Anda di halaman 1dari 7

KONFLIK DI PALESTINA DAN ISRAEL

Kelompok 1
1. Elzaria Silaban
2. Feriani Etika Kristin Aritonang
3. John Pedrik Gurning
4. Khairunisyah
5. Kristiani Mandiri. Br. Sitompul
6. Lusiani

SMA Negeri 11 Kota Jambi


Tahun 2023

Latar Belakang
Konflik Palestina dan Israel telah berlangsung sejak awal 1900-an ketika wilayah yang sebagian besar
Arab dan Muslim masih menjadi bagian Kekaisaran Ottoman. Tetapi usai Perang Dunia I, Inggris
mendapatkan mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk membantu mendirikan negara bagi orang-
orang Yahudi di wilayah tersebut. Ratusan ribu orang Yahudi pindah ke daerah itu sebagai gerakan
Zionisme.

Zionisme bagi orang Yahudi adalah untuk melarikan diri dari penganiayaan dan mendirikan negara
sendiri di tanah yang dianggap sebagai tanah leluhur mereka. Sejumlah besar orang Yahudi Timur
Tengah juga pindah ke Israel, entah untuk menghindari kekerasan anti-Semit atau karena diusir
secara paksa. Kekerasan komunal antara orang Yahudi dan Arab di Palestina mulai di luar kendali.
Pada 1947, PBB menyetujui rencana membagi Palestina menjadi wilayah, yaitu untuk orang Yahudi
yang disebut Israel dan untuk orang Arab yang disebut Palestina. Sedangkan Yerusalem, kota suci
bagi orang Yahudi dan Muslim, menjadi zona internasional khusus.

Tetapi rencana itu tidak pernah terlaksana. Para pemimpin Arah di wilayah itu menganggap rencana
itu sebagai pencurian kolonial Eropa dan menginvasi Palestina untuk menjaga Palestina tetap
bersatu. Pasukan Israel memenangkan perang 1948, tetapi Israel mengklaim tanah melampaui batas
yang ditentukan PBB. Israel menduduki tanah yang telah menjadi bagian Palestina, termasuk bagian
barat Yerusalem. Israel juga mencabut akar dan mengusir seluruh bangsa Palestina. Akibatnya
sekitar 700.000 orang Palestina mengungsi. Keturunannya sekarang mencapai 7 juta orang dan
masih dianggap sebagai pengungsi.

Perang 1948 berakhir dengan Israel mengendalikan semua wilayah yang saat ini ditandai di peta
sebagai Israel. Kecuali Tepi Barat (West Bank) dan Gaza, yang menjadi tempat sebagian besar warga
Palestina melarikan diri, dan sekarang dianggap sebagai wilayah Palestina. Banyak juga orang
Palestina yang berada di kamp – kamp pengungsi di negara – negara tetangga. Hingga saat ini,
beberapa hal masih menjadi perdebatan dan perebutan. Seperti perbatasan antara Palestina dan
Israel, status para pengungsi Palestina dan status Yerusalem. Dimensi utama konflik pertama
Palestina dan Israel dimulai pada 1948. Konflik kedua Palestina dan Israel dimulai pada 1967, ketika
Israel menempatkan kedua wilayah Palestina di bawah pendudukan militer.

Konflik Israel dan Palestina dapat dikatakan sebagai perang kedaulatan. Di mana, beberapa pihak
saling berebut kekuasaan atas satu daerah tertentu. Nah, berikut ini adalah pihak-pihak yang
terlibat.

 Palestine Liberation Organization, yakni organisasi pembebasan Palestina yang mempunyai


tujuan untuk memerdekakan Palestina.
 Hamas & Fatah yakni dua partai politik yang paling dominan di Palestina.
 Jihad Islamiyah, yakni organisasi perlawanan Palestina yang mempunyai misi
menghancurkan negara Israel dan mendirikan negara Islam.
 Otoritas Palestina alias pemerintah Palestina.
 Jalur Gaza, yakni pihak yang berada di kawasan di pantai timur Laut Tengah yang berbatasan
dengan Mesir dan Israel.

(Peta Jalur Gaza)

Konflik antara Israel dan Palestina sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1900-an.

Saat itu, wilayah tersebut masih dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman. Namun setelah Perang Dunia 1,
Inggris mendapat mandat dari LBB (Liga Bangsa-Bangsa) untuk membantu mendirikan negara bagi
masyarakat Yahudi di wilayah yang sekarang ditempati oleh Palestina.

Kemudian, ratusan ribu masyarakat Yahudi pun mulai pindah ke wilayah tersebut. Gerakan ini pun
dikenal dengan Gerakan Zionisme, yakni gerakan masyarakat Yahudi yang mendukung didirikannya
negara yang disebut sebagai tanah Israel.

Lalu di tahun 1947, terjadi konflik kekerasan yang melibatkan warga Yahudi dengan warga Muslim di
Palestina. Sehingga, pada tanggal 29 November 1947 PBB membuat Resolusi PBB No. 181 yang
menyarankan agar wilayah Palestina dibagi menjadi dua, yakni Israel untuk warga Yahudi dan
Palestina untuk warga Arab. Sementara itu, Kota Yerusalem yang merupakan kota suci bagi Yahudi
maupun Muslim menjadi wilayah internasional khusus.

Tak lama kemudian di tahun 1948, terjadi perang antara Israel dan Palestina di mana pasukan Israel
memenangkan perang dan mulai mengklaim wilayah Palestina lainnya. 

Hingga akhirnya, Israel mulai menduduki wilayah yang menjadi bagian Palestina hingga Yerusalem
Barat, kecuali Tepi Barat dan Gaza.

terdapat beberapa alasan yang membuat konflik kedua wilayah ini tak kunjung selesai. Misalnya saja
faktor klaim agama, di mana bangsa Yahudi menganggap kalau wilayah Palestina merupakan tanah
yang telah dijanjikan oleh Tuhan mereka. 

Selain itu, minimnya dukungan dari liga Arab juga membuat konflik Palestina dan Israel tak kunjung
selesai. 

Akhir Perang
Pasca Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1947 PBB mengadakan sidang terkait permasalahan
Palestina. Sidang ini menghasilkan Rencana Pembagian PBB, dimana rencana ini membagi Palestina
menjadi dua negara, satu negara Arab, dan satu negara Yahudi.

Tentu keputusan ini ditolak mentah-mentah oleh pihak Muslim Palestina. Puncaknya, pada tahun
1948 meletus perang antara masyarakat Muslim dan Yahudi di Palestina. Perang dimenangkan oleh
pihak Yahudi- Israel dan membuat mayoritas wilayah Palestina dikuasai oleh Israel. Di lain pihak,
komunitas Muslim Palestina terpecah dan kekuatannya semakin melemah.

Israel akhirnya berhasil menguasai semua wilayah yang disengketakan, kecuali Tepi Barat serta
bagian timur Yerusalem yang dikuasai Yordania, serta Gaza yang dikuasai oleh Mesir. Selanjutnya,
perang demi perang terus berkobar di wilayah tersebut. Salah satunya adalah Perang Enam Hari
pada tahun 1967, dimana militer Israel mengalahkan gabungan pasukan Mesir, Suriah, dan Yordania.

Sebagai hasil dari Perang Enam Hari, Israel berhasil merebut wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur
dari Yordania. Semenjak saat itu, negara Israel terus memperkuat militernya dan menjadi salah satu
kekuatan militer yang disegani di dunia. Didukung oleh penguasaan teknologi yang maju, Israel
menempati peringkat ke 20 dalam hal kekuatan militer berdasarkan data Global Fire Power tahun
2021.

Konflik Dengan Palestina Saat Ini Konflik yang terjadi antara kedua belah pihak terus berulang dan
mengalami evolusi, mulai dari pertumpahan darah akibat peperangan hingga sengketa penguasaan
wilayah. Pada tahun 2021, dendam dan kebencian yang sudah lama terpendam kembali tumpah dan
pertempuran tidak terhindarkan. Kali ini, konflik melibatkan salah satu faksi organisasi di Palestina
yaitu Hamas dengan Pemerintah Israel.

Awal mula konflik terjadi selama Bulan Ramadan hingga menjelang hari raya Idul Fitri lalu. Bermula
dari upaya Israel menggusur warga Palestina yang bermukim di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur yang
direspons dengan unjuk rasa oleh warga Palestina. Ketegangan kembali meningkat di Masjid Al-Aqsa,
dimana kepolisian Israel membubarkan warga Palestina di Yerusalem yang sedang melaksanakan
ibadah salat tarawih.
Puncaknya, pada 10 Mei Hamas menembakkan roket ke arah Tel Aviv, ibu kota Israel dan sejumlah
wilayah yang dikuasai Israel lainnya. Klaim Hamas, aksi tersebut merupakan pembalasan atas agresi
Israel di Yerusalem.Israel lalu membalasnya dengan serangan mematikan di Gaza, daerah kekuasaan
Hamas. Tanggal 11 Mei Hamas membalas dengan menghujani roket di Tel Aviv, setelah serangan
udara Israel menghancurkan sebuah blok gedung bertingkat di Gaza yang diklaim berisi kantor-
kantor Hamas. Hari-hari berikutnya Israel terus membombardir segala penjuru Gaza menggunakan
drone dan jet-jet tempur. Sejumlah bangunan dihancurkan, ratusan korban jiwa war Palestina dan
Israel berjatuhan. Hingga pada Jumat, 21 Mei 2021 pukul 02.00 dini hari waktu setempat, Hamas dan
Pemerintah Israel mengumumkan gencatan senjata yang berlangsung hingga saat tulisan ini dibuat.

A. Deklarasi Balfour
Konflik antara Palestina dan Israel berawal dari sebuah surat bertanggal 2november
1917 .Surat tersebut dari Mentri luar negeri Inggris, Arthur James Balfour yang ditujukan
kepada Lord Rothschild Walter, seorang anggota terkemuka komunitas Yahudi Inggris.
Dalam surat itu, Balfour menyatakan Inggris akan mendukung aspirasi Zionis dengan
memfasilitasi pembentukan "sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi" di Palestina.
Surat itu menyatakan bahwa pemerintah Inggris mendukung Zionis untuk mendirikan
negara bagi Yahudi di Palestina, dengan syarat tidak merugikan hak-hak Palestina.
Pada 14 Mei 1948, PBB mengeluarkan resolusi yang membagi wilayah Palestina menjadi tiga
bagian yaitu wilayah Arab-Palestina, wilayah Israel, dan Yerussalem. Hasil dari pembagian
wilayah adalah 54% dari wilayah diserahkan untuk Israel sedangkan sisanya untuk Palestina
yakni 46%. Apabila ditinjau dari segi jumlah penduduk yang ada antara Israel dan Palestina,
prosentase masyarakat Israel yakni bangsa Yahudi hanya berkisar 31,5% dari populasi yang
ada. Hal inilah yang menimbulkan reaksi dari rakyat Palestina untuk memperjuangkan
kemerdekaan di tanah mereka sendiri. Sementara bangsa Yahudi menganggap pembagian
yang telah dilakukan itu tidaklah cukup. Mereka menginginkan wilayah yang lebih luas. Sejak
itulah konflik antara keduanya berlangsung hingga saat ini.
B. Agresi Militer Israel Ke Jalur Gaza
Dalam upaya perdamaian konflik Israel- Palestina, PBB menjadi mediator yang berusaha
untuk memediasi kepentingan antara Palestina dan Israel. Selain itu, terdapat banyak
resolusi yang dikeluarkan oleh PBB yang memengaruhi konflik antara Israel-Palestina.
Mediasi yang dilakukan oleh PBB adalah usaha diplomatik yang ditujukan untuk
penyelesaian konflik Israel-Palestina. Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 242
dan 338, PBB telah terlibat dalam setiap upaya negosiasi Israel-Palestina, secara tidak
langsung. Keterlibatan PBB tersebut telah dimulai sejak tahun 1947, yaitu pemisahan
Palestina menjadi Negara Yahudi, Negara Arab, dan Yerussalem melalui Resolusi 181.
Selain itu, penyelesaian konflik antara keduanya juga dilakukan melalui berbagai
perundingan seperti berikut ini.
1. Konferensi Madrid tahun 1991. Konferensi ini mampu mempertemukan Palestina dan
Israel dalam satu meja. Akan tetapi perundingan ini gagal dan tidak menghasilkan suatu
keputusan.
2. Konferensi Oslo tahun 1993. Dalam konferensi ini dicapai suatu kesepakatan
terbentuknya pemerintahan mandiri rakyat Palestina yang meliputi wilayah Gaza, Jericho,
dan Tepi Barat melalui pembentukan Otoritas Palestina. Yasser Arafat ditunjuk sebagai
pemimpin Otoritas Palestina dan pemilihan umum dipersiapkan hingga akhirnya Yasser
Arafat dipilih menjadi Presiden Otoritas Palestina pada tahun 1996. Sejak itu pemerintahan
otoritas Palestina menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah dan diakui dunia
internasional sebagai pemerintahan rakyat Palestina.
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel tidak hanya melibatkan kedua negara saja.
Akan tetapi dalam perkembangannya mampu menarik perhatian pihak lain untuk turun
tangan. Selain di Palestina, konflik juga terjadi di beberapa negara di Timur Tengah yang
berawal dari masalah intern, yang kemudian meluas ke seluruh wilayah Arab, dan terkenal
dengan Arab Spring.

Dampak Konflik Palestina dan Israel


Terdapat beberapa dampak konflik Palestina dan Israel, salah satunya terhadap
perekonomian Indonesia. Pasalnya, ketika konflik ini melebar tentu akan melibatkan banyak
negara Timur Tengah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kenaikan harga minyak dunia
sehingga berdampak besar bagi perekonomian Indonesia.
Selain itu, dampak negatif juga akan dirasakan pada sebagian besar anak-anak di Palestina.
Pasalnya, akan ada banyak anak yang mengalami perasaan trauma karena perebutan
wilayah ini seringkali melibatkan angkatan bersenjata.
255 Korban Jiwa
Mengutip dari Kompas, jumlah korban tewas akibat konflik ini baik dari warga Israel maupun
Palestina berjumlah 255 orang. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, setidaknya terdapat 243
warga Palestina yang menjadi korban jiwa, 66 diantaranya adalah anak-anak. Sementara itu,
mengutip Al Jazeera, korban jiwa dari Israel sebanyak 12 orang, termasuk 2 anak-anak.

Dari sisi kerugian materiil, otoritas Palestina menyebutkan kerugian mencapai 322 juta dolar
Amerika Serikat akibat rentetan serangan udara yang dilakukan oleh militer Israel selama 11 hari.
Kementerian Perumahan Hamas menyebutkan sebanyak 16.800 rumah rusak akibat pengeboman
yang dilakukan militer Israel. Dari jumlah tersebut, 1.800 rumah sudah tidak layak huni, dan ribuan
unit rumah lainnya hancur rata dengan tanah
(Peta Wilayah Israel)

Anda mungkin juga menyukai