Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG JEPANG UNTUK MEMPERKUAT KERJASAMA

BILATERAL DENGAN AUSTRALIA

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Dana Pratiwi 07041181924234

2. Fatimah Az Zahra 07041181924014

3. Jessica Sarah Natalia 07041281924059

4. Ratri Ayudya Sari 07041281924103

Dosen Pengampu: Nurul Aulia, S.IP., MA

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Selama beberapa dekade, kebijakan luar negeri Jepang telah dianggap abnormal oleh
pengamat internal maupun eksternal dalam kaitannya dengan ukuran dan tingkat
kecanggihannya. Keinginan untuk menjadi “normal-country” atau "negara normal" kemudian
membuat Jepang berusaha menjadi pemain regional dan global yang lebih efektif. Jepang
kemudian diharapkan dapat memanfaatkan modal manusia, budaya, teknologi, dan keuangannya
yang cukup besar untuk memberi manfaat bagi warganya dan dunia. Sebagai bagian dari gerakan
dan upaya menuju status 'negara normal', Jepang kemudian mulai melakukan kebijakan
restrukturisasi dan diversifikasi aliansi dirinya. Maka dari itu, di sekitar tahun 2010, Jepang telah
memperdalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan Australia, juga sambil membina mitra
baru seperti India, serta beberapa negara Asia Tenggara.

Hubungan Jepang dengan Australia sendiri terbilang menarik untuk dikaji dan
diperhatikan. Hubungan kedua negara ini adalah salah satu hubungan bilateral yang paling lama,
paling penting dan bebas masalah— setidaknya sejak berakhirnya Perang Dunia II. Pada awal
hubungan kedua negara ini, memang terbilang cukup banyak tensi dan ketegangan yang terjadi
di antara kedua belah pihak terutama pada era Perang Dunia II, di mana Japang pernah
menginvasi wilayah Australia secara langsung dan pasukan Jepang menyerang Darwin di
Australia Utara dan Pelabuhan Sydney. Namun, di era Pasca Perang, Jepang-Australia dengan
cepat justru membangun hubungan diplomatik yang lebih baik dan hubungan kemitraan ekonomi
yang lebih produktif.

Di beberapa tahun terakhir, kemitraan Australia-Jepang adalah yang salah satu kemitraan
bilateral yang paling dekat dan paling matang dan merupakan dasar bagi kepentingan strategis
dan ekonomi kedua negara. Hubungan Jepang-Austalia didukung oleh komitmen bersama
terhadap demokrasi, hak asasi manusia dan supremasi hukum, serta pendekatan bersama
terhadap keamanan internasional. Kedua negara juga berbagi hubungan perdagangan dan
investasi yang mendalam dan sudah berlangsung lama, dan bekerja sama erat dalam
pengembangan aturan perdagangan regional dan global. Pemerintah Australia dan para
pemimpin bisnis di Australia melihat Jepang sebagai pasar ekspor yang vital dan elemen penting
dalam pertumbuhan dan kemakmuran Australia di masa depan; terutama di kawasan Asia-
Pasifik. Jepang pada bagiannya juga menganggap Australia sebagai mitra penting, sebagai
sumber energi, mineral dan produk utama lainnya yang dapat diandalkan, juga sebagai tujuan
wisata populer, saluran yang berguna ke Barat dan satu-satunya kekuatan ekonomi kelas
menengah lainnya di Asia-Pasifik. (Kenny, 2013)

Terhitung pada tahun 2021, diketahui bahwa Australia melakukan lebih banyak
kerjasama dalam bidang militer dengan Jepang daripada negara lain mana pun kecuali Amerika
Serikat. Jepang, di waktu yang sama, juga telah membangun hubungan keamanan dengan mitra
lain termasuk Australia dalam proses mengurangi sentralitas AS dalam hal keamanan Jepang
(Mcdermott et al., 2021). Terlepas dari perselisihan antara kedua negara mengenai program
penangkapan ikan paus Jepang, hubungan diplomatik antara Jepang dan Australia memang kerap
tumbuh semakin dekat. Hingga saat ini, hubungan Jepang-Australia terbilang baik dan positif
secara keseluruhan, terus tumbuh kuat selama bertahun-tahun, di mana kkedua negara menjadi
sangat dekat, substansial dan didorong oleh kepentingan bersama, dengan kedua negara memiliki
hubungan dekat dengan dunia Barat.

Terdapat berbagai faktor dan peristiwa yang berkontribusi terhadap perkembangan


hubungan yang positif Jepang-Australia pasca perang, salah satunya yang paling penting adalah
perjanjian ANZUS yang merupakan titik balik dalam perbaikan hubungan antara Jepang-
Australia. Perjanjian ini menjamin perlindungan Australia terhadap Jepang dan memberikan
keamanan di kawasan Asia-Pasifik. Kerjasama perdagangan dan pertukaran budaya juga
memainkan peran penting dalam membentuk hubungan baik Jepang dan Australia. Pertumbuhan
perdagangan merupakan penyumbang rasa kepentingan bersama antara kedua negara, dan
pertukaran budaya sering membantu untuk mengenali dan menerima perbedaan antara Australia
dan Jepang. Selain itu, Australia dan Jepang telah tumbuh lebih dekat dalam hubungan
keamanan mereka, ke tingkat resmi melalui Special Strategic Partnership atau Kemitraan
Strategis Khusus Jepang-Australia (Mark, 2019).

Namun selain ANZUS dan Special Strategic Partnership, masih sangat banyak faktor dan
peristiwa yang berkontribusi terhadap keeratan dan perkembangan hubungan yang positif
Jepang-Australia pasca perang hingga masa saat ini, mulai dari disetujuinya Japan-Australia
Economic Partnership Agreement (JAEPA) atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Jepang-
Australia yang memberikan akses yang berharga bagi para eksportir Australia dan akan
mendukung investasi dua arah lebih lanjut, memperkuat ikatan pertahanan yang berhubungan
dengan kebangkitan kekuatan China, dan masih banyak lagi yang pada akhirnya akan penulis
bahas dan elaborasi satu per satu secara lebih lanjut di dalam penelitian ini.

2. Rumusan Masalah
1) Faktor-Faktor apa saja yang mendorong Jepang memperkuat kerjasama bilateral
mereka dengan Asutralia?

3. Kerangka Teori
3.1. Kerjasama Internasional
Semua negara di dunia tidak dapat berdiri sendiri dan mandiri dalam memenuhi
berbagai kebutuhan, terlebih dalam meningkatkan perkembangan dan kemajuan
negaranya. Kerjasama dengan negara lain sangat diperlukan karena adanya saling
ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing-masing. Situasi negara-
negara di dunia saat ini semakin memperkuat posisi saling ketergantungan secara
global dan berpusat pada upaya meningkatkan kesejahteraan negara yang dilandasi
prinsip saling percaya, menghargai dan menghormati (Zulkifli, 2012). Kerjasama
Internasional biasanya berlangsung pada saat situasi yang sifatnya desentralisasi dan
kekurangan institusi serta norma yang efektif pada unit-unit yang berbeda sehingga
mengatasi masalah kurang memadainya informasi dan tujuan dari berbagai pihak
penting untuk dilakukan. Kerjasama Internasional bisa meliputi kerjasama di bidang
ekonomi, keamanan, kebudayaan, politik hingga sosial yang dapat dijalin oleh suatu
negara dengan satu atau lebih negara lainnya. Adapun tujuan negara-negara
melakukan kerjasama Internasional, yaitu semakin berkembangnya teknologi
memberikan kemudahan bagi negara dalam berinteraksi sehingga terjadi
interpendensi satu sama lain, negara-negara ingin meningkatkan kesejahteraannya
dengan mengembangkan perekonomian, adanya perubahan dalam dunia Internasional
yang awalnya berorientasi pada perang menjadi berorientasi pada kerjasama antar
negara, dan adanya keinginan untuk melakukan negosiasi. Maka dari itu, landasan
teori ini kiranya terkesan tepat untuk mengkaji pembahasan mengenai faktor-faktor
yang mendorong hubungan dan kerjasama bilateral antara Jepang dan Australia.

3.2. Liberalisme
Dalam kajian hubungan internasional, liberalisme merupakan cerminan utama
selain teori realisme. Liberalisme sendiri pada dasarnya adalah cara untuk
menggambarkan negara-negara dengan pemilihan umum yang bebas dan adil,
supremasi hukum, dan kebebasan sipil yang dilindungi. Liberalisme didasarkan pada
argumen moral bahwa memastikan hak individu atas kehidupan, kebebasan, dan
properti adalah tujuan tertinggi pemerintah. Sistem politik yang dicirikan oleh
kekuasaan yang tidak terkendali, seperti monarki atau kediktatoran, dianggap tidak
dapat melindungi kehidupan dan kebebasan warganya. Oleh karena itu, fokus utama
liberalisme adalah membangun institusi yang melindungi kebebasan individu dengan
membatasi dan mengawasi kekuasaan politik. Ide dasar Immanuel Kant (liberalist)
menyatakan bahwa perdamaian dunia akan tercapai jika jalinan hubungan
internasional bercermin pada hubungan antar manusia yang terdapat adil di dalam
masyarakat, dan supremasi hukum merupakan tonggak utama interaksi. Intinya,
perspektif liberalisme erat kaitannya dengan istilah perdamaian. Perdamaian ini
diwujudkan dengan terjalinnya hubungan kerja sama yang baik antar negara di dunia.
Hubungan kerjasama baik politik maupun ekonomi dinilai akan menimbulkan banyak
manfaat dan dampak yang baik dalam rangka membantu mewujudkan perdamaian
internasional bagi perspektif ini.

4. Argumentasi Utama
Sejak awal pembentukan hubungannya dengan Australia, Jepang terus berupaya
memperkuat hubungan tersebut baik di bidang perdagangan maupun di bidang keamanan.
Kebangkitan China dan ancaman perluasan dominasinya di kawasan Indo-Pasifik
menjadi salah satu alasan Jepang ingin memperkuat aliansinya dengan Australia. Alasan
lainnya adalah bahwa Australia telah menjadi mitra dagang yang penting bagi Jepang
terutama dalam perdagangan hasil tambang sejak lama.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Hubungan Jepang dan Australia

Dari era kolonial Australia hingga Perang Dunia II, pemerintah Australia merasakan
kecemasan yang cukup besar atas kekuatan Kekaisaran Jepang yang meningkat. Dari
menjadi musuh bebuyutan di Dunia Kedua Perang, dalam perkembangan sejarah yang
luar biasa, Australia telah menikmati hubungan positif dengan Jepang selama bertahun-
tahun. Perjanjian Perdagangan ditandatangani antara Australia dan Jepang pada tahun
1957, dan sebuah Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama pada tahun 1976, yang pada
saat itu Jepang telah menjadi yang terbesar di Australia mitra dagang, khususnya ekspor
mineral dan komoditas lainnya. Jepang masih menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi
Australia saat ini, setelah China.
Perjanjian Kemitraan Ekonomi yang ditandatangani pada tahun 2014 kemungkinan
akan terus meningkatkan perdagangan bilateral lebih jauh. Selain memperdalam
hubungan ekonomi dan sosial, Australia dan Jepang telah tumbuh lebih dekat di
hubungan keamanan mereka, ke tingkat resmi 'Kemitraan Strategis Khusus'. Baik Jepang
dan Australia berbagi Amerika Serikat sebagai sekutu utama mereka, dan ketiga negara
tersebut secara teratur mengadakan pertemuan Dialog Strategis Trilateral sejak 2002.
Pasukan Bela Diri Jepang dan Australia Angkatan Pertahanan telah meningkatkan
kerjasama mereka dalam pelatihan dan operasi keamanan sejak tahun 1990-an, termasuk
Operasi Penjaga Perdamaian di Kamboja, Timor Timur, dan Irak. Australia dan Jepang
juga berpartisipasi bersama dalam organisasi internasional, khususnya APEC, dan secara
gencar mempromosikan dan membela Kemitraan Trans-Pasifik. Meskipun perselisihan
antara kedua negara mengenai program perburuan paus Jepang, hubungan diplomatik
antara Australia dan Jepang semakin dekat belakangan ini. Sebagai kawasan Asia-Pasifik
dan tatanan politik internasional menghadapi ketidakpastian yang meningkat, terutama
setelah dimulainya Amerika Serikat Pemerintahan Trump, dan tantangan geopolitik
hegemonik China yang meningkat, hubungan bilateral Australia-Jepang terbukti menjadi
kontribusi yang semakin penting bagi ekonomi dan hubungan timbal balik. keuntungan
strategis kedua negara. Namun, aliansi militer formal yang melibatkan Australia dan
Jepang adalah tidak mungkin, karena perkembangan seperti itu pasti akan memprovokasi
China, tanpa tujuan strategis praktis yang nyata. (Mark, 2019)

2. Kerjasama Bilateral Jepang dan Australia

2.1. Perdagangan
Australia adalah negara pertama yang membuka pintunya untuk berdagang
dengan Jepang setelah Perang Dunia II (Australian Broadcasting Corporation, 2007),
kedua negara menandatangani Perjanjian Australia-Jepang. Perjanjian Perdagangan
pada 6 Juli 1957. Perjanjian penting ini memfasilitasi Jepang menjadi mitra dagang
utama bagi Australia. Jepang menjadi pasar ekspor terbesar Australia pada akhir
1960-an (dan tetap demikian selama lebih dari empat puluh tahun setelahnya; dan
sumber impor terbesar kedua pada awal 1970-an (Drysdale, 1993) . Jepang juga, dan
terus menjadi, sumber penting dari investasi asing langsung dan pendapatan
pariwisata Australia. Kedua negara aktif dalam mempromosikan pembentukan
perdagangan regional arsitektur, bekerja sama untuk meletakkan dasar bagi dewan
Kerjasama Ekonomi Pasifik pada awal 1980-an dan kemudian Kerjasama Ekonomi
Asia-Pasifik pada tahun 1989. Meskipun ikatan perdagangan yang kuat ini,
bagaimanapun, duri tetap ada dalam hubungan ekonomi. Negosiasi menuju perjanjian
perdagangan bebas bilateral (secara resmi disebut perjanjian kemitraan) berkembang
sangat lambat, terhalang oleh tuntutan proteksionis dari kelompok lobi domestic.
Setelah bertahun-tahun berusaha, putaran pertama negosiasi menuju penyelesaian
Economic Partnership Agreements (EPA) atau Ekonomi Perjanjian Kemitraan antara
Australia dan Jepang dimulai pada 24 April 2007 di bawah pemerintahan konservatif
Howard dan Abe. Setelah 16 putaran, kesimpulan dari negosiasi diumumkan 7 April
2014 selama perdana menteri perdana Tony Abbott kunjungan ke Jepang, dengan
ditandatanganinya Perjanjian Kemitraan Ekonomi pada 8 Juli 2014 oleh Perdana
Menteri Abbott dan Abe selama kunjungan perdana menteri yang terakhir ke
Australia. Kesepakatan itu adalah perjanjian perdagangan bebas pertama Jepang
dengan eksportir pertanian utama. Di bawahnya, Jepang berjanji untuk membuat
serangkaian konsesi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Australia
sehubungan dengan liberalisasi pertanian Jepang dengan imbalan Australia
menjatuhkan mobil dan rumah. tarif elektronik EPA memicu harapan bahwa hal itu
akan mengarah pada terobosan dalam negosiasi Kemitraan Trans-Pasifik (TPP)
Jepang-AS yang telah mencapai kebuntuan otomotif dan pertanian, sebuah harapan
yang belum terwujud.

2.2. Keamanan
Keamanan telah menjadi bagian penting dari hubungan Australia-Jepang
sehingga beberapa komentator berpendapat bahwa hubungan antara kedua negara
adalah "kunci untuk regional" stabilitas” (J. Berkshire, 2012). Perdana Menteri
Australia Tony Abbott telah mengacu pada kemitraan dengan Jepang sebagai satu
“untuk perdamaian, kemakmuran, dan supremasi hukum”. Langkah maju yang
signifikan dalam kemitraan keamanan bilateral selama tujuh tahun terakhir termasuk
pembentukan Konsultasi Gabungan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan (2+2) secara
berkala, dan penandatanganan Perjanjian Tentang Pengalihan Alutsista dan Teknologi
pada pertengahan 2014. Perdana Menteri Australia untuk pertama kalinya ambil
bagian dalam pertemuan Jepang. Dewan Keamanan Nasional ketika Perdana Menteri
Tony Abbott menghadiri pertemuan NSC selama kunjungan resminya di bulan April
2014 ke Jepang. Selama kunjungan Perdana Menteri Abe ke Australia pada Juli 2014,
dia dan Perdana Menteri Abbott menugaskan para pejabat untuk mengembangkan
strategi untuk memperkuat kerja sama di kawasan Pasifik. (Office of the Australian
Minister for Foreign Affairs, 2014)Inisiatif kerjasama lainnya sudah dalam proses;
selama Perdana Menteri Abe mengunjungi Australia, dia dan Perdana Menteri Abbott
memutuskan untuk memulai negosiasi tentang perjanjian kerja sama pertahanan
untuk timbal balik meningkatkan administrasi, kebijakan dan hukum prosedur untuk
memfasilitasi operasi dan latihan bersama. (Wallace)
3. Faktor-Faktor Pendorong Penguatan Kerjasama Jepang dan Australia

Perubahan geografis yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Asia pasifik
telah membawa hubungan dan kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Australia
menjadi semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kerjasama bilateral baik itu
kerjasama ekonomi ataupun kerjasama keamanan yang dilakukan oleh kedua negara.
Dapat dikatakan bahwa saat ini Australia adalah sekutu kedua bagi Jepang. Australia
memiliki tiga poin utama nilai strategis bagi Jepang. Pertama, Australia adalah mitra
yang kuat dalam membawa obor demokrasi. Kemudian, Australia adalah sekutu Jepang
dalam upaya Jepang mempertahankan Indo-Pasifik sebagai kawasan bebas dan terbuka.
Dan terakhir, Australia merupakan pengganda kekuatan bagi Jepang dan jaringan
aliansinya. Melihat bagaimana China terus membangun kekuatan ekonomi dan
militernya, dan berusaha memperluas dominasinya di kawasan Indo-Pasifik, membuat
Australia menjadi mitra yang semakin strategis bagi Jepang.
Pada faktanya, Australia selalu menjadi mitra penting bagi Jepang sejak awal
hubungan perdagangan antara kedua negara tersebut di mulai, yaitu pada tahun 1957.
Pasokan bijih besi, bauksit, batu bawa kokas, dan gas alam Australia menjadi salah satu
penopang yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Jepang yang cepat. Pada awal tahun
1980-an, Jepang dan Australia Bersama-sama meluncurkan forum Kerjasama Ekonomi
Asia-Pasifik (APEC), kemudian sejak saat itu hubungan perdagangan di antara keduanya
telah berkembang menjadi hubungan yang membawa visi bagi masa depan kawasan
(Taniguchi, 2021).
Selain hubungan perdagangan, Jepang juga memperkuat hubungan keamanannya
dengan Australia. Perdana Menteri kedua negara telah mendorong kerjasama mereka
pada proyek kapal selam Australia, dan telah memfasilitasi operasi dan latihan bersama
Angkatan bersenjata kedua negara. Kedua negara juga mengoordinasian keterlibatan
pertahanan mereka dengan Asia Tenggara dan Pasifik Selatan melalui upaya peningkatan
kapasitas dan mendukung mekanisme keamanan yang dipimpin ASEAN, Pertemuan
Menteri Pertahanan ASEAN Plus dan KTT Asia Timur. Upaya ini dilakukan untuk
mewujudkan tatanan regional yang lebih Tangguh untuk mengakomodasi kebangkitan
China dan kekuatan lain di masa depan (Satake, 2015).
Saat ini, Jepang dan Australia tengah menghadapi tantangan Bersama yang
signifikan, yakni kebangkitan ekonomi China yang diiringi dengan sikapnya yang
menunjukkan klaim strategisnya atas wilayah laut, dan juga perluasan pengaruh
eksklusifnya di kawasan Asia-Pasifik. Oleh karena itu, Jepang terus membangun
kemitraan strategis skala penuh dengan Australia yang akan menguntungkan kedua
negara di kemudian hari (Funabashi, 2021).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Australian Broadcasting Corporation. (2007, February 25). ‘Trading with the Enemy: the
Australia-Japan Agreement on. Retrieved from ABC Radio.

Drysdale, P. a. (1993, October 25). Joint relationship vital to broader links with East Asia.
Retrieved from The Australian Financial Review.

Funabashi, Y. (2021, March 19). The need to deepen fusion with Australia, Japan's Second Ally.
Retrieved from the japan times:
https://www.japantimes.co.jp/opinion/2021/03/19/commentary/japan-commentary/japan-
australia-ties/

J. Berkshire, M. (2012, September 28). ‘Japan-Australia Ties Key to Regional Stability’.


Retrieved from The Diplomat.

Kenny, M. (2013, October 9). Tony Abbott says Japan is Australia’s “closest friend in Asia.”
The Sydney Morning Herald. https://www.smh.com.au/politics/federal/tony-abbott-says-
japan-is-australias-closest-friend-in-asia-20131009-2v8ty.html

Mark, C. W. (2019). Almost An Alliance : The Development of Japanese-Australian Relations.


The Kyoritsu Journal of International Studies, 36, 103–113.
http://id.nii.ac.jp/1087/00003270/

Mcdermott, P. J., App, D., Air, S., Aero-systems, D. A. S., & Studies, D. A. (2021). The
Australia-Japan Defence and Security Relationship : Past , Present and Future. April.

Office of the Australian Minister for Foreign Affairs. (2014, June 12). 5th Japan-Australia 2+2
Foreign. Diambil kembali dari Minister for Foreign Affairs:
https://www.foreignminister.gov.au/releases/Pages/2014/jb_mr_140612a.aspx?
ministerid=4

Satake, T. (2015, May). Why a strong Australia-Japan relationship matters. Retrieved from
Australia-Japan Reasearch Centre of Australian National University:
https://ajrc.crawford.anu.edu.au/department-news/10404/why-strong-australia-japan-
relationship-matters
Taniguchi, T. (2021, September 2). Why Australia matters more than ever for Japan. Retrieved
from Australian Strategic Policy institute: https://www.aspistrategist.org.au/why-australia-
matters-more-than-ever-for-japan/#:~:text=Australia's%20strategic%20value%20to
%20Japan,Japan%20and%20its%20alliance%20network

Wallace, C. (t.thn.). Australia’s relationship with Japan: changes, drivers. 11 号  2015 年3月
41 ─ 52, 1-7.

Zulkifli. (2012). Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan


Negara (Studi Kasus Indonesia). Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1–95.

Anda mungkin juga menyukai