Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun Oleh :

Rina Gustina (J1A120018)

Charina Antafanny Ginting (J1A120042)

Kelas : R002

Dosen Pengampu : Dr. Yuni Ratna, S.P., M.P

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2020/2021
PENDAHULUAN

Konflik Israel dan Palestina sudah terjadi sejak 1949 yang disebabkan oleh masing-
masing pihak ingin mempertahankan wilayah yang di anggap sebagai tanah suci. Dilihat dari
sejarahnya Perang Dunia I terjadi pada Juli 1914 dimana Inggris adalah pemenang dari Perang
Dunia I yang kemudian memberikan wilayah kepada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour.
Karena peristiwa inilah, bangsa Yahudi mengganggap bahwa kawasan Palestina adalah tanah
mereka. Selain itu tanah ini juga disebutkan didalam Alkitab sebagai tanah perjanjian. Di lain sisi,
masyarakat Palestina mengganggap bahwa Inggris memaksakan pendirian Negara Yahudi di
kawaasan Palestina yang bertentangan dengan keinginan masyarakat Palestina dan masyarakat
Palestina juga menggangap negara-negara Barat berusaha untuk menyelesaikan masalah
pengungsi Yahudi di Eropa dengan merebut wilayah di negeri Arab.

Pada tahun terjadi 1938 pembantaian orang yahudi oleh Jerman Nazi. Peristiwa ini
mengakibatkan banyaknya masyarakat Yahudi yang mengungsi ke daerah Palestina tepatnya
daerah Yerusalem tersebut. Pada awalnya orang Yahudi pindah ke daerah tersebut sebagai
gerakan Zionisme. Namun, setelah selang beberapa waktu, mengingat adanya tanah yang di
janjikan oleh Inggris dan lokasinya berada di tempat mereka pindah, orang Yahudi mulai
mengusir masyarakat Palestina dari daerah tersebut dengan tujuan mengambil alih daerah
tersebut. Kedatangan orang Yahudi dalam jumlah besar ke Palestina, membuat masyarakat
Palestina marah, apalagi setelah perang dunia ke II, orang Yahudi jadi lebih leluasa untuk masuk
ke wilayah Palestina.

Pada 29 November 1947 PBB mengadakan sidang tentang permasalahan Palestina dan
keluarlah sebuah resolusi yang berisi pembagian wilayah Palestina yang sebelumnya adalah
wilayah mandate Inggris menjadi dua bagian yaitu untuk orang Yahudi dan untuk orang Arab
(Palestina). Namun, solusi tersebut di tolak oleh pihak Muslim karena mereka menuntut wilayah
Palestina seutuhnya.
PEMBAHASAN

Pada masa Perang Dunia II dimana di Eropa terjadi pembantian kepada orang-orang
Yahudi, semakin membuat bangsa Yahudi bergairah untuk dapat kembali ke wilayah Palestina.
Keberadaan Inggris di Palestina justru tidak berfungsi dengan baik dan tidak sesuai dengan apa
yang LBB harapkan dalam menugaskan Inggris sebagai mandat atas wilayah Palestina.
Ketidakmampuan Inggris dalam mengurus Palestina justru dijadikan kesempatan Yahudi untuk
memproklamasikan berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Hal ini justru didukung oleh
Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam mendirikan negara Israel. Namun dari sisi Palestina, ia
tetap memperjuangkan kemerdekaannya, dan didapatkan pada 1988, meskipun belum diakui
secara Internasional hingga saat ini Palestina tetap memperjuangkan haknya di Forum
Intenasional.

Pada tahun 1948, terjadi perang antara masyarakat Muslim dan Yahudi di Palestina.
Dalam perang ini, Yahudi-Israel mampu mengalahkan Islam-Palestina dan menggagalkan
pendirian negara Palestina. Kekalahan tersebut menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat
Islam-Palestina. Mereka terpecah menjadi beberapa golongan dan mayoritas wilayah Palestina
dikuasai oleh Yahudi-Israel. Pada tahun 1964, perjuangan Islam-Palestina kembali muncul
dengan didirikannya Palestine Liberation Organization (PLO) pada 1964. PLO bertujuan untuk
mendirikan negara Palestina yang berdaulat melalui perang maupun diplomasi. PLO aktif dalam
melakukan perlawanan gerilya kepada pendudukan Israel. Selain itu, mereka juga berusaha
menggalang dukungan dari negara-negara muslim Arab dan internasional dalam forum PBB.
Konflik belum berakhir dan kembali memanas pada 1967 karena Israel kembali merebut jalur
Gaza dan kawasan Sinai hingga Tepi Barat serta Yerusalem Timur dari Yordania. Di tengah
kondisi perang, Israel sempat menawarkan pengembaliaan wilayah dengan sejumlah imbalan.
Namun, tawaran tersebut jelas di tolak oleh Palestina.

Perjuangan PLO dan Islam-Palestina mendapatkan hasil pada 15 November 1988 dengan
proklamasi kemerdekaan Palestina. Proklamasi tersebut mendapat pengakuan dari 20 negara
dunia, termasuk Indonesia. Di sisi lain, Israel, Amerika Serikat, dan beberapa negara Barat
menolak proklamasi kemerdekaan Palestina. Hal tersebut menyebabkan konflik antara Israel dan
Palestina masih tetap berlangsung hingga sekarang. Dampak konflik Palestina dan Israel
beberapa dampak dari konflik Palestina dan Israel bagi dunia internasional, di antaranya:
Munculnya sentimen anti Yahudi di beberapa negara Islam Munculnya solidaritas umat Islam
dunia untuk mendukung perjuangan Palestina Terjadi krisis politik dan keamanan di kawasan
Timur Tengah.

Proses perdamaian pun dilakukan antara kedua Negara ini melalui proses perdamain Oslo
pada tahun 1993. Pada tahun 1996 kerusuhan terjadi di terowongan Al-Aqsa. Kerusuhan ini
terjadi beberapa hari dan menelan banyak korban. Israel terus melakukan serangan terhadap
Palestina. Serangan Israel meningkat pada tahun 2008 di Gaza. Israel meluncurkan roket di
wilayah Hamas dan warga sipil pun ikut berjatuhan. Hamas pun membalas perbuatan yang telah
dilakukan oleh Israel. Warga sipil Palestina yang telah menjadi korban membuat konflik antara
kedua Negara tersebut memanas. Israel memblokade semua bantuan yang akan diberikan kepada
warga Palestina. Pada akhir tahun 2008 sampai 22 Januari 2009 serangan mereka begitu gencar
melancarkan bom, sehingga menghancurkan sekolah, rumah ibadah dan sarana umum di
samping rumah hunian penduduk.

Palestina adalah bangsa yang samapai saaat ini berusaha mendapatkan kedaulatan didunia
internasional. Dikarenakan konflik perebutan tanah antara Israel dan Palestina yang
menyebabkan hilangnya ribuan nyawa masyarakat Palestina, hal ini menarik perhatian dunia
yang tertuju pada kasus kekerasan terhadap anak dan wanita oleh tentara Israel. Orang-orang
Palestina, dari yang paling muda hingga yang paling tua, menentang kekerasan dan penindasan
oleh militer Israel dengan lemparan batu yang dapat mereka temukan. Peristiwa yang telah
terjadi membuat dunia melirik dan ingin membantu warga sipil yang tidak berdosa di wilayah
Palestina. Bantuan kemanusiaan diberikan oleh Negara-negara yang bersimpati kepada Palestina.
Konflik yang terjadi tidak membuat PBB berdiam diri. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan
resolusi-resolusi agar Israel untuk mundur dan tidak melakukan lagi penyerangan terhadap
Palestina. Resolusi yang dikeluarkan oleh PBB tidak membuat Israel tidak melakukan
penyerangan justru mengabaikan resolusi-resolusi tersebut.

Akhir-akhir ini konflik Israel dan Palestina kembali memanas karena pada 9 Mei polisi
Israel menyerang Masjid Al-Aqsa. Sebagai balasannya pada tanggal 10 dan 11 Mei Hamas dan
jihad Islam Palestina meluncurkan 400 roket ke wilayah Israel, Israel merespon serangan
tersebut dengan melakukan serangan udara ke wilayah Gaza. Kemenangan sementara Palestina
ini disampaikan oleh pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya dalam pidatonya di jalur Gaza yang
mengatakan kesepatakan gencatan senjata adalah wujud kemenangan Palestina. Dalam
kesepakatan gencatan senjata tersebut, disebutkan agar tidak melakukan pengemboman dan juga
tidak melakukan sabotase infrastruktur publik.

Indonesia berdasarkan kapasitasnya sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di


dunia telah mengambil upaya-upaya untuk menengahi konflik Arab-Israel, khususnya konflik
Israel-Palestina. Posisi Indonesia sejak lama mendukung terus berlanjutnya proses penyelesaian
damai Timur Tengah serta menyatakan komitmenya bagi kemerdekaan Palestina dan
pembentukan negara Palestina yang berdaulat dan langgeng serta hidup berdampingan secara
damai dengan Israel. Kebijakan Indonesia terhadap konflik Israel-Palestina telah konsisten untuk
memperjuangkan terwujudnya perdamaian di Timur Tengah. Hal tersebut tidak lepas dari
kepribadian nasional, kebudayaan, idiologi, sejarah masa lampau, lokasi geografik negara
Indonesia yang mempunyai peranan dalam penentuan politik luar negerinya.

Selama ini kebijakan Indonesia terhadap konflik Israel-Palestina telah konsisten untuk
memperjuangkan terwujudnya perdamaian di Timur Tengah. Indonesia secara konsisten
mendukung perjuangan bangsa Palestina berdasarkan Resolusi DK-PBB No. 242 tahun 1967 dan
No. 338 tahun 1973, yang menyebutkan pengembalian tanpa syarat semua wilayah Arab yang
diduduki Israel dan pengakuan atas hal-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya
sendiri. Kebijakan politik luar negeri Indonesia dengan tegas mendukung kemerdekaan Palestina
dan mengecam keberadaan Israel.

Bagi Indonesia sendiri menghargai dan menghormati agama dan kepercayaan orang lain
yang berbeda dengan kita merupakan pengamalan sila pertama yang mana berbunyi KeTuhanan
Yang Maha Esa. Dari konflik ini nyatanya Israel tidak menghargai agama dan kepercayaan dari
Muslim Palestina (konflik 10 mei). Selanjutnya membela, mendukung, dan menyuarakan
kemerdekaan rakyat Palestina sama dengan mengamalkan nila sila ke-2 yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab. Tidak ada tempat untuk penindasan terhadap kemanusiaan. Sila kedua
Pancasila jelas memandang bahwa negara memperlakukan setiap warga negaranya atas dasar
pengakuan dan penghormatan harkat dan martabat manusia dan nilai kemanusiaan yang tumbuh
dari harkat dan martabatnya itu. Tindakan yang dilakukan oleh Israel dinilai tidak sesuai dengan
pancasila, yang mana terdapat pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradap.
Perlakuan kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina sudah membuat banyak anak dan
wanita yang tak berdosa menjadi korban. Bukan hanya pada sila pertama dan kedua, namun
tindakan Israel juga melenceng dari sila-sila Pancasila. Palestina jug mendapatkan diskriminasi
dari Negara Internasional dan juga Palestina tidak mendapatkan kesejahteraannya. Seperti yang
diketahui bahwa Palestina sudah merdeka sejak 1988 namun, belum mendapatkan pengakuan
dari Amerika Serikat, Inggris, terutama Israel.

Pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa sesungguhnya


kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Dari kalimat ini maka Indonesia harus mendukung
kemerdekaan Palestina. Ada pula tujuan Negara Indonesia yang masih terdapat pada pembukaan
UUD 1945 yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarakan kemerdekaan,
perdamaian abadi. Selain tidak sesuai dengan Nilai Pancasila dan UUD konflik antara Israel dan
Palestina ini juga tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusia, dikarenakan adanya konflik ini
banyak sekali nyawa yang menghilang terutama anak-anak dan wanita. Sampai sekarang tercatat
setidaknya ada 244 orang tewas selama konflik antara Hamas dengan Israel termasuk 65 anak-
anak terbunuh. Selain banyaknya nyawa yang hilang hak lain yang dilaggar adalah pembangunan
pemukiman Yahudi secara illegal, penghancuran infrastruktur, penggusuran rumah warga sipil
Palestina, pembantaian warga Palestina dan penangkapan anak-anak, serta penyiksaan di penjara
yang dilakukan oleh Israel hingga menyebabkan penderitaan bagi bangsa Palestina.

Selain menurut pandangan Pancasila dan pembukaan UUD 1945, konflik ini juga dapat
di kaji berdasarkan materi Pembelajaran. Materi pembelajaran “DINAMIKA HISTORIS DAN
URGENSI WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN
KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA”.
Pada materi ini ditekankan bahwa Indonesia ikut serta dalam perdamaian konflik Internasional
terutama dalam Konflik Israel dan Palestina ini terbukti dengan adanya bantuan kemanusiaan
seperti tenaga medis, makanan serta obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2013. Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.

Nurjannah, Emilia Palupi, and M. Fakhruddin. 2019. “Deklarasi Balfour : Awal Mula Konflik
Israel Palestina.” Jurnal Sejarah Dan Pendidikan Sejarah 1(1):15–26.

Noviar, M. I. 2008. “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik Palestina Pasca Agresi
Israel Di Jalur Gaza (2008).” Repository.Uinjkt.Ac.Id (2008).

F, Keifer GEffenberger. 1967. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. 1–49.

Israel, Konflik, Besar Amerika, Tel Aviv, Besar Amerika, and Tel Aviv. 2019. “Universitas
Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional Kepentingan Nasional Amerika Serikat Dalam Universitas Katolik
Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan In.”

Hamli, Moh. 2013. “Konflik Israel-Palestina Kajian Historis Atas Kasus Perebutan Tanah Antara
Israel Dan Palestina (1920- 1993) Skripsi.” Skripsi.

Si, Konsep Al-jiha D. As-siya, Partai Keadilan, Sejahtera Pks, Dalam Perspektif, and A. L. Fiqh.
2009. “Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari ’ Ah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.”

Indonesia, Universitas. 1985. “Hussein-Mac Mahon Correspondence.” 1–9.

MAYRA, GUALLICHICO. 2013. “Konflik Israel-Palestina.” Journal of Chemical Information


and Modeling 53(9):1689–99.

Violita, Selvy. 2010. “Bab 3 Latar Belakang Sejarah Konflik Antara Israel Dan Palestina.”
Lib.Ui.Ac.Id (1998):34–78.

Muchsin, Misri A. 2015. “PALESTINA DAN ISRAEL: Sejarah, Konflik Dan Masa Depan.”
MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 39(2):390–406. doi: 10.30821/miqot.v39i2.32.

Anda mungkin juga menyukai