Anda di halaman 1dari 9

Akhlak Terhadap Lingkungan

A. Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan


Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang berarti watak, budi pekerti, karakter, keperwiraan, kebiasaan.
Kata akhlq ini berakar kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan
kata Khliq (pencipta), makhlq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata ini
mengandung makna bahwa tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya harus
merefleksikan dan berdasarkan nilai-nilai kehendak Khliq(Tuhan). Akhlaq bukan hanya merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.Yang dimaksud
dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak benyawa.
B. Tinjauan Akhlak Terhadap Lingkungan
1. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Agama
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik,
serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa
membuat kerusakan dan polusi.
Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan
alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak
bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya.
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak
mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan sisi
yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan
hawa nafsu dan diciptakan oleh sang pencipta manusia. Sikap Islam dalam memperhatikan alam
lingkungan bertujuan demi kebaikan manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-
prinsip umum berikut ini:
o Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan semua yang
ada dilangit dan dibumi untuk memudahkan manusia. Allah berfirman: Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka didaratan dan dilautan,kami beri
mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan (Q.S Al-Israa:70).
o Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat terimplementasi
dalam beberapa hal sebagai berikut:
Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
Menunaikan amar maruf nahi munkar.
Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah kepada
Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta mewujudkan
kemaslahatan.

o Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa yang ada bumi.
Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan yang ada di
sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh ridho-Nya.
o Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan, meninggalkan hal-
hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia dan lingkungannya.
o Prinsip kelima
Interaksi manusia dengan alam lingkungan dengan tetap menjaga keseimbangan alam
lingkungan.
o Prinsip keenam
Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam
berakidah, beribadah, mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta
kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.
Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bagi
manusia. Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang fana ini, adalah beribadah
kepada Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas
membangun, mengelola, memanfaatkan, serta menjaga kelestarian alam lingkungan sesuai
dengan petunjuk-Nya.

2. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Etika


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh
filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi jika kita membatasi pada asal usul kata ini makaetika adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain dikatakan bahwa etika adalah
ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik dan buruk.
Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak 1953) arti etika
adalah:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Secara singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral, yaitu perbuatan yang
mengandung unsur kebaikan dan manfaat.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Budaya
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut mempunyai dasar
pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita, dasar pengetahuan itu adalah
budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut
kita menjadi awal mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka
menciptakan sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya.
Budaya itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.

Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada generasi
penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk tercipta dari ulah seseorang
atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di pekarangan
rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri bangun pagi,
mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
C. Macam Akhlak Terhadap Lingkungan
1. Akhlak TerhadapHewan
Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang
dengan cara :
a. memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : .Orang yang menunggangi
dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan. (HR. Bukhari)

b. menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : suatu ketika seorang laki-
laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat,
maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba
ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang
tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang ia
alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya,
sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang
tengah dalam kehausan itu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya.
Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: ya Rasulullah, apakah kami
memperoleh pahala dalam memberikan makanan dan minuman kepada hewan-hewan kami ?.
Nabi menjawab : tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi
pahala. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan
perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus
memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni
dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai
Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah
yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan
makanannya.
c. Menyayangi dan kasih sayang kepadanya, sebab Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah
bersabda ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah.

Allah mengutuk orang yang menjadikan sesutu yang bernyawa sebagai sasaran [HR Al-
Bukhari : 5515, Muslim : 1958] [Redaksi ini riwayat Ahmad : 6223]

Beliau juga telah melarang mengurung atau mengikat binatang ternak untuk dibunuh dengan
dipanah/ditombak dan sejenisnya [1], dan karena beliau juga telah bersabda. Siapa gerangan
yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-
anaknya. Beliau mengatakan hal tersebut setelah beliau melihat seekor burung berputar-putar
mencari anak-anaknya yang diambil dari sarangnya oleh salah seorang sahabat [HR Abu Daud :
2675 dengan sanad shahih]

d. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah Shallallahu


alaihi wa sallam telah bersabda, Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik)
atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam
pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan,
dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia
mempertajam mata pisaunya [HR Muslim : 1955]
e. Tidak menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan membuatnya kelaparan,
memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya atau
membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda : Seorang
perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia
masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula
memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan
serangga di bumi [HR Al-Bukhari : 3482]

Ketika beliau berjalan melintasi sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda.

Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api
[HR Abu Daud : 2675, hadits shahih]

f. Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking,
tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda, Ada lima macam hewan fasik yang boleh
dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih
punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali [HR Muslim : 1198]. Juga ada hadits
shahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya.

2. Akhlak terhadap Lingkungan sekitar


a. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan
cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam
pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw,
yang berbunyi :

Artinya : . Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,


kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan
tanaman itu adalah sadaqah. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).

Pada QS. al-Anam (6): 99, Allah berfirman ;









)99(

Terjemahnya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman.

b. Menghidupkan Lahan Mati


Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak
dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):

Terjemahnya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari padanya
mereka makan.

Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :


) 5(


)6(

Terjemahnya : Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan
sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari
( Barang siapa yang
pernyataan Nabi saw, dalam bagian matanhadis, yakni
menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).

Dalam hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang kosong adalah
bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang
menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan
yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar,
karena usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah
sumber-sumber produksi.
3. Akhlak terhadap Tumbuhan
a. Tidak merusak dan menebang pohon sembarangan, Allah swt. Berfirman dalam QS. al-
Naziat: 31-32.
.

artinya :(31)Dialah yang memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya. (32)dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. Dari
ayat tersebut, lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan manusia yaitu
dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak lingkungan hidup. Usaha-
usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian
lingkungan.
b. Tidak buang hajat dibawah pohon berbuah,Rasulullah Saw bersabda yang berarti :
Jangan buang air di lubang binatang, di jalan tempat orang lewat, di tempat berteduh, di
sumber air, di tempat pemandian, di bawah pohon yang sedang berbuah, atau di air yang
mengalir ke arah orang-orang yang sedang mandi atau mencuci." (HR. Muslim dan
Tirmidzi)
c. Membayar zakat hasil tanaman, dalam surat al-Baqarah ayat 267, Allah Swt berfirman,



Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu.
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui sahabat bacaan madani bahwa Allah Swt menyuruh
umatnya untuk menzakatkan hasil bumi yang dikelolanya, misalnya pertanian,
perkebunan, dan sebagainya dengan maksud, agar manusia saling berbagi terhadap
sesamanya. Selain itu zakat juga sangat bermanfaat untuk mensucikan harta kita. Dan
Allah Swt tidak akan membuat seseorang menjadi miskin jika mau mengeluarkan
sebagian hartanya untuk sesamanya yang kurang mampu.

http://www.bacaanmadani.com/2017/09/adab-terhadap-binatang-dan-tumbuhan.html
https://almanhaj.or.id/370-adab-terhadap-hewan.html
http://mrizawati.blogspot.co.id/2014/05/makalah-akhlak-terhadap-lingkungan.html

Anda mungkin juga menyukai