2)
PERAN AKTIFF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN DAN
DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI GLOBAL
D. MasalahPalestina
Seorang wanita muda asal Palestina, relawan tenaga medis yang berjiwa
mulia, harus meregang nyawa saat berusaha mengobati pejuang Palestina yang
terluka. Wanita itu bernama Razan Al-Najjar, masih berusia 21 tahun dan
tentunya memiliki mimpi bahwa suatu saat, tanah kelahirannya itu menjadi
tanah yang tenang dan aman. Bebas dari peperangan.
Namun sayang, sebelum mimpinya itu terwujud, Ia harus tewas di tangan
tentara Israel. Ia berusaha mengangkat tangan pada saat itu, namun, selongsong
peluru yang berasal dari senapan tentara Israel berhasil menembus dadanya.
Najjar sempat berusaha diselamatkan oleh anggota-anggota medis yang saat itu
berada di lokasi. Akan tetapi, semua usaha penyelamatan tidak berhasil. Najjar
pun gugur dalam keberanian dan kemuliaan. Dunia pun marah saat itu juga.
Razan Al-Najjar bukanlah satu-satunya. Ribuan anak Palestina tak
berdosa pun harus kehilangan nyawa. Ya! Semua itu karena
perang yang terjadi antara Palestina dan Israel. Setiap harinya,
rakyat Palestina hidup dalam teror. Untuk sekedar makan, ibadah,
bahkan tidur, mereka harus tetap siaga dan terjaga. Kamu bisa
bayangkan kan bagaimana rasanya hidup dalam situasi
peperangan?
Perang yang terjadi antara Palestina dan Israel ini sudah terjadi
sejak lama. Najjar adalah satu di antara ribuan manusia yang
tewas dalam perang itu. Lalu, kenapa perang itu harus terjadi?
Apa yang membuatnya tidak pernah bisa diselesaikan?
Masalah Palestina merupakan sengketa akibat pendudukan yang
dilakukan oleh Israel di wilayah Palestina. Masalah ini bermula dari
munculnya gerakan Zionisme yang dipelopori oleh Theodor Herzl
pada 1895. Herzl merupakan ketua komunitas Yahudi yang berada
di Inggris.
Zionisme adalah suatu paham dan juga gerakan yang bersifat
politis, rasial, dan ekstrim. Tujuannya adalah menegakkan negara
khusus bagi bangsa Yahudi. Pada saat itu pemerintah Inggris
meminta dukungan kepada Herzl untuk mendukung Inggris selama
Perang Dunia I berlangsung. Herzl pun memiliki syarat. Ia meminta
pemerintah Inggris untuk mendukungnya membangun sebuah
negara. Inggris pun setuju untuk mendukungnya. Hingga kemudian
pada tanggal 2 November 1917 tercipta sebuah perjanjain yang
bernama Belfour Declaration.
Perjanjian yang tercipta itu
ternyata ditentang oleh
bangsa Arab Palestina,
karena mereka tidak
dilibatkan dalam
perumusan
perjanjian Belfour
Declaration. Menanggapi
hal itu, Inggris kemudian
mempertemukan secara
langsung komunitas Yahudi
tadi dengan bangsa
Palestina pertemuan itu
akhirnya
menghasilkan White
Paper pada 20 Oktober
1930.
Kalau dilihat dari isi White Paper, sudah jelas dong pihak
Palestina yang diuntungkan. Kemudian pada tahun 1933, NAZI di
bawah pimpinan Adolf Hitler menangkapi orang-orang Yahudi
yang berada di Jerman. Alasannya karena orang Yahudi dianggap
mengganggu keturunan bangsa Jerman. Akhirnya orang-orang
Yahudi mulai bermigrasi ke Palestina untuk menghindari
perburuan NAZI Jerman.
Kedatangan orang-orang Yahudi dalam jumlah besar ke
Palestina, membuat rakyat Palestina marah. Apalagi, setelah
Perang Dunia II, orang-orang Yahudi menjadi lebih leluasa masuk
ke wilayah Palestina. Melihat hal itu, PBB akhirnya turun tangan
dengan membentuk United Nations Special Commission on
Palestina (UNSC).
Pada 29 November 1947, PBB memutuskan untuk membagi
wilayah Palestina berdasarkan Resolusi PBB No. 181 (II). Wilayah
Palestina yang sebelumnya adalah wilayah mandat Inggris dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagi kelompok Arab Palestina dan
Yahudi.
Perang demi perang terus terjadi antara Palestina dengan Israel.
Gerakan Zionisme ini tidak pernah berhenti. Mereka terus
berusaha merebut tanah wilayah bangsa Palestina demi tujuan
utamanya, yaitu berdirinya sebuah negara bagi kaum Yahudi.
Sampai hari ini, wilayah Palestina yang amat luas itu terus
berkurang akibat pendudukan yang dilakukan Israel hingga saat
ini.
Lalu, di mana Indonesia? Apakah diam saja? Oh tentu tidak. Indonesia banyak
melakukan usaha demi terciptanya perdamaian antar keduanya.
Hubungan antara bangsa Indonesia dengan Palestina sudah terjalin sebelum
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Seperti
diadakannya Congres Al-Islam Indonesia pertama yang dilaksanakan di
Surabaya pada tanggal 26 Februari-1 Maret 1938.
Palestina mempunyai peran penting dalam kehidupan bangsa Indonesia,
seperti memberikan dukungan atas janji kemerdekaan yang dicetuskan oleh
Perdana Menteri Koiso. Selain Palestina, Indonesia juga turut aktif
mendukung kemerdekaan Palestina.
Mulai dari masa
kepemimpinan Presiden
Soekarno sampai Joko
Widodo, Indonesia tetap
konsisten mendukung
kemerdekaan Palestina.
Mulai dari ketidaktersediaan
Indonesia membuka
hubungan diplomatik
dengan Israel, sampai
mengirimkan dan
menyediakan kebutuhan
makanan dan kesehatan,
serta berbagai bentuk
dukungan lainnya.
E.Dampak Peran Indonesia terhadap Politik dan Ekonomi Global
Situasi Perang Dingin dengan terjadinya ketegangan anatara Blok Timur yang
dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Barat yang dipimpin oleh Uni Soviet,
menuntut Indonesia menyikapi situasi yang ada.
Garis kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, mendorong
Indonesia untuk bersikap netral dengan tidak memihak salah satu blok yang ada.
Namun, Indonesia juga turut berperan aktif dalam menjaga stabilitas keamanan
dan perdamaian dunia, baik di kawasan ASEAN maupun dunia. Sebagai negara
berkembang Indonesia juga turut berperan aktif dalam menghidupkan dialog
konstruktif utara-selatan berdasarkan saling ketergantungan yang setaraf,
kesamaan kepentingan, serta tanggung jawab bersama.
Selain itu, Indonesia juga secara konsisten menyuarakan hak-hak rakyat
Palestina, termasuk berdirinya negara Palestina yang merdeka.
MATERI :
BAB.3
PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG
DINGIN DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI
GLOBAL