Anda di halaman 1dari 5

Isu Ekstremitas, Fundamentalisme, dan Radikalisme

(Minggu II)

M. Iskandar Zulkarnaen Agung (130114185)

Pancasila dan Kewarganegaraan KP. C2


Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Surabaya 2016/2017

A. Ekstrimitas
Ekstremisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah doktrin
atau sikap baik politik maupun agama dalam menyerukan aksi dengan segala cara untuk
mencapai tujuannya. Ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam beragama, tepatnya
menerapkan agama secara kaku dan keras hingga melewati batas kewajaran.
Fenomena ekstremisme dalam agama-agama masih menjadi api dalam sekam yang
setiap saat meluap menjadi kobaran api konflik yang tak terkendali. Begitulah dalam sejarah
agama-agama, konflik akibat kecurigaan satu kelompok agama terhadap lainnya, diakibatkan
fanatisme yang berlebihan dari penganut agama bersangkutan. Munculnya kelompokkelompok ekstrimisme juga disebabkan oleh praktik-praktik kapitalisme ekonomi serta
paham yang dianut bahwa negara yang tidak adil dan menyebabkan kekecewaan terhadap
penguasa (negara).

B. Fundamentalisme
Fundamenalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang
berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas
(fondasi). Karenanya, kelompok-kelompok yang mengikuti paham ini sering kali
berbenturandengan kelompok-kelompok lain bahkan yang ada di lingkungan agamanya
sendiri. Mereka menganggap diri sendiri lebih murni dan lebih benar daripada ;awan-lawan
mereka yang iman atau ajaran agamanya telah tercemar.
Kelompok Fundamentalis mengajak seluruh masyarakat luas agar taat terhadap teks-teks
Kitab Suci yang otentik dan tanpa kesalahan. Mereka juga mencoba meraih kekuasaan politik
demi mendesakkan kejayaan kembali ke tradisi mereka. Biasanya hal ini didasarkan pada
tafsir atau interpretasi secara harfiah semua ajaran yang terkandung dalam Kitab Suci atau
buku pedoman lainnya

C. Radikalisme
Radikalisme dapat merujuk kepada :

Ekstremisme, dalam politik berarti tergolong kepada kelompok-kelompok kiri radikal,

ekstrem kiri atau ekstrem kanan.


Radikalisasi transformasi dari sikap pasif atau aktivisme kepada sikap yang
lebihradikal, revolusioner, ekstremis, atau militan. Sedangkan istilah Radikal
biasanya dihubungkan dengan gerakan - gerakan ektrem kiri, Radikalisasi tidak
membuat perbedaan seperti itu.
Radikalisme ialah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian,

penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya bila perlu menggunakan
cara-cara kekerasan. Menginginkan adanya perubahan total terhadap suatu kondisi atau
semua aspek kehidupan masyarakat. Kaum radikal menganggap bahwa rencana-rencananya
adalah rencana yang paling ideal. Di Inggris radikalisme merupakan hasil usaha untuk
melakukan perubahan terhadap parlemen.
Ada beberapa penyebab memunculkan radikalisme dalam bidang agama, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Pemahaman yang keliru atau sempit tentang ajaran yang dianutnya


Ketidak adilan sosial
Kemiskinan
Dendam politik dengan menjadikan ajaran agama sebagai satu motivasi untuk

membenarkan tindakannya
5. Kesenjangan sosial

Contoh Kasus
A. Tragedi WTC (11 September 2001)
Pasca peristiwa WTC 11 September 2001, pemberitaan media massa mengenai relasi
Islam dan terorisme menjadi konsumsi publik dan menjadi sorotan di tiap peristiwa
radikalisme di Indonesia maupun global. Fakta-fakta hiperbolis mengenai Islam dan
terorisme di kemas melalui stigmatisasi media massa dan berakibat pada kesimpulan tunggal
yang mengarah pada Islam sebagai biangkeladi aksi teror.
Prasangka agama dan bias ideologi menjadi muatan pemberitaan yang menjual.
Intensifnya pemberitaan mengenai terorisme membuktikan bahwa media memiliki perhatian
besar terhadap isu terorisme. Pemberitaan mengenai terorisme yang menstigmasi Islam

sebagai agama teror yang gencar dilakukan oleh media massa memperburuk citra Islam
sebagai agama yang membawa pesan perdamaian.
B. Tragedi Bom JW Marriot (5 Agustus 2003)
Pada 5 Agustus 2003, terjadi tragedi kemanusiaan dengan pengeboman di hotel JW Marriot,
Kuningan, Jakarta. Saat itu, pengeboman terjadi pada pukul 12.45 WIB, yang berasal dari
bom bunuh diri dengan menggunakan mobil Toyota Kijang bernomor polisi B 7426 ZN yang
dikemudikan oleh Asmar Latin Sani dan mengakibatkan 12 orang tewas dan mencederai 150
orang. Akibat peristiwa itu, Hotel JW Marriott ditutup selama lima minggu dan beroperasi
kembali tanggal 8 September 2003.
Selang, enam tahun kemudian tragedi serupa terjadi di JW Marriot, pada 17 Juli 2009. Hanya
saja kali ini, bom dilakukan dengan cara bom bunuh diri yang artinya menunjukkan bahwa
teroris masih terus bergentayangan.
C. Tragedi Norwegia (22 Juni 2011)
Penembakan membabi-buta terhadap ratusan orang di Utoeya, Norwegia, yang
menewaskan sedikitnya 92 orang jelas adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan dari
sudut pandang manapun. Peristiwa itu adalah teror untuk semua orang, bukan hanya di
Norwegia saja.
Bahkan, tragedi penembakan tersebut bisa kita sebut sebagai bencana kemanusiaan.
Betapa tidak, setelah mengebom kompleks kantor perdana menteri di Oslo, si pelaku dengan
dingin memberondongkan tembakan ke arah ratusan orang yang sedang berkumpul pada
acara perkemahan musim panas yang digelar Partai Buruh. Pelaku tindakan gila tersebut
diidentifikasi bernama Anders Behring Breivik, seorang yang terindikasi berpandangan
ekstrem kanan dan mengaku Kristen fundamentalis.
Tragedi Norwegia mengingatkan pada tragedi pengeboman Oklahoma pada 1995.
Bukan saja karena modusnya sama, yakni membeli beberapa ton pupuk yang kemudian
diracik menjadi bom. Namun, juga karena si pelaku juga dikungkung oleh pemahaman
sempit yang antitoleransi dan fobia terhadap ancaman-ancaman ideologis semu.

DAFTAR PUSTAKA

https://yayasanlazuardibirru.wordpress.com/2013/12/18/ekstremisme/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fundamentalisme
http://asrimahpangestiaa.blogspot.co.id/2015/09/dilematika-radikalisme-di-indonesia.html
http://rahmahhayati29.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai