Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KRISIS DIPLOMATIK

ARAB SAUDI DAN QATAR PADA KONFLIK TIMUR TENGAH

Nama: Dwi Gita Oktavia Mutiarahati

Nim: 200906010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang umum

Peperangan dan konflik bersenjata dari masa ke masa sudah merupakan hal yang selalu
terjadi di setiap peradaban manusia, adanya perbedaan-perbedaan antar manusia maka konflik
tersebut akan tetap ada. Sudah banyak dilakukan upaya dalam mewujudkan perdamaian yang
sudah dilakukan oleh beberapa pihak. Namun dari beberapa yang dilakukan, perang atau konflik
tersebut tetap saja menjadi salah satu ciri dalam kebudayaan dari peradaban manusia, kenapa
disebut begitu. Kerna seiring berjalannya waktu dari masa ke masa konflik dan peperangan
menjadi hal selalu dilakukan, oleh karena itu dibilang peperangan adalah salah satu ciri
kebudayaan dari peradaban manusia.

Masalah konflik sudah lama menjadi fokus dunia dan menjadi salah satu kajian dari
hubungan internasional dan keamanan internasional. Konflik yang berkepanjangan dan latar
belakang konflik yang sangat beragam dan kompleks menjadikan beberapa negara menjadi
rentan dan mudah terjadi konflik, begitu dengan kawasan yang berada di timur tengah ini,
masalah koflik yang terdapat di timur tengah memang menjadi pusat perhatia negara dunia.
Kepentingan-kepentingan nasional yang salah bertabrakan dan adanya ikut campur tangan
negara barat di kawasan timur tengah menjadi salah satu faktor pendorong terus terjadinya
konflik di timur tengah ini.

Konflik di Timur Tengah merupakan salah satu konflik kawasan yang sifatnya sangat
berkepanjangan. Konflik ini dikatakan berkepanjangan karena tidak ada ujung penyelesaian.
Walaupun penyelesaian sudah dilakukan juga banyak melibatkan negara superpower atapun
organisasi Internasional, namun sikap oportunis, egois, dan pragmatis dari pendudu Timur
Tengah bahkan pemimpinnya menyebabkan konflik tersebut seakan-akan dibiarkan dan terus
menerus.1

Tidak dapat di pungkiri bahwa kawasan lain dan negara mempunyai peluang terjadinya
konflik, begitu dengan kawasan di timur tengah ini, fenomena konflik di Timur Tengah sekarang

1
Nilna Indriana, 2017. “Pemetaan Konflik di Timur Tengah (tinjauan geografi politik). Jurnal Humanior. Vol 1, No. 2,
Februari 2017.
banyak melibatkan Arab saudi. Arab Saudi dan Qatar adalah dua negara yang masuk dalam
kawan Timur Tengah, Qtar merupakan negara kecil yang berdekatan dengan Arab Sudi sebagai
negara yang besar dan luas. Sebuah berita menuliskan bahwa adanya sebuah tudingan kepada
Qatar, yaitu dimana Qatar ltelah mendukung kelompok yang dianggap sangat militan dan
menyebarkan sebuah ideologi-ideologi yang sangat simpang.2

Hubungan internasional merupakan bentuk interaksi antar aktor atau anggota masyarakat lain
yang melintasi batas-batas negara. Interaksi hubungan internasional dalam pembentukan
hubungan kerja sama regional yang baik berdasarkan kedekatan geografis maupun fungsional
yang semakin meluas. Hubungan internasional ini bisa berbentuk kerja sama anatara dua negara
baik dalam menghadapi masalah ataupun hal yang menguntungkan kedua belah pihak berbentuk
kerjasama politik, ekonomi, dan sosial budaya. Hubungan internasional adalah bagian yang
terpenting dalam sebuah konflik. Dampak adanya konflik antar negara ini adalah pemutusasn
hubungan antar negara yang lebih dikenal dengan hubungan diplomatik antar negara. Pemutusan
hubungan diplomatik tersebut salah satunya ialah Arab Saudi dan Qatar. Arab saudi memutuskan
hubungan diplomatiknya dengan Qatar pada tahun 2017 lalu.

Ketegangan antara Arab Sudi dan Qatar sudah berlangsung sejak lama, yaitu pada tahun
1970-an. Dengan konflik-konflik yang pada awalnya berputa sebagian besar di sekitar sengketa
perbetasan. Dan pada saat ini isu-isu yang berkembang membuat Arab Sudi dan Qatar semakin
memanas. Berdasarkan perspektif realis, bahwasannya negara adalah aktor yang mengusahakan
segala apapun kepentingan negaranya dalam membuat relasi dengan negara lain untuk mencapai
suatu kepentingan nasionalisnya.

Setiap kebijakan dari suatu negara akan berpengaruh baik rakyatnya. Kepentingan nasional
tercipta karena adanya kebutuhan dalam bangsa yang tidak dimiliki oleh suatu negara tersebut
atau suatu hal yang tidak bisa dicapai oleh negara tersbeut sehingga hubungan internasional akan
mewujudukan hal itu. Maka dapat dikatakan bahwa setiap tindakan internasional suatu negara
akan memperhitungkan kepentingan nasionalnya terlebih dahulu, seperti halnya pemutusan
hubungan diplomatik yang dilakukan oleg Arab Saudi terhadap Qatar yang diduga memiliki
tujuan atau kepentingan yang berbeda dengan Arab saudi itu sendiri.

2
Muh Ghozali Rahman, 2021. “Hubungan Kawasan Saudi dan Qatar pada Konflik di Kawasan Timur Tengah Tahun
2017. Dalam Skripsi.
Pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Qtar pada tahun 2017 menarik untuk
dianalisa karena didalamnya konflik tersebut menggambarkan dimana Qatar menjadi suatu
ancaman bagi negara yang berada di Timur Tengah bagitu juga dengan kelangsungan politik luar
negeri Arab Saudi. Oleh karena itu penulis ingin mebahas lebih dalam bagaimana hubungan
diplomatik anatar Arab Sudi dan Qatar, bagaimana Arab Sudi memutuskan Hubungan
diplomatiknya terhadap Qatar.

1.2. Latar Belakang Khusus

Arab Saudi dan Qatar adalah dua negara arab yang masuk dalam kawasan timur tengah,
kedua negara ini bertetangga anatara satu dengan lainnya, mereka tentunya memiliki hubungan
yang kuat baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial. Salah satu bukti terkuat dari
hubungan baik anatara Arab Saudi dan Qatar ialah iekikutsertaan kedua negara dalam GCC
(Gulf Cooperation Councill), sebuah negara organisasi yang dibentuk pada 1981 dimana
anggotanya berasal dari negara-negara teluk. Hubungannya keduanya baik pada tahun 1970-an,
pada masa itu dimana Arab Saudi membantu Qatar dalam menjalankan pemerintahan, bahkan
Arab Saudi pernah menjadi pelindung bagi Qatar secara de facto. Namun, hubungan keduanya
berubah drastis.

Ketegangan politik anatara Arab Saudi dan Qatar sudah berlangsung sejak abad 20, saat itu
perseteruan anatara kedua negara terpusat pada sengketa perbatasan yang melibatkan beberapa
negara teluk lainnya, seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab. Sengketa atas wilayah Khawr al-
uyayd. Konflik anatara keduanya semakin memanas setelah ditemukan minyak dan gas di
wilayah tersebut. adapun keterkaitan antara sengketa wilayah khawr al-yayd yang diperebutkan
Qatar dan Arab Saudi denganisi sumber daya alam yang ada didalamnya. Seiring berjalannya
waktu, ketegangan anatara kedua negara ini juga mengalami perubahan faktor. Jika sebelumnya
ketegangana antara kedua negara ini diakibatkan oleh sengketa wilayah dan sumber daya alam,
saat ini konflik keduanya lebih mengarah kepada faktor policy.

Pada tahun 2014 Arab Saudi, UEA, dan Bahrain menarik diplomat mereka, karena
mengklaim bahwa Qatar memiliki dukungan kepada kelompok bersenjata. Qatar dianggap
melanggar sebuah perjanjian yaitu Gulf Cooperation Councill (GCC). Ketegangan ini kemudian
menemukan solusi berupa negosiasi. Oleh karena itu pada tahun 2014 hubungan anatara kedua
negara ini menghangat yang dibuktikan dikirimnya kembali duta besar dari Arab Saudi ke Qatar.
Namun, ketegangan ini kembali muncul pada tahun 2017 dimana ketika kantor berita Qatar yang
dikelola pemerintah terdapat postingan artikel yang pada intinya berisi dukungan Qatar terhadap
Iran, Israel.

Walaupun pihak Qatar sudah memberikan bantahan bahwa ini perbuatan peretas, tapi tetap
saja memicu kemarahan dari Arab Sudi dan sekutu regional lainnya. Ketegangan ini diperburuk
oleh Arab Spring pada tahun 2011 ketika Arab Saudi dan Qatar dianggap mendukung pihak yang
berbeda. Ditambah lagi Arab Saudi dan aliansinya seperti UEA dan Mesir sudah bertahun-tahun
mengkritik Doha karena menjada hubungan dengan Iran dan mendukung organisasi-organisasi
islam yang berideologi ekstremis.

Dampak adanya konflik antara negara ini adalah pemutusan hubungan antar negara atau yang
dikenal dengan pemutusan hubungan diplomatik antar negara. Lalu pada tahun 2017, Arab Saudi
berupaya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, bersama dengan Uni Emirat,
Bahrain, dan Mesir secara tiba-tiba. Setelah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Arab Saudi terus berupaya untuk menekan Qatar dengan kebijakan-kebijakan luar negerinya
yang menyudutkan Qatar. Salah satu kebijakan luar negeri Arab Saudi ialah dengan blokade
Qatar dan ini cukup merugikan Qatar. Sehari setelah pengumuman pemutusan hubungan
diplomatik, Arab Sudi mengajukan 13 tuntuntan kepada Qatar. Pada saat konflik terjaadi pada
tahun 2017, Qatar lebih memilih untuk mempererat hubungan kerjasama dengan Iran dari pada
menyetujui 13 tuntutan yang diberikan oleh Arab Saudi tersebut.

Keputusan Qatar menjalin kembali hubungan diplomatik dengan Iran membuat Arab Sudi
berpikir bahwa Qatar hanya lebih mengedepankan kepentingan negaranya dapi pada kepentingan
GCC dengan tindakan serius melawan iran. Dengan keputusan Qatar ini, Arab saudi dan negara-
negara lainnya semakin marah, yang kemudian memperdalam tuduhan kepada Qatar terutama
mengenai dukungan Qatar terhadap terorisme. Selain itu, Qatar merupakan pihak yang paling
merasakn dampak negatif baik secara politik dan ekonomi dari krisis diplomatik ini. Menurut
Internationa Trade Administration tahun 2017, mencatat bahwa terjadi peningkatan inflasi di
Qatar selama beberapa bulan yang mencapai angka 0,4 persen. Hal ini dikarenakan terjadinya
blokade ekonomi sehingga menyebabkan nilai impor Qatar turun sebanyak 40 persen.

Sanksi yang diberikan oleh Arab Saudi seharusnya hanya berlangsung selama 6 bulan,
namun sikap Qatar yang menghiraukan tuntutan yang diajukan semakin memperkeruh hubungan
Qatar dan Arab Saudi. Pemeliharaan anatara negara-negara teluk sejatinya penting bagi Qatar
yang bertujuan untuk menjaga stabilitas keamanan domestik mereka. Namun Qtar bersikeras
lebih memilih untuk bekerja sama dengan Iran.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa tindakan Qatar memilih untuk


menormalisasikan hubungan diplomatiknya dengan Iran daripada memenuhi tuntutan negara-
negara GCC untuk tidak berhubungan dengan Iran. Melalui ini hubungan diplomatik dengan Iran
di tengah terjadinya krisis ini, Qatar menunjukkan perlawananya terhadap Arab Saudi dan
sekutu. Oleh karena itu adanya hal yang menarik dari krisis diplomatik antara Arab Saudi dan
juga Qatar yang memakan waktu yang sangat lama, dan penulis tertarik untuk menganalisa
karena didalam konflik ini menggambarkan bagaimana Qatar menjadi suatu ancaman bagi
kelangsungan politik luar negeri Arab Saudi, kepentingan Amerika dalam Hubungan diplomatik
antara Qatar dan Arab Saudi, jugas respon Qatar dalam blokade yang dilakukan Arab Saudi
terhadap Qatar.

1.3. Kerangka Teori dan Konsep


a. Teori Konflik Kawasan Timur Tengah

Konflik merupakan sebuah gejala sosial yang akan selalu hadir didalama kehidupan sosial
manusia, konflik akan hadir dalam setiap kehidupan manusia baik ruang dan waktu. Dan negara
adalah tempat dimana terjadinya konflik, konflik ada karena adanya integrasi persamaan dan
perbedaan kepentingan nasional dalam suatu negara.

Konflik merupakan sebuah istilah etimologis yang pada awalnya berasal dari bahasa latin
“con” artinya bersama dan “fligere” yang artinya benturan atau tabrakan.3 Dalam pengertian lain
konflik juga dianggap sebagai suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan
kelompok-kelompok atau negara-negara yang saling menantang dengan ancaman dan kekerasan.
Adapaun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah konflik merupakan
perselisihan dan pertentangan yang terjadi antara kelompok-kelompok atau negara dan kelompok
begitu juga dengan sebaliknya. Dengan tujuan untuk mencapai segala tujuan atau sesuatu yang
ingin dicapai dengan cara saling menantang dan memberi ancaman keras. Dalam konflik tersebut
terjadi antara Arab Saudi dan Qatar yang tidak terjadi hanya sekali saja, pada tahun 2014 konflik

3
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi pemahaman Fakta dan Gejala Pemasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi dan pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011.HIm 345.
terjadi antara dua negara tersebut yang adanya tuduhan dukungan Qatar terhadap kelompok
militan dan juga menerima mantan anggota Ikhwanul Muslimin masuk dalam pemerintahannya.
Berbeda dengan konflik yang terjadi pada tahun 2017, pada tahun 2017 konflik antara kedua
negara ini diakibatkna oleh pemberitaan dari media milik pemerintaha resmi Qatar dan adanya
statmen dari Pemimpin Arab Saudi mengenai negara Iran, didalam konflik tersebut Arab Saudi
memberikan respon dengan ancaman pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Kawasan menurut kamus besar bahasan Indonesia (KBBI) adalah daerah tentu yang memiliki
sebuah ciri tertentu seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dan sebagainya. Pada dasarnya
kawasan merupakan suatu daerah yang dipetakan berdasarkan ciri-ciri yang sama. Kawasan juga
merupakan sebuah daerah yang dibatasi dengan kepemilikan ciri khas yang juga sama. Kawasan
yang yang ditulis dalam paper ini adalah kawasan Timur Tengah, dimana kawasan tersebut
dipetakan berdasarkan ciri khas yang sama yakni negara-negara Arab, selain itu negara-negara
yang masuk dalam kawasan yang sama yaitu Timur Tengah tersebut cenderung memiliki
kekayaan sumber daya alam yang sama yaitu minyak yang sangat melimpah. Negara-negara
Timur Tengah memiliki ciri khas yang tidak umur dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

b. Hubungan Diplomatik

Hubungan berasal dari satu kata hubung dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
memiliki sebuah arti bersambugan atau hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga
hubungan adalah suatu yang berkaitan dengan hal lainnya seperti, hubungan darah, dagang,
diplomatik, analogi, hukum, dan banyak lainnya. Hubungan didalam analisis ini ialah hubungan
kerjasama antara dua negara yakini Arab Saudi dan Qatar, kedua negara tersebut menjalin
kerjasama bilateral yang sangat baik. Hubungan kerjasama meliputi beberapa Aspek yaitu,
politik, diplomatik, ekonomi, perdagangan, kebudayaan, dan hukum.

1.4. Kerangka Teori


a. Teori balance of power

Teori Balance of Power merupakan salah kajian teori dari sekian banyaknya teori yang
digunakan dalam studi literatur hubungan internasional. Teori Balance of power mengatakan
bahwa setiap tindakan yang diambil oleh negara itu memiliki sebuah perlindungan terhadap
keadaan internal negaranya salah satunya ialah dengan melakukan perimbangan kekuatan dari
satu atau lebih negara yang dianggap sebagai rival dari negaranya. Teori balance of power
merupakan sebuah teori yang didalamnya menjelaskan mengenai berbagai usaha yang dilakukan
oleh suatu negara untuk meningkatkan kepemilikan power atau kemampuan sampai mereka
mendapatkan apa yang mereka tuju.

Penulis memilih teori ini tersebut untuk dipakai menganalisis dikarenakan dalam
penjelasannya yang ada pada teori ini dapat membantu menjelaskan sikap yang ditunjukkan oleh
Arab Saudi dalam konfliknya dengan Qatar. Aliansi yang dilakukan Qatar bersama Iran menjadi
penyebab utama terdapat sebuah ancaman bagi keamanan, kekuatan politik yang dimiliki Arab
Saudi didalam kawasan hingga memunculkan sikap Arab Saudi untuk berusaha melindungi dan
mengimbangi kekuatan negaranya dengan memberikan sebuah gertakan kepada Qatar yakni
dengan cara memutuskan hubungan kerjasama diplomatik dan memberikan 13 tuntutan yang
dijadikan syarat apabila Qatar ingin melakukan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi lagi.

Melakukan hubungan sering kali dianggap sebagai tindakan karena adanya sebuah ancaman,
ketika memilih untuk beraliansi, negara dapat balancing. Ketika memilih untuk beraliansi
menyeimbangkan lebih sering menjadi pilihan daripada untuk bergabung sehingga
menghindarkan diri dari koalisi. Dalam bukunya yang berjudul The Origins of War in Neorealist
Theory,4 menjelaskan adanya 2 faktor yang ada didalam sistem anarki, yang kemudian
mempengaruhi kompetisi dan konflik. Faktor pertama dikarenakan negara berada dalam tatanan
sistem yang anarki sehingga negara dituntut dapat membuat negaranya emnjadi aman. Faktor
kedua, yaitu dimana adanya sebuah ancaman yang muncul dan berpotensi menjadi ancaman, jika
negara memiliki power yang berpengaruh mungkin akan dapat menangkal ancaman tersebut.
dengan kolektif negara-negara yang memiliki pilihan untuk dapat melakukan aliansi atau
emalkukan hubungan dengan negara lain atau dapat memilih untuk melakukan gencatan senjata
dengan kekuatan militer mereka.

Teori Balance of Power pada konflik Arab Saudi dan Qatar tersebut akan menjelaskan bahwa
Saudi bersetatus sebagai negara hegemon merasa bahwa Qatar adalah sebuah ancaman pada
stabilitas politiknya, keamanan dan power Arab Saudi didalam kawasa karena adanya balancing

4
Kenneth N Waltz, “The Origins of War in Neorealist Theory: Journal of interdisciplinary History 18”, 619.
http://users.metu.edu.tr/utuba/Waltz.pdf
forming, yaitu adanya ancaman yang datangnya dari luar konflik. Hal tersebut terjadi karena
Qatar memilih untuk mempererat hubungan dengan Iran yang merupakan rival Arab Saudi sejak
lama, oleh karena itu Arab Saudi merasa bahwa kerjasama antara Iran dan Qatar ini memiliki
ancaman pada stabilitas power dari Arab Saudi.

b. Decision Making

Decision making adalah salah teori dalam hubungan Internsional yang fungsinya untuk
menganalisis para aktor hubungan internasional dalam membuat sebuah kebijakan. Menurut
Coplin, Decision making adalah sebuah cara untuk mengetahui perilaku negara dalam hubungan
internasionalnya, dalam membuat sebuah kebijakan seorang aktor harus memperhatikan dua
faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal, negara akan menenkan
pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan mereka, lalu dalam faktor
eksternal pemerintah akan berusaha untuk memaksimalkan kemampuan mereka dalam rangka
untuk memenuhi kepentingan domestik, sambil meminimalisirkan kerugian bagi pihak asing.

Dalam analisis ini penulis akan mencoba untuk menganalisis kebijakan dari Arab Saudi
terkait blokade Qatar melalui dua faktor tersebut. untuk faktor internal, akan memperhatikan
bagaimana keadaan domestik di Arab Saudi yang mengeluarkan kebijakan tersebut. pada faktor
ini, keadaan domestik Arab Saudi menjadi yang mendorong negara lain untuk melakukan
blokade terhadap Qatar. Sedangkan faktor eternal, penulis melihat bagaimana keadaan ruang
internasional dari Arab Saudi lebih tepatnya didalam kawasan Timur Tengah yang memancing
Arab Saudi untuk mengeluarkan kebijakan tersebut. dimana negara yang berada di kawasan
timur tengah memaksa Arab saudi untuk memblokade Qatar.

BAB II

ISI

2.1. Profil Negara Arab Saudi dan Qatar tahun 2017

A. profil Negara Arab saudi


Nama Lengkap : Kerajaan Arab Saudi (Kingdom of Saudi Arabia)
Nama Lokal : Al Mamlakah al Arabiyah as Suudiyah
Bentuk Pemerintahan : Monarki Absolut (Kerajaan)
Kepala Negara : Raja SALMAN bin Abd al-Aziz Al Saud
Kepala Pemerintahan : Raja SALMAN bin Abd al-Aziz Al Saud
Ibukota : Riyadh
Luas Wilayah : 2.149.690 km2
Jumlah Penduduk : 28.571.770 jiwa (data 2017)
Pertumbuhan Penduduk : 1,45% (data 2017)
Bahasa : Arab
Suku Bangsa : Arab (90%), Afro-Asian (10%)
Agama : Islam
Mata Uang : Saudi Riyal
Hari Nasional : 23 September 1932 (Hari Bersatunya Kerajaan Arab Saudi)
Lagu Kebangsaan : Aash Al Maleek (Long Live Our Beloved King)
Kode Domain Internet : .sa
Kode Telepon : 966
Waktu : GMT +3
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) : US$1.789 triliun (data 2017)
Pendapatan Per Kapita : USD. 55.300,- (data 2017)
Lokasi : Benua Asia (Kawasan Timur Tengah)
Arab Saudi salah satu negara penghasil minyak terbesar didunia yang berada dikawasan
Asia Barat Daya (kawasan Timur Tengah). Negara yang mencakup hampir seluruh semenanjung
Arabia dan memiliki nama lengkap Kingdom of Saudi Arabia ini memiliki luas wilayah sebesar
2.149. 690 km persegi dengan jumlah penduduk sebanyak 28.571770 jiwa. Mayoritas
penduduknya adalah etnis Arab yang beragama Islam. Bahasa resminya adalah bahasa Arab.

Secara geografis, Arab Saudi terletak di antara 15°LU – 32°LU dan antara 34°BT – 57°BT dan
berbatasan dengan Irak, Kuwait dan Yordania di sebelah Utaranya. Disebelah Selatan, Arab
Saudi berbatasan dengan Republik Yaman dan Kesultanan Oman sedangkan di sebelah
Timurnya adalah Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain dan Teluk Persia. Sebelah Barat Arab Saudia
adalah Laut Merah. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Arab Saudi adalah sistem
pemerintahan Monarki Absolut yaitu sistem pemerintahan yang kepala negara dan kepala
pemerintahannya adalah seorang Raja. Ibukota Arab Saudi adalah Riyadh. Kerajaan Arab Saudi
merupakan negara anggota PBB, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), G-20 dan OPEC.

Di bidang perekonomian, Arab Saudi yang terbukti memiliki sekitar 16% cadangan minyak bumi
di dunia ini menduduki peringkat sebagai negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Sektor
minyak menyumbang sekitar 87% anggaran belanja dan 47% Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
Arab Saudi. Pada tahun 2017, Pendapatan Domestik Bruto Arab Saudi adalah US$1.789 triliun
sedangkan Pendapatan Perkapitanya adalah sebesar US$55.300,-.

B. Profil Negara Qatar

Qatar adalah sebuah negara kaya yang terletak di semenanjung Arab, Timur Tengah Asia Barat.
Awal tahun 2017, total populasi Qatar mencapai 2,6 juta jiwa: 313.000 warga negara Qatar dan
2.3 jutaPendapatan Perkapita Qatar yang sangat tinggi yaitu sebesar US$. 124.100,- (2017)
menjadikannya sebagai negara Terkaya di Dunia. perekonomiannya adalah industri
pertambangan Gas Alam dan Minyak Bumi. Qatar merupakan pengekspor Gas alam terbesar ke-
2 di dunia dengan jumlah ekspornya 118,9 miliar meter kubik (data 2014). Qatar juga tercatat
sebagai negara pengekspor minyak bumi terbesar di dunia yaitu sebesar 1,303 juta barrel per hari
(2013). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Paritas Daya Beli adalah sebesar US$
339,5 miliar.

Sistem Pemerintahan Qatar berbentuk Monarki Absolut yaitu negara yang dikepalai oleh seorang
Raja yang disebut dengan Emir. Sedangkan kepala pemerintahannya adalah seorang perdana
menteri yang diangkat oleh Emir. Berdasarkan sistem pemerintahan Monarki Absolut Qatar,
Emir memiliki kekuasaan tertinggi atas semua keputusan politik. Ibukota Qatar adalah Kota
Doha. Di hubungan luar negeri, Qatar merupakan anggota PBB dan lembaga-lembaga dibawah
PBB, Qatar juga merupakan anggota dari OPEC, Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam
(OKI).

Pembagian wilayah Administrasi Qatar, Secara administratif, Qatar terbagi atas 8 munisipalitas
(baladiyah). Berikut ini adalah daftar 8 Munisipalitas (Baladiyah) di Qatar :

Ad Dawhah
Al Khawr wa adh Dhakhira
Al Wakrah
Ar Rayyan
Ash Shamal
Ash Shihaniyah
Az Za’ayin
Umm Salal

2.2. Sejarah Konflik antara Arab Saudi dan Qatar


A. Hubungan Diplomasi Arab Saudi dan Qatar sebelum Krisis Hubungan Diplomasi
Arab Saudi dan Qatar merupakan dua Negara yang terletak pada geografis yang
sama.Arab Saudi dan Qatar memiliki budaya dan ciri khas dari negara yang sama.Saudi memiliki
wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan Qatar.Kedua Negara tersebut merupakan Negara
Arab dan juga Negara islam.Luas wilayah yang dimiliki oleh Qatar tidak besar bahkan luas
wilayahnya tidak mencapai 50% wilayah yang dimiliki oleh Arab Saudi.

Hubungan kedua negara ini dimulai pada tahun 1783 saat kabilah Al Khalifah memimpin
penaklukan Bahrain, terjadi peralihan kekuasaan yang cukup panjang di wilayah Qatar. Sehingga
pada tahun 1788, Raja Arab Saudi Saud bin Abdul Aziz menduduki Qatar dan Teluk Persia
setelah berhasil mengalahkan Bani Khalid, namun Saudi terpaksa mundur dari Zubarah ketika di
serang oleh Dinasti Utsmaniyah dan Mesir pada tahun 1795, Sejak Qatar terbebas dari
penjajahan Inggris, negara ini bergantung pada Arab Saudi karena beberapa hal diantaranya:
pada saat itu Qatar masih menjadi negara miskin, Qatar juga menganut paham keagamaan yang
sama dengan Saudi yaitu paham Wahabi. Letak geografisnya berbatasan langsung dengan Arab
Saudi.

Melihat sejarah hubungan antara Arab Saudi dan Qatar selama ini, maka bisa dikatakan
bahwa hubungan keduanya selama ini memang tidak berjalan cukup mulus. Pada tahun 1995
Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani melakukan kudeta damai terhadap ayahnya, Emir Khalifa
bin Hamad. Setelah Hamad bin Khalifa naik takhta, banyak kebijakan luar negeri Qatar yang
berseberangan dengan Arab Saudi. Melihat adanya perubahan ini Saudi berusaha menggulingkan
Emir Hamad dan terlibat dalam usaha kudeta balasan pada Februari 1996 yang dirancang untuk
menggulingkan Emir Hamad dan mengembalikan Sheik Khalifa. Namun ternyata upaya kudeta
gagal dilakukan.

Hubungan kedua negara ini menemui titik terang pada tahun 2008 melalui perjanjian bilateral
antara Arab Saudi dan Qatar yang telah berlangsung selama enam tahun. Ketegangan antara
kedua negara di dekade 2000-an ini memperlihatkan interaksi intensif antara sengketa perbatasan
dengan politik hidrokarbon dan juga isu-isu lain seperti kasus al-Jazeera maupun relasi dengan
Israel.25 Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Qatar tidak berjalan lama, pada tahun
2010 saat terjadi Arab Spring keduanya berada di kubu yang berbeda. Dalam peristiwa
demokratisasi Mesir, Qatar memposisikan diri dengan kontra terhadap pemerintahan militer,

Hubungan kedua Negara tersebut terjalin dengan baik hingga sampai pada tahun 2017.
Media resmi milik Qatar merilis sebuah berita tentang Ikhwanul muslimin yang dianggap Saudi
membela kelompok-kelompok teroris.Qatar telah membela kelompok-kelompok teroris dan
militan seperti Ikhwanul Muslimin, ISIS, Alqaeda dan Hamas serta mempromosikan sebuah
pesan mengenai kelompok-kelompok tersebut di media resmi miliknya tersebut.Atas berita yang
dirilis tersebut membuat timbulnya sikap yang diambil oleh Saudi yakni pemutusan hubungan
diplomatik.

B. Kronologi Pemutusan Hubungan Diplomasi Arab Saudi dan Qatar

Pada 23 Mei 2017, Qatar News Agency ditenggarai diretas oleh pihak yang tidak
diketahui dengan membuat sebuah running text yang seolah-olah mengesankan Emir Qatar,
Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani memuji pihak Hamas; menganjurkan persahabatan dengan
Iran; dan merekomendasikan hubungan baik dengan Israel. Dinamika isu semakin bergulir,
ditandai dengan Bahrain memutus hubungan dengan Qatar pada 5 Juni 2017, kemudian disusul
beragam kejadian lainnya antara lain maskapai penerbangan yang berbasis di Abu Dhabi, Etihad
Airways dan maskapai yang berbasis di Dubai, Emirates, membekukan semua penerbangan dari
dan ke Doha, mulai Selasa pagi menutup penerbangan ke Qatar, yang direspon Kemenlu Qatar
sebagai tindakan yang merusak kedaulatan Disusul dengan Yaman memutuskan hubungan
diplomatik dengan Qatar sebagai bentuk dukungan ke Arab. Mengikuti Emirates dan dan Etihad,
maskapai penerbangan FlyDubai, Saudi Airlines, Air Arabia membatalkan semua penerbangan
ke Doha.
Pukul 2 siang, Arab Saudi menutup perbatasan darat dan laut dengan Qatar. Kemudian Mesir
memanggil para duta besarnya pulang dari Qatar dan memberi waktu mereka 48 jam untuk
meninggalkan Doha. Selanjutnya pukul 4 sore waktu setempat, pelabuhan Fujairah UEA meolak
semua kapal-kapal berbendara Qatar untuk berlabuh, hal ini menyebabkan suplai bahan makanan
dari Iran terhambat menjadi 12 jam perjalanan karena harus menempuh jalur yang lebih panjang.
Kemudian, Kantor berita milik Qatar Al Jazeera di Arab Saudi juga ditutup. Pukul 7.30 malam
Kementrian Penerbangan Sipil Mesir mengumumkan bahwa zona udara Mesir ditutup bagi
Qatar.

Pada hari selanjutnya 6 Juni 2017, pukul 1 dinihari Menlu Qatar Syaikh Muhammad Bin
Abdulrahman Al Thani menyampaikan di Al Jazeera bahwa akan mengadakan dialog secara
terbuka dengan pihak Arab Saudi untuk membendung krisis. Presiden Erdogan juga turun tangan
menghubungi pemimpin negara-negara Teluk, Rusia, Kuwait dan Arab Saudi untuk meredakan
tensi ketegangan dan mengutamakan kepentingan perdamaian dan stabilitas regional.

Menyadari kondisi yang kian memanas, akhirnya dengan mediasi dari Kuwait, pihak negara-
negara Teluk mengajukan daftar tuntutan pada Qatar yang berisi 13 tuntutan, yakni ; (1) Agar
Qatar membatasi hubungan diplomatik dengan Iran, mengeluarkan anggota Garda Revolusi Iran
dari Qatar dan menghentikan kerjasama gabungan militer dengan Iran, berhubungan dengn Iran
hanya perdagangan sesuai dengan sangsi AS dan internasional yang ditetapkan, (2) Memutuskan
semua hubungan dengan kelompok teroris Ikhwanul Muslimin, (3) Menghentikan siaran Al
Jazeera, (4) Menutup kantor berita yang didanai oleh Qatar, secara langsung maupun tak
langsung, termasuk Arabi21, Rassd, Al Araby Al-Jadeed, dan Middle East Eye, (5) Mengakhiri
kerjasama militer gabungan dengan Turki di Qatar, (6) Menghentikan semua bentuk sarana
pendanaan untuk individu, kelompok atau organisasi yang telah dituduh sebagai teroris oleh
negara Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dan AS, (7) Menyerahkan tokoh teroris dan individu
yang dicari oleh pihak Arab Saudi, UEA, Mesir dan AS, membekukan aset mereka, informasi
tempat tinggal dan gerakan pendanaan teroris, (8) Akhiri campur tangan Qatar dengan
permasalahan negara berdaulat, (9) Menghentikan kontak dengan semua pihak oposisi politik di
Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir, kemudian menyerahkan semua dokumen yang merinci
kontak Qatar sebelumnya dan dukungan yang ditujukan pada pihak tersebut, (10) Membayar
reparasi dan kompensasi atas hilangnya nyawa dan kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
kebijakan Qatar dalam beberapa tahun terakhir, (11) Mensejajarkan diri dengan negara-negara
Teluk dan negara Arab lainnya secara militer, politik, sosial dan ekonomi sesuai dengan
kesepakatan yang dicapai dengan Arab Saudi pada tahun 2014, (12) Menyetujui semua tuntutan
dalam waktu 10 hari setelah diserahkan kepada Qatar, namun daftar ini tidak menentukan apa
yang dilakukan oleh negara-negara penuntut jika Qatar menolak mematuhinya, (13) Menyetujui
audit bulanan untuk tahun pertama setelah menyetujui tuntutan, kemudian dilakukan perkuartal
setelah tahun kedua selama 10 tahun akan dilakukan pemantauan kepatuhan terhadap Qatar.

Tuntutan 13 Arab Saudi terhadap Qatar

Dalam pemutusan hubungan diplomatik tersebut, Saudi memberikan 13 (tiga belas) tuntutan
terhadap Qatar. Beberapa tuntutan tersebut antara lain: 1) menurunkan hubungan politik dengan
Iran, 2) menutup pangkalan militer Turki, 3) memutus hubungan dengan semua organisasi teroris
khususnya ikhwanul muslimin, Isis, Al Qaeda, 4) menghentikan pendanaan terhadap kelompok,
individu, atau organisasi yang telah dianggap eroris oleh Arab Saudi dan negara lain, 5)
menyerahkan tokoh-tokoh teroris ke negara asal mereka, 6) menutup Al-Jazeera dan stasiun
afiliansinya,5 Tuntutan selanjutnya atau ke-7 supaya Qatar menghentikan intervensi hubungan
internal kedaulatan negara, 8) membayar perbaikan dan kompensansi kerugian nyawa dan
financial yang disebabkan oleh kebijakan Qatar, 9) meluruskan kebijakan militer,politik, sosial
dan ekonomi Qatar dengan Saudi dan negara teluk lainnya, 10) menghentikan komunikasi
dengan oposisi politik di Arab Saudi dan negara teluk lainnya, 11) menutup semua kantor berita
yang didanai secara langsung dan tidak langsung oleh Qatar termasuk Arabi21, Rassd, Al Araby
Jadeed. Qatar harus menyetujui semua permintaan dalam waktu 10 hari dan jika tidak
dilaksanakan maka akan menjadi tidak valid. Tuntutan yang ke 12 dan 13 adalah Qatar harus
menyetujui audit bulanan pada tahun pertama setelah menyetujui permintaan kemudian diikuti
dengan audit empat bulan sekali pada tahun kedua dan audit tahunan di 10 tahun setelahnya.

Catatan Dosa Qatar menurut Arab Saudi

Arab Saudi dan sekutunya, yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, pada Jumat
merilis daftar individu dan entitas yang menurut mereka terkait Qatar berkenaan dengan
terorisme. Daftar ini berkaitan dengan Qatar dan menjalankan agenda mencurigakan yang
mengindikasikan dualitas kebijakan Qatar" menurut pernyataan Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Mesir dan Bahrain. arab saudi akan mengklaim daftar tersebut menunjukkan bahwa Qatar
mengumumkan memerangi terorisme di satu sisi dan mendanai serta mendukung dan menjadi
tuan rumah berbagai organisasi teroris di sisi lain

Namun, daftar tersebut berisikan setidaknya dua nama yang sudah terlebih dahulu ditetapkan
sebagai penyandang dana teroris, dan Qatar sudah menindak mereka menurut laporan
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Keduanya adalah Sa'd al Ka'bi dan Abd al-Latif al
Kawari. Mereka merupakan bagian dari sederet individu dan entitas yang masuk dalam daftar
Arab Saudi dan ketiga sekutunya. Keempat negara sepakat menggolongkan 59 orang dan 12
entitas dalam daftar terorisme,

C. Teori Balance of Power dalam bentuk Respon Arab Saudi

Teori balance of power Kenneth Waltz dipilih oleh penulis untuk menjelaskan sikap yang
diambil oleh Arab Saudi dalam konflik yang terjadi pada tahun 2017 tersebut.Dalam teori
balance of power disebutkan bahwa tatanan politik internasional yang anarki membuat Negara-
negara yang berada didalam sistem anarki tersebut akan bertindak dengan power atau kekuatan
negaranya yang dimiliki untuk bertahan atau struggle dalam sistem anarki tersebut.Dalam teori
balance of power, teori ini menjelaskan mengenai usaha- usaha yang ditempuh oleh Negara guna
meningkatkan kemampuan dan mempertahankan kemampuan yang telah dimilikinya.Hal
tersebut dilakukan untuk menstabilkan power negaranya.Waltz dalam tulisannya mengatakan
bahwa Balance of power ini merupakan sebuah kondisi dimana Negara ingin mempertahankan
stabilitas negara mereka

dalam analisis ini Arab Saudi merupakan aktor utama sebagai negara besar yang ingin
mempertahankan sistem atau kondisi politik dan keamanan yang berada didalam
kawasan.Aliansi yang dilakukan oleh Qatar dianggap mengancam stabilitas keamanan politik
ekonomi didalam kawasan karena Qatar bekerjasama dengan Iran. Sesuai dengan teori balance
of power yang menyatakan bahwa setiap negara dalam sistem internasional akan meminimalisir
setiap adanya ancaman yang akan menganggu tercapainya kepentingan nasional setiap
negara.Seperti bentuk respon yang ditunjukkan oleh Arab Saudi. teori yang dipilih oleh penulis
terhadap sikap yang ditunjukkan oleh Arab Saudi pada konflik tahun 2017.Teori balance of
power penulis pakai untuk melihat sikap yang ditunjukkan Arab Saudi yakni:
Arab Saudi merasakan adanya ancaman atas kerjasama Qatar dan Iran khususnya dalam bidang
produksi dan perdagangan minyak LNG antara kedua negara tersebut yang ternyata meningkat
sehingga dirasa mengancam stabilitas politik ekonomi Arab Saudi.

Pada masa kini kekuatan militer bukan menjadi pilihan utama bagi Negara dalam konflik yang
terjadi,konflik tersebut terjadi karena adanya tuduhan terhadap Qatar yang telah melanggar
norma kerjasama dalam organisasi regional GCC

D. kepentingan Amerika Serikat dalam Krisis Hubungan Diplomatik antara Arab Saudi dan
Qatar

a. Kekhawatiran Amerika atas Krisis Hubungan Diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar

Salah satu alasan dari pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi dan Qatar adalah, Saudi
merasa bahwa Qatar adalah sebuah ancaman pada stabilitas politiknya, keamanan dan power
Arab Saudi didalam kawasan karena adanya balancing forming, yaitu adanya ancaman yang
datangnya dari luar konflik. Hal tersebut terjadi karena Qatar memilih untuk mempererat
hubungan dengan Iran yang merupakan rival Arab Saudi sejak lama, oleh karena itu Arab Saudi
merasa bahwa kerjasama antara Iran dan Qatar ini memiliki ancaman pada stabilitas power dari
Arab Saudi.

Begitu juga dengan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat sendiri secara personal memiliki
konflik dengan Iran. Sejak 1950, hubungan kedua negara tersebut sudah rumit, yang dipicu oleh
perebutan hak pengelolaan tambak minyak bumi. Perdana Menteri Iran pada waktu itu,
Mohammad Mossadeq berniat menasionalisasi tambang minyak bumi, yang sebagian besar
dikuasai perusahaan Inggris.

Guna mencegah hal tersebut, intelijen Inggris dan AS berniat melakukan kudeta dan
menggulingkan pemerintahan Mossadeq. AS mendukung Mohammad Reza Shah sebagai
pemimpin, menggantikan Mossadeq. Pada 2015, AS-Iran menandatangani kesepakatan nuklir.
Iran setuju mengurangi aktivitas pengembangan nuklir sebagai ganti pengangkatan sanksi
ekonomi. Namun, pada 2018, AS mundur dari kesepakatan tersebut dan kembali
memberlakukan sanksi. Di 2019, AS menyebut Pengawal Revolusi Iran sebagai kelompok
teroris dan menyebut Jenderal Soleimani sebagai tokoh di balik penyerangan terhadap kedutaan
AS. Hal itu menjadi landasan serbuan AS ke bandara Baghdad yang menewaskan Soleimani.
Hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) kian memanas. Iran meluncurkan rudal untuk
menyerang markas tentara AS di Irak.

Meningkatnya antara konflik Amerika Serikat dan Iran tidak terlepas dari kedekatan Iran dan
Qatar setelah pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi kepada Qatar. Hal ini juga
menimbulkan kekhawatiran Amerika Serikat, Kedekatan hubungan kembali antara Qatar dan
Iran menimbulkan kekhawatiran Amerika Serikat. Dalam hal ini Iran merupakan ancaman
keamanan bagi Amerika Serikat dalam visinya memerangi kelompok ekstremis di Timur
Tengah. pada awal tahun 2018 Amerika Serikat mengubah kebijakan luar negerinya dengan
meminta bantuan Kuwait sebagai mediator dalam proses rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi.
Amerika Serikat melalui Departemen Luar Negeri mendesak agar Arab Saudi, UEA, dan
negara-negara Teluk lain untuk meringankan sanksi blokade terhadap Qatar.

Mengingat Qatar merupakan rumah bagi sekitar 11.000 tentara Amerika Serikat, serta pusat
dari Combined Air Space and Space Operation Center (CAOC) milik Amerika Serikat di Al-
Udeid dalam mengawasi pergerakan kelompok-kelompok militan seperti ISIS, Al-Qaeda, dan
lainnya. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam mendukung Qatar bertolak belakang
dengan kebijakan sebelumnya, di mana pada kebijakan sebelumnya, Amerika Serikat cenderung
lebih pro terhadap Arab Saudi dan UEA. Sedangkan pada perubahan oientasi kebijakan luar
negerinya, Amerika Serikat memberikan perhatian terhadap Qatar demi menjaga hubungan baik
antar negara, salah satunya dengan mengadakan pertemuan berupa dialog strategis untuk
memperkuat kerja sama militer dan keamanan Amerika Serikat dan Qatar. menurut dari
pandangan orang Amerika bahwasannya penyelesaian konflik Qatar dan Arab Saudi oleh
Amerika sangat tidak konsisten.

B. Kebijakan Luar Negeri Amerika dalam Krisis Diplomatik Qatar dan Arab Saudi

Ketegangan yang terjadi akibat pemutusan hubungan diplomatik yangdilakukan negara-negara


Teluk terhadap Qatar membuat Amerika Serikat turut terlibat. Keterlibatan Amerika Serikat,
terlihat dari kebijakan luar negeri yang dikeluarkan selama krisis diplomatik Qatar-Arab Saudi
berlangsung. Kebijakanluar negeri yang dikeluarkan Amerika Serikat ialah pada awalnya
Amerika Serikat bergabung dengan aliansi Anti Qatar yang dipimpin oleh Arab Saudi, UEAdan
Mesir dalam mengisolasi ekonomi Qatar.5 Presiden Donald Trump memberikan
dukunganterhadap langkah negara-negara Teluk untuk memblokade ekonomi Qatar. Di sisi lain
kebijakan luar negeri yang dikeluarkan Presiden Donald Trumpterhadap krisis tersebut
mendapat pertentangan oleh Departemen Luar Negeri. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat
saat itu, Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan.

Pada awal tahun 2018, Amerika Serikat mengubah kebijakan luar negerinya dengan meminta
bantuan Kuwait sebagai mediator dalam prosesrekonsiliasi Qatar-Arab Saudi.6 Amerika Serikat
melalui Departemen Luar Negeri mendesak agar Arab Saudi, UEA, dan negara-negara Teluk
lain untuk 9 blokade terhadap Qatar. Mengingat Qatar merupakan rumah bagi sekitar 11.000
tentara Amerika Serikat, serta pusat dari Combined Air Space and Space Operation Center
(CAOC) milik Amerika Serikat di Al-Udeid dalam mengawasi pergerakan kelompok-kelompok
militan seperti ISIS, Al-Qaeda, dan lainnya.

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam mendukung Qatar bertolak belakang dengan
kebijakan sebelumnya, di mana pada kebijakan sebelumnya, Amerika Serikat cenderung lebih
pro terhadap Arab Saudi dan UEA. Sedangkanpadaperubahan oientasi kebijakan luar negerinya,
Amerika Serikat memberikan perhatianterhadap Qatar demi menjaga hubungan baik antar
negara, salah satunya dengan mengadakan pertemuan berupa dialog strategis untuk memperkuat
kerja sama militer dan keamanan Amerika Serikat dan Qatar.7

BAB III

Pembahasan

3.1. Penyebab Terjadinya Konflik antara Arab Saudi dan Qatar

A. Adanya Dukungan Qatar terhadap Islam Radikal

Penyebab utama konflik antara kubu yang dipimpin Arab Saudi dan pemerintah Qatar adalah
pendanaan dan dukungan politik Doha untuk kelompok- kelompok Islam yang aktif secara

5
Rami G. Khouri. “U.S Role in Resolving Qatar Crisis Grows”. Artikel The Cairo Reviewof Global Af airs, 2017.
https://www.thecairoreview.com/tahrir-forum/u-s-role-in-resolving-qatar-crisis-grows/ .
6
Alessandro Bruno. “Kuwait Mediator in the Gulf Crisis”. Artikel South World News. 2017.
https://www.southworld.net/kuwait-mediator-in-the-gulf-crisis/
7
Dr Khalid Al-Jaber & Giorgio Cafiero.“US-Qatar strategic dialogue and the Gulf crisis”. Artikel The Peninsula:
Qatar’s Daily Newspaper. 2018. https://thepeninsulaqatar.com/opinion/06/02/2018/US- Qatar-strategic-dialogue-
and-the-Gulf-crisis
politik dan berideologi ekstrim yang sering berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Arab Saudi
dan negara GCC (Gulf Cooperation Council) lain merasa terancam oleh potensi masuknya
organisasi yang ekstrim. Organisasi-organisasi tersebut adalah Alqaidah, ISIS, Nusa Front,
Ikhwanul Muslimin, dan Hizbullah. Sikap politiknya adalah menciptakan lingkungan negatif
yang dapat meningkatkan bahaya bagi keamanan serta stabilitas kawasan Teluk.

Sepak terjang kebijakan luar negeri Qatar yang independen ditambah lagi penggunaan media
resmi pemerintah al-Jazeera oleh Qatar untuk memperbesar pengaruh organisasi Ikhwanul
Muslimin di kawasan Arab dan mengkritik para pemimpin di Riyadh, Kairo, dan Abu Dhabi
telah lama menjadi duri serius dalam hubungan regional. Terdapat beberapa manuver politik
Qatar yang dikritik keras oleh Arab Saudi diantaranya adalah intervensi berupa dukungan
ekonomi Qatar terhadap rezim transisi yaitu: Libya, Suriah, dan Mesir. Hal ini dianggap
melangkahi kewenangan serta dominasi Arab Saudi di Kawasan Teluk.

B. Efek Arab Spring

walaupun ini bukan penyebab utama, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perisitiwa Arab
Spring berkontribusi dalam melonggarnya hubungan Arab Saudi denga Qatar yang berimbas
pada blokade yang dilakukan Arab Saudi dan sekutunya terhadap Qatar pada tahun 2017. Dalam
perisitwa Arab Spring, persaingan antara Arab Saudi dan Qatar membuat mereka mendukung
kelompok yang berbeda dan seringkali menunjukkan persaingan di Suriah. Contohnya, di salah
satu wilayah di sekitar Damaskus, Arab Saudi mengirimkan uang dan senjata ke Jaysh al-Islam,
sedangkan Qatar mendukung kompetitornya, Faylaq al-Rahman.

Dalam kasus lain, di mana pengaruh Iran minimal, perjuangan antara Qatar dan Arab Saudi
mengakibatkan ketidakstabilan yang lebih besar. Contohnya, di Mesir, Saudi memberikan
dukungan terhadap pembentukan militer-politik tradisional sementara Qatar memberikan
dukungan kepada Ikhwanul Muslimin beserta organ politiknya, Partai Kebebasan dan Keadilan.
Di Libya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah memberikan dukungan kepada para pemimpin
militer seperti Jenderal Khalifa, sedangkan Qatar memberikan dukungan terhadap kelompok-
kelompok Islam yang berkedudukan di Mistrata, dengan demikian memantik perang saudara
Libya dan membuat lingkungan yang kondusif bagi perkembangan ISIS. Hal ini memiliki
konsekuensi yang berbahaya bagi tetangga Libya seperti Tunisia, dan Mesir. Perbedaan-
perbedaan jalan yang ditempuh oleh Qatar dan Arab Saudi ini menambah sentimen diantara
mereka

3.2. Kebijakan Blokade Arab Saudi terhadap Qatar

Krisis diplomatik Qatar 2017 tidak berhenti pada pemutusan diplomatik yang dilakukan oleh
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir terhadap Qatar. Lebih dari itu, Arab Saudi dan
beberapa negara Teluk tersebut juga menambahkan penderitaan terhadap Qatar dengan
mengeluarkan kebijakan blokade terhadapnya. Kebijakan blokade tersebut merupakan salah satu
bentuk nyata dari gejolak perpolitikan yang kerap kali terjadi di Timur Tengah,

Kebijakan tersebut dikeluarkan tepat setelah mereka memutuskan hubungan diplomatik


dengan Qatar pada 5 Juni 2017 silam. Adapun maksud dari kebijakan blokade yang diterapkan
oleh Arab Saudi dan beberapa negara Teluk tersebut berupa larangan bagi warga Qatar untuk
berpergian ke negara mereka. Arab Saudi bersama dengan UEA dan Bahrain memboikot seluruh
jalur transportasi yang menghubungkan antara Qatar dan negara-negara Teluk tersebut baik
melalui jalur darat, laut, serta udara (Jahsan, 2018). Arab Saudi dan beberapa negara Teluk
lainnya yang melakukan blokade terhadap Qatar menganggap bahwa Qatar merupakan negara
semenanjung yang menjadi sponsor bagi kelompok-kelompok teroris, mereka juga
menambahkan bahwa Qatar telah melakukan pengkhianatan terhadap negara-negara anggota
Gulf Cooperation Council (GCC), hal tersebut disebabkan oleh kedekatan Qatar dengan Iran
yang mereka anggap sebagai ancaman bagi stabilitas keamanan negara-negara Teluk.

3.3. Analisis Faktor Penyebab Blokade Perspektif Teori Decision Making

Setelah membahas tentang kebijakan blokade yang diterapkan Arab Saudi terhadap
Qatar, selanjutnya akan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan Arab Saudi mengeluarkan
kebijakan blokade terhadap Qatar dengan menggunakan lensa teoritis yang bernama Decision
Making. Coplin mendefinisikan teori ini sebagai cara untuk mengetahui perilaku negara dalam
hubungan internasional. ia juga menambahkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
seorang pembuat kebijakan dalam menentukan sebuah kebijakan luar negeri, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. faktor internal
pada faktor internal dalam teori Decision Making, menerangkan bahwa kelompok-
kelompok domestik memiliki peranan penting dalam mendorong aktor pemangku kebijakan yang
dalam hal ini adalah pemerintah untuk mengeluarkan atau membuat kebijakan yang sesuai
dengan kepentingan kelompok-kelompok tersebut, Jika ditinjau dari keadaan internal
domestiknya yang dalam hal ini adalah kerajaaan Arab Saudi itu sendiri mungkin sangat jarang
diketahui bahwa salah satu faktor penyebab Arab Saudi menerapkan blokade terhadap Qatar
tersebut adalah karena faktor dendam sejarah pada tahun 1995 yang telah lama dipendam oleh
Kerajaan Arab Saudi, ditambah lagi dengan ambisi dari putra mahkota, pangeran Muhammad bin
Salman yang saat ini menjalankan urusan Kerajaan dan berniat untuk mengendalikannya di
seluruh wilayah juga memiliki pandangan yang suram terhadap Qatar. bagi Arab Saudi untuk
tidak meneruskan kebijakan blokade mereka terhadap Qatar, karena sebenarnya faktor yang
paling berpengaruh dalam penerapan kebijakan blokade tersebut adalah internal Kerajaan Arab
Saudi itu sendiri.

b. faktor eksternal

Selain faktor internal domestik Arab Saudi juga didorong oleh faktor ekstrernal . Terkait
dengan faktor-faktor eksternal, dengan kata lain adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkup
internasional tentang pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan blokade Arab Saudi, pertama
adalah faktor kedekatan antara Qatar dan Iran, dimana akan menjabarkan bagaimana hubungan
antara Qatar dan Iran ini berpengaruh pada kebijakan blokade yang diterapkan oleh Arab Saudi
terhadap Qatar. Bagian kedua akan membahas mengenai faktor kedekatan Qatar dengan
organisasi Ikhwanul Muslimin, dimana hal ini juga merupakan salah satu alasan mengapa Arab
Saudi menerapkan kebijakan blokade terhadap Qatar.

3.4. Reaksi Qatar Terhadap Blokade yang Dilakukan Arab Saudi

Konsekuensi dari kondisi ini salah satunya adalah timbulnya gangguan transportasi jalur
umrah ke Mekkah yang melalui Qatar. Selain itu, Warga Qatar yang melakukan pernikahan
dengan warga negara Arab Saudi juga mengalami kebingungan, sebab muncul wacana
pengusiran warga Qatar dari negara-negara tersebut dalam waktu 14 hari. Menghadapi kondisi
ini pemerintah Qatar, Kementrian Dalam Negeri Qatar merespon dengan merilis bantahan resmi
dan membentuk tim investigasi dengan meminta bantuan badan keamanan Inggris dan FBI
sebagai pihak yang netral dan mengawasi pelaksanaan investigasi. Dari hasil penyelidikan
preliminatory report, ditemukan adanya bukti peretasan yang dilakukan dengan tekhnologi tinggi
dengan memanfaatkan cyber bug yang telah ditanam pada situs QNA sejak April 2017.

Berbekal temuan tersebut, Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed Abdulrahman Al-
Thani dalam Konferensi Pers di Doha pada 6 Juni 2017 menyatakan bahwa Qatar akan
menyikapi hal ini dengan tidak akan memperburuk situasi, serta memilih menyelesaikan
permasalahan ini secara kekeluargaan di meja negosiasi.

Kemampuan dan mandiri secara finansial membuat Qatar memiliki kebijakan politik luar
negeri yang cenderung “open minded dan independent” dan lebih banyak mengandalkan soft
power, misalnya melalui media pendidikan, budaya, pariwisata, ekonomi, dan beragam bantuan
filantropi kemanusiaan. Kemampuan Qatar melakukan diplomasi dengan beragam pihak ini
menjadikan Qatar sebagai mediator konflik-konflik yang disegani. Antara lain Qatar membantu
menjadi mediator konflik di Lebanon, mediator konflik yang terjadi di Maroko hingga Sahara
Barat, mediator dalam Perang Darfur melawan pemerintahan di Khartoum, Qatar juga berperan
mengembalikan Hamas dari aliansi Rusia-Suriah-Iran ke Turki-Mesir.

Namun di lain pihak, sikap luar negeri Qatar ini justru membuat negara- negara tetangga
cemas dan marah karena dianggap mencampuri urusan internal negara lain, dan tidak selaras
dengan kepentingan negara-negara kawasan. Qatar dinilai melanggar kode etik norma dan tata
nilai regional yang telah dibangun Saudi Arabia di wilayah Teluk. Terutama dukungan Qatar
pada gerakan Ikhwanul Muslimin, Hamas, faksi-faksi bersenjata di Libya dan Suriah yang justru
ditentang oleh UEA dan Saudi Arabia.

3.5. Dampak Blokade oleh Arab Saudi terhadap Qatar

a. Bidang Politik

Adapun dampak dari kebijakan blokade yang diterapkan Arab Saudi terhadap Qatar
dalam bidang politik dapat dilihat dari beberapa negara lainnya yang sebelumnya menjalin
hubungan diplomatik dan kerja sama dengan Qatar secara tiba-tiba memutuskan untuk mengikuti
jejak Arab Saudi dalam pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar. Negara- negara tersebut
antara lain adalah Uni Emirat Arab dan Bahrain dan Mesir (Dennis, 2018). Tidak hanya itu, dua
negara Arab lainnya yaitu Yaman dan Libya juga sepakat untuk memutus hubungan diplomatik
dengan Qatar, selain itu terdapat satu negara diluar negara Arab yang juga mengambil keputusan
untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, negara tersebut adalah Maladewa.

b. Bidang Ekonomi

dampak dari kebijakan blokade Arab Saudi terhadap Qatar dalam bidang ekonomi
sebenarnya tidak seburuk seperti yang dibayangkan. Kendati di awal-awal penerapan blokade
tersebut, Qatar mengalami indeks penurunan saham hingga pada titik merah. Hal itu dapat dilihat
dari persiapan Qatar dalam rangka menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2022, dimana mereka
dengan cepat mengimpor bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan dari China dan Malaysia
setelah pemberlakuan blokade terhadap dirinya oleh Arab Saudi yang bermula sejak 5 Juni 2017
silam

3.4. Argumentasi Pribadi

krisis diplomatik terjadi pada negara-negara anggota GCC ini akan berlangsung lama dan
sulit untuk diselesaikan. Sebagaimana diketahui bahwa kedua belah pihak baik Arab Saudi dan
Qatar masing-masing tidak mau berkompromi dalam menyelesaikan hal ini, 13 tuntutan yang
diajukan Arab Saudi terhadap Qatar sebenarnya merupakan proyeksi Arab Saudi untuk bisa
mengintervensi negara tersebut, agar dirinya menjadi satu-satunya negara yang paling besar
powernya di Timur Tengah, dan sebagai sebuah negara yang berdaulat, Qatar tentu menolak 13
tuntutan yang diajukan Arab Saudi tersebut. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa keduanya
memiliki ego yang tinggi, dan tidak ada yang bersedia untuk mengalah antara satu dengan yang
lainnya. Hal inilah yang menyababkan penulis beranggapan bahwa krisis diplomatik yang terjadi
di Qatar ini akan sangat sulit untuk diselesaikan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. kesimpulan

1. Hubungan antara Iran dan Qatar semakin kuat, hal ini dipengaruhi putusan hubungan
diplomasi antara Arab Saudi dan Qatar. Aliansi Qatar dan Iran salah satunya adalah
kerjasama mengenai perdagangan minyak gas LNG.Kekuatan aliansi Qatar dan Iran yang
semakin kuat dan meningkatkan perdagangan minyak Qatar,pada tahun 2014 Iran bersama
Qatar membentuk sebuah peraturan keaamanan yang disebut dengan tiga zona bebas
perdagangan Iran Qatar.Zona pertama berada di Bushers Iran dan yang kedua terletak di
Doha Qatar kemudian terakhir berada di Al- Ruwais Qatar. Pada tahun selanjutnya ekonomi
perdagangan Iran dan Qatar diperkirakan berkembang pesat telah mencapai angka $500
Juta. Aliansi kedua negara tersebut dirasa Arab Saudi sebagai sebuah ancaman bagi
ekonomi politik internasional karena penjualan minyak LNG Qatar dan Iran yang
meningkat.
2. Teori Balance of power pada konflik Arab Saudi dan Qatar tersebut menjelaskan bahwa
saudi yang berstatus sebagai negara hegemon merasa bahwa Qatar menjadi sebuah ancaman
pada stabilitas ekonomi politik, keamanan dan power Arab Saudi didalam kawasan.Karena
adanya balancing forming (adanya ancaman yang datangnya dari luar koflik).Hal tersebut
terjadi karena Qatar memilih untuk mempererat hubungan negaranya dengan Iran yang
merupakan rival Arab Saudi sejak lama, karena itulah Saudi merasa bahwa suksesnya
kerjasama Qatar Iran terutama dalam kerjasama produksi dan penjualan minyak LNG yang
telah dijalin Qatar bersama Iran tersebut berpotensi mengancam stabilitas ekonomi politik
dan power Arab Saudi.

DAFTAR PUSTAKA

Nilna Indriana, 2017. “Pemetaan Konflik di Timur Tengah (tinjauan geografi politik). Jurnal
Humanior. Vol 1, No. 2, Februari 2017.

Muh Ghozali Rahman, 2021. “Hubungan Kawasan Saudi dan Qatar pada Konflik di Kawasan
Timur Tengah Tahun 2017. Dalam Skripsi.
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi pemahaman Fakta dan Gejala
Pemasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011.HIm 345.
Kenneth N Waltz, “The Origins of War in Neorealist Theory: Journal of interdisciplinary History
18”, 619. http://users.metu.edu.tr/utuba/Waltz.pdf

Mulyana Budi, Savitri Astri Audina. ”Hubungan Arab Saudi dan Qatar Pasca Pemutusan
Hubungan Diplomatik Tahun 2017” dalam Program Studi Ilmu Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Inodnesia.

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3405/7/UNIKOM_Nathanael%20Ferian_BAB%201.pdf

https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/8512/3/skripsi%20Bab%202%20Nabilah%20Ratna
%20Dewi.pdf

https://eprints.umm.ac.id/49444/1/BAB%201.pdf

annida anggraini

bagaimana pendapat penyaji pemutusan hub diplomatik akan berdampake pada militer

jawaban: pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi terhadap Qatar tidak berdampak
kepada militer namun berdampak kepada ekonomi namun setelah terjadinya pemutusan
hubungan diplomatik oleh Arab Saudi terhadap Qatar Arab Saudi melakukan blokade dan ini
cukup merugikan Qatar blokade tersebut terjadi setelah pengumuman pemutusan hubungan
diplomatik, blokade tersebut ialah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dan Bahrain memboikot
seluruh jalur transportasi yang menghubungkan antara Qatar dengan negara negara Teluk baik
melalui jalur darat laut serta udara ini cukup merugikan Qatar namun tidak di cukup signifikan
terhadap Qatar itu sendiri.

farhan al hafiz

balancing of power, apakah dalam pemutusan hub diplomatik qatar dan iran. kerna kerjasama
qatar lebih sukses dengan iran daripada arab saydi

jawaban: theory balance of power menjelaskan sikap yang diambil oleh Arab Saudi dalam
pemutusan hubungan diplomatik tersebut karena teori balance of power ini menyebutkan bahwa
tatanan politik internasional yang anarki membuat negara negara berada dalam sistem anarki
yang bertindak dengan power atau kekuatan negaranya yang dimiliki untuk bertahan atau
menjaga keamanan untuk negaranya sendiri. jika dihubungkan dengan kasus yang terjadi pada
tahun 2017 ini di mana teori balance of power ini adalah bentuk respon Arab Saudi terhadap
Qatar karena Qatar ini mendukung terorisme dan itu membuat Arab Saudi dan negara negara
timur tengah lainnya menganggap bahwa katak ini sebagai ancaman sehingga muncullah teori
balas of power ini di mana Arab Saudi mengambil ancang ancang untuk menjaga keamanan
negara nya dengan memutuskan hubungan diplomatik nya terhadap Qatar begitu juga dengan
negara negara timur tengah lainnya. selain itu Setelah pemutusan hubungan diplomatik oleh
Arab Saudi terhadap Qatar Qatar ini memiliki hubungan dengan Iran yang di mana Iran ini
merupakan musuh dari Arab Saudi. lalu setelah pemutusan hubungan diplomatik tersebut
terjadilah blokade oleh Arab Saudi dan negara timur tengah kepada Qatar. mengenai teori off
balance yang dilakukan oleh Arab Saudi tidak hanya karena Qatar ini memiliki hubungan yang
baik dengan Iran namun yang pertama Tama ialah karena Qatar ini dikatakan mendukung
terorisme.

jonamso

konflik terjadi turun naik, naiknya konflik pada tahun 2017. bagaimana kondisi ekonomi qatar.
diakibatkan oleh kerjasama qatar drngan organisasi islam eksterem. apakah sudah selesai
jawaban: pada awalnya terjadi pemutusan hubungan diplomatik antara Arab Saudi kepada Qatar,
Qatar ini memiliki sedikit masalah terhadap ekonomi nya bisa dilihat dari sebelum Piala dunia
Qatar mengekspor beberapa bahan makanan ke negara lain dan indeks ekonomi katan itu
menurun namun tidak berlangsung lama Qatar kembali memperbaiki ekonomi negara nya.
apakah Krisis diplomatik Qatar dan Arab Saudi sudah selesai bisa dikatakan sudah selesai karena
Arab Saudi membuka blokade dan melakukan kembali hubungan kerjasama

wulan juwita

apa yang melatar belakangi pemutusan hubungan diplomatik negara lain dengan qatar. dampak
terhadap masyarakat qatar dan penyelesaiannya.

jawaban: Arab Saudi, UEA, dan Bahrain menarik diplomat mereka, karena mengklaim bahwa
Qatar memiliki dukungan kepada kelompok bersenjata. Qatar dianggap melanggar sebuah
perjanjian yaitu Gulf Cooperation Councill (GCC). Ketegangan ini kemudian menemukan solusi
berupa negosiasi. Oleh karena itu pada tahun 2014 hubungan anatara kedua negara ini
menghangat yang dibuktikan dikirimnya kembali duta besar dari Arab Saudi ke Qatar. Namun,
ketegangan ini kembali muncul pada tahun 2017 dimana ketika kantor berita Qatar yang dikelola
pemerintah terdapat postingan artikel yang pada intinya berisi dukungan Qatar terhadap
terorisme. hal tersebut merupakan ancaman bagi negara negara timur tengah sehingga bukan
hanya arab saudi yang melakukan pemutusan hubungan diplomasi kepada qatar namun negara
negara timur tengah seperi bahrain, uni emirat arab juga melakukan pemutusan hubungan
diplomatik tersebut. pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi terhadap kata ini tidak
memiliki dan yang signifikan atau dampak yang sangat buruk terhadap Qatar itu sendiri karena
dengan cepat Qatar dapat mengembalikan kestabilan ekonomi di negara nya dan masyarakat
tidak memiliki dampak apapun terhadap pemutusan hubungan diplomatik tersebut namun
dampaknya terjadi karena blokade yang dilakukan oleh negara negara timur tengah kepada
Qatar, karena Qatar tidak bisa melewati jalur negara yang mem blokade qatar dari udara laut
maupun darat.

lewis gordon

apa pertimbangan qatar lebih memilih iran untuk bekerja sama daripada Arab Saudi.
jawaban: menurut saya karena beberapa dari negara timur tengah melakukan blokade dan
pemutusan hubungan diplomatik kepada kantor sehingga dekat terlebih memilih hubungan
dengan Iran yang notabenenya Iran ini memiliki keamanan yang cukup tinggi di mana pada saat
itu Qatar sedang tidak memiliki hubungan yang baik dengan negara negara timur tengah lainnya.

montela howuhowu hulu

salah satu ketakutan arab saudi adalah kerna qatar berkerja sama dengan iran, sehingga
terjadinya pemutusan hubungan diplomatik oleh arab saudi kepada qatar.

jawaban: awal mula terjadinya pemutusan hubungan diplomatik oleh Saudi dan Qatar bukan
karena Katerini bekerjasama dengan Iran moon Qatar melalui media resmi Qatar bahwasannya
Qatar ini mendukung aksi terorisme sehingga menyebabkan ketakutan oleh Arab Saudi dan
negara negara timur tengah lainnya makanya terjadinya pemutusan hubungan diplomatik
terhadap Qatar. kerja sama antara qatar dan Iran ini memang salah satu penyebab pemutusan
hubungan diplomatik dan terblokade oleh negara negara timur tengah terhadap Qatar, namun
awal mulanya pemutusan hubungan diplomatik ini dilakukan karena kata ini memiliki hubungan
terhadap terorisme yaitu Qatar mendukung terorisme seperti memberikan dana kepada terorisme
hal itu merupakan ancaman bagi negara Arab Saudi dengan negara timur tengah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai