DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
A. PALESTINA
B. HAMAS
1
C. ISRAEL
Israel pertama kali muncul pada akhir abad ke-13 SM dalam Prasasti Merneptah
Mesir, yang merujuk pada suatu bangsa[1]. Bangsa Israel didirikan oleh orang-orang
Yahudi yang menetap di Tanah Kanaan, yang kemudian dikenal sebagai Tanah Israel.
Mereka dan istri mereka dimakamkan di Gua Makhpelah, Makam Para Leluhur, di
Hebron. Pada tahun 63 SM, Romawi menaklukkan wilayah Israel, yang kemudian
dikenal sebagai Yudea. Pada tahun 70 M, Romawi menghancurkan Kuil Kedua di
Yerusalem dan mengusir orang Yahudi dari wilayah tersebut.
Pada akhir abad ke-19, gerakan Zionisme muncul, yang mendorong pendirian
negara Yahudi di Palestina. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour,
yang menyatakan dukungan untuk pendirian negara Yahudi di Palestina. Inggris
kemudian mendapatkan Mandat Liga Bangsa-Bangsa atas Palestina pada tahun 1922.
Kemerdekaan Israel : Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, ketua Agensi Yahudi untuk
Palestina, menyatakan kemerdekaan Negara Israel, satu hari sebelum Mandat Inggris
berakhir. Hal ini diikuti oleh perang antara Israel dan negara-negara Arab.
Konflik antara Israel dan negara-negara Arab telah berlangsung selama beberapa
dekade. Konflik ini melibatkan berbagai masalah, termasuk perbatasan, pengungsi
Palestina, dan status Yerusalem. Beberapa negara Arab telah menormalisasi hubungan
dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan
Sudan. Perjanjian ini merupakan bagian dari upaya untuk memperbaiki hubungan antara
Israel dan negara-negara Arab.
Israel memiliki ekonomi yang maju dan berkembang pesat, dengan fokus pada industri
teknologi tinggi seperti pengembangan perangkat lunak, telekomunikasi, dan
bioteknologi. Negara ini dikenal sebagai "Start-up Nation" karena banyaknya perusahaan
teknologi inovatif. Namun konflik antara Israel dan Palestina masih menjadi masalah
besar di Timur Tengah. Konflik ini melibatkan berbagai masalah, termasuk perbatasan,
pengungsi Palestina, dan status Yerusalem.
2
D. AWAL PERMASALAHAN
Awal mula konflik Israel-Palestina ini setelah berdirinya negara Israel pada 1948.
Kala itu, warga Palestina keberatan dan mencegah terbentuknya negara Israel sampai
terjadi perang. Pasca perang berakhir, Israel ternyata sudah menguasai sebagian besar
wilayah bekas kekuasaan Inggris termasuk Yerusalem, sedangkan Mesir menguasai
Gaza.
Sementara itu menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setengah populasi
Arab Palestina telah diusir dan sebagian lagi melarikan diri. Konflik belum berakhir dan
kembali memanas pada 1967 karena Israel kembali merebut Jalur Gaza dan kawasan
Sinai hingga Tepi Barat serta Yerusalem Timur dari Yordania.Perebutan wilayah tersebut
berimbas terjadinya peperangan dan menjadi alasan Israel menyerang Palestina kembali.
Di tengah kondisi perang itu, Israel sempat menawarkan untuk mengembalikan
wilayah dengan sejumlah imbalan. Sayangnya, tawaran tersebut ditolak. Di tahun 2000-
an tepatnya pada 2008, kembali terjadi intifada atau pemberontakan setelah Israel
meluncurkan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza. Kemudian di Mei 2010, Israel
memblokade seluruh jalur bantuan ke Palestina dan tentara Israel menembaki kapal
bantuan Mavi Marmara.
E. HAMAS VS ISRAEL
Konflik antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan
sejarah yang kompleks dan beragam. Konflik antara Palestina dan Israel bermula dari
perjuangan untuk menguasai tanah yang sama di Timur Tengah. Setelah Perang Dunia II,
banyak orang Yahudi yang selamat dari Holocaust berusaha untuk mendirikan negara
mereka sendiri di tanah Palestina. Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengusulkan pembagian wilayah tersebut menjadi dua negara, yaitu Israel dan Palestina.
Namun, proposal ini ditolak oleh negara-negara Arab, dan perang pecah antara Israel dan
negara-negara Arab sekitarnya. Setelah perang berakhir pada tahun 1949, Israel
menguasai wilayah yang lebih luas daripada yang diusulkan oleh PBB, sementara
Yordania dan Mesir menguasai Tepi Barat dan Jalur Gaza.
3
Hamas adalah kelompok militan Palestina yang didirikan pada tahun 1987 sebagai
cabang dari Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi yang ingin membentuk kembali
negara dan masyarakat sejalan dengan ajaran dan keyakinan Islam. Hamas menganggap
Israel sebagai musuh yang harus dihancurkan dan telah melancarkan serangan teroris,
termasuk pengeboman bunuh diri, terhadap warga Israel. Pada tahun 2006, Hamas
memenangkan pemilu Palestina dan menguasai Gaza pada tahun berikutnya dengan
menggulingkan rival mereka, kelompok Fatah dan Presiden Mahmoud Abbas yang
berbasis di Tepi Barat.
Beberapa negara, seperti Rusia, China, dan Iran, mendukung Hamas, sementara
negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa,
menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Dalam konflik terbaru antara Hamas dan
Israel, AS mendukung Israel, sementara Rusia dan China menolak mengutuk Hamas.
Serangan terbaru : Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan yang belum
pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, yang memicu serangkaian serangan balasan
dari Israel. Kedua belah pihak telah mengalami korban jiwa dan kerusakan infrastruktur
yang signifikan. Kecanggihan militer Hamas, termasuk pemahaman terperinci mengenai
keamanan Israel yang memungkinkan mereka mengakali pertahanan Israel yang tangguh,
telah mengejutkan warga Israel.
Konflik antara Hamas dan Israel memiliki potensi untuk melebar dan melibatkan
negara-negara lain di Timur Tengah. AS telah memperingatkan tentang kemungkinan
eskalasi, termasuk keterlibatan militan Hizbullah pro-Iran di Lebanon selatan atau
kelompok lain yang didukung oleh Teheran, yang mungkin memanfaatkan situasi tegang
di Gaza untuk memperbesar konflik. Perang ini juga berpotensi mengganggu
perekonomian dunia, bahkan menyebabkan resesi jika lebih banyak negara yang ikut
terlibat.
Konflik terbaru antara Hamas dan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika
Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, yang memicu serangkaian
serangan balasan dari Israel. Kedua belah pihak telah mengalami korban jiwa dan
kerusakan infrastruktur yang signifikan. Kecanggihan militer Hamas, termasuk
pemahaman terperinci mengenai keamanan Israel yang memungkinkan mereka
mengakali pertahanan Israel yang tangguh, telah mengejutkan warga Israel.
4
Konflik antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan sejarah
yang kompleks dan beragam. Konflik ini bermula dari perjuangan untuk menguasai tanah
yang sama di Timur Tengah. Setelah Perang Dunia II, banyak orang Yahudi yang selamat
dari Holocaust berusaha untuk mendirikan negara mereka sendiri di tanah Palestina. Pada
tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan pembagian wilayah
tersebut menjadi dua negara, yaitu Israel dan Palestina. Namun, proposal ini ditolak oleh
negara-negara Arab, dan perang pecah antara Israel dan negara-negara Arab sekitarnya.
Konflik antara Hamas dan Israel telah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan
di kedua belah pihak. Upaya perdamaian dan penyelesaian konflik yang berkelanjutan
masih menjadi tantangan yang besar bagi komunitas internasional. Konflik ini memiliki
potensi untuk melebar dan melibatkan negara-negara lain di Timur Tengah. AS telah
memperingatkan tentang kemungkinan eskalasi, termasuk keterlibatan militan Hizbullah
pro-Iran di Lebanon selatan atau kelompok lain yang didukung oleh Teheran, yang
mungkin memanfaatkan situasi tegang di Gaza untuk memperbesar konflik. Perang ini
juga berpotensi mengganggu perekonomian dunia, bahkan menyebabkan resesi jika lebih
banyak negara yang ikut terlibat.
Dalam menyampaikan suatu berita kita harus dapat berpegang kepada prinsip kebenaran,
bukan melibatkan emosi kita sebagai manusia, tapi mengedepankan etika dan prinsip kita
sebagai jurnalis.
2. Kebebasan Pers
Kebebasan pers adalah salah satu dasar utama dalam menjalankan jurnalisme
yang sehat. Media harus memiliki kebebasan untuk melaporkan tanpa takut akan
intervensi pemerintah atau tekanan dari pihak-pihak yang ingin mengontrol narasi. Dalam
konteks konflik yang sensitif seperti Israel dan Palestina, menjaga kebebasan pers adalah
kunci untuk memastikan bahwa informasi yang benar dan lengkap dapat mencapai
masyarakat. Ini juga melibatkan perlawanan terhadap upaya untuk menyensor atau
membatasi akses media.
3. Perlindungan Jurnalis
Jurnalis sering berisiko tinggi ketika meliput konflik seperti Israel dan Palestina.
Perlindungan mereka adalah prioritas hukum dan etika. Hal ini termasuk melindungi
jurnalis dari ancaman fisik, menjamin akses yang aman ke zona konflik, dan memberikan
dukungan dalam kasus mereka menghadapi risiko. Melindungi jurnalis adalah cara untuk
memastikan bahwa dunia tetap diberitahu tentang peristiwa di medan perang.
Media harus mematuhi kode etik jurnalis yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi. Ini mencakup pedoman tentang penggunaan bahasa yang tidak memihak,
6
penyajian gambar dan video yang mungkin mengandung unsur kekerasan, serta prinsip-
prinsip integritas dan kebenaran dalam melaporkan berita. Mengikuti kode etik ini adalah
jaminan bagi pemirsa bahwa berita yang disampaikan adalah akurat, seimbang, dan dapat
dipercaya.
6. Dampak Psikologis
Media harus menyadari dampak psikologis yang mungkin timbul dari liputan
konflik, terutama ketika melibatkan adegan kekerasan dan korban. Etika media
mengharuskan media untuk memperlakukan isu-isu ini dengan sensitivitas dan
memberikan perhatian terhadap kesejahteraan emosional pemirsa. Ini melibatkan
penyajian gambar dan cerita yang tidak merusak secara emosional dan menyediakan
sumber daya untuk mereka yang mungkin membutuhkannya dalam mengatasi dampak
psikologis yang ditimbulkan oleh liputan konflik.
7. Penyebaran Desinformasi
Dalam keseluruhan, hukum dan etika media adalah pedoman penting yang harus
diikuti untuk memastikan bahwa media menjalankan peran mereka dengan baik dalam
konflik Israel dan Palestina. Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, media dapat
membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik dan kontribusi positif dalam
menangani konflik yang rumit ini.