baru akan menyadari
perlunya Palestina!.
Kedekatan yang telah diuraikan di atas, baik secara
terbuka maupun terselubung, antara kaum Nazi dan Zionis,
membuat kerjasama ekonomi mereka bukan hanya
mungkin, melainkan wajar.
Kesepakatan
ekonomi
terpenting antara kaum Nazi dan Zionis adalah sebuah
perjanjian, disebut Ha'avara (pemindahan) dalam bahasa
Ibrani, yang mengizinkan Yahudi Jerman mengapalkan tiga
juta Reichmark harta kaum Yahudi ke Paletina berbentuk
barang-barang ekspor Jerman. (Brenner, h. 64) Perjanjian
itu memungkinkan Jerman memasarkan barangnya kepada
kaum Yahudi di Palestina. Belakangan, kesepakatan ini
diperluas, dan akhirnya, kaum Zionis mengekspor jeruk ke
Belgia dan Belanda menggunakan kapal-kapal Jerman.

The True Meaning of the Hitler Salutation: Millions


are Behind Me. The Accomplice of the GuidingManaging Classes.

Pada tahun 1936, WZO menjual barang-barang Jerman di


Inggris.
Para Zionis bahkan bertindak lebih jauh untuk Nazi.
Mereka memasok sumber-sumber valas (valuta asing)
kepada para produsen senjata Jerman. Albert Norden dalam
bukunya So Warden Kriege Gemacht (Bagaimana Perang
Dimulai), melukiskan perjanjian dagang NaziZionis
lainnya. Norden menulis bahwa bahan-bahan baku strategis
bagi negara Jerman dipasok melalui sebuah perusahaan
bernama Internatioal Nickel Trust (INT), yang pemiliknya
para Zionis. Perusahaan itu menguasai 85 persen nikel yang
dihasilkan negara-negara kapitalis. Setahun setelah Hitler
berkuasa, sebuah perjanjian ditandatangani antara INT dan
perusahaan amanat (trust) Jerman IG Farben. Dengan
kesepakatan itu, Farben dibolehkan mengimpor lebih dari
setengah kebutuhan nikel Jerman dengan 50 persen
potongan valasnya.
Para Zionis Penyokong Dana Hitler
Para pemodal Zionis terkemuka di negara-negara
Barat memberikan dukungan keuangan pada Hitler.
Bantuan keuangan yang diperantarai WZO ini telah
membantu Nazi Jerman bertambah kuat. Seorang peneliti
Amerika, Eustace Mullins, memberikan sejumlah
keterangan berharga tentang kaitan antara Hitler dan para
Yahudi penyokong dananya sebelum dan selama perang
dalam bukunya The World Order: Our Secret Rulers
(Tatanan Dunia: Para Penguasa Rahasia Kita). Mullins
menulis:
Untuk memikat Hitler memasuki Perang Dunia II,
penting memberinya jaminan pasokan yang cukup akan
kebutuhan-kebutuhan seperti roda kelahar (bearings) dan
minyak. [Seorang Yahudi] Jacob Wallenber dari Swedish
Enskilda Bank, yang mengendalikan pabrik raksasa roda
kelahar SKF, memasok barang itu kepada Nazi selama
perang.
Mullins juga menerangkan bahwa Standard Oil,
yang dikendalikan oleh keluarga Rockefeller, mengisi bahan
bakar kapal-kapal perang dan selam Nazi di stasiun-stasiun
pengisian di Spanyol dan Amerika Latin. Beberapa saat
sebelum pecahnya Perang Dunia II, Standard Oil
mengapalkan 500 ton timbal etil kepada Kementerian Udara
Reich melalui IG Farben, yang pemilik sebenarnya adalah
dinasti Yahudi Warburg, dengan pembayaran yang dijamin
oleh surat Brown Bros Harriman bertanggal 21 September
1938.

Kesepakatan ekonomi terpenting


antara kaum Nazi dan Zionis adalah
sebuah perjanjian, disebut Ha'avara
(pemindahan) dalam bahasa Ibrani,
yang mengizinkan Yahudi Jerman
mengapalkan tiga juta Reichmark harta
kaum Yahudi ke Paletina berbentuk
barang-barang ekspor Jerman.
Perjanjian itu memungkinkan Jerman
memasarkan barangnya kepada kaum
Yahudi di Palestina.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Mullins menjelaskan lebih jauh kedekatan rahasia


Hitler. Misalnya, tokoh lain yang turut berperan penting
mendanai Hitler adalah Clarence Dillon (1882-1979).
Dillon, anak Samuel dan Bertha Lapowski (atau Lapowitz),
adalah tangan kanan pemodal Yahudi terkenal Bernard
Baruch.
Perusahaan Dillon berperan penting
mempersenjatai Hitler menjelang Perang Dunia II. Mullins
juga mengemukakan bahwa penyokong Hitler lainnya adalah
Sir Henry Deterding dari Royal Dutch Shell, yang didirikan
oleh keluarga Yahudi tekenal, Samuel. Pada Mei 1933,
Alfred Rosenberg adalah tamu di tanah rumah tinggal
Deterding yang luas, satu mil dari Puri Windsor, Inggris.
Setelah pertemuan rahasia itu, Deterding dan para
pendukungnya, yaitu keluarga Samuel, memberikan Hitler
30 juta pound. Fakta-fakta ini menunjukkan kaitan erat
antara kaum Nazi dan Yahudi, atau lebih tepatnya, para
pemodal Yahudi penganut Zionisme. Para pemodal Yahudi
ini membiayai Jerman di bawah Hitler.
Pendeknya, Nazi Jerman memperoleh dukungan
keuangan yang penting dari para pemodal Zionis lewat
bantuan WZO dan cabangnya di Jerman, ZVfD. Hubungan
antara kaum Nazi dan Zionis berperan penting dalam
mengatasi boikot anti-Nazi dan meloloskan Jerman
memasuki perang sebagai raksasa industri.
Ketika Pemerintah Inggris memutuskan mendukung
boikot anti-Nazi, Blackshirt, suratkabar terbitan British
Union of Fascist (Persatuan Fasis Inggris) pimpinan Sir
Oswald Mosley, menulis:
Dapatkah Anda percayai itu! Kita telah memotong
hidung kita untuk menyakiti muka sendiri dan menolak
berdagang dengan Jerman demi membela kaum miskin
Yahudi. Sementara itu, kaum Yahudi sendiri, di negaranya
sendiri, terus membuat perjanjian dengan Jerman yang
menguntungkan untuk dirinya.
Kaum fasis tak bisa
menghadapi propaganda jahat untuk menghancurkan
hubungan akrab dengan Jerman lebih baik daripada dengan
memanfaatkan fakta ini.
Kesepakatan yang paling menguntungkan bagi Nazi
Jerman adalah perjanjian pemindahan, yang ditandatangani
untuk memukimkan Yahudi Jerman di Palestina. Perjanjian
itu mungkin dianggap sebagai hasil terpenting persekutuan
antara kaum Zionis dan Nazi.
Kesepakatan Nazi-Zionis untuk Meningkatkan
Perpindahan Yahudi Jerman
Keuntungan utama yang diharapkan Zionis akan
diperoleh dari Nazi adalah dorongan Nazi bagi perpindahan
Yahudi Jerman ke Palestina.
Di pihaknya, Nazi
berkeinginan membersihkan negerinya dari minoritas
Yahudi sesegera mungkin. Jadi, tak lama setelah Hitler
berkuasa, suatu kesepakatan ditandatangani yang
membolehkan kaum Yahudi Jerman berpindah ke Palestina.
Perjanjian ini, dibuat antara Anglo-Palestine Bank (yang
terkait dengan WZO) dan Kementerian Keuangan Jerman,
memungkinkan, secara tak langsung, pemindahan orang dan
harta Yahudi ke Palestina, serta menciptakan suatu pasar bagi
barang-barang industri Jerman di sana.
Seorang
cendekiawan dan politikus Irlandia, Conor Cuise O'Brien,
menjelaskan rincian perjanjian sebagai berikut:
Pada tanggal 25 Agustus 1933, Eliezer Siegfried
Hoofien (18811957), manajer umum Anglo-Palestine Bank
(kini Bank Leumi L'Yisrael), bersepakat dengan
Kementerian Ekonomi Jerman untuk menggunakan harta
benda kaum Yahudi (yang jika tidak, akan dibekukan) untuk

membeli barang-barang yang dibutuhkan di Palestina.


Pengaturan ini menjadi dasar rencana resmi pemindahan
kaum Yahudi.
Pada tahun 1933, Anglo-Palestine Bank mendirikan
perusahaan Trust and Transfer Office Ha'avara Ltd di Tel
Aviv. Sebuah lembaga mitra juga didirikan di Berlin
dengan bantuan dua bankir utama Yahudi, Max Warburg
dari MM Warburg di Hamburg dan Dr. Siegmund
Wassermann dari AE Wassermann di Berlin. Perusahaan
di Berlin, dikenal dengan Palstina Treuhandstelle zur
Beratung Deutscher Juden (Paltreu), mengambil
tanggung jawab merundingkan dengan penguasa Jerman
penyelesaian tagihan-tagihan dan kontrak-kontrak
eksportir Jerman dengan Yahudi Jerman yang ingin pindah
ke Palestina... Sebagian besar dari 50 ribu orang Yahudi
yang meninggalkan Jerman antara tahun 1933 dan 1939
menggunakan jasa Ha'avara.
Lewat kesepakatan Ha'avara atau pemindahan ini,
kaum Zionis mencapai dua tujuan utamanya:
memungkinkan perpindahan kaum Yahudi ke Palestina,
dan memulihkan ekonomi Nazi, yang tertinggal akibat
boikot. Barang-barang hasil industri Jerman yang dibeli
oleh para Yahudi yang berpindah, lalu dijual di Palestina,
dan keuntungan dari transaksi itu menggantikan modal
yang harus ditinggalkan kaum Yahudi di Jerman.
WZO tak hanya telah meruntuhkan efektifitas
boikot kaum Yahudi, namun juga menjadi penyalur
terbesar pabrik-pabrik Nazi di Timur Tengah; bahkan
memajukan perdagangan Nazi di Eropa Utara. Melalui
Ha'avara Trust & Transfer Office Ltd, WZO mendapatkan
semua hak penjualan atas barang-barang Jerman ke
Palestina. Sejumlah besar barang-barang Jerman akan
dibeli dengan uang yang diperoleh dari para pemodal
Yahudi-Jerman. Jadi, WZO juga membuka jalan bagi Nazi
ke peluang pasar yang besar di Timur Tengah.
Diperkirakan oleh para cendekiawan pro-Zionis, seperti
Conor Cruise O' Brien dan Edwin Black (orang Yahudi
pengarang The Transfer Agreement atau Perjanjian
Pemindahan), setara lebih dari 100 juta dollar (saat itu
nilainya jauh lebih besar daripada hari ini) mengalir dari
Jerman ke Palestina di bawah Ha'avara dan perjanjianperjanjian terkait antara 1933 dan 1941.

Two Gestapo soldiers responsible for


transferring the Jews to Palestine. The subtitles
of this photograph, included in a book of
propaganda entitled Pillar of Fire, deserve
particular attention.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Kesepakatan antara para pemimpin Zionis dan kaum


Nazi, khususnya perjanjian Ha'avara, telah dijelaskan dalam
sejumlah buku; Lenni Brenner menceritakan tentang
perjanjian ini dalam Zionism in the Age of Dictators.
Kesepakatan pemindahan ini juga disebut dalam sebuah
buku yang diterbitkan di Israel oleh Moshe Shonfeld: The
Holocaust Victims Accuse: Document and Testimony on
Jewish Criminal (Korban Holokaus Menuduh: Dokumen dan
Kesaksian atas Penjahat Yahudi), maupun buku Francis
Nicosia yang dikutip di mukaThe Third Reich and the
Palestine Question, serta buku-buku lainnya.
Arsip rahasia pada Wilhelmstrasse (kementerian luar
negeri Jerman) mengungkapkan bahwa sebuah perjanjian
telah tercapai antara pemerintahan Hitler dan agen-agen
Zionis untuk memudahkan pemindahan kaum Yahudi dari
Jerman ke Palestina. Kutipan berikut, dari dokumen
kementerian luar negeri Jerman bertanggal 22 Juni 1937,
menyatakan bahwa sebuah negara Yahudi mungkin
dihasilkan dari kebijakan-kebijakan Nazi:
Kedudukan Jerman ini, yang diarahkan sepenuhnya
oleh pertimbangan-pertimbangan dalam negeri, dan praktis
meningkatkan penyatuan kaum Yahudi di Palestina, serta
karena itu memudahkan pembangunan sebuah negara
Yahudi, dapat mengantar orang kepada kesimpulan bahwa
Jerman menyukai berdirinya sebuah negara Yahudi di
Palestina. Dokumen yang sama menegaskan bahwa
pemindahan kaum Yahudi diatur oleh Hitler, dan bahwa sang
diktator Jerman berkepentingan khusus dalam masalah itu.
Kini, fakta-fakta ini masih mengejutkan banyak orang,
sebab sejarah resmi telah berupaya amat keras
menyembunyikan persekutuan itu. Kaum Zionis dan Nazi
sama-sama ingin merahasiakan persekutuan mereka, bahkan
ketika persekongkolan itu sedang puncak-puncaknya, dan
akibatnya secara umum hubungan itu berhasil
disembunyikan. Walau demikian, kedua pihak tak dapat
mencegah menyebarnya desas-desus. Dalam bukunya The
Lobby: Jewish Political Power in US Foreign Policy (Lobi:
Kekuatan Politik Yahudi dalam Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat), penulis Amerika Edward Tivnan
menunjukkan bahwa di akhir tahun 1930-an persekutuan
rahasia antara kaum Zionis dan Nazi telah menimbulkan
desas-desus yang membangkitkan keresahan cukup besar.
Perjanjian pemindahan itu terus berlaku dari 1933
hingga pecah perang di tahun 1939. Pemindahan kaum
Yahudi dari Jerman ke Palestina berakhir pada tahun 1939
bukan karena ketakcocokan kedua pihak, namun karena
Jerman sedang berperang dengan Inggris, pemegang mandat
di Palestina. Selama kurun 1933-1939, hampir 60 ribu orang
Yahudi Jerman dipindahkan ke Palestina, dalam keadaankeadaan yang luar biasa. Di bulan Oktober 1933, HamburgSouth American Shipping Company (sebuah perusahaan
pelayaran) memulai layanan langsung ke Haifa,
menyediakan di kapal-kapalnya kosher (makanan khas
Yahudi) murni, di bawah pengawasan kerabbian Hamburg.
Perjalanan kapal Tel Aviv, yang disebut di awal bab ini,
mencakup penghidangan kosher.
Sejarawan Amerika Max Weber menyebut Ha'avara
dalam artikelnya Zionism and the Third Reich yang telah
dikutip di muka. Weber menyinggung sebuah laporan yang
diterbitkan kementerian dalam negeri Jerman di bulan
Desember 1937 yang meringkaskan hasil-hasil Ha'avara:
Tak diragukan lagi bahwa Ha'avara telah memberi
sumbangan terpenting pada pembangunan Palestina yang
amat pesat sejak 1933.
Kesepakatan itu tak hanya

memberikan sumber dana yang terbesar (dari Jerman!),


namun juga kelompok pemukim paling terpelajar, dan pada
akhirnya membawa ke negara itu mesin-mesin dan hasilhasil industri yang penting bagi pembangunan.
Seperti ditegaskan Weber, satu-satunya hal yang
mengakhiri perjanjian itu adalah Perang Dunia II. Kalau
tidak, tak ada keraguan bahwa proses pemindahan Yahudi
yang digalakkan oleh kerjasama Nazi-Zionis akan terus
berlanjut, dan seiring dengan waktu, kian cepat. Hal ini
dibuktikan oleh naiknya jumlah Yahudi Jerman yang
berpindah ke Palestina di tahun 1938 dan 1939. Disepakati
bahwa 10 ribu Yahudi Jerman akan dipindahkan ke Palestina
di bulan Oktober 1939, namun pesanan ini harus
dibatalkan karena perang mulai di bulan September.
Perjanjian Ha'avara berlanjut sampai tahun 1941. Secara
keseluruhan, Yahudi Jerman yang dipindahkan ke Palestina
sebagai hasil kerjasama Nazi-Zionis membentuk 15 persen
penduduk Yahudi di Palestina saat itu. Sebagaimana telah
ditegaskan sebelumnya, hasil-hasil ekonomis Ha'avara
sangat besar. Edwin Black melaporkan dalam buku The
Transfer Agreement, yang diabdikan khusus bagi Ha'avara,
bahwa kesepakatan itu telah menyumbang banyak bagi
pendirian negara Israel dengan memicu ledakan ekonomi di
Palestina.
Undang-undang Nuremberg dan 'Juden Raus! Auf
Nach Palstina' (Jews Out! To Palestine)
Sambil meningkatkan perpindahan Yahudi Jerman,
kaum Nazi dan Zionis juga meluncurkan program-program
untuk meningkatkan kesadaran rasial Yahudi Jerman, lagilagi dengan persetujuan kaum Zionis. Dalam buku Zionism
in the Age of Dictators, Brenner kerap menegaskan betapa
gembiranya pihak Zionis dengan kebijakan rasis Nazi.
Salah satu contohnya adalah Undang-undang Nuremberg
tahun 1935 yang melarang perkawinan antara orang Yahudi
dan orang Jerman.
Undang-undang Nuremberg, yang diumumkan
bulan September 1935, ditujukan untuk mengucilkan kaum
Yahudi dari kehidupan sosial bangsa Jerman. Dengan aturan
baru yang disebut Peraturan bagi Perlindungan Darah dan
K e h o r m a t a n J e r m a n , k a u m Ya h u d i d i c a b u t
kewarganegaraannya dan menjadi sampah masyarakat.
Kaum Yahudi dilarang menjadi pegawai negeri, termasuk
mengajar di sekolah, dilarang menulis untuk majalah, dan
dilarang bekerja di radio, panggung pertunjukan, maupun
film. Perkawinan, dan semua perikatan seksual antara orang

Kini, fakta-fakta ini masih


mengejutkan banyak orang, sebab
sejarah resmi telah berupaya amat
keras menyembunyikan persekutuan
itu. Kaum Zionis dan Nazi sama-sama
ingin merahasiakan persekutuan
mereka, bahkan ketika
persekongkolan itu sedang puncakpuncaknya, dan akibatnya secara
umum hubungan itu berhasil
disembunyikan.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Yahudi dan orang Jerman dilarang. Kaum Yahudi tidak


diizinkan mengibarkan bendera Jerman. Semua tindakan ini
lahir dari konsep bahwa kaum Yahudi tak akan pernah
menjadi orang Jerman. Inilah kepercayaan yang sama-sama
dipegang oleh Nazi dan Zionis.
Brenner mengutip satu ulasan menarik oleh kepala
penyunting Kantor Berita Jerman, Alfred Berndt, yang
mengenang bahwa, hanya dua pekan sebelumnya, semua
pembicara pada Kongres Zionis Dunia di Lucerne telah
mengulang lagi bahwa kaum Yahudi di seluruh dunia sudah
benar dipandang sebagai satu masyarakat terpisah sendiri, di
mana pun mereka berada. Jadi, ia menjelaskan, semua
yang telah dilakukan Hitler adalah untuk memenuhi
permintaan Kongres Zionis Internasional dengan membuat
kaum Yahudi yang tinggal di Jerman bangsa minoritas.
Brenner juga mengatakan bahwa hanya dua jenis bendera
yang diperbolehkan di wilayah kekuasaan Reich Ketiga,
yaitu bendera swastika Nazi dan biru-putih Zionis.
Narasumber Brenner tak lain adalah pemimpin Zionis
Amerika Rabbi Stephen Wise: Bagaimana pun, tekad
membersihkan tubuh bangsa Jerman dari unsur Yahudi,
membawa Hitlerisme menemukan 'persaudaraan'nya dengan
Zionisme, nasionalisme pembebasannya Yahudi. Karena
itu, Zionisme menjadi satu-satunya partai lain yang disahkan
di Reich, bendera Zionis satu-satunya bendera lain yang
diperbolehkan di tanah Nazi.
Lenni Brenner menamai kebijakan Nazi itu filoZionisme (cinta Zionisme), dan menulis bahwa kesemua itu
telah membantu Zionisme di segala segi. Jadi, Nazi
menerapkan beragam undang-undang yang memungkinkan
kaum Yahudi menghindari pembauran dan mempertahankan
kesadaran rasialnya. Tahun 1936, Nazi menambahkan
bumbu pulang ke Palestina baru dengan tindakan
mensyaratkan para rabbi menggunakan bahasa Ibrani, bukan
bahasa Jerman, dalam kotbah mereka mulai tanggal 6
Desember (hari Hannukah Yahudi) tahun itu, dan setelah itu
menggalakkan upaya-upaya yang mensyaratkan kaum
Yahudi menggunakan bahasa Ibrani untuk tujuan-tujuan
keagamaan dan budaya.

The Nazis' anti-Semitic policy, in full consort with


the plans of radical Zionists, forced the German
Jews to emigrate from the country. The Transfer
Agreement signed between racist Zionists and
the Nazis guaranteed that Jews leaving the
country would be transferred to Palestine, not to
any other "wrong address." Above: The Jews
hoping to emigrate to Palestine, in front of the
legal immigration offices in Germany in 1939.

Ini bantuan yang cukup besar bagi para Zionis yang


sedang berupaya mengumpulkan kaum Yahudi seluruh
dunia di Palestina dan memaksa mereka berbahasa Ibrani.
Upaya-upaya Nazi untuk membuat kaum Yahudi sadar rasial
tak terbatas pada contoh di atas. Menurut Brenner, di musim
semi 1934, Heinrich Himmler, kepala SS, mendapat sajian
laporan tentang masalah Yahudi dari stafnya: Mayoritas
luas kaum Yahudi Jerman masih menganggap diri bangsa
Jerman dan bertekad tetap tinggal. Pemecahan-pemecahan
tertentu atas masalah ini telah disarankan. Sebagaimana
ditulis Brenner: ... cara mematahkan perlawanan mereka
adalah menanamkan jatidiri Yahudi tersendiri di antara
mereka dengan secara sistematis memajukan sekolahsekolah Yahudi, regu atletik, bahasa Ibrani, kesenian dan
musik Yahudi, dll.
Semua ini menunjukkan bahwa Nazi bersimpati pada
tujuan Zionis untuk menciptakan sebuah bangsa. (Umum
disadari bahwa kegiatan-kegiatan budaya, seperti
pendidikan, seni, musik, dan olahraga berperan penting
dalam pembentukan kesadaran ras di benak masyarakat).
Kaum Nazi, yang mengabdikan diri untuk menciptakan
suatu bangsa yang sadar ras dan murni ras, bekerja baik
bersama rekan-rekan Zionis mereka.
Menurut Brenner, dalam sebuah unjuk rasa
menentang Yahudi pada malam 17 Oktober 1938 di
Hannover, semboyan Juden Raus! Auf Nach Palstina
(Minggatlah Yahudi! Enyahlah ke Palestina) kali pertama
muncul, dan segera menyebar ke seluruh negeri. Semboyan
itu tepat mengungkapkan tujuan bersama kaum Nazi dan
Zionis mengeluarkan semua orang Yahudi dari Jerman dan
memindahkannya ke Palestina.
Perselingkuhan Zionis dengan SS
SS (Schutz-Staffel, Pasukan Pertahanan), sebuah
badan Partai Nazi yang mengabdi pada Hitler, sering
dianggap sebagai kaki tangan Nazi yang paling radikal,
fanatik, dan kejam. SS disusun oleh Heinrich Himmler atas
perintah Adolf Hitler, dan juga berfungsi dalam beberapa hal
sebagai kumpulan pemikir Nazi. Buku-buku dan film-film
yang berhubungan dengan SS biasanya menggambarkan
pasukan SS sedang bertindak keras pada kaum Yahudi, dan
menugaskan mereka tanggung jawab amat besar untuk
genosida Yahudi. Akan tetapi, kenyataannya agak
berbeda. Lenni Brenner melukiskan hubungan antara SS
dan kaum Zionis sebagai berikut:

The Nrnberg laws, completely isolating the


Jews from German society, intensified some
radical Zionists' trust the belief in the Nazis.
Above: Hitler during one of the grand shows of
strength held in Nrnberg.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Di tahun 1934, SS telah menjadi unsur yang paling


pro-Zionis dalam partai Nazi. Para Nazi lain bahkan
menyebut mereka lembut pada orang Yahudi. Baron von
Mildenstein telah pulang dari kunjungan enam bulannya ke
Palestina sebagai seorang simpatisan Zionis yang
bersemangat. Kini, sebagai kepala urusan Yahudi dari Dinas
Keamanan SS, ia mulai mempelajari bahasa Ibrani dan
mengumpulkan naskah-naskah bahasa Ibrani; ketika Tuchler
mengunjungi kantornya di tahun 1934, rekannya itu
disambut dengan untaian lagu rakyat kaum Yahudi yang
akrab. Di dinding terpampang peta-peta yang menunjukkan
kekuatan Zionisme yang tumbuh pesat di negeri Jerman.
Mildenstein tak hanya menulis artikel-artikel yang
memuji Zionisme, namun juga membujuk Goebbles agar
mencetak laporannya sebagai dua belas seri panjang dalam
suratkabar Goebbles, Der Angriff (Serangan), sebuah
terbitan utama propaganda Nazi. Laporan itu diturunkan
bersambung dari 26 September sampai 9 Oktober 1934.
Dalam tulisan bersambung itu, Mildenstein memuji
upaya-upaya Zionis di Palestina. Kaum Zionis sedang
menunjukkan bagaimana menyelesaikan masalah Yahudi.
Menurut Mildenstein, tanah itu telah mengubah kaum
Yahudi dalam satu dasawarsa. Orang-orang Yahudi baru
akan membentuk sebuah masyarakat baru.
Untuk
mengenang temuan-temuan sang baron, Goebbels mencetak
sebuah medali, di satu sisi bergambar swastika, dan di sisi
lain bintang Daud.
Di bulan Mei 1935, Reinhard Heydrich, saat itu kepala
Dinas Keamanan SS, menulis sebuah artikel yang memuji
Zionisme untuk Das Schwarze Korps, suratkabar resmi SS.
Heydrich menganggap bahwasanya ada dua golongan orang
Yahudi: Zionis dan pembaur. Para Zionis memiliki acuan
rasial yang ketat, sama seperti Nazi. Menurut Heydrich, para
Yahudi pembaur menghadirkan ancaman namun
sepenuhnya masuk akal untuk bekerjasama dengan para
Zionis. Heydrich menutup artikelnya dengan suatu pujian
menggetarkan hati bagi rekan-rekan Yahudinya: Waktunya
tak akan lama ketika Palestina akan kembali mampu
menampung anak-anaknya yang telah hilang darinya selama
lebih dari seribu tahun. Doa tulus kami beserta niat baik
pemerintah kami akan bersama mereka.
Zionis Sebagai Agen SS: Senjata SS untuk Para Zionis
Setelah beberapa saat, pertalian erat berkembang
antara SS dan organisasi bersenjata Zionis. Yang terpenting
adalah Haganah, sayap militer Jewish Agency di Palestina,
yang dikendalikan WZO. (Sebelum Israel berdiri, Haganah
membentuk inti cikal-bakal angkatan bersenjata Israel.
Beberapa pemimpin Israel, seperti Moshe Dayan dan
Yitzhak Rabin, pernah bertugas di Haganah). Di tahun 1937,
ada pertemuan rahasia antara Haganah dan SD
(Sicherneitsdients), dinas keamanan SS. Pada tanggal 26
Februari tahun itu, Feivel Polkes, seorang agen Haganah,
pergi ke Berlin.
Orang yang ditugaskan oleh Nazi untuk berunding
dengan Polkes adalah Adolf Eichmann. Eichmann telah
menjadi anak didik von Mildenstein dan, seperti
pembimbingnya, telah belajar bahasa Ibrani, membaca
tulisan Herzl, dan menjadi spesialis Zionisme di SD.
Pembicaraan Eichmann-Polkes direkam dalam sebuah
laporan yang disiapkan oleh atasan Eichmann, Franz Six,
yang ditemukan dalam arsip SS yang disita tentara Amerika
di akhir Perang Dunia II. Arsip-arsip itu mengungkapkan
bahwa Polkes menyatakan bahwa kaum Zionis dapat

menemukan sumber-sumber baru minyak bumi bagi Reich


Jerman; sebagai balasannya, mereka meminta agar
pemindahan kaum Yahudi dari Jerman ke Palestina jauh
ditingkatkan. Six menyukai apa yang harus disampaikan
Polkes, dan menyatakan bahwa sebuah persekutuan kerja
dengan kaum Zionis akan menjadi kepentingan Nazi:
Tekanan dapat dilakukan pada Perwakilan Yahudi
Reich di Jerman dengan suatu cara sehingga orang-orang
Yahudi yang pindah dari Jerman hanya pergi ke Palestina,
tidak ke negara-negara lain.
Tindakan-tindakan itu
sepenuhnya menjadi kepentingan Jerman dan telah
disiapkan lewat tindakan-tindakan Gestapo. Pada saat yang
sama, rencana-rencana Polkes menciptakan suatu mayoritas
Yahudi di Palestina akan dibantu lewat tindakan-tindakan
itu.
Kontak-kontak yang dibuat Polkes di Berlin
ditindaklanjuti di tahun yang sama. Pada 2 Oktober 1937,
kapal penumpang Romania tiba di Haifa dengan dua
wartawan Jerman di atasnya.
Para wartawan itu
sebenarnya dua orang anggota kawakan dinas keamanan SS:
Herbert Hagen dan Adolf Eichmann. Mereka bertemu
dengan agen Jerman, Reichert, dan Feivel Polkes, yang
membawa mereka mengunjungi sebuah kibbutz (lahan
pertanian bersama yang dibangun kaum Zionis selama
bermukim di Palestina). Eichmann terkesan dengan apa
yang dilihatnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika berada di
Argentina, Eichmann merekam kenang-kenangannya ke
kaset:
Saya sudah cukup melihat sehingga amat terkesan
dengan cara para pemukim Yahudi membangun tanah
mereka. Saya mengagumi keinginan kuat mereka untuk
hidup, terlebih lagi karena saya sendiri seorang idealis. Di
tahun-tahun berikutnya, saya sering mengatakan kepada
orang-orang Yahudi dengan siapa saya berurusan bahwa,
jika saja saya seorang Yahudi, saya akan menjadi seorang
Zionis fanatik. Saya tak bisa membayangkan menjadi yang
selain itu. Nyatanya, saya mungkin akan menjadi Zionis
paling berapi-api yang dapat dibayangkan.
Di pihaknya, Polkes membuat beberapa ulasan
menarik selama pertemuannya dengan SS. Ia mengatakan
Di kalangan nasionalis Yahudi, orang-orang sangat senang
dengan kebijakan Jerman yang radikal, karena... di masa
dekat, kaum Yahudi dapat bergantung pada keunggulan
jumlah atas bangsa Arab di Palestina. Polkes juga kembali
menawarkan jasa Haganah memata-matai untuk Nazi.
Lebih jauh, seperti ditulis Brenner, Polkes menunjukkan
itikad baik Zionis dengan memberikan dua potong informasi
intelijen kepada Eichmann dan Hagen tentang kegiatan
kaum komunis di Jerman dan hubungan kaum komunis
dengan pertemuan Pan-Islamic World Congress (Kongres
Dunia Persatuan Islam) pada saat itu di Jerman.

Tekanan dapat dilakukan pada


Perwakilan Yahudi Reich di Jerman
dengan suatu cara sehingga orang-orang
Yahudi yang pindah dari Jerman hanya
pergi ke Palestina, tidak ke negaranegara lain.
Tindakan-tindakan itu
sepenuhnya menjadi kepentingan
Jerman dan telah disiapkan lewat
tindakan-tindakan Gestapo. ..
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Hubungan erat antara SS dan Zionis tanpa diragukan


lagi disetujui di tingkat tertingginya, yakni, Fhrer sendiri.
Di awal tahun 1938, Otto von Bolschwingh, seorang
perantara antara kaum Nazi dan Zionis selama bertahuntahun, membawa sebuah kabar gembira: Fhrer telah
memutuskan bahwa seluruh penghalang yang merintangi
perpindahan Yahudi ke Palestina akan dihilangkan.
Sementara itu, Mufti Yerusalem, seorang musuh bebuyutan
Zionis, yang sebelumnya telah melakukan pendekatan
kepada Nazi, ditolak. Mufti itu telah membayangkan bahwa
ia dapat membuat suatu persekutuan dengan kaum Nazi
berdasarkan pada kesamaan anti-Semitisme mereka. Selagi
ia mencoba mendekati kaum Nazi, kaum Nazi sendiri sedang
sibuk mencari cara meningkatkan perpindahan orang Yahudi
ke Palestina. Jadi, hubungan sang mufti dengan Nazi, yang
dibesar-besarkan oleh Zionis setelah perang, sejatinya tidak
penting. Mufti itu tidak mendapatkan apa-apa, saat itu atau
pun kemudian, dari kerjasamanya baik dengan Roma
maupun Berlin.
Kaum Nazi bergerak begitu jauh mendukung Zionis
sampai menyediakan senjata bagi militan Zionis untuk
melawan orang-orang Palestina. Nicosia menunjukkan
(dalam The Third Reich and The Palestine Question) bahwa
SS memasok senjata kepada Haganah, sayap militer WZO di
Palestina, untuk digunakan melawan orang Arab. Nicosia
juga menulis bahwa SS dan Mossad le-Aliyah Bet mencapai
kesepakatan dalam menyelenggarakan pemindahan kaum
Yahudi secara menyelundup ke Palestina, melebihi batas
yang ditetapkan Inggris. Dengan kata lain, batas jumlah
perpindahan Yahudi (yang dikenakan karena Inggris takut
pada kemarahan bangsa Arab) dilanggar melalui kerjasama
antara SS dan Zionis.
Kebijakan Penyaringan Yahudi Zionisme
Di halaman-halaman sebelum ini, kami telah
menegaskan betapa gembiranya kaum Zionis dengan
kebijakan-kebijakan anti-Semit kaum Nazi. Alasannya amat
sederhana: semakin menderita kaum Yahudi di Eropa,
semakin mudah membujuk mereka agar pindah ke Palestina.
Setelah perang, para Zionis memainkan kartu anti-

Goebbels (above left), the propaganda minister


of the Nazis, had a long pro-radical Zionist article
published in a Nazi publication named Der Angriff
and had a medal struck, bearing on one side the
swastika, on the other the Star of David.
Heydrich (above right), chief of SS Security
Service, was one of the pro-radical Zionist Nazis.

-Semitisme untuk menciptakan kesepakatan umum bahwa


satu-satunya jalan menyelamatkan kaum Yahudi adalah
membiarkan mereka memiliki negara sendiri. Tidaklah
mengejutkan bahwa negara Israel akan disodorkan sebagai
sebuah negara bagi korban-korban penganiayaan, sebuah
pengungsian bagi kaum Yahudi yang lari dari cengkeraman
keji anti-Semitisme. Namun, menampilkan Israel sebagai
sebuah tempat perlindungan bagi kaum Yahudi teraniaya tak
lebih daripada dusta.
Ini mungkin tampak sebuah
pernyataan yang tergesa-gesa, namun akan terbukti benar
ketika kebijakan seenaknya-sendiri kaum Zionis dalam
meningkatkan pemindahan kaum elit Yahudi dimengerti.
Singkatnya, elitisme ini dapat digambarkan sebagai
berikut: meskipun mendukung gelombang anti-Semit yang
akan mempengaruhi seluruh Yahudi Eropa, kaum Zionis
ingin memindahkan hanya orang-orang Yahudi tertentu ke
Palestina. Para Zionis tak menginginkan kerumunan Yahudi
tak berguna di Palestina. Orang Yahudi yang disukai ke
Palestina adalah yang akan berharga bagi tanah air Yahudi:
misalnya, kaya, terpelajar, pemuda, dan berbulat tekad.
Jelas, para Zionis sangat menentang pemindahan kaum
Yahudi yang tak acuh, pasrah, tanpa keahlian, dan di atas
segalanya, tua. Sebuah kebijakan yang disebut No
Nalewki (Bukan Nalewki) diberlakukan oleh WZO.
Nalewki adalah sebuah ghetto besar di Warsawa, yang
umumnya diisi oleh orang-orang Yahudi Polandia yang tak
terdidik, terabaikan, tua, dan berpenyakit. Para pemimpin
WZO menyatakan tegas-tegas bahwa mereka tak ingin
menciptakan sebuah Nalewki baru di Palestina. Apa yang
akan terjadi dengan Yahudi Nalewki, dan Yahudi lainnya
yang tak memenuhi syarat? Mereka akan menderita di
bawah kekuasaan Nazi, tentunya dengan bantuan Zionis.
Untuk membujuk orang Yahudi yang disukai agar pindah,
para Zionis dapat berpura-pura tak melihat penderitaan
golongan Yahudi lainnya, bahkan, mereka mampu berperan
menyebabkan penderitaan itu. Sebagaimana Brenner
menulis:
Adalah kebijakan No Nalewki ghetto besar di
Warsawa yang menjauhkan Zionisme dari kaum awam
Yahudi, yang kebanyakan bukan Zionis, dan bahkan dari
kalangan gerakan Zionis Diaspora. Mereka tak memiliki
keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan di Palestina, dan
untuk selanjutnya Zionisme tak akan melayani mereka; para
calon pemukim akan disaring ketat demi kepentingan
Zionisme. Di Palestina sendiri, WZO memutuskan bahwa
para pengangguran harus didorong agar kembali ke negara
asal.

he series by the SS officer von Mildenstein


praised radical Zionism in the Nazis' propaganda
organ, Der Angriff:
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Hari-hari teror yang dikenakan kepada orang-orang


Yahudi oleh kemenangan Nazi dalam pemilu Maret 1933
telah membuat ribuan Yahudi berkerumun di jalan di luar
Kantor Palestina di Berlin, namun masih tiada keinginan
mengubah Palestina menjadi sebuah pengungsian yang
sebenarnya.
Pemindahan harus berlangsung demi
memenuhi kepentingan Zionisme. Hanya para Zionis muda,
sehat, memenuhi syarat, dan bertekad bulat yang diinginkan.
German HaChalutz Pioneers menyatakan pemindahan ke
Palestina yang tak dibatasi adalah sebuah kejahatan
Zionis.
Pemimpin WZO Chaim Weizmann termasuk pembuat
kebijakan elitis ini.
Laporannya di Januari 1934
mendaftarkan sejumlah persyaratan baku yang digunakan
memilih pendatang ke Palestina yang berpeluang. Mereka
yang berumur lebih dari 30 tahun, tak bermodal, dan tak
berkeahlian tidak bisa diserap oleh Palestina. Nyatanya,
kebanyakan Yahudi Jerman tak diinginkan bagi Palestina:
mereka terlalu tua, atau pekerjaannya tak berkaitan dengan
kebutuhan negara, atau tak menguasai bahasa Ibrani, atau tak
bertekad ideologis. Jadi, relatif hanya segelintir Yahudi
terpilih dipindahkan ke Palestina, sekalipun kebijakankebijakan Nazi berat menimpa semua Yahudi Jerman.
Tahun 1937, Weizmann mengatakan kepada
Kongres Zionis bahwa jawabannya bagi pertanyaan apakah
mereka dapat membawa enam juta Yahudi ke Palestina
adalah tidak. Ia memaparkan bahwa ia ingin menyelamatkan
kaum pemuda, sebab para manula memiliki sedikit sisa
umur. Hanya yang muda akan bertahan; para manula harus
menanggung takdirnya, entah mampu atau tidak.
Sudut pandang ini tak pernah berubah di antara
kepemimpinan Zionis. Ketua sebuah panitia Zionis yang
dibentuk demi menyelamatkan Yahudi Eropa, Yitzhak
Greenbaum, berkomentar pada tahun 1943 bahwa jika ia
harus mengambil satu dari dua pilihan masyarakat Yahudi
atau tanah Israel ia akan memilih menyelamatkan Israel.
Antara 1933 dan 1935, dua pertiga dari seluruh kaum
Yahudi Jerman yang melamar surat kepindahan ke Palestina
ditolak oleh kaum Zionis, yang mengendalikan penjatahan
surat itu.
Singkatnya, pintu ke Palestina ditutup bagi Yahudi
Jerman yang tak memenuhi syarat-syarat Zionis. Para
Yahudi ini lalu berusaha pindah ke negara lain untuk lari dari
penindasan Nazi yang meningkat. Mereka mengira dapat
selamat dari anti-Semitisme dengan berpindah ke Amerika
Serikat atau Inggris. Namun, sekali lagi mereka kecewa,
karena pihak Zionis telah menutup pintu tak hanya ke
Palestina, melainkan juga ke Amerika Serikat, Inggris, dan
setiap tempat pengungsian aman lainnya. Dalam sejarah, ini
menjadi salah satu pengkhianatan terbesar atas suatu bangsa
oleh para pemimpinnya sendiri.

Di tahun 1938, David Ben Gurion (belakangan


menjadi perdana menteri Israel), orang kedua di WZO
setelah Weizmann, mengungkapkan pemikiran Zionis dalam
sebuah pidato yang diucapkan pada sebuah rapat para
pemimpin Zionis Pekerja di Inggris: Jika saya tahu bahwa
mungkin untuk menyelamatkan semua anak-anak di Jerman
dengan memindahkan ke Inggris, namun hanya setengah jika
memindahkan ke Eretz Yisrael, saya akan mengambil
pilihan kedua.
Segi kebijakan Zionis yang paling terkutuk selama
Reich Ketiga bukan kegagalan menyelamatkan kaum
Yahudi. Ini, hingga batas tertentu, dapat dijelaskan:
misalnya, dapat saja didalihkan bahwa pihak Zionis ingin
memusatkan seluruh upaya kaum Yahudi pada Palestina.
Kebusukan sebenarnya adalah bahwa kaum Zionis telah
membendung upaya-upaya kaum Yahudi pindah dari Jerman
ke negara mana pun di dunia selain Palestina.
Di tahun 1943, seorang Zionis terkemuka maju ke
depan untuk menentang penyelamatan Yahudi Jerman:
Rabbi Stephen Wise. Sebagai juru bicara utama bagi
Zionisme di Amerika Serikat, Wise melakukan semua yang
ia bisa untuk menentang Emergency Committee to Save the
Jewish People of Europe (Panitia Darurat Penyelamatan
Yahudi Eropa), yang disusun oleh orang-orang Yahudi
terkemuka untuk mempropagandakan penyelamatan. Rabbi
Wise juga membela jatah imigrasi Amerika di tahun 1938,
dalam sebuah surat yang ditulisnya sebagai pemimpin
American Jewish Congress (Kongres Yahudi Amerika).
Wise menyatakan bahwa ia menentang perubahan dalam
undang-undaang yang memungkinkan orang Yahudi
mengungsi ke Amerika, sebab khawatir pada antiSemitisme.
Sama seperti di Amerika Serikat, pintu masuk ke
Inggris juga telah ditutup bagi Yahudi Jerman oleh para
Zionis. Kepemimpinan Zionis di Inggris menentang semua
upaya di Parlemen untuk memberikan suaka bagi kaum
Yahudi termasuk ditterbitkannya beberapa ratus izin
imigrasi ke kepulauan Mauritius!
Tidak sulit memahami mengapa kaum Zionis
mencegah kaum Yahudi lari dari cengkeraman kaum Nazi.
Jika saja pintu masuk ke Amerika atau Inggris terbuka bagi
kaum Yahudi, banyak dari mereka yang berkeahlian yang
dibutuhkan di Palestina malah menuju ke negara-negara itu.
Untuk memastikan perpindahan orang-orang Yahudi
bermutu ke Palestina, kaum Zionis menghukum Yahudi
Jerman lainnya dengan hidup di bawah penindasan Nazi.
Tanpa keraguan, mereka mengkhianati bangsa
mereka sendiri. Seorang rabbi Slowakia, Dov Michael
Weissmandel, adalah salah seorang yang mengerti dan
mengutuk strategi Zionis itu. Weissmandel berusaha
menyelamatkan kaum Yahudi dari kekuasaan Nazi selama

Zionis Menghalangi Kaum Yahudi Melarikan Diri


Lerni Brenner mengulas dalam Zionism in the Age of
Dictators bahwasanya karena gerakan Zionis tak
menginginkan kebanyakan kaum Yahudi Jerman di
Palestina, mungkin dapat dianggap bahwa para Zionis,
setidaknya di Amerika Serikat, berupaya mencari
pengungsian lain bagi saudara-saudara mereka, namun hal
itu tak terjadi. Nyatanya, para Zionis tak berbuat apa-apa
demi menyelamatkan kaum Yahudi Jerman dari kekejaman
Nazi. Bahkan ketika desas-desus dan laporan-laporan
tentang Holokaus telah mencapai puncaknya, kaum Zionis
tak mengubah sikapnya.

Kebusukan sebenarnya adalah


bahwa kaum Zionis telah
membendung upaya-upaya kaum
Yahudi pindah dari Jerman ke
negara mana pun di dunia selain
Palestina.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

perang, namun upaya-upayanya dihalang-halangi kaum


Zionis. Weissmandel menjadi geram ketika lama setelahnya
para Zionis mulai menyebarkan desas-desus holokaus kaum
Yahudi. Dalam sepucuk surat untuk para pemimpin Zionis
yang ditulisnya di bulan Juli 1944, si rabbi mengungkapkan
kemuakannya:
Mengapa kalian tidak berbuat apa-apa hingga kini?
Siapakah yang bersalah atas kelalaian mengerikan ini?
Apakah kalian tak bersalah, saudara-saudara Yahudiku...? ...
Kejam, kalian semua, dan juga pembunuh, karena kebisuan
berdarah dingin dengan mana kalian menyaksikan, karena
kalian duduk berlipat tangan dan tak melakukan apa pun,
meskipun kalian dapat menghentikan atau menunda
pembunuhan kaum Yahudi jam ini juga.
Kalian, saudara-saudara kami, anak-anak Israel,
apakah sudah gila? Tidakkah kalian tahu neraka di sekeliling
kami? Pembunuh! Orang Gila! Siapakah yang memberi
derma: kalian yang melontarkan beberapa perak dari rumah
kalian yang tenteram, ataukah kami yang berkorban darah di
kedalaman neraka?
Naluri Weissmandel sungguh tepat. Pihak Zionis
memang percaya bahwa penting bekerjasama dengan musuh
kaum Yahudi, untuk mendukung tekanan yang ditimpakan
orang-orang anti-Semit pada kaum Yahudi, demi mendirikan
sebuah negara Yahudi.
Mereka sigap membiayai
penganiayaan Nazi terhadap saudara Yahudi mereka sendiri.
Terkadang, demi kepastian, para Zionis mencari cara
mencapai kebalikannya. Mereka sangat berkepentingan
pada perpindahan para Yahudi bermutu ke Palestina, dan
memerlukan Nazi agar bersikap terbaik pada golongan itu.
Satu contoh adalah 7 ribu Yahudi Denmark yang tak dikirim
Nazi ke kamp-kamp konsentrasi di tahun 1943.
Kubu-kubu dalam Zionisme, atau 'Polisi Baik/Polisi
Jahat'
Gerakan Zionisme secara umum dikendalikan oleh
WZO, yang didirikan pada Kongres Zionis Pertama. Sejak
kematian Herzl di tahun 1904 hingga 1911, David
Wolffsohn mengetuai WZO; antara 1911 dan 1920, Otto
Warburg adalah ketuanya. Setelah itu, Chaim Weizmann

The Nazi ideology, which dictated that the Germans


and the Jews were two races that should not mix with
each other, was completely shared by racist Zionists.
On this basis was erected the radical Zionist-Nazi
alliance. Above: Hitler with his SAs during his climb
to power.

memimpin WZO sampai tahun 1946 (kecuali kurun 1931


1935, Nahum Sokolow menjadi ketua). David Ben Gurion
adalah tangan kanan Weizmann, dan keduanya akhirnya
menduduki jabatan presiden dan perdana menteri Israel pada
saat berdirinya.
Arah politik WZO adalah sosial demokrat. Akan
tetapi, negara yang memiliki hubungan terdekat dengan para
pemimpin WZO selama paruh pertama abad ke-20 adalah
Inggris. (Tentu saja, hubungan antara Nazi dan ZVfD,
cabang WZO di Jerman, dirahasiakan). Suatu kubu
pembangkang perlahan-lahan muncul dalam WZO. Sayap
WZO ini condong ke kanan, bertentangan dengan
kecenderungan kiri organisasi ini secara umum. Kubu baru
ini, dipimpin seorang Yahudi Rusia bernama Vladmir
Jabotinsky, segera dikenal sebagai Zionisme yang
Revisionis.
Di tahun 1933, para Revisionis menarik diri dari
WZO dan mendirikan organisasi sendiri yang dinamakan
New Zionist Organisation (NZO, Organisasi Zionis Baru)
sebagai akibat pertentangan yang telah tumbuh sejak
pertengahan 1920-an.
Jabotinsky menganjurkan garis keras terhadap
Inggris, yang telah menetapkan batas bagi jumlah pendatang
Yahudi karena khawatir pada kemarahan bangsa Arab.
Ideologi Jabotinsky lebih keras dan radikal daripada WZO.
Bahkan kadang-kadang ia dirujuk sebagai Vladimir Hitler
karena pandangan ekstrim kanannya. Ia meringkaskan
ideologinya sebagai berikut: humanisme dungu tak akan
berdampak pada kesantunan masa kini; kekuasaan adalah
satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi politik dunia.
Bagi Jabotinsky, mereka yang percaya pada keadilan adalah
orang bodoh, sebab keadilan milik orang yang berkuasa dan
menggunakan kekuasaan itu untuk meraih keinginannya.
Paham Jabotinsky sebenarnya versi Yahudi dari fasisme dan
Nazisme yang berkembang di tahun 1920-an dan 1930-an.
Ketika membentuk pasukan paramiliternya, Betar, ia meniru
Pasukan Seragam Hitamnya Mussolini dan SA-nya Hitler.
Anggota-anggota Betar saling menyapa dengan salam cara
fasis. Menjelang akhir tahun 1930-an, kaum Revisionis
mendirikan suatu pasukan bawah tanah, Irgun Zvei Leumi
(Organisasi Militer Nasional). Irgun dan LEHI (Lohamei
Herut Yisrael Pejuang Kemerdekaan Israel), yang
didirikan oleh Avraham Stern di tahun 1940, melakukan
serangan-serangan berdarah di tahun-tahun berikutnya.
Pada waktu itu, Menahem Begin, kemudian menjadi
pemimpin Partai Likud dan perdana menteri Israel, adalah
anggota Irgun; pemimpin Irgun lainnya, Yitzhak Shamir,
yang juga menjadi perdana menteri Israel, adalah seorang
teroris yang giat dalam Gerombolan Stern.

Pihak Zionis memang percaya


bahwa penting bekerjasama dengan
m u s u h k a u m Ya h u d i , u n t u k
mendukung tekanan yang ditimpakan
orang-orang anti-Semit pada kaum
Yahudi, demi mendirikan sebuah
negara Yahudi.
Mereka sigap
membiayai penganiayaan Nazi
terhadap saudara Yahudi mereka
sendiri.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Dengan memandang sayap kanan dan kiri Zionisme,


akan beralasan untuk berpikir bahwa masing-masing
mencari sekutu-sekutu non-Zionis dengan kecenderungan
ideologis serupa. Ini pastilah kedudukan sejarah resmi.
Kisah-kisah Zionis mengatakan kepada kita bahwa WZO
sepihak dengan Inggris, sementara para Revisionis
menentang Inggris dan mengembangkan hubungan dekat
dengan Mussolini.
Suatu penyelidikan yang lebih
menyeluruh mengungkapkan bahwa menarik perbedaan
ideologi yang tajam di antara kedua kubu tak bisa
dibenarkan.
Ini karena keduanya, khususnya WZO,
membentuk persekutuan yang tampak bertentangan dengan
ideologi yang mereka nyatakan. Hubungan WZO-Nazi yang
dibahas di halaman-halaman sebelumnya tentulah sebuah
contoh yang baik. Kita juga akan melihat bahwa WZO
membangun kaitan-kaitan penting dengan Mussolini,
sebagaimana yang dilakukan para Revisionis. Fakta-fakta
ini menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya perbedaan
ideologis di antara para Zionis. Jika kedua pihak mempunyai
hubungan dengan kaum Nazi dan Fasis, apa makna sayap
kanan dan kiri dalam Zionisme?
Seorang Amerika pakar masalah Timur Tengah
Richard Curtiss menawarkan sebuah jawaban atas
pertanyaan ini dalam Washington Report on Middle East
Affairs (Laporan Washington tentang Masalah Timur
Tengah), di mana ia menjadi kepala penyuntingnya. Dalam
sebuah artikel berjudul The Good Cops and Bad Cops Who
Killed the Peace Process (Para Polisi Baik dan Polisi Jahat
yang Membunuh Proses Perdamaian), Juni 1955, ia
berpendapat bahwa perbedaan di antara kedua kubu dalam
sejarah politik Zionisme dan Israel sebenarnya tak lebih dari
siasat polisi baik-polisi jahat. Ini sebuah siasat kuno dan
terkenal, digunakan di setiap kantor polisi di seluruh dunia.
Sang tersangka ditinggalkan sendirian di sebuah ruangan.
Tak berapa lama, seorang polisi yang suka menyerang dan
pemarah masuk. Ia meneror tersangka, bahkan terkadang
memukulnya. Setelah polisi pertama pergi, seorang polisi
lain, tampak lebih ramah dan mengasihani, masuk. Ia
mengatakan kepada tersangka bahwa polisi yang
sebelumnya itu sangat kejam. Jika tersangka mau bercerita
padanya, sang polisi baik, apa yang diketahuinya, sang polisi
baik mungkin dapat melindunginya dari sang polisi jahat.
Tentunya, sandiwara itu telah dilatih baik. Sang polisi baik
dan polisi jahat bekerjasama, masing-masing memainkan
perannya.
Itulah siasat polisi baik-polisi jahat, dan sering kali
berhasil. Menurut Ricard Curtiss, dua gerakan politik Israel
yang bersaing telah memainkan siasat itu sejak tahun 1930an. Curtiss menemukan contoh-contoh tercatat pertama
siasat mereka mundur ke tahun 1940-an. Pada 16 September
1948, para teroris dari kelompok revisionis Gerombolan
Stern membunuh Count Folke Bernadotte di Yerusalem.
Bernadotte adalah seorang perunding PBB di Palestina dan
terkenal akan kecamannya tehadap kebijakan pendudukan
Israel. Perdana Menteri Ben Gurion mengutuk pembunuhan
itu dan menyatakan bela sungkawanya yang mendalam di
markas besar PBB. Namun, para pemimpin komplotan
pembunuh itu, tampaknya, tak dapat ditemukan.
Belakangan, mereka muncul di tempat-tempat yang
mengejutkan.
Joshua Cohen, pembunuh Berhadotte,
menjadi pengawal pribadi perdana menteri. Yitzhak Shamir,
salah satu pemimpin yang memerintahkan pembunuhan itu,
ditunjuk menjadi kepala seksi Eropa dari Mossad (badan
intelijen Israel). Selama masa jabatan Ben Gurion sebagai

perdana menteri, sejumlah agen Mossad di Eropa


membunuh sejumlah musuh-musuh Israel atas perintah
Shamir.
Hanya terdapat satu penjelasan: air mata Ben Gurion
atas kematian Bernadotte adalah palsu. Perdana menteri
Israel dari Partai Karya itu amat gembira atas pembunuhan
Bernadotte oleh Gerombolan Stern. Ia sedang memainkan
peran polisi baik untuk meredakan kemarahan dunia.
Curtiss menyebutkan banyak lagi contoh sandiwara polisi
baik-polisi jahat Zionis semacam itu, tak semuanya
berkaitan langsung dengan perhatian kita berikutnya:
mengapa ada dua kubu berbeda dalam gerakan Zionis,
sementara keduanya bersekongkol dengan kaum Nazi dan
Fasis.
Jawaban pertanyaan itu adalah Inggris, karena satusatunya perbedaan nyata di antara kedua sayap (mengingat
keduanya bekerjasama dengan Nazi) adalah sikap mereka
terhadap Inggris. Karena keresahan bangsa Arab, Inggris
telah menerapkan pembatasan atas perpindahan kaum
Yahudi ke Palestina, yang berada di bawah pemerintahan
Inggris sebagai mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (cikal
bakal PBB). Ini membuat geram para Zionis. Mereka perlu
bertindak melawan Inggris, namun melecehkan adikuasa ini
akan berakibat buruk bagi Zionisme. Maka, kaum Zionis
memainkan siasat polisi baik-polisi jahat pada Inggris.
Sementara WZO mempertahankan hubungan baik dengan
Inggris, para pengikut Vladimir Jabotinsky membom
sasaran-sasaran milik Inggris di Palestina. WZO tulus
menyatakan bahwa para Zionis akan selalu berpihak kepada
Inggris, dan bahwa serangan-serangan itu dilakukan para
fanatik. Inggris tidak berpaling menghadapi Zionisme
sebagai satu kesatuan.
Ketika akhirnya jemu dengan serangan-serangan
Revisionis, Inggris mundur dari Palestina. Setelah itu,
sebuah negara Yahudi diproklamasikan atas separuh daerah
Palestina, menyusul resolusi PBB di tahun 1947. Siasat
polisi baik-polisi jahat telah berhasil. Polisi baik dan polisi
jahat kembali bersatu ketika NZO, yang didirikan oleh
Jabotinsky, dibubarkan dan bergabung dengan WZO. Itulah
cerita sebenarnya tentang perbedaan antara para Zionisme
Revisionis dan Zionisme sayap kiri, yang diwakili WZO.
Kebenarannya nyata: kebijakan-kebijakan mereka, kecuali
sikap mereka yang terkenal terhadap Inggris, sebenarnya
serupa. Italianya Mussolini memberikan gambaran lain
kesepakatan di bawah permukaan di antara kubu-kubu
Zionis.

Karena keresahan bangsa Arab, Inggris


telah menerapkan pembatasan atas
perpindahan kaum Yahudi ke Palestina, yang
berada di bawah pemerintahan Inggris sebagai
mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal
PBB).
Ini membuat geram para Zionis.
Mereka perlu bertindak melawan Inggris,
namun melecehkan adikuasa ini akan
berakibat buruk bagi Zionisme. Maka, kaum
Zionis memainkan siasat polisi baik-polisi
jahat pada Inggris.
Sementara WZO
mempertahankan hubungan baik dengan
Inggris, para pengikut Vladimir Jabotinsky
membom sasaran-sasaran milik Inggris di
Palestina.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Hubungan Rahasia Israel dengan Nazi Mutakhir


Dirangkum dari buku : The Violence of Holocaust
Penulis : Dr. Harun Yahya
Setelah Perang Dunia II, Israel memulai
sebuah perburuan orang-orang Nazi demi
membalaskan dendam para Yahudi korban Holokaus.
Akan tetapi, adalah adil jika dikatakan bahwa
perburuan Nazi ini bukanlah pencarian keadilan yang
sungguh-sungguh, melainkan suatu unsur propaganda.
Satu petunjuk terang akan hal ini adalah Israel tak
pernah mengejar orang-orang Nazi terkemuka. Mereka
memburu hanya anggota-anggota tingkat rendahan
Nazi, betapa pun besarnya kehebohan atas mereka
(sebagaimana kasus Eichmann).
Dengan menimbang hal ini, Jenderal SS Kurt Becher
merupakan satu contoh menarik. Becher telah ditunjuk
sebagai Specialreicht Commissar (Komandan Khusus) bagi
seluruh kamp-kamp konsentrasi di tahun 1945 oleh Heinrich
Himmler. Jika Israel memang memburu seorang musuh,
namanya mungkin akan berada di urutan teratas daftar
pencarian Israel. Namun, orang-orang Israel tak melakukan
hal ini. Bukannya menyerukan penahanan dan pengadilan
Becher, Pemerintah Israel malah berbisnis dengannya.
Seorang peneliti Yahudi Amerika, Ralph Schoenman, telah
mengungkapkan hubungan antara Nazi yang satu ini dan
Pemerintah Israel.
Jenderal SS Kurt Becher...
ditunjuk sebagai
komandan semua kamp konsentrasi Nazi oleh Heinrich
Himmler... Ia menjadi presiden sebuah perusahaan yang
merintis penjualan gandum ke Israel. Perusahaannya,
Cologne-Handel Orde Gesellschaft, berbisnis luas dengan
Pemerintah Israel.
Para pemimpin aparhteid Afrika Selatan termasuk
mereka yang simpatisan Nazi sekaligus teman dekat Israel.
Hubungan antara perdana menteri Afrika Selatan, John
Vorster, dan Israel secara khusus menarik. Benjamin BertHallahmi, profesor psikologi di Universitas Ibrani Yerusalem
dan seorang pengamat tajam hubungan luar negeri Israel,
mengulas tentang kunjungan kenegaraan Vorster ke Israel
dalam bukunya The Israeli Connection: Who Israel Arms
And Why (Kaitan Israel: Siapa yang Dipersenjatai Israel dan
Mengapa).
Bagi kebanyakan orang Israel, kunjungan Vorster ke
Israel cuma sebuah kunjungan resmi seorang pemimpin
asing... Ia digambarkan sebagian pers Israel sebagi orang
yang taat beragama pada sebuah ziarah pribadi ke Tanah Suci
(Yerusalem)... Perlu sepucuk surat kepada penyunting
Haaretz, New York Times-nya Israel, untuk mengabarkan
kepada umum bahwa Vorster sebenarnya seorang teman
sekongkol Nazi yang, menurut undang-undang Israel, harus
ditahan dan disidangkan saat menginjakkan kaki di tanah
Israel. Sebaliknya, ia mendarat di bandara Tel-Aviv, karpet
merah dibentangkan, dan perdana menteri Israel, Yitzhak
Rabin, menyambutnya dengan pelukan hangat. Banyak
artikel penyambutan dalam pers Israel.
Beit-Hallahmi menambahkan: Yang didapat orangorang kulit putih Afrika Selatan dari Israel, sambil
mengobarkan perang untuk mempertahankan keberadaan
mereka, pertama dan terpenting adalah ilham. Kedua adalah
tuntunan praktis dalam segala segi tindakan militer mereka.
(Beit-Hallahmi, h. 121)

Sejumlah pemimpin Afrika Selatan yang


mengagumi Israel sebenarnya para mantan simpatisan
Nazi, sebagaimana dinyatakan Hallahmi. Wartawan
Afrika Selatan, Breyten Breytenbach, menjelaskan
keadaan menarik ini:
Sungguh suatu penyamaan jatidiri aneh yang
dirasakan kaum Afrikaner dengan Israel. Bagaimana pun,
selalu ada arus kuat anti-Semitisme di negeri ini para
pemimpin saat ini adalah keturunan langsung para ideolog
pro Nazi. Namun, mereka memiliki kekaguman besar
kepada Israel, yang telah menjadi... mitra militer dan
politik para pemimpin kulit putih Afrika Selatan dalam
'persekutuan negara-negara terkucil'.
Mereka
menyamakan diri dengan Israel sebagai bangsa pilihan
Tuhan menurut Injil, sebagai sebuah negara maju yang
berjuang dikepung oleh lautan musuh. (Beit Hallahmi, h.
161).
Jadi, Israel telah menjaga hubungan baik dengan
para pengikut Nazi mutakhir sebagaimana dengan Nazi
terdahulu. Zionisme dan fasisme sebenarnya dua ideologi
yang bekerjasama dalam kerukunan sempurna.
Kerukunan ini telah diubah, tak jarang, menjadi
persekongkolan aktif.

Kurt Becher, eks Nazi SS yang


menjadi mitra bisnis Israel pasca
PD II

Jadi, Israel telah menjaga


hubungan baik dengan para pengikut
Nazi mutakhir sebagaimana dengan
Nazi terdahulu.
Zionisme dan
fasisme sebenarnya dua ideologi yang
bekerjasama dalam kerukunan
sempurna.
Kerukunan ini telah
diubah, tak jarang, menjadi
persekongkolan aktif.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

DIVISI MUSLIM WAFEN SS


Dalam mencermati perjalanan sejarah, kita tentu harus
menilainya dengan keadaan di masa itu sendiri. adalah fakta
yang tidak terbantahkan bahwa Muslim Bosnia, dan juga
banyak Muslim lainnya di masa Perang Dunia II bersekutu
dengan Nazi Jerman. Jumlah pasukan Muslim yang
bergabung dengan Nazi cukup banyak: sekitar 5.000 orang
Arab, 2.000 Muslim India, 40.000 Muslim Bosnia dan
Sandzak, 30.000 Muslim Albania, 75.000 Muslim Kaukasus
Utara, 40.000 Muslim Tartar Volga, 180.000 Muslim Turki,
20.000 Muslim Tatar Krim, dan juga 200.000 Muslim Soviet
dimana yang terakhir ini bertugas sebagai tenaga pembantu
dalam berbagai pekerjaan kasar dalam Wermacht atau
angkatan perang Nazi Jerman (baca: Legiun Muslim Hitler;
N. Hidayat; Nilia Pustaka, 2007)
Bahkan ada juga orang Indonesia yang menjadi bagian dari
tentara Nazi Jerman (meskipun tidak diketahui apakah dia
muslim atau bukan).
Walau sejarah Indonesia tidak banyak membuka diri terhadap jasa Nazi Jerman atas perang
kemerdekaan Indonesia, namun jasa pasukannya Adolf Hitler ini bagaimana pun ada. Ini fakta :
Salah satu instruktur pertama badan intelijen resmi Indonesia adalah seorang perwira U-Boat Nazi
Jerman yang mendarat di Jawa. Kolonel Zulkifli Lubis, bapak intelijen Indonesia, dilatih olehnya.
Bukan itu saja, di Indonesia pun pernah berdiri partai yang mengekor partai Nazi, walau tidak
mendapat sambutan meriah kala itu (baca: Orang Nazi dan Partai Nazi di Indonesia: Kaum
Pergerakan Menyambut Fasisme; Wilson; Komunitas Bambu, 2008)
Dalam Perang Dunia II, Mufti Palestina AlHusayni memang bersekutu dengan Nazi dan kawan baik
dari Adolf Hitler. Mereka di kala itu saling memanfaatkan. Sejarah sekarang, dengan berbagai
dokumennya yang telah dideclassified-kan, telah membongkar fakta jika segala 'kebuasan' Nazi
Jerman dalam Perang Dunia II ternyata didukung penuh dengan dana amat besar dari Rockefeller
dan kakek George Walker Bush, dua keluarga berpengaruh Yahudi Dunia. Al-Husayni tentu saat itu,
sepertinya, tidak tahu akan fakta jika Hitler pun tengah diperalat Yahudi!
Dan tentang permusuhan Yahudi terhadap umat Islam, itu bersifat abadi hingga akhir zaman. Jadi,
bukan karena Muslim Bosnia sekutu Nazi Jerman yang menyebabkan itu, tapi karena Yahudi adalah
tentaranya Dajjal dan Muslim adalah tentaranya Muhammad SAW.
Dalam hubungannya dengan Nazi, puluhan ribu Muslim Bosnia direkrut Hitler dan dikelompokkan
ke dalam Brigade Handjar atau yang resminya bernama 13. Waffen Gebirgs Division de SS
Handschar (kroatische Nr.1). Ini legiun Muslim Bosnia pertama yang direkrut di akhir tahun 1943.
Pada Juli 1944, dibentuk Legiun Muslim Bosnia kedua bernama 23. Waffen Gebirgs Division der SS
Kama (kroatische Nr.2) atau Brigade Kama. Kedua legiun atau brigade ini akhirnya digabungkan
Himmler menjadi satu kesatuan yakni IX. Waffen-Gebirgs Korps der SS (kroatisches). Pasukan ini
menderita kekalahan mengikuti kekalahan pasukan induknya, Nazi-Jerman, dan menyerah kepada
pasukan Inggris di Saint Veit de Glan di Austria, 12 Mei 1945.
Siapakah Imam Al-Husayni? Dia adalah seorang Mufti Besar Palestina sejak 1921 hingga 1948.
Keturunan Klan Husayni ini sangat keras menentang rencana perpindahan kaum Yahudi yang
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

terserak di seluruh dunia ke Palestina, sebagaimana mandat dari Kongres Zionis Internasional I di
Basel, Swiss, tahun 1897. Sebab itu, Inggris yang mendukung penuh rencana Zionis Yahudi itu
memburunya. Pada tahun 1941 Husayni bertemu empat mata dengan Adolf Hitler. Hitler terkagumkagum padanya.
Sumber : HANDSCHAR , The Muslim Division of Waffen SS

Kiri : Mufti Husayni (kakek Yasser Arafat) mengunjungi Divisi Khandjar SS di Bosnia, disambut oleh
perwira pimpinan. Tengah : Komandan Divisi Khandjar, Karl Gustav Sacuberzweig. Kanan : Parade
pasukan Divisi Khandjar SS

Komandan SS Heinrich Himmler, meninjau


langsung Divisi Khandjar didampingi Karl
Gustav

Kiri : Prajurit Divisi Khandjar tengah membaca brosur berjudul Islam dan
Yudaisme. Tengah : Mufti berdialog dengan Adolf Hitler. Kanan : Prajurit Divisi
Khandjar memang dilatih sebagai unit pegunungan yang mengawasi pegunungan
Balkan.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Koneksi Zionis Dunia Dengan Fasis Italia


Pada 1933 Mussolini sangat dihormati oleh
kaum konservatif. Dia dianggap sebagai satusatunya orang yang didengar oleh murid liarnya
di Berlin (Hitler), dan kalangan Zionis berharap
bahwa Mussolini dapat menyarankan Hitler bahwa
terlalu memusuhi Yahudi hanya menimbulkan
masalah yang tidak perlu. Mereka juga percaya
bahwa Mussolini mungkin dapat dibujuk untuk
bergabung London dan Paris dalam melindungi
Wina dari tangan Nazi.
Nahum Sokolow yang kemudian menjabat
Presiden WZO (World Zionists Organization), mulai
memperhitungkan Mussolini pada tanggal 16 Februari
1933. Sokolow bukan sosok yang kuat, dia hanya
terpilih pada 1931 ketika Weizmann mengundurkan diri
setelah kehilangan kepercayaan atas kebijakan
akomodasinya dengan Inggris, dan ia tidak membuat
satu pernyataan pun tentang Mussolini. Namun,
Mussolini sempat menyatakan simpati-nya untuk
orang Yahudi. Ketika Nazi mengumumkan boikot antiYahudi pada 1 April, Mussolini mengirim utusan khusus
untuk bertemu Hitler pada tanggal 31 Maret dan
mendesaknya untuk menghentikan boikot tersebut.
Pada pertemuan tersebut Fuhrer memuji-muji il Duce
(Mussolini), tetapi Adolf Hitler adalah pakar terbesar
dunia Yahudi dan tidak membutuhkan kuliah apapun
tentang bagaimana menangani mereka. Apakah
kesalahan Hitler jika pimpinan Marxis terkemuka
adalah orang Yahudi ? Dan ekses apa yang telah Hitler
lakukan pada orang Yahudi, yang membuat namanya
begitu buruk luar negeri ? tanya Mussolini. Tidak,
pengagumnya mungkin berterima kasih jika dia
membatalkan boikot, tapi semua musuhnya akan
menganggap Hitler sebagai sosok yang lemah. Hitler
meminta agar di waktu berikutnya Duta Besar menemui
Signor Mussolini :
Perhatikan ini : Saya tidak tahu apakah dalam
dua atau tiga ratus tahun nanti namaku akan dipuja di
Jerman untuk apa saya berharap bisa dilakukan bagi
rakyat Jerman, tapi satu hal saya benar-benar yakin :
bahwa lima atau enam ratus tahun dari sekarang, nama
Hitler akan dimuliakan di mana-mana sebagai nama pria
yang sekali dan untuk seluruh dunia menyingkirkan
wabah Yudaisme.
Rakyat Italia, yang prihatin dengan desain
Jerman di Austria, memiliki hubungan yang baik dengan
Inggris dan sebagai hasilnya mereka memberitahu
London laporan wawancara Hitler di atas, tetapi tidak
ada alasan bagi Mussolini memberikannya pula kepada
kaum Zionis. Tidak ada bukti bahwa WZO yang pernah
meminta pemerintah fasis Italia membocorkan
informasi-informasi tentang niat Hitler pada bangsa
Yahudi. Kepentingan WZO tergantung pada bagaimana
mendapatkan bantuan Mussolini untuk mendukung
mereka di Palestina, bersekutu dengan Inggris di

Austria, dan melobi atas nama Yahudi Jerman dalam


Nazi parameter. Ada tradisi lama dalam masyarakat
Yahudi Eropa Timur, shtadlin tersebut (interceder itu),
Yahudi kaya pergi ke kediaman Haman dan
menyuapnya agar memanggil massa. Tapi Hitler
bukanlah raja yang anti Yahudi biasa atau bahkan
Petliura, yang mana tidak ada seorang Yahudipun
diizinkan menghadapnya. Meskipun Zionisme harus
melawan tradisi shtadlinim dan dianggap memalukan
oleh Yahudi tradisional. Bagi WZO, melihat Mussolini
sebagai pemulus jalan mereka dengan Hitler.
Mengusahakan Mussolini agar membisiki Hitler
adalah tafsiran baru tradisi kuno shtadlinut.
Wawancara Ketiga dan Terakhir Dengan Mussolini
Meskipun prediksi dari Duta Besar Mussolini
sangat luar biasa, Hitler menyadari kelemahannya pada
awal tahun 1933. Penentangan kebijakan penganiayaan
terhadap orang Yahudi, sebagai saksi atas intervensi
Mussolini dan permohonan kaum borjuis Jerman yang
berkepentingan atas pasar ekspor mereka di Amerika
Serikat, memaksa Hitler untuk membatasi boikot
menjadi peringatan selama satu hari pada orang Yahudi.
Tetapi Mussolini mengartikan peringatan itu bahwa
beberapa bentuk modus vivendi sangat mungkin.
Mussolini telah mencoba membantu orang-orang
Yahudi, dan sekarang dia harus melakukan hal yang
sama untuk Hitler. Dia meminta Angelo Sacerdoti kepala Rabi dari Roma, untuk menghubungkan
Mussolini dengan elit-elit Yahudi, berusaha
menunjukkan bahwa Hitler diharapkan dapat
menghentikan kegiatan anti Yahudinya jika ia terlebih
dahulu tidak memiliki jaminan dari dunia Yahudi bahwa
mereka akan menghentikan seluruh aksi demonstrasi
anti Hitler. Weizmann pun sudah dijadwalkan untuk
mengunjungi Roma pada tanggal 26 April 1933, dan
rabbi itu menyarankan pada Mussolini agar
menghubungi Weizman sebagai kontak logis sehingga
pertemuan Weizmann-Mussolini yang ketiga dapat
segera diatur.

Namun, Mussolini sempat


menyatakan simpati-nya untuk
orang Yahudi. Ketika Nazi
mengumumkan boikot antiYahudi pada 1 April, Mussolini
mengirim utusan khusus untuk
bertemu Hitler pada tanggal 31
Maret dan mendesaknya untuk
menghentikan boikot tersebut.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Pertemuan keduanya terbungkus dalam kabut.


Nahum rekan lama Weizmann, Goldmann, mengatakan
bahwa terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Catatan otobiografi Weizmann Trial and Error, tidak
konsisten dengan pernyataan Goldmann tersebut.
Goldmann hanya menulis tentang "wawancara ketiga
saya dan terakhir dengan Mussolini", kemudian dibahas
konferensi keempat mereka. Apakah mungkin
melupakan pertemuan mereka di kantor Mussolini yang
terkenal ? Penerimaan di Palazzo Venezia dimaksudkan
untuk diingat : bel membuka jendela dan seorang
perwira mengumumkan bahwa dottore Weizmann telah
hadir untuk menemui il Duce Mussolini, deretan tentara
mengiringi ke lantai berikutnya, di mana Weizmann
disambut dengan tepuk tangan, ini diulang empat kali.
Setelah menunggu di ruang tamu yang bergaya
Renaissance, Weizmann diumumkan untuk
memasukike ruang Mussolini. Sebuah ruangan yang
sangat besar, setidaknya 40-50 langkah, di ujung
ruangan yang hampir kosong itu Mussolini, duduk
sendirian, satu-satunya cahaya berasal dari sebuah
lampu di atas meja kecil.
Sejumlah dokumen Italia dan Zionis lainnya
mengungkapkan beberapa isi dari pembicaraan
Mussolini-Weizmann. Diawali dengan usulan
Mussolini agar pimpinan-pimpinan Yahudi dunia
menghentikan demonstrasi dan mulai bernegosiasi
dengan Hitler. Mussolini memiliki gagasan sendiri soal
anti-Semit Yahudi sebagai badan kolektif, dan
Weizmann harus menjelaskan bahwa ia tidak memiliki
kendali atas non-Zionis dan anti-Zionis, bahkan
terhadap gerakannya sendiri, sikap yang memaksa
Weizmann pensiun dari tugas . Weizmann sekarang
mengorganisir imigrasi Yahudi Jerman ke Palestina dan
tidak mengambil tugas lebih lanjut. Kemudian,
Weizmann mengatakan pada Mussolini dia tidak sedang
berunding dengan "binatang buas". Tirai selama

Mussolini. Pro Zionis

pertemuan tersebut mencegah kita dari pendengaran


lebih atas dialog yang terjadi, tetapi tanggal pertemuan
itu, 26 April, terjadi sebelum negosiasi Sam Cohen
dengan Nazi pada bulan Mei, bahkan jikapun
Weizmann mengetahui diskusi Cohen di Berlin, ia
hampir tidak mungkin mengangkat proyek samarsamar ini. Tetapi pada 17 Juni, ketika ia menulis kepada
Mussolini meminta pertemuan lain di bulan Juli,
Arlosoroff telah kembali dari perundingannya sendiri
dengan Nazi untuk memperpanjang jangka waktu
Ha'avara dan itu menimbulkan keinginan Weizmann
untuk membahas usulan partisipasi Fasis Italia dalam
likuidasi bank milik Sekretaris Politik WZO. Weizmann
sekarang bisa membuktikan kepada Italia bahwa WZO
bersedia berdamai dengan Hitler, meskipin jika
organisasi itu tidak bisa memerintahkan semua Yahudi
berhenti berdemonstrasi. Meskipun tidak ada bukti
bahwa percakapan April membuahkan usaha
Weizmann untuk mendapatkan yang janji para
pemimpin Yahudi di dunia, Rabi Sacerdoti terbukti
memang berupaya melaksanakan desakan Mussolini
tersebut. Pada tanggal 10 Juli, Sacerdoti melaporkan
kepada Duce bahwa ia telah bertemu lima pemimpin
Yahudi, Rabi kepala dari Perancis, Presiden dari
Alliance Israelite Universelle, Neville Laski kepala
Dewan Perwakilan Yahudi Inggris, dan Norman
Bentwich serta Victor Jacobson dari WZO. Mereka
semua sepakat untuk membatalkan demonstrasi, "jika
Hitler akan mengembalikan hak-hak orang Yahudi.
Tawaran Menggiurkan Weizmann
Walaupun Weizmann menghendaki pertemuan
secepatnya, tetapi dialog keempatnya dengan Mussolini
tidak dapat dilaksanakan hingga 17 Februari 1934.
Melalui laporan yang diberikannya saat itu pada Inggris
dan laporan dari Victor Jacobson, yang dijadikan
tambahan dalam dokumen-dokumen Italia, catatan
pertemuan keempat ternyata cukup lengkap. Mussolini
bertanya apakah Weizmann telah mencoba berunding
dengan Hitler, Weizmann yang melalui temannya Sam

Arlosoroff telah kembali dari


perundingannya sendiri dengan Nazi
untuk memperpanjang jangka waktu
Ha'avara dan itu menimbulkan
keinginan Weizmann untuk membahas
usulan partisipasi Fasis Italia dalam
likuidasi bank milik Sekretaris Politik
WZO. Weizmann sekarang bisa
membuktikan kepada Italia bahwa WZO
bersedia berdamai dengan Hitler,
meskipin jika organisasi itu tidak bisa
memerintahkan semua Yahudi berhenti
berdemonstrasi.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Cohen telah meminta agar diundang ke Berlin untuk


membahas proposal likuidasi Bank, berkata pada
Mussolini (lagi), bahwa dia (Mussolini) tidak sedang
bernegosiasi dengan binatang buas. Keduanya
mengalihkan subyek pembicaraan dan langsung
membahas Palestina, Mussolini mendukung gagasan
Weizmann soal partisi dan kemerdekaan negara kecil
Zionis yang harus mandiri dari campur tangan Inggris.
Mussolini mengatakan pada Weizmaan bahwa dia akan
membantu kalangan Zionis membangun kapal dagang
baru. Meskipun diragukan jika Weizmann tahu apa-apa
tentang Revisionis, ia merencanakan sebuah sekolah di
Civitavecchia.
Weizmann adalah seorang politisi dan ia tahu ia
harus memberikan sesuatu sebagaimana ia mengambil.
Otobiografinya sendiri menerangkan bahwa Mussolini
"berbicara bebas soal poros Roma-Paris-London, yang
katanya, adalah logis untuk Italia. Dia juga berbicara
tentang industri kimia, dan kebutuhan obat-obatan
Italia, yang kita bisa memasoknya dari Palestina.
Weizmann menuliskan kata-katanya itu ditahun
1947, setelah perang Presiden WZO nyaris tidak bisa
mengakui bahwa dirinya pernah menawarkan
pembangunan industri farmasi di fasis Italia, tetapi
catatan tentang hal itu sangat jelas. Victor Jacobson
perwakilan WZO di Liga Bangsa-Bangsa (LBB),
pernah mendampingi Weizmann ke Italia dan
mengirimkan laporan detil mengenai dialog WeizmannMussolini kepada dewan eksekutif Zionis. Weizmann
berkata pada Mussolini :
Saya dapat memberikan Anda seluruh tim ahli
kimia dengan reputasi ilmiah tertinggi yang dapat
dipercaya dengan kesetiaan pada satu keinginan :
membantu Italia dan menghancurkan Jerman. Jika
perlu, kita juga akan dapat memperoleh modal yang
diperlukan.
Italia menunjuk Nicola Paravano untuk bertemu
Weizmann keesokan harinya. Marquis Theodolo, ketua
Komisi Mandat LBB, hadir dan merekam memoarnya
dimana Weizmann dan kalangan Fasis Italia mencapai
kesepakatan penuh tentang rencana tersebut. Pada
akhirnya tidak ada kelanjutan dari berbagai pengaturan
yang telah dilakukan, dalam otobiografinya Weizmann
menyalahkan Inggris:
Saya mengulangi subsanti pembicaraan ini
kepada teman-teman di London, tetapi tidak
menghasilkan konseksuensi apapun. Saya tidak tahu
apakah memisahkan Roma dari Berlin akan mencegah
pecahnya perang, tetapi diyakini hal itu akan
menciptakan perbedaan mendasar bagi perang di Laut
Tengah dan mungkin akan menyelamatkan banyak
nyawa serta memperpendek derita yang berbulan-bulan
ini.
Jelas, Inggris tidak tertarik dengan skema
Weizman, lebih jauh lagi, menurut Inggris sangat tidak
mungkin Weizmann bisa meningkatkan modal untuk
mendukung tawaran kerjasama ekonomi langsung

dengan Fasisme. Dia adalah seorang spekulan


diplomatik, kemudian ia membuat tawaran yang sama
fantastisnya berupa pinjaman $50 juta kepada Turki
Usmani, jika mereka mau bersekutu dengan London.
Weizmann bekerja diatas prinsip bahwa jika ia bisa
mempunyai kepentingan pada salah satu ujung aliansi,
sesuatu mungkin terjadi pada sisi yang lain. Sangat
diragukan jika terdapat skema diplomatic Weizmann
sebelum perang yang disesuaikan dengan kepentingan
pihak lain, melainkan secara hati-hati merancang agar
Palestina Zionis menjadi poros sentral pertahanan
Inggris di Laut Tengah, dapat diterima oleh oleh mitra
rundingnya.
Diplomasi Rahasia Goldmann
Diplomasi Zionis terus bersandar pada
Mussolini untuk menhentikan bencana di masa depan
dan Nahum Goldmann berencana akan mengunjungi
Palazzo Venezia pada 13 November 1934. Diplomasi
rahasia Goldmann yang dengan jelas menggambarkan
pertemuan dirinya dengan Mussolini dalam bukunya
Autobiography. Goldmann memiliki tiga keprihatinan :
Hitler akan mengambil alih Saar, Polandia hendak
membatalkan klausul-hak minoritas dalam konstitusi
mereka di Versailles, dan Austria terang-terangan
melakukan diskriminasi terhadap orang-orang Yahudi
dalam pelayanan sipil mereka. Karena Italia akan terjadi
pada ketua Komisi Saar Liga Bangsa-Bangsa, dia tidak
kesulitan dalam membujuk Mussolini untuk
menyetujui agar memaksa Jerman mengizinkan orang
Yahudi mengambil semua kekayaan mereka dalam
mata uang franc. Dia juga membujuk Mussolini agar
menolak setiap juru runding Polandia. Situasi Austria
dimana Mussolini memiliki kontrol yang paling besar,
ketika pemerintah Sosial Kristen setempat sangat
tergantung pada Tentara Italia di Brenner Pass untuk
melindunginya dari invasi Jerman. Goldmann
mengatakan pada Mussolini bahwa Yahudi Amerika
mengajukan protes publik, tetapi Mussolini sangat
mengecilkan hal itu untuk sementara waktu. Mussolini
menjawab:

Weizmann adalah seorang spekulan


diplomatik, kemudian ia membuat
tawaran yang sama fantastisnya
berupa pinjaman $50 juta kepada
Turki Usmani, jika mereka mau
bersekutu dengan London.
Weizmann bekerja diatas prinsip
bahwa jika ia bisa mempunyai
kepentingan pada salah satu ujung
aliansi, sesuatu mungkin terjadi pada
sisi yang lain.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Anda sangat bijaksana, Tuan Goldmann.


Orang-orang Yahudi Amerika itu dan kaum non Yahudi
selalu saja siap sedia melakukan protes, penentangan
dan mencampuri urusan rakyat Eropa yang mereka tidak
fahami sama sekali.

Mussolini menjawab : Herr Schuschnigg akan


berada di sini minggu depan, ia akan duduk di kursi yang
Anda tempati sekarang, dan Saya akan katakan padanya
tidak mau melihat masalah Yahudi diciptakan di
Austria.

Hitler untuk berkompromi dengan kaum Yahudi dan


mengatakan padanya bahwa mereka harus bertahan,
dan setiap kemunduran akan sangat berbahaya : "Pasti
sudah ada kecanggungan di awal perundingan, namun
sikap lemah tidak harus ditampilkan." Mussolini pun
sebagian bertanggung jawab atas diskriminasi di
Austria, karena ia telah mengatakan kepada Perdana
Menteri Austria untuk melempar "debu-debu antiSemitisme" ke dalam sikap politik sebagai cara untuk
menjaga Partai Sosial Kristen menjauh dari Nazi. Selain
itu, Mussolini - tentu tidak mengatakan ini pada
Goldmann, baru saja mulai mensubsidi Mufti di
Palestina. Tapi Goldmann adalah kemasan sempurna
untuk tokoh penuh intrik seperti Mussolini. Pada tahun
1969, setelah ia mengundurkan diri dari dua belas tahun
sebagai Presiden WZO, Goldmann menuliskan dalam
bukunya Autobiography bahwa:

Mussolini berada di tengah-tengah fase antiNazi pada akhir 1934. Mungkin WZO dapat bertindak
sebagai jembatan antara dirinya dengan Inggris.
Mussolini tidak lagi membicarakan soal kompromi
Jerman-Yahudi, dia berkata pada Goldmann :

Urusan luar negeri sangat kurang elegan dalam


era demokrasi ketika pemerintah tergantung pada
suasana hati rakyat. Ada sesuatu yang tak diragukan lagi
tepat dalam prinsip diplomasi rahasia, sekalipun jika itu
dianggap tidak layak saat ini.

Goldmann melanjutkan :Saya katakan, ketika


saya sepakat bahwa ini bukan saatnya untuk melakukan
protes publik terhadap pemerintah Austria, kita tetap
harus menuntut perubahan dalam sikap mereka terhadap
orang-orang Yahudi dan di sini kami sangat bergantung
pada Anda.

Anda jauh lebih kuat dari Hitler. Ketika tidak


ada jejak yang ditinggalkan Hitler, bangsa Yahudi masih
akan menjadi bangsa yang besar. Anda dan Kami. Hal
utama adalah orang Yahudi tidak harus takut padanya.
Kita akan hidup melihat semua ini berakhir, tetapi anda
harus mendirikan sebuah negara Yahudi. Saya seorang
Zionis dan saya pun mengatakan ini pada Dr.
Weizmann. Anda harus memiliki negara yang ril, bukan
sebuah gagasan tolol Rumah Nasional seperti yang
Inggris tawarkan. Saya akan membantu Anda
membangun sebuah negara Yahudi.
Pemimpin Fasis ini sangat gandrung pada
Zionisme dengan penuh hormat. Pada awal Juni 1933,
Mussolini telah melakukan segenap upaya meyakinkan

Cham Weizmann, Presiden WZO (kanan) bersama


Menlu Inggris Lord Balfour (kiri).

Yahudi Mengingat dan Berterima Kasih Atas


Kesetiaan Fasis Italia
Dengan perang Ethiopia Mussolini berusaha
menentukan penanda dengan WZO. Pada musim gugur
1935, Liga Bangsa-Bangsa akan menjatuhkan sanksi
dan Kementerian Luar Negeri Italia buru-buru
menugaskan Dante latte - wakil Italia di Federasi Zionis
dalam berurusan dengan pemerintah, dan Angelo
Orvieto - tokoh sastra Zionis terkemuka, untuk
meyakinkan Yahudi borjuasi Eropa agar menentang
embargo LBB. Mereka memiliki dua argument : sanksi
akan mendorong Mussolini mendekat kembali ke Hitler
dan Italia telah mendukung sebuah negara Yahudi
langsung dan sahabat praktis gerakan Zionis. Mereka
melihat Weizmann dan para pemimpin resmi AngloYahudi, tetapi tidak berhasil. Para pemimpin Yahudi
terpaksa harus berada di belakang Inggris, jika tidak ada

Pemimpin Fasis ini sangat


gandrung pada Zionisme dengan
penuh hormat. Pada awal Juni
1933, Mussolini telah melakukan
segenap upaya meyakinkan Hitler
untuk berkompromi dengan kaum
Yahudi dan mengatakan padanya
bahwa mereka harus bertahan,
dan setiap kemunduran akan
sangat berbahaya...
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

ada alasan lain selain fakta bahwa Italia tidak cocok


dengan Inggris di Levant.
Roma mengutus seorang Fasis Yahudi non
Zionis, Corrado Tedeschi seorang jurnalis, ke Palestina
untuk menghubungi jaringan sayap kanan Zionis.
Mermperdebatkan persoalan yang sama, Tedeschi
menambahkan bahwa Zionis akan meningkatkan posisi
mereka sendiri vis--vis Inggris dengan mengambil
sikap pro-Italia, sehingga London kemudian terdorong
untuk mendekati mereka. Dia menemukan sedikit
dukungan di luar kalangan revisionis. Ittamar Ben-Avi
sang "bayi Zionis" yang terkenal, anak pertama di awal
abad 20 yang semua perkataannya dalam bahasa Ibrani,
menjalankan koran pro-perang yang sensasional, Doar
Ha'Yom pada 21 Februari 1936. Tapi dari sudut pandang
praktis Italia, semangat kerjasama Ben-Avi tidak berarti
apa-apa. Korannya telah menjadi organ Yahudi
Revisionis, lalu Ben Avi menjauh dari mereka, dan
sekarang tidak memiliki pengikut pribadi. Elemen
Sayap Kanan lain mendengarkan uraian Tedeschi, tetapi
kampanye Ethiopia begitu jelas sebagai tanda lain dari
konflik dunia yang akan datang di mana dua rezim fasis
tampaknya akan bersekutu yang berarti tidak ada
kesempatan bagi Sayap Kanan non-revisionis
mendukung posisi Italia.
Hitler selalu memandang Mussolini dalam hal
yang lebih realistis daripada sayap gerakan Zionis
manapun. Mereka semua (zionisred) berpikir bahwa
persoalan Austria akan menjaga dua dictator itu tetap
terpisah, tapi Hitler mengerti bahwa mereka berdua
memusuhi Marxisme dan pada akhirnya akan menarik
mereka bersama-sama. Penaklukan Ethiopia memberi
Hitler kesempatan untuk menunjukkan bahwa ia akan
bertahan bersama rekannya itu, tetapi adalah Perang
Sipil Spanyol yang akhirnya meyakinkan Mussolini
bahwa ia harus bersekutu dengan Hitler. Para pekerja
mengambil alih Madrid dan Barcelona, kebangkitan
militer justru turut menaikkan kemenangan sayap kiri
utama, kecuali jika ada bantuan luar negeri yang cukup
besar untuk pasukan Franco. Mussolini mulai sadar
bahwa dia tidak dapat membiarkan Hitler kalah perang
atau menang tanpa bantuannya. Zionisme tidak lagi bisa
melayani kepentingan fasisme. Jika Italia berbaris
dengan Jerman, orang Yahudi akan menjadi musuh
Mussolini terlepas dari apa pun perkataan dan perbuatan
Mussolini tentang negara Yahudi. Namun demikian
Zionis berusaha untuk memulihkan hubungan baiknya
dengan Italia. Pada bulan Maret 1937, kantor Jenewa
Goldmann tetap memilih untuk mempublikasikan sikap
yang menekankan bahwa seluruh dunia Yahudi, maupun
berbagai anak organisasinya, tidak pernah memusuhi
pemerintahan Italia. Sebaliknya, bangsa Yahudi justru
berterima kasih atas kesetiaan pemerintahan fasis Italia.

Weizmann tidak pernah repot-repot datang lagi.


"Jadi ? Apakah Baiknya untuk orang Yahudi? "
Tidak satupun elemen Zionis, sayap kiri atau
kanan, memahami fenomena fasisme. Sejak awal,
mereka cuek dengan perjuangan rakyat Italia, termasuk
fraksi Yahudi progresif yang berjuang melawan fraksi
Baju Hitam dan implikasi negatif Fasisme bagi
demokrasi di Eropa. Zionis Italia tidak pernah melawan
Fasisme, mereka justru memuji dan melakukan
negosiasi diplomatik. Sebagian besar Revisionis dan
beberapa sayap kanan lain menjadi pengikut antusias
fasisme. Para pemimpin moderat Zionis borjuis :
Weizmann, Sokolow dan Goldmann, tidak tertarik pada
fasisme itu sendiri. Sebagai separatis Yahudi mereka
hanya menanyakan satu pertanyaan klasik yang sinis:
"Jadi, Apa baiknya bagi orang-orang Yahudi ?" Yang
berarti sesuatu yang bisa jadi jahat bagi dunia pada
umumnya dan belum tentu baik bagi orang Yahudi ?
Satu-satunya kekhawatiran mereka adalah bahwa
Roma dapat menjadi teman atau musuh mereka di Liga
Bangsa-Bangsa, dan akhirnya Mussolini dijadikan
teman dan pelindung kaum Zionis.

Pada bulan Maret 1937,


kantor Jenewa Goldmann
tetap memilih untuk
mempublikasikan sikap yang
menekankan bahwa seluruh
dunia Yahudi, maupun
berbagai anak organisasinya,
tidak pernah memusuhi
pemerintahan Italia.
Sebaliknya, bangsa Yahudi
(Gerakan Zionisme) justru
berterima kasih atas
kesetiaan pemerintahan fasis
Italia.

Goldmann datang ke Roma untuk satu diskusi


terakhir dengan Count Ciano, menantu Mussolini dan
Menteri Luar Negeri Italia, pada tanggal 4 Mei 1937.
Ciano meyakinkannya bahwa Italia tidak anti-Semit
atau anti-Zionis, dan mengusulkan kunjungan tokoh
Zionis lain oleh Weizmann. Tapi komedi itu selesai dan
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Aliansi Zionis dengan Austria, Romania dan Polandia


Kaum Yahudi hanyalah 2,8 persen dari seluruh
penduduk Austria, namun sebuah anti-Semitisme yang
kuat berkembang di sana setelah Perang Dunia I.
Sebagian besar Yahudi Austria memilih Partai Sosial
Demokrat. Di sayap kanan Austria, anti-Semitisme
tumbuh pesat. Engelbert Dollfuss, pemimpin dari Partai
Sosial Nasrani dan perdana menteri Austria, dan Kurt
von Schuschnigg, yang menduduki tempat Dollfuss
setelah kematiannya di tahun 1934, menandatangani
undang-undang anti-Yahudi yang serupa dengan yang
dibuat Nazi. Para Yahudi pembaur merasa kebijakankebijakan baru ini menggusarkan; kaum Zionis,
sebagaimana dapat ditebak, senang dengan
meningkatnya anti-Semitisme di Austria.
Setelah
pembunuhan Perdana Menteri Dolfuss yang anti-Semit,
pemimpin WZO Nahum Sokolow mengatakan: Dialah
salah seorang yang membangun, dengan bantuan saya,
organisasi Gentile Friends of Zionism (Sahabat nonYahudi Zionisme) di ibukota Austria.

Dolfuss, sahabat kaum Zionis, telah


melembagakan kebijakan keras anti-Semit yang terus
berlaku selama 1930-an sebelum Anschluss
(penyatuan) Austria oleh Nazi Jerman. Kaum Yahudi
disisihkan dari kepegawai-negerian. Di tahun 1935,
pemerintah mengumumkan rencana-rencana untuk
membangun sekolah-sekolah terpisah untuk orang
Yahudi. Para pembaur langsung menentang sekolahsekolah ghetto baru itu. Akan tetapi, Robert Sticker,
satu-satunya wakil Yahudi di parlemen Austria, dan
pemimpin gerakan Zionis, mengatakan kepada
pemerintah bahwa kaum Zionis di Austria sangat
menyambut tindakan-tindakan anti-Semit itu. Para
pembaur mencoba memperingatkan negara-negara
Barat tentang kecenderungan anti-Semit yang
berbahaya di Austria. Dalam tanggapan cepatnya, Die
Stimme, suratkabar Austrian Zionist Federation
(Federasi Zionis Austria), tergesa-gesa menjelaskan
bahwa kaum Zionis mengutuk penyebaran cerita-cerita
tentang kekerasan di Austria di luar negeri. Brenner
menceritakan bahwa selama masa menyisihkan kaum
Yahudi, Pemerintah Austria mampu mendapatkan
pendanaan dengan bantuan para Zionis.
Peristiwa-peristiwa serupa terjadi di Rumania,
di mana kaum Yahudi membentuk 5,46 persen
penduduk Rumania. Para ekstrimis anti-Semit mulai
aktif di sana sejak 1920-an. Ketika Hitler naik ke
kekuasaan di Jerman, arus anti-Semit mengalir kian
cepat dan deras, dan kaum anti-Semit menjadi galak dan
gemar menyerang.
Anti-Semitisme di Rumania dipelopori oleh sebuah
partai fasis bernama Legion of the Archangel Michael
(Pasukan Malaikat Mikail), pimpinan Corneliu Codreanu.
Partai ini memiliki sebuah milisi bernama The Iron Guard
(Pengawal Besi).
Naiknya Hitler kian menguatkan
kedudukan Legion. Di saat ini adalah tugas para pemimpin
Yahudi untuk memulai kampanye yang sungguh-sungguh

menentang anti-Semitisme dan membentuk suatu


persekutuan dengan kekuatan-kekuatan anti-fasis. Mereka
tak melakukannya, karena sebagian besar pemmpin Yahudi
adalah Zionis. Sebagaimana diceritakan Brenner, tak satu
pun kubu Zionis menunjukkan minat pada perjuangan
melawan gelombang anti-Semit di Rumania. Bukannya
membantu menyusun perjuangan menentang serangan
gencar kaum fasis, WZO malah merencanakan suatu
perluasan strategi pembawa petaka Ha'avara ke Eropa
Timur.

Jidanii in Palastina! (Yahudi, pergilah ke


Palestina!) telah lama menjadi semboyan perang kaum
anti-Semit Rumania. Di sisi mereka, para pemimpin
WZO menyerukan kaum Yahudi berpindah ke
Palestina, dan berbicara secara terbuka tentang
perlunya mengurangi tekanan yang disebabkan oleh
kehadiran terlalu banyak orang Yahudi. Di bulan
Januari 1941, Iron Guard melakukan pogrom berdarah
di Bukarest, ibukota Rumania. Ditaksir 100 orang
Yahudi terbunuh, dan lebih banyak lagi yang terluka.
Sekali lagi, tak ada tanggapan dari kaum Zionis.
Anti-Semit Polandia dan Zionis

Di awal tahun 1920-an, masyarakat Yahudi


Polandia berjumlah 2,8 juta orang, 10 persen dari
seluruh penduduk. Zionisme cukup dikenal dan kuat di
Polandia yang memiliki masyarakat Yahudi terbesar di
Eropa.
Polandia juga rumah bagi sebuah antiSemitisme yang kuat dan keras. Anti-Semitisme kuat
dan Zionisme kuat; keduanya, seakan sudah kaidah,
terlahir untuk bersekongkol satu sama lain.
Lenni Brenner telah mempelajari seksama
hubungan antara kaum anti-Semit dan Zionis Polandia.
Menurut Brenner, perjanjian pertama, yang disebut
Ugoda (Kompromi), dirundingkan oleh para pemimpin
Zionis Leon Reich dan Osias Thon di tahun 1925.
Mitra runding mereka adalah Wladyslaw Grabski,
perdana menteri Polandia dan seorang anti-Semit yang
kukuh.
Grabski sedang mencari pinjaman dari
Amerika Serikat untuk Polandia dan mengira bahwa

Di tahun 1935, pemerintah


mengumumkan rencana-rencana untuk
membangun sekolah-sekolah terpisah
untuk orang Yahudi. Para pembaur
langsung menentang sekolah-sekolah
ghetto baru itu. Akan tetapi, Robert
Sticker, satu-satunya wakil Yahudi di
parlemen Austria, dan pemimpin
gerakan Zionis, mengatakan kepada
pemerintah bahwa kaum Zionis di
Austria sangat menyambut tindakantindakan anti-Semit itu
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

perjanjiannya dengan para Zionis dapat membantunya.


Dengan perjanjian itu, pihak Zionis menerima
kelonggaran-kelonggaran penting: para wajib militer
Yahudi diizinkan memiliki dapur kosher, dan para
pelajar Yahudi tak perlu menghadiri pelajaran atau ujian
di hari Sabbath (di hari menulis, maupun bentuk
pekerjaan lainnya, dilarang dalam agama Yahudi).
Brenner menulis bahwa, karena perjanjian mereka
dengan perdana menteri yang anti-Semit, Thon dan
Reich dianggap sebagian Yahudi sebagai pengkhianat
masyarakat mereka.
Joseph Pilsudski menjadi diktator sebagai hasil
sebuah kudeta di bulan Mei 1926. Sebagaimana
pendahulunya, Pilsudski seorang anti-Semit yang
berhubungan dekat dengan para Zionis. Pada 26
Januari 1934, Pilsudski menandatangani pakta tak
saling serang selama 10 tahun dengan Hitler. Ia tetap
setia kepada para Zionis hingga kematiannya yang
mendadak pada 12 Mei 1935. Osias Thon dan
Apolinary Hartglas, presiden Polish Zionist
Organization, mengusulkan agar Hutan Pilsudski
ditanam di Palestina untuk mengenangnya. Para
Revisionis Palestina mengumumkan bahwa mereka
akan membangun sebuah asrama penampungan para
pendatang yang dinamakan Pilsudski untuk
menghormatinya.
Setelah kematian Pilsudski, anti-Semitisme
meningkat di Polandia. Ada sentimen anti-Semit di kalangan
angkatan bersenjata, khususnya di antara para kolonel yang
menggantikan Pilsudski memerintah Polandia. Para tokoh
anti-Semit garis keras dikumpulkan dalam sebuah partai
ekstrim kanan bernama Naras (National Radicals). Di akhir
1930-an, Naras mulai menjalankan pogrom. Bund, partai
utama Yahudi pembaur yang kiri, menyusun satuan-satuan
untuk melawan Naras. Di sisi lain, para Zionis tak pernah
menentang Naras: kegiatan-kegiatan Naras sangat
menguntungkan bagi mereka. Semboyan para militan Naras
adalah Moszku idz do Palestyny! (Yahudi Pulanglah ke

Mussolini, during a visit he paid to a center consisting


mostly of radical Zionists established in Bari in 1934.
On the poster in front of him is written, "A pure and
strong Jewish generation is being born in Palestine to
be worthy of the Zionist Renaissance."

Palestina!) sebuah gaung kasar program Zionis sendiri.


Brenner menceritakan bahwa salah satu alasan kaum Yahudi
di Polandia menjauhi Zionisme adalah karena para Zionis
disukai Naras. Sebagaimana dicatat Brenner, para kolonel
Polandia selalu menjadi pro-Zionis yang bersemangat.
Orang-orang anti-Semit sama pro-Zionisnya
sebagaimana orang-orang Zionis pro-anti-Semit! Seorang
Zionis terkemuka, Yitzhak Gruenbaum, suatu kali
menyatakan bahwa kaum Yahudi sudah begitu menjadi
bagasi lebih di Polandia, dan bahwa Polandia kelebihan
sejuta orang Yahudi dari yang bisa ditampungnya. Abba
Achimeir, seorang pemimpin gerakan Revisionis di
Palestina, menyatakan kebencian yang tak terbayangkan
berikut ini: Saya mengidamkan sejuta Yahudi Polandia
dibantai. Lalu, mereka mungkin akan sadar bahwa mereka
tinggal di ghetto.

Engelbert Dollfuss, the anti-Semitic dictator of Austria


and "one of the Gentile friends of Zionism," in the
words of Nahum Sokolow, the leader of the World
Zionist Organization.

Joseph Pilsudski menjadi


diktator sebagai hasil sebuah
kudeta di bulan Mei 1926.
Sebagaimana pendahulunya,
Pilsudski seorang anti-Semit yang
berhubungan dekat dengan para
Zionis. Pada 26 Januari 1934,
Pilsudski menandatangani pakta
tak saling serang selama 10 tahun
dengan Hitler. Ia tetap setia
kepada para Zionis hingga
kematiannya yang mendadak
pada 12 Mei 1935.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Stern Gang Berperang Demi Nazi


Hingga awal kemenangan pemilihan 1977,
rata-rata sejarawan Zionis mencap kelompok
Revisionisme sebagai fraksi Zionisme yang fanatic,
terutama Stern Gang, sebutan yang diberikan
musuh-musuh mereka untuk milisi Fighter for the
Freedom of Israel pimpinan Avraham Stern. Sosok
Stern banyak menarik minat kajian para psikolog
disbanding ilmuwan politik atau sejarawan, karena
tindak-tanduknya bersama milisi sangat
kontroversial, bahkan biadab. Salah satu komandan
Geng Stern yang sempat menduduki kursi Perdana
Menteri Israel adalah Yitzhak Shamir yang ditunjuk
menggantikan Menachem Begin.
Basis Sejarah Totalitarian Negara Yahudi
Pada malam 31 Agustus-1 September 1949,
seluruh komandan Irgun termasuk Stern, ditangkap
fihak CID Inggris. Ketika dibebaskan, Stern
menemukan konstalasi politik baru. Jabotinsky telah
menghentikan seluruh operasi militer milisi Yahudi
terhadap Inggris selama masa perang dunia. Stern
sendiri sangat ingin bersekutu dengan Inggris sepanjang
London mengakui kedaulatan negara Yahudi di dua tepi
sungai Jordan. Jika tidak, perjuangan anti Inggris akan
terus berlanjut. Jabotinsky tahu betul bahwa tidak ada
hal apa pun yang membuat Inggris akan memberi
sebuah negara Yahudi pada tahun 1940, dan ia melihat
bahwa pembentukan sebuah legion Yahudi dalam
kesatuan militer Inggris merupakan tugas utama. Dua
orientasi yang bertentangan, dan pada September 1940
Irgun itu terpecah-pecah : mayoritas patuh pada perintah
Stern dan memutuskan keluar dari gerakan revisionisme
Zionis.
Saat kelahiran kelompok baru di kekuatan
terbesar untuk, ketika kebijakan Stern semakin jelas,
sejumlah jajaran perwira mulai kembali ke Irgun atau
bergabung dengan Tentara Inggris. Stern atau "Yair" dia menyebut dirinya, terinspirasi dari Eleazer ben Yair
komandan Yahudi di Masada selama pemberontakan
melawan Roma, mulai menentukan tujuan penuh. 18
prinsip-prinsipnya, termasuk negara Yahudi dengan
batas-batas sebagaimana ditetapkan dalam Kejadian
15:18, "dari sungai Nil di Mesir sampai ke sungai
besar, sungai Efrat." Sebuah "pertukaran populasi,"
penghalusan dari pengusiran orang Arab dan akhirnya,
pembangunan Kuil Ketiga Yerusalem. Grup Stern saat
itu adalah sayap militer mayoritas fraksi Revisionis,
tetapi tidak berarti mewakili kelas menengah Yahudi di
Palestina yang pro Jabotinsky.
Perang dan segenap implikasinya kini
memenuhi pikiran mereka, dan Gang Stern mulai
menjelaskan posisi unik mereka melalui siaran radio
bawah tanah :
Ada perbedaan antara penganiaya dan musuh.
Penganiaya telah bangkit melawan Israel pada semua

generasi dan semua periode diaspora kami, dimulai


dengan Haman dan berakhir dengan Hitler. Sumber
kesengsaraan kita adalah kita yang tercerai-berai di
pengasingan dan tidak adanya tanah air maupun negara.
Oleh karena itu, musuh kita adalah orang asing,
penguasa tanah kita yang menghalangi kembalinya
orang-orang ke tanahnya sendiri. Musuh itu adalah
Inggris yang menaklukkan tanah ini dengan bantuan
kita dan yang tetap di sini dengan perginya kita; dan
mereka yang telah mengkhianati kami dan
menempatkan saudara-saudara kita di Eropa ke tangan
penganiaya itu.
Stern berpaling dari segala bentuk perjuangan
melawan Hitler dan bahkan mulai berfantasi tentang
mengirim kelompok gerilyawan ke India untuk
membantu kaum nasionalis melawan Inggris. Dia
menyerang kalangan Revisionis yang mendorong
orang-orang Yahudi Palestina untuk bergabung dengan
Angkatan Darat Inggris, di mana mereka akan
diperlakukan sebagai pasukan kolonial, Stern berkata,
"bahkan sampai tidak diizinkan untuk menggunakan
kamar kecil yang disediakan untuk tentara Eropa.
Keyakinan Stern bahwa satu-satunya
penyelesaian atas bencana yang menimpa Yahudi di
Eropa adalah dengan mengakhiri penjajahan Inggris di
Palestina, mulai menemukan kesimpulan logis. Mereka
jelas tidak akan mampu mengalahkan Inggris dengan
kekuatan milisi Yahudi yang lemah, jadi mereka mulai
berpaling pada musuh-musuh Inggris. Mereka
menghubungi seorang agen Italia di Yerussalem,
seorang Yahudi yang bekerja sebagai polisi Inggris, dan
pada bulan September 1940 telah dicapai kesekatan
dimana Mussolini akan mengakui kedaulatan negara
Zionis sebagai imbalan jika milisi Stern bersedia
berkoordinasi dengan militer Italia saat mereka
menyerang Palestina. Seberapa serius Stern, Agen
Italia, dan Italia sendiri membahas kesepakatan itu,
masih diperdebatkan oleh sejarawan. Stern sendiri
khawatir kesepakatan itu adalah bentuk lain provokasi
atau pancingan Inggris. Sebagai tindakan pencegahan,
Stern mengirim Naftali Lubentschik ke Beirut, yang

Keyakinan Stern bahwa satu-satunya


penyelesaian atas bencana yang menimpa
Yahudi di Eropa adalah dengan
mengakhiri penjajahan Inggris di
Palestina, mulai menemukan kesimpulan
logis. Mereka jelas tidak akan mampu
mengalahkan Inggris dengan kekuatan
milisi Yahudi yang lemah, jadi mereka
mulai berpaling pada musuh-musuh
Inggris.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

masih dikendalikan oleh Vichy, untuk berunding


langsung dengan pimpinan Axis. Tidak ada yang
diketahui keterlibatannya baik dengan Vichy atau Italia,
namun di bulan Januari 1941 Lubentschik bertemu dua
Jerman - Rudolf Otto von Rosen dan Hentig the Philo
Zionis, yang saat itu menjabat Kepala Departemen
Oriental Kantor Luar Negeri Jerman. Setelah perang,
salinan proposal Stern untuk sebuah aliansi antara Gang
Stern dengan Reich Ketiga ditemukan di file Kedutaan
Besar Jerman di Turki. Dokumen Ankara menyebut
dokumen itu namakan dirinya Proposal of the National
Military Organisation (Irgun Zvai Leumi) Concerning
the Solution of the Jewish Question in Europe and the
Participation of the NMO in the War on the side of
Germany,dDokumen Ankara itu tertanggal 11 Januari
1941. Pada titik ini, kalangan milisi Stern masih
menganggap diri mereka sebagai Irgun yang
sebenarnya, dan kemudian mereka mengadopsi nama
Fighters for Freedom of Israel - Lohamei Herut Yisrael.
Dalam proposal itu kelompok Stern mengatakan kepada
Nazi :

2. Kerjasama antara Jerman dan volkish-nasional


Hebrium adalah mungkin,
3.

Pendirian negara Yahudi di atas basis nasional


dan totaliter, terikat suatu perjanjian dengan
Reich Jerman, akan berada pada kepentingan
memelihara dan memperkuat posisi Jerman di
Timur Dekat dimasa depan.

Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut,


NMO di Palestina, di bawah kondisi-aspirasi nasional
gerakan kemerdekaan Israel yang disebutkan di atas dan
diakui oleh fihak Reich Jerman, menawarkan diri untuk
aktif secara ambil bagian dalam perang di pihak
Jerman.
Penawaran NMO tersebut, akan berhubungan
dengan pelatihan militer dan pengorganisasian tenaga
kerja Yahudi di Eropa, di bawah kepemimpinan dan
komando NMO. Unit-unit militer Yahudi itu akan ambil
bagian dalam perjuangan untuk menaklukkan Palestina.

"Evakuasi massa Yahudi dari Eropa merupakan


prasyarat untuk menyelesaikan masalah Yahudi, tetapi
ini hanya bisa dimungkinkan dan utuh melalui
penyelesaian rumah orang Yahudi di Palestina, dan
melalui pembentukan negara Yahudi yang mengacu
pada batas-batas sejarah."

Partisipasi tidak langsung dari gerakan


kemerdekaan Israel dalam Orde Baru di Eropa, sudah
dalam tahap persiapan, dan akan dihubungkan dengan
solusi positif-radikal dari masalah Yahudi Eropa sesuai
dengan-aspirasi nasional Yahudi di atas. Ini secara luar
biasa akan memperkuat landasan moral Orde Baru di
mata semua umat manusia.

NMO, yang mengenal baik dengan niat


pemerintah Reich Jerman dan otoritasnya terhadap
kegiatan Zionis di Jerman dan rencana emigrasi Zionis,
berpendapat bahwa :

Stern kembali menekankan : NMO sangat


dekat berhubungan dengan gerakan totalitarian di Eropa
baik ideologi maupun strukturnya.

1. Kepentingan bersama dapat tercipta dengan


pembentukan Orde Baru di Eropa yang sesuai
dengan konsep Jerman, dan aspirasi nasional
sesungguhnya rakyat Yahudi yang diwujudkan
dalam NMO.

Avraham Stern. Pemimpin Stern Gang yang terkenal


brutal.

Lubertschik mengatakan pada von Hentig


bahwa jika Nazi secara politik tidak ingin segera
menyiapkan pendirian negara Zionis di Palestina, milisi
Stern akan bersedia bekerja sementara sepanjang garis
Rencana Madagaskar. Ide koloni Yahudi di pulau
tersebut telah menjadi salah satu pengertian yang lebih
eksotis dari anti-Semit Eropa sebelum perang, dan
dengan kekalahan Perancis pada tahun 1940, Jerman
kembali idenya tentang sebuah imperium Jerman di
Afrika. Stern dan gerakannya telah memperdebatkan
skema Madagaskar Nazi dan menyimpulkan bahwa
skema itu harus didukung, seperti ketika Herzl pada
awalnya mendukung tawaran Inggris pada tahun 1903
tentang sebuah koloni Yahudi sementara di dataran
tinggi Kenya.

Evakuasi massa Yahudi dari Eropa


merupakan prasyarat untuk
menyelesaikan masalah Yahudi, tetapi ini
hanya bisa dimungkinkan dan utuh
melalui penyelesaian rumah orang
Yahudi di Palestina, dan melalui
pembentukan negara Yahudi yang
mengacu pada batas-batas sejarah."
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Tidak ada tindak lanjut Jerman atas proposisi


besar tersebut, tetapi kalangan Stern tidak hilang
harapan. Pada bulan Desember 1941, setelah Inggris
menduduki Lebanon, Stern mengutus Nathan YalinMor untuk memulai menghubungi Nazi di negara netral
Turki, tetapi Nathan tertangkap dalam perjalanan.
Setelah itu, tidak ada lagi upaya menghubungi fihak
Nazi.
Rencana Stern tidak pernah nyata. Salah satu
aliansi fundamental Jerman-Italia adalah bahwa
wilayah litoral Laut Tengah menjadi bagian atau lingkar
pengaruh invasi Italia. Lebih lanjut, pada 21 November
1941, Hitler bertemu dengan Mufti (kakek Yasser
Arafat) dan mengatakan walaupun Jerman tidak dapat
secara terbuka membantu kemerdekaan negara-negara
Arab dari Inggris atau Perancis, Jerman berjanji akan
merebut Palestina dan menghancurkan pemukiman
Zionis.
Ada substansi persepsi Stern sebagai seorang
totaliter. Pada akhir 1930-an, Stern menjadi salah satu
lingkar kepemimpinan Revisionis yang melihat
Jabotinsky sebagai seorang liberal dengan kekakuan
moral tentang teror Irgun terhadap Arab. Stern merasa
bahwa satu-satunya keselamatan untuk orang Yahudi
adalah dengan menghasilkan bentuk totalitarianisme
Zionis dan menghentikan kerjasama dengan Inggris
yang dalam hal apapun, telah meninggalkan Zionisme
karena dokumen White Paper 1939. Dia melihat WZO
membuat akomodasi sendiri dengan Nazisme dengan
cara seperti Ha'avara, dan Stern melihat Jabotinsky
melibatkan dirinya dengan Italia, dan ia pun secara
pribadi telah intim terlibat dalam Revisionis, berurusan
dengan orang anti Semit Polandia. Namun, Stern
percaya bahwa semua ini hanya setengah ukuran dari
semuanya.
Stern adalah salah seorang Revisionis yang
merasa bahwa Zionisme dan Yahudi telah menghianati
Mussolini. Zionisme harus menunjukkan pada Axis
bahwa mereka serius, dengan cara terlibat konflik
militer langsung melawan Inggris, agar gerakan totaliter
dapat melihat manfaat militer potensial apabila mereka
membangun aliansi dengan Zionisme. Untuk menang,
Stern berpendapat bahwa mereka harus bersekutu
dengan Fasis maupun Nazi : jika tidak dapat
membangun kesepakatan dengan Petliura atau
Mussolini dan kemudian kembali meminta dukungan
dari Hitler.
Apakah Yitzhak Yzertinsky (Rabbi Shamir)
salah seorang komandan Stern, mengetahui ajuan
kerjasama dengan Adolf Hitler ? Dalam beberapa tahun
terakhir kegiatan masa perang dari Stern Gang telah
diteliti secara menyeluruh oleh salah satu pemuda yang
bergabung dalam periode pasca-perang, ketika Stern
Gang tidak lagi pro-Nazi. Baruch Nadel benar-benar
yakin bahwa Yzertinsky-Shamir menyadari sepenuhnya
rencana Stern : "Mereka semua tahu tentang itu"
Ketika Shamir ditunjuk sebagai Menlu Israel,

opini internasional tertuju pada fakta bahwa Menachem


Begin telah memilih sosok yang mengatur dua
pembunuhan terkenal : pembunuhan Lord Moyne,
Menteri Kependudukan Inggris untuk Timur Tengah
pada 6 November 1944; dan pembunuhan Count Folke
Bernadotte, mediator khusus PBB untuk urusan
Palestina pada 17 September 1948. Cemas dengan aksiaksi terorismenya di masa lalu, itu justru disengaja
untuk mengaburkan fakta yang lebih mengerikan
bahwa seorang calon sekutu Adolf Hitler bisa naik ke
tmapuk kepemimpinan negara Zionis. Ketika Begin
menunjuk Shamir, dia melakukannya secara sadar
walau mengetahui masa lalu Shamir. Tidak ada bukti
yang lebih baik dari hal ini bahwa warisan kolusi Zionis
dengan Fasis maupun Nazi, dan filsafat yang
mendasarinya, telah membangun karakter dasar negara
Israel kontemporer.

Stern adalah salah seorang


Revisionis yang merasa
bahwa Zionisme dan Yahudi
telah menghianati Mussolini.
Z i o n i s m e h a r u s
menunjukkan pada Axis
bahwa mereka serius, dengan
cara terlibat konflik militer
langsung melawan Inggris,
agar gerakan totaliter dapat
melihat manfaat militer
potensial apabila mereka
membangun aliansi dengan
Zionisme. Untuk menang,
Stern berpendapat bahwa
mereka harus bersekutu
dengan Fasis maupun Nazi
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Salah satu halaman surat Avraham Stern yang mengajukan aliansi militer
dengan NAZI

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Kesepahaman Radikal Zionis Dengan Jepang


Ada sekitar 19.850 warga Yahudi di Cina
pada tahun 1935, satu komunitas terdapat di
Shanghai dan lainnya di Manchuria. Komunitas
Yahudi Shanghai didominasi ras yahudi Sephardim
yang berasal dari Irak, mereka keturunan Elias
Sassoon dan pramuniaganya, yang mendirikan
bisnis setelah Perang Opium. Elias dan
pembantunya sukses besar di Shanghai dan menjadi
orang kaya di sana. Sementara itu komunitas
Yahudi di kawasan Harbin Manchuria berasal dari
Rusia dan turut membangun jalur kereta di timur
Cina. Jalur kereta yang kemudian diramaikan oleh
pengungsi perang saudara di Rusia.
Zionisme terhitung lemah diantara orang
Arab, salah satu etnis terkaya di dunia, yang enggan
menanggalkan kehidupan mereka yang mapan. Kaum
zionis di Cina adalah Yahudi Rusia. Mereka pun bagian
dari kehadiran imperialisme dan tidak berhasrat
berasimilasi dengan warga Cina local. Mereka (Yahudi
di Cina), adalah kaum Kapitalis dan kelas menengah
yang tidak ingin kembali ke Uni Soviet, bahkan identitas
Yahudi mereka diperkuat dengan kehadiran pengungsi
eks Garda Putih yang anti Semit di kawasan utara Cina.
Pemisahan cultural Zionisme memiliki daya tarik
budaya, dan bersama gerakan Revisionisme Yahudi,
Zionisme menjadi factor pemikat yang kuat, bahwa
orang Yahudi tidak boleh berasimilasi atau bahkan
kawin campur dengan ras non Yahudi. Yahudi Rusia
rata-rata pedagang dalam lingkungan yang menderita
imperialisme dan militerisasi, pengungsi Rusia eks
Garda Putih Manchuria, mengkombinasikan orientasi
kapitalis dan imperialis dengan militerisme dalam
praktek yang sangat ekstrem sehigga mereka menjelma
menjadi gerombolan bandit-bandit liar. Revisionisme
Zionis tampak sesuai dengan situasi yang berlaku
disekitar komunitas Yahudi Manchuria.
Berperan Akitf Dalam Pembangunan Tatanan Baru Asia
Timur

Komunitas Yahudi Harbin berkembang hingga


kedatangan pasukan Jepang yang menaklukan
Manchuria tahun 1931. Banyak perwira senior Jepang
turut ambil bagian dalam ekspedisi tahun 1918-1922
yang berperang di fihak Laksamana Alexander Kolchak
melawan kaum Bolshevik di Siberia dan terpengaruhi
obsesi anti Yahudi kalangan White Guard. Segera
setelah etnis kulit putih local Rusia menjadi sumbu
utama kerajaan boneka bentuka Jepang, Manchukuo di
Manchuria, banyak diantara mereka direkrut kedalam
militer Jepang. Geng-geng kulit putih Rusia yang
dilindungi polisi Jepang, mulai memungut uang dari
Yahudi, dan pada pertengahan 1930-an, hampir seluruh
warga Yahudi Harbin pindah ke wilayah selatan yang

dikuasan fraksi Cina Nasionalis daripada diam di


tempat semula dan didera sikap-sikap anti semit.
Eksodus besar-besaran warga Yahudi yang ratarata pengusaha sukses, telah memukul perekonomian
Manchuria, dan pada pertengahan 1935 militer Jepang
harus memutar balik sikap mereka. Militer Jepang
memiliki versi pandangan yang tegas soal anti semit ini :
terdapat konspirasi Yahudi dunia yang sangat kuat,
tetapi kita bisa memanfaatkannya untuk kepentingan
Jepang. Jepang akan menguasai Manchukuo sebelum
Yahudi internasional, sebagai surga potensial
pengungsi Yahudi Jerman dan Jepang juga akan
mengambil garis kebijakan pro-Zionis. Kemudian
diharapkan, Yahudi Amerika akan berinvestasi di
Manchukuo dan membungkam opini rakyat Amerika
atas invasi Jepang ke Cina dan persahabatan Jepang
dengan Nazi. Ini adalah harapan yang menyedihkan,
ketika orang Yahudi masih memiliki pengaruh kecil
terhadap kebijakan Amerika. Lebih lanjut, Stephen
Wise dan para pemimpin Yahudi Amerika lainnya
sangat menentang kolaborasi dengan Jepang, yang
mereka lihat sebagai sekutu Nazi yang tak terelakkan.
Jepang telah sukses meyakinkan orang-orang
Yahudi Manchukuo yang tersisa, bahwa kepentingan
Yahudi sendiri untuk berkolaborasi dengan Jepang,
paling tidak mereka dapat membatasi masuknya Rusia
Putih dan menutup Nash Put - organ Asosiasi Fasis
Rusia. Pemimpin Yahudi Harbin adalah seorang dokter
yang saleh, Abraham Kaufman, yang sangat dekat
dengan komunitas lokal. Dia teridorong oleh perubahan
kebijakan Jepang dan - menurut laporan Kantor Luar
Negeri Jepang, tahun 1936-1937 Kaufman dan temantemannya meminta izin untuk mendirikan Dewan
Yahudi Timur Jauh. Tujuannya adalah mengatur semua
orang Yahudi di Timur dan untuk menyebarkan
propaganda atas nama Jepang, terutama dalam
mengambil sikap bersama Jepang melawan
Komunisme.

Eksodus besar-besaran warga Yahudi yang


rata-rata pengusaha sukses, telah memukul
perekonomian Manchuria, dan pada
pertengahan 1935 militer Jepang harus
memutar balik sikap mereka. Militer Jepang
memiliki versi pandangan yang tegas soal
anti semit ini : terdapat konspirasi Yahudi
dunia yang sangat kuat, tetapi kita bisa
memanfaatkannya untuk kepentingan
Jepang. Jepang akan menguasai
Manchukuo sebelum Yahudi internasional,
sebagai surga potensial pengungsi Yahudi
Jerman dan Jepang juga akan mengambil
garis kebijakan pro-Zionis.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Yang pertama dari tiga konferensi masyarakat


Yahudi di Timur Jauh diadakan di Harbin pada bulan
Desember 1937. Dekorasi konferensi ini terlihat dalam
foto-foto Ha Dagel (The Banner) edisi Januari 1940
yang, meskipun judul Ibrani, adalah majalah haluan
Revisionisme Manchukuo berbahasa Rusia. Ruangan
konferensi selalu dihiasi dengan bendera Jepang,
Manchukuo dan Zionis. Betarim bertindak sebagai
penjaga kehormatan. Pertemuan itu ditujukan oleh
orang-orang seperti Jenderal Higuchi (Dinas Intelijen
Militer Jepang), Jenderal Vrashevsky (Garda Putih), dan
pejabat pemerintahan boneka Manchukuo.
Konferensi tahun 1937 menghasilkan resolusi
yang dikirim ke seluruh organisasi-organisasi besar
Yahudi di dunia, mengikrarkan kerjasama dengan
Jepang dan Manchukuo dalam membangun tatanan baru
di Asia. Sebagai imbalannya, Jepang mengakui
Zionisme sebagai gerakan nasional Yahudi. Zionisme
pun kemudian menjadi bagian dari pembentukan
Manchukuo dan Betar diberi warna resmi dan seragam.
Ada saat-saat memalukan dalam hubungan yang baru
itu, seperti, misalnya, ketika Betar harus dikeluarkan
dari parade perayaan pengakuan Jerman atas
Manchukuo. Namun, secara umum, para Zionis
setempat cukup senang dengan hubungan akrab mereka
dengan rezim Jepang. Pada akhir 23 Desember 1939,
seorang pengamat pada konferensi ketiga melaporkan
"sukacita di seluruh kota".
Pertemuan tersebut
menghasilkan beberapa resolusi:
Konvensi ini mengucapkan selamat kepada
Kekaisaran Jepang atas peran besarnya membangun
perdamaian di Asia Timur, dan percaya apabila
pertempuran telah berhenti, rakyat Asia Timur akan
memulai konstruksi kebangsaan mereka di bawah
pimpinan Jepang.
Selanjutnya, kongres itu menyatakan :

The puppet state of Manchukuo, established by Japanese in


Manchuria, was one of the interesting anti-Semitic alliances
of radical Zionists. Above: Ceremonies that founded the
Manchukuo state.

Konferensi Ketiga Masyarakat Yahudi


menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk
mengambil peran aktif dalam pembangunan Orde Baru
Asia Timur, dipandu oleh cita-cita dasar meletakkan
sebuah perjuangan melawan Komintern (Komunisme
Internasional) dalam kerjasama erat dengan semua
bangsa.
Zionis Bekerjasama dengan Musuh Rakyat Cina
Apakah Zionis di Manchukuo mengambil
keuntungan bagi orang Yahudi atas kolaborasi mereka
dengan Jepang? Herman Dicker, salah satu pakar
Yahudi di Timur Jauh menyimpulkan bahwa: "Tidak
bisa dikatakan, secara retrospektif, bahwa Konferensi
Timur Jauh mempermudah keadaan bagi sejumlah
besar pengungsi Yahudi Eropa untuk menetap di
Manchuria. Paling-paling, hanya beberapa ratus
pengungsi yang diizinkan masuk." Pada hari-hari
terakhir Perang Dunia Kedua, pasukan Soviet
memasuki Manchuria dan Kaufman ditangkap.
Akhirnya Kaufman ditahan dan menjalani kerja paksa
selama sebelas tahun di Siberia atas kolaborasinya
dengan Jepang. Tentu Zionisme Manchukuo sangat
terlibat dalam struktur Jepang di Manchukuo. Zionis
tidak pernah mendukung penaklukan Jepang, tetapi
setelah Garda Putih Rusia telah membuat mereka tidak
bias berbuat banyak, selain menerima kehadiran
Jepang. Mereka pun tidak ada diuntungkan dengan
kembalinya Kuomintang, dan mereka sangat takut
revolusi Komunis meledak di Cina. Mereka tidak
pernah puas dengan koneksi Tokyo-Berlin, tetapi
mereka berharap bias meluapkan kemarahan dengan
menggunakan pengaruh mereka dalam jaringan Yahudi
Amerika untuk mengkampanyekan kompromi dengan
Washington di Pasifik. Tidak ada keraguan bahwa,
meskipun ada perbedaan kebijakan antara Jepang dan
Jerman, Jepang melihat kalangan Zionis Manchuria
sebagai kolaborator yang bersemangat.

Konferensi tahun 1937 menghasilkan


resolusi yang dikirim ke seluruh
organisasi-organisasi besar Yahudi
di dunia, mengikrarkan kerjasama
dengan Jepang dan Manchukuo
dalam membangun tatanan baru di
Asia. Sebagai imbalannya, Jepang
mengakui Zionisme sebagai gerakan
nasional Yahudi. Zionisme pun
kemudian menjadi bagian dari
pembentukan Manchukuo dan Betar
diberi warna resmi dan seragam.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Pemukiman Yahudi dalam Wilayah Pendudukan


Metode untuk menarik Yahudi dan dukungan
Kekaisaran Jepang
Amerika termasuk pengiriman delegasi Jepang ke
Pemukiman Yahudi dalam kekaisaran
Jepang melibatkan keterlibatan gerakan Yahudi ked
an melalui Jepang dalam wilayah pendudukan di
Cina tidak lama sebelum dan sepanjang Perang
Dunia II, yang bersamaan dengan Perang Kedua
Sino-Jepang. Permulaan perang Eropa oleh Nazi
menghasilkan penyiksaan massal dan genosida
Yahudi, yang diklaim sejarawan sebagai Holocaust.
Walaupun terdapat sedikit bukti yang
menunjukkan bahwa Jepang pernah mengangankan
sebuah negara Yahudi atau wilayah otonomi Yahudi,
Rabbi Marvin Tokayer dan Mary Swartz, penulis 'The
Fugu Plan tahun 1979. Tokayer & Swartz memberi
judul buku Rencana Fugu atau Fugu Plot (Fugu Plan)
untuk memorandum yang ditulis pada tahun 1930
dimana Kekaisaran Jepang mengusulkan penyelesaian
pengungsi Yahudi dari Eropa yang diduduki Nazi dalam
wilayah-wilayah Jepang. Tokayer dan Swartz
mengklaim bahwa rencana, yang dipandang oleh para
pendukung Kaisar sangat berisiko tetapi berpotensi
menguntungkan bagi Jepang, diberi nama sebuah ikan
beracun Fugu tetapi sangat lezat jika dimasak secara
benar.
Tokayer dan Swart mendasarkan klaimnya pada
pernyataan Kapten Koreshige Inuzuka. Mereka
menduga rencana tersebut didiskusikan pertama kali
tahun 1934 dan diperkuat tahun 1938, didukung oleh
tokoh-tokoh seperti Inuzuka, Ishiguro Shiro dan
Norihiro Yasue. Namun, penandatanganan Pakta
Tripartit tahun 1941 dan peristiwa lainnya telah
mencegah implementasi penuh memorandum tersebut.
Memorandum Kaisar

Memorandum tersebut berencana menempatkan


sejumlah besar pengungsi Yahudi di Manchukuo
(Shanghai sekarang), sebuah wilayah Cina yang
dikuasai Jepang, untuk memperoleh keuntungan
ekonomi dari komunitas Yahudi, tetapi juga untuk
meyakinkan Amerika, terutama Yahudi Amerika untuk
memberikan mendukung politik dan investasi ekonomi
ke Jepang. Gagasan itu sebagian didasarkan pada
pemahaman dan penerimaan sebagian pemimpin
Jepang terhadap The Protokol Para Sesepuh Zion .
Skema rinci termasuk bagaimana
penyelesaiannya akan diatur dan bagaimana dukungan
Yahudi, baik dari segi investasi dan pemukim aktual,
akan dikumpulkan. Pada bulan Juni dan Juli 1939,
memorandum "Concrete Measures to be Employed to
Turn Friendly to Japan the Public Opinion Far East
Diplomatic Policy Close Circle of President of USA by
Manipulating Influential Jews in China," dan "The
Study and Analysis of Introducing Jewish Capital"
ditinjau dan disetujui oleh pejabat tinggi Jepang di Cina.

Amerika Serikat dan memperkenalkan pada Rabi-Rabi


Amerika kesamaan antara Yudaisme dan Shinto, lalu
membawa para Rabi kembali ke Jepang dalam rangka
memperkenalkan mereka sekaligus dan agama Yahudi
ke Jepang. Metode ini juga merencanakan untuk
memperoleh dukungan jurnalis Amerika dan
Hollywood.
Sebagian besar dokumen yang dikhususkan
untuk pemukiman, memungkinkan untuk membangun
populasi pemukiman dari 18.000 sampai 600.000 jiwa.
Rinciannya termasuk ukuran lahan perumahan,
pengaturan infrastruktur, sekolah, rumah sakit untuk
setiap tingkat populasi. Yahudi dalam pemukiman ini
diberi kebebasan penuh beragama, seiring dengan
otonomi budaya dan pendidikan. Walaupun sebagian
fihak khawatir akan dampak dari otonomi yang
berlebihan itu, Jepang tetap yakin bahwa kebebasan itu
diperlukan untuk menarik pemukim-pemukim baru
serta investasi ekonomi.
Para pejabat Jepang diminta untuk menyetujui
rencana tersebut bersikeras bahwa selagi pemukiman
Yahudi bisa otonom, pengendalian yang diperlukan
untuk ditempatkan untuk menjaga orang-orang Yahudi
di bawah pengawasan. Dikhawatirkan bahwa orangorang Yahudi bisa menembus ke dalam mainstream
pemerintahan dan ekonomi Jepang, mempengaruhi atau
mengendalikan kebijakan - dengan cara seperti yang
dijelaskan dalam The Protokol Para Sesepuh Zion, telah
dilakukan di banyak negara lain.

Metode untuk menarik Yahudi


dan dukungan Amerika termasuk
pengiriman delegasi Jepang ke
Amerika Serikat dan
memperkenalkan pada Rabi-Rabi
Amerika kesamaan antara
Yudaisme dan Shinto, lalu
membawa para Rabi kembali ke
Jepang dalam rangka
memperkenalkan mereka
sekaligus dan agama Yahudi ke
Jepang. Metode ini juga
merencanakan untuk memperoleh
dukungan jurnalis Amerika dan
Hollywood.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Latar Belakang
Sebelum Perang Dunia II
Ide pemukiman Yahudi ini berasal dari kelompok
kecil pejabat pemerintah dan militer Jepang yang
memandang perlunya sebuah populasi dibentuk di wilayah
Manchukuo (disebut juga Manchuria) untuk membantu
membangun infrastruktur dan industri Jepang di sana. Salah
satu anggota dari kelompok itu adalah Kapten Koreshige
Inuzuka dan Kapten Norihiro, yang kemudian dikenal
sebagai Ahli Yahudi, industriawan Yoshisuke Aikawa, dan
beberapa perwira di Kwantung Army atau dikenal Faksi
Manchuria.
Keputusan mereka untuk menarik orang Yahudi ke
Manchukuo berasal dari sebuah kepercayaan bahwa orangorang Yahudi yang kaya dan memiliki pengaruh politik yang
besar. Jacob Schiff, seorang bankir Yahudi-Amerika yang
tiga puluh tahun sebelumnya menawarkan pinjaman yang
cukup besar kepada pemerintah Jepang yang turut membantu
negeri itu memenangkan Perang Rusia-Jepang yang terkenal.
Selain itu, terjemahan bahasa Jepang dari The Protokol Para
Sesepuh Zion mempengaruhi pemikiran beberapa pejabat
berwenang Jepang untuk terlalu melebih-lebihkan kekuatan
ekonomi maupun politik orang-orang Yahudi dan keterkaitan
mereka di seluruh dunia karena diaspora. Diasumsikan
bahwa dengan menyelamatkan orang Yahudi Eropa dari
Nazi, Jepang akan mendapatkan keuntungan abadi yang tak
tergoyahkan dari jaringan Yahudi Amerika.
Pada tahun 1922, Yasue dan Inuzuka telah kembali
dari Intervensi Jepang di Siberia, membantu orang Rusia
Putih melawan Tentara Merah di mana mereka pertama kali
mempelajari Protokol Zion dan terpesona oleh dugaan
kekuatan orang-orang Yahudi. Selama tahun 1920, mereka
berdua banyak menulis laporan tentang orang Yahudi dan
melakukan perjalanan ke wilayah mandat Inggris di Palestina
(sekarang Israel) untuk meneliti hal ini dan berbicara dengan
para pemimpin Yahudi seperti Chaim Weizmann dan David
Ben-Gurion. Yasue menerjemahkan Protokol Zion ke dalam
bahasa Jepang. Pasangan perwira ini berhasil menarik
Kementerian Luar Negeri Jepang pada proyek ini. Setiap

kedutaan dan konsulat Jepang diminta untuk mengawasi


tindakan dan gerakan komunitas Yahudi di negara
mereka. Banyak laporan yang diterima tetapi tidak ada
yang membuktikan adanya konspirasi global.
Pada tahun 1931, para perwira bergabung
dengan faksi Manchuria dan sejumlah pejabat militer
Jepang yang mendorong untuk ekspansi Jepang ke
Manchuria, dipimpin oleh Kolonel Seishir Itagaki dan
Letnan Kolonel Kanji Ishiwara sebelum Insiden
Mukden.
Dari satu juta penduduk Harbin, orang Yahudi
hanya mewakili sebagian kecil. Jumlah mereka paling
banyak 13.000 jiwa pada tahun 1920, dan terbelah dua
pada pertengahan 1930-an sebagai respons terhadap
depresi ekonomi dan pasca kejadian yang berhubungan
dengan penculikan pembunuhan Simon Kasp oleh
sekelompok Rusia Fasis dan kriminal di bawah
pengaruh Konstantin Rodzaevsky.
Meskipun Yahudi Rusia di Manchukuo diberi
status hukum dan perlindungan penyelidikan setengah
hati dalam kematian Simon Kaspe oleh otoritas Jepang,
yang berusaha mengadili komuitas Rusia Putih (White

Rusia) sebagai eksekutor lokal dan fraksi AntiKomunis, membuat orang Yahudi dari Harbin untuk
tidak mempercayai lagi tentara Jepang. Banyak yang
pergi ke Shanghai di mana masyarakat Yahudi tidak
menjadi korban kampanye anti-Semitisme, sebagian
lagi pergi ke wilayah tengah Cina. Pada tahun 1937,
setelah Yasue berbicara dengan para pemimpin Yahudi
di Harbin, Dewan Yahudi Timur Jauh didirikan oleh
Abraham Kaufman, dan selama beberapa tahun ke
depan banyak pertemuan diadakan untuk membahas ide
dalam rangka mendorong dan membangun pemukiman
Yahudi di dalam dan sekitar Harbin.
Maret 1938, Letnan Jenderal Kiichiro Higuchi
dari Tentara Kekaisaran Jepang mengusulkan
penerimaan beberapa pengungsi Yahudi dari Rusia
kepada Jenderal Hideki Tojo. Meskipun mendapat
protes Jerman, Tojo menyetujui dan telah menguasai
Manchuria, wilayah yang kemudian menjadi negara
boneka Jepang mengakui keberadaan komunitas
Yahudi.
Pada tanggal 6 Desember 1938, Perdana
Menteri Fumimaro Konoe, Menteri Luar Negeri
Hachir Arita, Menteri Angkatan Darat Seishir
Itagaki, Menteri Angkatan Laut Mitsumasa Yonai, dan
Departemen Keuangan Shigeaki Ikeda bertemu untuk
membahas dilema pada Konferensi Lima Menteri,
mereka membuat keputusan yang melarang pengusiran
orang Yahudi di Jepang, Manchuria, dan Cina sesuai
dengan semangat kesetaraan ras yang
Jepang
bersikeras selama bertahun-tahun. Di satu sisi, aliansi
Jepang dengan Nazi Jerman tumbuh kuat, dan
melakukan apa pun untuk membantu orang-orang
Yahudi akan membahayakan hubungan itu. Sementara
itu, Jepang pun melihat kampanye boikot oleh Yahudi
terhadap produk-produk Jerman setelah kerusuhan anti
Yahudi Kristallnacht menunjukkan kekuatan ekonomi
dan kesatuan global Yahudi.

Ide pemukiman Yahudi ini


berasal dari kelompok kecil
pejabat pemerintah dan militer
Jepang yang memandang
perlunya sebuah populasi
dibentuk di wilayah
Manchukuo (disebut juga
Manchuria) untuk membantu
membangun infrastruktur dan
industri Jepang di sana.

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Beberapa tahun berikutnya penuh dengan


laporan dan pertemuan, tidak hanya antara para
pendukung rencana tersebut tetapi juga dengan anggota
komunitas Yahudi, tetapi rencana itu tidak diadopsi
secara resmi. Pada tahun 1939, orang-orang Yahudi
Shanghai meminta agar tidak ada lagi pengungsi Yahudi
diizinkan masuk ke Shanghai, karena kemampuan
komunitas mereka untuk mendukung pengungsi
semakin tipis. Stephen Wise, salah satu anggota paling
berpengaruh dari komunitas Yahudi Amerika saat itu
dan seorang aktivis Zionis, menyatakan penentangan
yang kuat terhadap setiap kerjasama Yahudi-Jepang.
Selama Perang Dunia II

Pada tahun 1939 Uni Soviet menandatangani


pakta non-agresi dengan Nazi Jerman, berdampak pada
pemindahan orang Yahudi dari Eropa ke Jepang jauh
lebih sulit. Peristiwa tahun 1940, hanya beberapa
pejabat pelaksana Rencana Fugu berusaha mencari jalan
mengorganisir pengungsi Yahudi Eropa ke Jepang.
Ketika Uni Soviet menganeksasi negara-negara Baltik,
yang memotong kemungkinan bagi orang Yahudi untuk
melarikan diri dari Eropa, pemerintah Jepang pun
menandatangani Pakta Tripartite dengan Jerman dan
Italia, perjanjian itu benar-benar menghilangkan
kemungkinan setiap bantuan resmi dari Tokyo untuk
pelaksanaan rencana Fugu.
Walau demikian, Konsul Jepang di Kaunas
Lithuania, Chiune Sugihara, menerbitkan visa transit
untuk meloloskan Yahudi, kebijakan yang bertentangan
dengan perintah dari Tokyo sendiri. Visa itu
memungkinkan Yahudi melakukan perjalanan ke
Jepang dan tinggal untuk waktu yang terbatas dalam
perjalanan menuju tujuan akhir mereka : koloni Yahudi
di Curaao Belanda yang tidak membutuhkan visa
masuk. Ribuan orang Yahudi menerima visa transit dari
Sugihara atau melalui cara serupa. Beberapa
diantaranya bahkan menysalin dengan tangan, visa yang
telah ditulis Sugihara. Setelah proses melelahkan untuk
meminta visa keluar dari pemerintah Soviet, banyak
orang Yahudi diizinkan menyeberang Rusia melalui
jalur kereta Trans-Siberia, atau numpang perahu dari
Vladivostok ke Tsuruga dan akhirnya menetap di Kobe
Jepang.
Musim panas 1941, pemerintah Jepang mulai
cemas terhadap banyaknya pengungsi Yahudi di
beberapa kota besar dan dekat dengan pelabuhan utama
militer maupun komersial. Diputuskan bahwa Yahudi di
Kobe harus direlokasikan ke Shanghai Cina yang telah
diduduki Jepang. Hanya Yahudi Kobe yang telah lama
tinggal sebelum kedatangan gelombang pengungsi
Yahudi, tetap diperbolehkan tinggal. Disisi lain, Jerman
telah melanggar Pakta Non Agresi dengan menyatakan
perang terhadap Uni Soviet, ini mendudukkan Rusia
sebagai musuh Jepang, yang berdampak pada
tertutupnya mengangkut pengungsi Yahudi dari
Vladivostok ek Tsuruga.

Beberapa bulan kemudian, tepat setelah


serangan terhadap Pearl Harbor pada Desember 1941,
Jepang menguasai seluruh Shanghai. Bantuan moneter
dan semua komunikasi dari Yahudi Amerika terhenti
karena Anglo-American Trading with the Enemy Act
(UU yang melarang bangsa Amerika berbisnis dengan
musuh) dan kaum Yahudi kaya Baghdadi. Departemen
Keuangan AS sangat lemah dalam berkomunikasi dan
membantu para pengungsi Yahudi di Shanghai, tetapi
organisasi-organisasi Yahudi Amerika sangat efektif
memberikan bantuan.
Pada tahun 1941, seorang kolonel Nazi dan
kepala Gestapo Josef Meisinger (Penjagal dari
Warsawa) berusaha mempengaruhi Jepang untuk
"membasmi" atau memperbudak sekitar 18.000-20.000
orang Yahudi yang telah melarikan diri dari Austria dan
Jerman dan tinggal di Shanghai yang diduduki Jepang.
Usulannya termasuk menciptakan sebuah kamp
konsentrasi di Pulau Chongming wilayah delta sungai
Yangtze atau membuat mereka kelaparan saat dibawa
oleh kapal laut di lepas pantai Cina. Laksamana Jepang
yang mengendalikan Shanghai tidak terpengaruh oleh
tekanan Meisinger , namun Jepang telah membangun
sebuah ghetto di kawasan Hongkew Shanghai (yang
sudah direncanakan di Tokyo pada tahun 1939), sebuah
daerah kumuh dengan penduduk sekitar dua kali
kepadatan kota Manhattan, yang tetap terisolasi ketat
oleh tentara Jepang di bawah komando resmi seorang
perwira sadis Kano Ghoya. Yahudi dalam ghetto itu
hanya bisa pergi dengan izin khusus. Sekitar 2.000
orang Yahudi meninggal dalam ghetto Shanghai.
Pemerintah Jepang tidak menerima permintaan
Meisinger, dan tidak pernah menganiaya orang-orang
Yahudi di bawah kontrol rencana Meisinger tersebut.
Rencana jenderal Nazi itu diubah ke dalam apa yang
kemudian dikenal sebagai ghetto Shanghai .

Walau demikian, Konsul Jepang di


Kaunas Lithuania, Chiune Sugihara,
menerbitkan visa transit untuk
meloloskan Yahudi, kebijakan yang
bertentangan dengan perintah dari
To k y o s e n d i r i . V i s a i t u
memungkinkan Yahudi melakukan
perjalanan ke Jepang dan tinggal
untuk waktu yang terbatas dalam
perjalanan menuju tujuan akhir
mereka : koloni Yahudi di Curaao
Belanda yang tidak membutuhkan
visa masuk.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Kolonel Norihiro Yasue meredakan kekerasan


antisemit dari kelompok Rusia Putih yang diketahui
menyerang, menculik, atau membunuh pengungsi
Yahudi Rusia. Yahudi memasuki dan tinggal di Jepang,
China, maupun Manchukui yang diperlakukan sama
seperti warga asing lainnya, dan pejabat-pejabat Jepang
kerap mengabaikan protes-protes resmi Konsulat
Jerman yang sangat tersinggung atas serangan sebuah
Koran Yahudi Rusia terhadap Hitler. Dalam buku
Japanese, Nazis and Jews, Dr. David Kranzler
menyatakan bahwa posisi Jepang sepenuhnya pro
Yahudi.
Dalam kurun enam bulan setelah Konferensi
Lima Menteri, pengurangan pembatasan bagi pemukim
mancanengara seperti dengan dibebaskannya visa atau
surat-surat resmi lainnya, telah mengakibatkan
masuknya 15.000 pengungsi Yahudi ke sektor-sektor
pendudukan Jepang di Shanghai. Kebijakan Jepang
menyatakan bahwa kaum Yahudi yang masuk dan
menetap di Jepang, Cina, maupun Manchukuo, harus
diperlakukan sama seperti warga asing lainnya.
Sejak 1943, Yahudi di Shanghai berbagi wilayah
yang diperuntukkan bagi pengungsi sekitar 40 blok
bersma 100.000 penduduk Cina. Kebanyakan orang
Yahudi bernasib baik, bahkan sering lebih baik daripada
warga Shanghai lainnya. Ghetto tempat mereka tinggal
tetap terbuka dan bebas dari kawat berduri sehingga
pengungsi Yahudi bisa keluar dengan mudah. Namun
ghetto itu dibom hanya beberapa bulan sebelum perang
berakhir oleh pesawat Sekutu yang berusaha
menghancurkan sebuah pemancar radio di dalam kota,
dengan konsekuensi mengorbankan nyawa baik orang
Yahudi maupun rakyat Cina di dalam ghetto.

Gerakan Zionis tidak lebih dari usaha


mengamankan hak-hak rakyat Yahudi untuk bermigrasi
dan membentuk pusat kebudayaan Yahudi. membela
perlindungan khusus yang diberikan kepada orangorang Yahudi dalam pencarian mereka untuk sebuah
rumah nasional berdasarkan keyakinannya bahwa
"kasus Zionis merupakan masalah nasional yang pantas
membuahkan sebuah negara-bangsa." Proyek Zionis,
termasuk koperasi mode permukiman pertanian,
Yanaihara melihatnya sebagai model Jepang yang bisa
ditiru.
Sebuah laporan pemerintah Jepang tingkat
tinggi mengenai imigrasi massal ke Manchuria tahun
1963, telah mempertimbangkan scenario konflik etnis
antara Arab-Yahudi yang patut dihindari. Para
pengambil kebijakan paling berpengaruh ini merujuk
pada format pemukiman kooperasi agrikultur Yahudi
yang dapat dijadikan model untuk ditiru. Sebuah
perusahaan colonial yang parallel dengan ekspansi
Jepang di Asia. Pada tahun 1940, Jepang menguasai
Manchuria yang memiliki 17.000 pengungsi Yahudi,
rata-rata datang dari Eropa Timur.
Yasue, Inuzuka, dan diplomat yang bersimpati
pada Zionis lainnya, hendak memanfaatkan pengungsi
Yahudi di Manchuria dan Shanghai sebagai imbalan
atas perlakuan baik Jepang terhadap mereka. Pejabatpejabat Jepang mengharapkan Yahudi Amerika
mempengaruhi kebijakan Amerika di Timur Jauh dan
memposisikan Amerika netral atau pro Jepang sehingga
menarik modal-modal Yahudi untuk membangun
industri di Manchuria.
Pasca perang, tahun 1952 hubungan diplomatic antara
Israel dengan Jepang merupakan terobosan besar
diantara bangsa-bangsa Asia.

Jepang Mendukung Zionisme

Persetujuan Jepang datang pada awal Desember


1918, ketika Asosiasi Zionis Shanghai menerima pesan
pemerintah Jepang yang setelah mempelajari keinginan
kaum Zionis untuk mendirikan Tanah Air Nasional
Yahudi di Palestina, menyatakan mendukung dengan
sepenuh hati. Hal ini menunjukkan bahwa, "Jepang akan
mewujudkan simpati mereka dalam perealisasian
aspirasi kaum Zionis.
Januari 1919, Chinda Sutemi menulis surat
kepada Chaim Weizmann atas nama Kaisar Jepang dan
menyatakan bahwa Pemerintah Jepang dengan senang
hati mencatat aspirasi Zionisme untuk mendirikan
sebuah rumah nasional bagi rakyat Yahudi di Palestina
dan mencari realisasi atas simpati tersebut. Jepang
mengetahui kebijakan Inggris di Palestina sebagai
imbalan atas penerimaan Inggris atas control Jepang di
semenanjung Shandong Cina.
Intelektual Jepang berpengaruh, seperti Uchimura
Kanzo (1861-1930), Nitobe Inazo (1862-1933), Kenjiro
Tokutomi (1868-1927), dan Professor bidang kebijakan
koloni Universitas Tokyo, Tadao Yanaihara (1893-1961),
turut mendukung kebijakan pro Zionis. Menurut Yanaihara,

Siginifikansi

Tidak kurang dari 24.000 Yahudi melarikan diri dari


Holocaust dengan imigrasi melalui Jepang atau tinggal di
bawah kekuasaan Jepang dengan penerapan kebijakankebijakan Jepang yang pro Yahudi. Jepang berharap
setidaknya 50.000 pengungsi dapat tinggal di wilayahwilayah pendudukan Jepang dan dengan kekayaan yang
mereka miliki, dapat memberikan kontribusi terhadap
perekonomian Jepang. Chiune Sugihara dianugerahi
penghargaan Righteous Among the Nations oleh pemerintah
Israel tahun 1985 atas sikap-sikapnya yang pro Zionis.
Sebagai tambahan, Mir Yeshiva, salah satu pusat studi
kerabbian terbesar, dan satu-satunya pusat studi kerabbian
Eropa yang selamat dari Holocaust, tetap ada berkat sikap
baik Jepang.
Bantuan Inuzuka untuk menyelamatkan pengungsi
Yahudi dari Nazi telah diketahui oleh persatuan Rabbi
Ortodoks di Amerika Serikta yang membalasnya dengan
menyelamatkan Inuzuka dari pengadilan penjahat perang di
Den Haag. Inuzuka pun mendirikan Asosiasi Jepang

Israel dan menjabat presidennya hingga wafat tahun


1965.
No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Setetes air
AGAMA BARU DIGITAL
Oleh: Sukron Abdilah

Adalah inovasi teknologis Mike Mihail Lazaridis, yang tengah menjadi buah bibir warga di dunia
telekomunikasi. Betapa tidak, karya kreatif dan inovatifnya memanjakan warga untuk terus terkoneksi dengan
siapa saja melalui Blackberry (BB). Dengan perusahaan Research in Motion (RIM) di Kanada, Mike Lazaridis
berhasil mewujudkan ide konvergensif, mobile phone, komputer, dan wireless menjadi satu produk smartphone
bernama Blackberry.
kini, kehadirannya di bisnis telekomunikasi telah menjadi saingan terberat perusahaan Apple Inc., dengan
produk Ipad dan Iphone yang sama-sama fenomenal. Tak heran, beberapa pengamat dunia digital menyebut BB
sebagai agama baru (new religion) di dunia telekomunikasi.Hal ini terbukti dengan pemblokiran BB di negara Uni
Emirat Arab dan Arab Saudi beberapa tahun lalu karena ancaman bagi eksistensi kehidupan Islami di kedua negara
tersebut.
Beberapa bulan lalu pemerintah kita juga ingin meniru negara Timur Tengah. Rencana pemblokiran oleh
Kemenkominfo melalui pernyataan Tifatul Sembiring telah meresahkan para peganut BlacBerry di Indonesia.
Kecangihan, kemudahan, dan koneksi yang mudah, misalnya berkirim konten via BB Messenger (BBM),
meresahkan pemerintah dapat tersebarnya konten pornografi. Bagi Anda yang kebetulan pengguna BB mungkin
langkah pemerintah tersebut semacam pencekalan.
Posisinya sama dengan pencekalan aliran-aliran sesat oleh beberapa kelompok radikalis keagamaan.
Padahal, mungkin saja langkah tersebut berangak dari motif politis pemerintah, karena pengguna smartphone
kerap memanfaatkannya untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Mengacu pada latar belakang ekonomi dan
pendidikan, pengguna BB berasal dari warga menengah ke atas dengan pendidikan tinggi. Hal ini mempengaruhi
kesadaran mereka untuk lebih kritis, progressif, dan menggerakkan massa secara massif lewat slogan-slogan
kritis. Tak heran kalu saja pemerintah gerah dengan suara-suara kritis yang dikumandangkan mereka di
mayantara.
Beribadahnya pengguna smartphone ini ialah dengan cara meng-update status di situs jejaring social,
seperti Facebook dan situs microblogging Twitter. Dalam bahasa kritis lain, pemerintah belum siap dengan
saluran baru (new tool) demokrasi yakni internet. Jumlah pengguna internet sendiri sekitar 40 juta jiwa, yang
mengindikasikan adanya kekuatan mayantara yang dapat mempengaruhi kekuasaan mereka dimasa
mendatang. Tak hanya itu, fanatisme pengguna BB terlihat menguat. Malah tidak sedikit yang menjadikannya
sebagai agama, menjadi sesembahan baru di dunia telekomunikasi. Ia menjadi simbol status sosial, prestise,
dan kecerdasan.
Dengan harga yang dapat disentuh kalangan menengah ke atas menjadikan smartphone itu sebagai
gaya hidup. Posisinya sama dengan sistem keyakinan dan agama, yaitu eksistensi BB telah membentuk pola
piker dan aktivitas manusia menurut fungsi fitur-fitur yang disediakan. Misalnya, dalam agama BB ini,
beberapa blogger dan pengamat digital merumuskan muamalah pengguna BB dalam doktrin Menjauhkan
yang dekat, dan mendekatkan yang jauh.
Fitur BBM misalnya, dapat menjauhkan kerabat yang tak memiliki BB dalam interaksi social.
Sedangkan bagi orang lain di luar sana, dapat terkoneksi dengan saling bertukar PIN BB dan melakukan
percakapan mayantara secara intensif. Tak heran kalau, sang kakak dengan sang adik ketika duduk bersamaan
di sofa tak saling sapa. Mereka berdua asyik ngobrol dan berkirim pesan, bahkan berkirim sesuatu yang
menggambarkan realitas via foto serta video rekaman (hyperreality). Parahnya, komunikasi virtual tersebut
dilakukan dengan seorang individu yang secara genetic, cultural, sosiologis, dan geografis berjauhan bahkan
ada kemungkinan tidak pernah berinteraksi langsung.

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Setetes air
Itulah realitas fenomenologis di masyarakat digital. Dengan doktrin perubahan ruang dan waktu yang
super cepat, menjadikan bentuk doktrin agama telekomunikasi ini cepat berubah. Hampir tiap hari terjadi
perubahan dahsyat dari sisi aplikasi, fitur, dan fungsi di dunia telekomunikasi. Maka, inventor berlomba
menafsirkan BB ke dalam bentuk software yang dikhususkan untuk gadget cerdas ini. Smartphone itu seolah
menjadi agama baru warga digital.
Hal itu mengacu pada pandangan kontekstual Erich Fromm, pakar psikologi social dan pemikir
modern, ikhwal pengertian agama. Dalam buku lawasnya yang berjudul Psychoanalysis and Religion (1950),
ia berpendapat, Any system of thought and action shared by a group which gives individual a frame of
orientation and object devotions. Agama, ujar Fromm, mencakup apasaja yang dijadikan system berpikir dan
bertindak, ketika seseorang menempatkan sesuatu sebagai kerangka orientasi dan obyek sesembahan. Religion
berasal dari kata relilgere, yang berarti mengikat dan tergantung; sehingga kalau individu merasa terikat
dengan BB, dirinya telah menempatkan smartphone ini sebagai agama, bahkan tuhan dirinya.
Fenomena BB mengindikasikan adanya sesembahan baru warga digital. Lantas, betulkan smartphone
itu telah menjadi agama bagi warga digital ? Kita lihat seberapa besar adiksi yang diberikan telefon seluler
cerdas ini kepada para pengguna. Seberapa ketergantungan para pemilik terhadap fitur-fitur canggih yang
diberikannya. Bukankah ancaman pemerintah untuk memblokir fitur-fitur yang diberikan perusahaan RIM
telah meresahkan pemilik BB di Indonesia ? Saya piker hal itu mengindikasikan betapa besarnya efek adiktif
yang diberikan raksasa telekomunikasi di dunia ini pada kehidupan manusia.
Penulis : penggiat Institute for Religion and Future Analysis (Irfani) Bandung serta admin Komunitas
Jejaringku (www.jejaringku.com)
Pikiran Rakyat, 31 Januari 2011

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Majalah Online Gratis

Terbit Bulan April 2011

CIA DAN RUNTUHNYA


UNI SOVIET
Uni Soviet sudah terhapus dari peta dunia bukan
karena sebuah proses reformasi alamiah atau hasil dari
serangkaian perjanjian diplomatik. Para sejarawan
memperdebatkan perihal keruntuhan Soviet. Benarkah
menjadi bukti bangkrutnya sebuah ideologi pemerintah ?
Apakah karena ideologi komunis bertentangan dengan
kemanusiaan ? Benarkah ekonomi Soviet yang mengeropos
adalah penyebab runtuhnya negara tersebut, seperti atap
pondok yang rapuh, amblas karena beban salju yang
terlampau berat ?
Mempelajari sebab-musabab runtuhnya Uni Soviet
dengan mengesampingkan kebijaksanaan politis yang
ditempuh Amerika, seperti menghadapi kasus pembunuhan
misterius. Ibarat menganalisis penyebab kematian korban
tanpa menghiraukan kemungkinan pelaku pembunuhannya.
Minyak menjadi penyangga 80% ekonomi Uni Soviet.
maka jalan terbaik untuk mengganyang pengaruh Soviet di
dunia adalah lewat senjata ekonomi : harga minyak harus
anjlok. Maka dimulai operasi rahasia yang langsung dipimpin
Direktur CIA William Casey. Arab Saudi menyambut baik
ajakan itu. Pada tahun 1984, produksinya yang 2 juta barel
per hari dipompa sampai 10 juta barel. Harga pun turun, yang
semula US$ 30 tiap barel menjadi US$ 10. Soviet kalang
kabut. Ekonominya morat-marit. Dana untuk membiayai
operasinya di Afghanistan, Polandia, dan Ceko-Slovakia
kosong.

Remuknya Uni Soviet bukan karena senjata perang bintang yang digemborkan Ronald Reagan
ataupun kemunduran politik dunia yang dia terapkan. Soviet kalah melawan gempuran senjata
ekonomi bertubi-tubi yang ditembakkan Amerika Serikat. Bagaimana operasi CIA dalam merontokkan
kedigjayaan superpower komunis itu ? Simak selengkapnya di Suara Bawah Tanah.
Segeralah Berlangganan !

INGIN BERLANGGANAN ?
Sangat mudah, kirim email dengan subjek Mohon Berlangganan ditujukan kepada email redaksi
(masbatin@live.com). Kami akan mengirimkan majalah online gratis Suara Bawah Tanah langsung
ke email anda setiap bulan.

No. 6/Thn.II/Mar/2011 SUARA BAWAH TANAH

Anda mungkin juga menyukai