Anda di halaman 1dari 3

Menakar Relasi Palestina – Israel dalam Perspektif Sejarah

Edisi II: Kembalinya Bani Israil ke Tanah Kanaan

Migrasi Yahudi ke Tanah Palestina atau Aliyah


Gelombang migrasi Yahudi ke Palestina secara terstruktur dikenal dengan
sebutan Aliyah. Aliyah besar besaran Yahudi harus dilakukan untuk mengisi kekosongan
negara, di mana pada awalnya yang bermigrasi adalah mereka yang mendapat persekusi
dan ancaman pembunuhan untuk mencari tanah air nasional demi keamanan dan
ketenangan bangsa Yahudi. Berikut penjelasan mengenai Aliyah pertama hingga kelima,
yaitu hingga terbentuknya negara Israil.
a. Aliyah Pertama (1882—1903 M)1
Pada tahun 1882 M, muncul gelombang migrasi Yahudi -Aliyah- besar-besaran
dan terstruktur untuk pertama kalinya. Para pionir Aliyah pertama ini adalah para idealis
yang termotivasi untuk mendiami Palestina dan semangat nasionalisme. Aliyah pertama
ini masih dilakukan dengan semangat nasionalisme dan belum mengandung unsur
politik, serta banyak terpengaruh oleh Zionisme. Selama 21 tahun masa Aliyah pertama,
terdapat sekitar 25.000 Yahudi datang ke Palestina dan sebagian besar berasal dari
Rusia, Rumania, dan Yaman. Pada saat itu, Yahudi di Palestina membangun
pemukiman pertanian. Namun, hidup mereka tidak berjalan mulus karena sering
mengalami gagal panen dalam bertani dan masyarakatnya banyak terjangkit penyakit.
Aliyah pertama ini terdiri dari dua gelombang, yaitu gelombang I (1882—1884 M) yang
diakibatkan oleh Pogrom di Rusia dan gelombang II (1890—1891 M) yang diakibatkan
oleh kebijakan anti-Yahudi dan pengusiran Yahudi di Moskow.
b. Aliyah Kedua (1904—1914 M)2
Setelah gelombang Aliyah pertama berakhir, muncul gelombang Aliyah kedua
yang terjadi pada 1904 hingga 1914 M. Aliyah kedua ini sangat berbeda dari Aliyah
pertama. Pada Aliyah kedua, terdapat 35.000 hingga 40.000 imigran Yahudi yang
datang ke Palestina. Selain itu, berbeda dari Aliyah sebelumnya, pionir Aliyah kedua ini
umumnya pionir muda yang sebagian sudah percaya dengan paham zionisme. Imigran

1Henry Near, The Kibbutz Movement A History: Volume I (The Origin), Oxford: Oxford University Press,
1992, hlm. 8.
2Ibid, hlm. 10.
Yahudi pada masa ini juga sudah mulai termotivasi oleh Zionisme karena pada masa
itu organisasi internasional Zionis pertama sudah dibentuk. Namun, Aliyah kedua ini
harus berhenti sementara pada 1914 M karena buruknya keamanan Eropa sehingga
Yahudi Eropa tidak bisa bermigrasi karena Perang Dunia pertama.
c. Aliyah Ketiga (1919—1923 M)3
Selama Perang Dunia I berlangsung, Aliyah sempat berhenti selama 5 tahun.
Seiring dengan berakhirnya PD I, proses Aliyah pun dimulai kembali dengan Aliyah
Ketiga yang berlangsung sejak 1919 hingga 1923. Setelah Turki dikalahkan oleh
pasukan Inggris dalam PD I yang dipimpin oleh Jenderal Allenby, Inggris mendapatkan
mandat atas tanah Palestina. Janji Inggris dalam Deklarasi Balfour dan Mandat Inggris
di Palestina menyebabkan Inggris harus menjamin hak masyarakat Yahudi untuk
membangun tanah air bagi mereka di Palestina. Oleh karena itu, Perang Dunia I
menjadi sebab populasi Yahudi di Palestina berkurang menjadi di bawah 80.000 jiwa,
namun pada masa Aliyah Ketiga ini sebanyak 35.000 imigran Yahudi masuk Palestina.
d. Aliyah Keempat (1924 M)4
Aliyah keempat dimulai sejak tahun 1924. Pada saat itu, imigrasi skala besar
menuju Amerika Serikat dihentikan. AS mengeluarkan peraturan yang memperketat
imigrasi. Kebijakan itu menetapkan bahwa kuota tahunan imigran yang diizinkan
masuk ke AS tidak boleh melebihi 2% dari jumlah imigran asing yang lahir di negara
asalnya yang datang ke AS pada 1890. Di mana di tahun tersebut mayoritas imigran
yang datang ke AS berasal dari Eropa.
Setelah Perang Dunia I selesai, keadaan kaum Yahudi di negara-negara baru
Eropa Timur seperti Polandia dan Rumania tidak kunjung membaik. Situasi tersebut
terus berlangsung pada tahun-tahun berikutnya. Pemerintah Polandia mengambil alih
industri-industri yang dikuasai oleh kaum Yahudi dan memecat para pekerja Yahudi.
Hal itu menyebabkan kaum Yahudi putus asa dan ingin mencari kampung halaman
baru. Akhirnya, pada periode ini, sebanyak 82.000 imigran masuk ke Palestina.
e. Aliyah Kelima (1929—1939 M)5

3Ibid, hlm. 58.


4Ibid, hlm. 58.
5Ibid, hlm. 380.
Aliyah kelima yang berlangsung sejak 1929 sampai 1939 dipengaruhi oleh
kebangkitan Nazi Jerman dan adanya peraturan anti-semit. Umat Yahudi telah
merasakan pahitnya kehidupan diaspora. Sejak abad ke-19, serangkaian penindasan
menciptakan suatu gelombang imigrasi terorganisir ke Palestina. Pogrom di Rusia,
Rumania, dan negara Eropa Timur lain memaksa orang-orang Yahudi meninggalkan
negaranya. Terutama ketika warga Yahudi Jerman yang dirampas hak-haknya lari dari
kekejaman Nazi, yaitu dengan bermigrasi meninggalkan negaranya.
Berdirinya Negara Israel Sebagai Titik Awal Malapetaka Bagi Bangsa Palestina
Pada tahun 1948 berakhir mandat dan penarikan pasukan Inggris dari Palestina.
Namun, sehari sebelum berakhirnya mandat, para pemukim Yahudi memproklamirkan
negara Israel yang dibacakan oleh tokoh Zionis, David Ben Gurion. Setelah pendirian
Israel diproklamasikan, di tahun yang sama Israel juga mulai mendapat pengakuan
Internasional dari beberapa negara diantaranya: Amerika Serikat, Guatemala, Uni Soviet,
Belanda, Uruguay, dan sebagainya. Kemudian, pada 11 Mei 1948, PBB menerima
keanggotaan Israel dan meresmikannya sebagai negara yang berdaulat.
Akibat pendirian negara Israel pada tahun 1948 setidaknya sebanyak 970.000
orang Palestina pergi melarikan diri untuk pergi mengungsi.6 Mayoritas dari mereka pergi
mengungsi ke negara sekitar, seperti Lebanon, Suriah, Yordania atau bahkan
berdiaspora ke Eropa dan Amerika. Berdasarkan data sensus yang dilakukan pada tahun
1967, rasio penduduk Yahudi dan Palestina di Yerusalem adalah 74 persen banding 26
persen dan pada tahun 1990 menjadi 72 persen banding 28 persen. 7
Referensi:
Henry Near, The Kibbutz Movement A History: Volume I (The Origin), Oxford: Oxford University
Press, 1992, hlm. 8.
Flapan Simha. (1987). The Palestinian Exodus of 1948. Journal of Palestine Studies, 16:4, hlm.
3-26.
Greg Myre (2007, 13 Mei). Israeli Riddle: Love Jerusalem, Hate Living There. NYTimes.

6
Flapan Simha. (1987). The Palestinian Exodus of 1948. Journal of Palestine Studies, 16:4, hlm. 3-26.
7
Greg Myre (2007, 13 Mei). Israeli Riddle: Love Jerusalem, Hate Living There. NYTimes.

Anda mungkin juga menyukai