Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir – akhir ini permasalahan yang dihadapi oleh negara semakin kompleks. Mulai dari
masalah ekonomi, politik, keamanan, kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Diantara isu-isu
yang dihadapi oleh negara-negara di dunia tersebut, isu ekonomi merupakan salah satu hal yang
sangat penting. Sebab, Masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan jasa akan
tetapi menyangkut transaksi ekonomi antara satu negara dengan negara lainnya Semakin
kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun Negara mampu memenuhi sendiri
kebutuhannya. Sehingga hal yang lazim disaksikan adalah adanya kerjasama antar negara baik
dengan negara tetangga, negara dalam satu kawasan maupun negara yang ada di kawasan
lainnya. Misalnya kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam berbagai bidang ekonomi
politik. Hal ini dilakukan tentunya untuk memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak
Hubungan antara Indonesia dan Australia mempunyai sejarah yang panjang. Dalam beberapa
literatur sejarah dijelaskan bahwa para nelayan Bugis dan Makasar secara teratur berlayar ke
perairan Australia sebelah utara setidaknya sejak tahun 1650. Pelayaran ini dimulai pada masa
Kerajaan Gowa di Makasar tahun 1950an. Para pelaut Makassar dan Bugis ini menyebut Tanah
Arnhem dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu
Jawa. Para pelaut yang datang ke Australia tersebut bertujuan untuk mencari ikan yang akan
dibawa pulang ke Indonesia kemudian di jual kembali maupun diekspor ke negara lain. Orang-
orang Aborijin pun banyak yang bekerja dan ikut berlayar bersama nelayan tradisional Indonesia
pada saat itu. Mereka juga mempelajari dan mengikuti beberapa kebiasaan nelayan tradisional
Indonesia tersebut. Misalnya, cara mengisap tembakau dan menggambar perahu. hingga saat ini
masih banyak nelayan tradisional Indonesia yang mencari ikan disekitar perairan Australia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pasang surut hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pasang surut hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia
Hubungan negara bertetangga Indonesia dan Australia mengalami pasang surut. Hal ini
dipicu oleh berbagai masalah seperti masalah Timor Timur pada 1999, peristiwa Bom Bali pada
tanggal 12 Oktober 2002 dan penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap beberapa
pejabat tinggi Indonesia yang membuat hubungan bilateral Indonesia-Australia terganggu. Di sisi
lain, berbagai bentuk kerja sama ekonomi, keamanan, pariwisata dan sebagainya menguatkan
hubungan bilateral kedua negara. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang penting bagi
Australia. sebab secara geografis kedua negara tersebut berdekatan. Selain itu, Indonesia
merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam ASEAN sehingga dapat
menjembatani hubungan perdagangan Australia dengan negara-negara Anggota ASEAN.
Meskipun Indonesia hanya berada pada tingkat ke-11 mitra dagang Australia, Indonesia adalah
negara ASEAN terbesar dari segi jumlah populasi dan luas wilayah sehingga dapat menjadi
pangsa pasar yang besar bagi Australia. Australia memberikan bantuan dalam bidang pendidikan
kepada Indonesia dengan jumlah yang cukup besar. Setiap tahun pemerintah Australia
memberikan bantuan kepada lebih dari 250-300 mahasiswa Indonesia yang akan melanjutkan
studi ke jenjang S2 dan S3 di Australia. bahkan Australia telah membantu berbagai
pembangunan infrastruktur pendidikan di beberapa wilayah di Indonesia.
Cerminan pentingnya Indonesia bagi Australia salah satunya tergambar dalam buku putih
urusan luar negeri dan pertahanan tahun 1997. Buku tersebut menegaskan bahwa hubungan
Indonesia Australia selalu penting. Posisi strategis Indonesia menjembatani rute perdagangan
Australia dengan negara-negara ASEAN. Populasi dan posisi Indonesia di Asia Tenggara
menyebabkan pembangunan kemitraan bilateralnya patut untuk diperhitungkan. Kerja sama telah
berkembang baik dalam bidang ekonomi, teknis, pendidikan dan budaya yang luas. Indonesia
dan Australia sepakat untuk membuka lebar hubungan kerja sama bilateral kedua negara, baik
dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, dan pembangunan. Dengan terbentuknya Free Trade
Agreement (FTA) antara ASEAN dengan Australia dan New Zealand menjadikan landasan bagi
peningkatan dan penajaman hubungan bilateral perdagangan antara Indonesia dan Australia
dalam kerangka FTA bilateral.

2
Hubungan antara Indonesia dan Australia dapat dikatakan sebagai hubungan bilateral
yang unik ( Nini Salwa Istiqamah .pdf ) dikatakan demikian karena dalam menjalin kehidupan
bertetangga terdapat dua sisi yang berbeda di antara keduanya dalam satu sisi kerjasama yang
kuat dapat mempererat hubungan di antara kedua negara tersebut. Di sisi lain terdapat berbagai
ancaman yang dapat mengakibatkan kerenggangan di antara kedua negara tersebut. Hal ini dapat
terjadi di karenakan perbedaan ideologi politik, budaya, dan ras, serta tingkat pembangunan dan
teknologi yang sedang berkembang. Pasang surut hubungan kedua negara inilah yang menjadi
alasan tersendiri mengapa hubungan bilateral antara kedua negara bertetangga ini di katakan
sebagai hubungan yang unik. Melihat latar belakang masalah tersebut, disini penulis akan
membahas bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Australia selama masa Perdana
Menteri Kevin Rudd sejak 2007 hingga peralihan kekuasaannya dan persaingannya dengan Julia
Gillard yang saling merebutkan kekuasaan meskipun dari partai yang sama yaitu Partai Buruh.
Dalam sektor sumber daya, kini lndonesia mengakui Australia sebagai salah satu
pemasok dunia yang terkemuka dari keahlian dan perlengkapan yang paling modern. lndonesia
sekarang memandang Australia sebagai suatu negara tambang dan bukan hanya negara yang
menghasilkan barang-barang mineral. Hal ini disebabkan oleh kenyataan, Australia sekarang
mengekspor perlengkapan pertambangan, teknologi dan jasa ke lndonesia lebih dari 250 juta
dollar AS per tahunnya mengherankan bahwa lndonesia memperoleh peringkat pertama oleh
industry pertambangan di masa yang akan datang (Jackson. 1996: 12 ,14)
Negara Australia mungkin merupakan negara produsen paling kompetitif di seluruh dunia
dalam memproduksi hasil-hasil pertanian, mineral dan energi. Seperti terlihat bahwa sebuah
lembaga pendanaan Austarlia menawarkan kualitas pendanaan bagi para pengusaha eksportir
lndonesia, hal ini ditujukan untuk meningkatkan volume perdagangan.
Selain kerjasama ekonomi antar kedua Negara bertetangga ini , indonesia – Australia
juga mempunyai hubungan kerjasama pendidikan yang membantu factor ekonomi tersebut.
Kerjasama dalam bidang pendidikan didasari oleh latar belakang sumber daya (fisik-geografis,
sosial, ekonomi) yang banyak memiliki perbedaan antara kedua negara, sehingga dengan adanya
kerjasama tersebut akan memberikan kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
bersama seperti dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan, kepentingan ekonomi,
menghindari konflik antara Negara serta perasaan saling mempercayai dan saling menghormati
kedua negara dalam aspejk social budaya. Kerjasama tersebut tidak hanya memberikan manfaat

3
berupa materi (seperti: pembangunan fisik prasarana pendidikan, dan manfaat ekonomi lainnya),
namun bisa pula dalam bentuk peningkatan kapasitas (peningkatan hubungan bilateral,
peningkatan kapasitas layanan pendidikan kedua negara), bertambahnya akses (seperti untuk
lebih memahami kondisi sosial budaya kedua negara), serta saling menguntungkan atau mutual
benefit yaitu kerjasama memberi manfaat pada kedua negara baik Indonesia dan Australia

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hubungan antara Indonesia dan Australia dapat dikatakan sebagai hubungan bilateral yang
unik ( Nini Salwa Istiqamah .pdf ) dikatakan demikian karena dalam menjalin kehidupan
bertetangga terdapat dua sisi yang berbeda di antara keduanya dalam satu sisi kerjasama yang
kuat dapat mempererat hubungan di antara kedua negara tersebut. Di sisi lain terdapat berbagai
ancaman yang dapat mengakibatkan kerenggangan di antara kedua negara tersebut. Hal ini dapat
terjadi di karenakan perbedaan ideologi politik, budaya, dan ras, serta tingkat pembangunan dan
teknologi yang sedang berkembang. Pasang surut hubungan kedua negara inilah yang menjadi
alasan tersendiri mengapa hubungan bilateral antara kedua negara bertetangga ini di katakan
sebagai hubungan yang unik. Melihat latar belakang masalah tersebut, disini penulis akan
membahas bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Australia selama masa Perdana
Menteri Kevin Rudd sejak 2007 hingga peralihan kekuasaannya dan persaingannya dengan Julia
Gillard yang saling merebutkan kekuasaan meskipun dari partai yang sama yaitu Partai Buruh.
Hasil dari kerjasama bilateral pada umumnya menghasilkan sebuah transaksi yang berulang-
ulang melalui aktifitas perdagangan dan investasi. internasional. Ekonomi Politik Internasional
dalam Perspektif Liberal Ekonomi Politik Internasional Ekonomi dan politik merupakan dua hal
yang terpisah dalam studi akademisnya namun juga masih memiliki hubungan di antara
keduanya. Kebijakan Era pemerintahan Presiden SBY di indonesia dan Kevin Rudd di Australia
kerjasama bilateral antar australia dan indonesia juga tidak bisa lepas dari bidang ekonomi,
berbagai bentuk kerjasama dimaksudkan untuk kemajuan perekonomian bangsa. Hubungan
kerjasama kedua negara kian penting, meningkatnya kerja sama di bidang ekonomi ini bisa di
lihat pada tahun 2007-2008, ekspor australia ke indonesia tercatat us$ 4,5 miliar. Impor australia

4
dari indonesia mencapai us$ 5,3 miliar. Indonesia menempati posisi ke-11 sebagai mitra dagang
australia, dengan pangsa pasar 2,2 persen. Australia sendiri berada di posisi ke-8 tujuan ekspor
indonesia, sedangkan indonesia menempati posisi ke-9.
Sejak krisis ekonomi menimpa indonesia, kevin rudd melihat perkembangan yang signifikan
dari indonesia dalam mengatasi masalah tersebut. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di
asia setelah india, indonesia juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di asia.
Kerjasama ekonomi indonesia dan australia diperkuat lagi dengan adanya perjanjian kerjasama
perdagangan bebas (free trade agreement/fta). Fakta ini pada nantinya bertujuan untuk
membantu meningkatkan nilai ekspor barang indonesia ke australia dengan akses pasar yang
lebih baik. Produk unggulan indonesia adalah kayu dan kertas, elektronik, produk kimia, dan
produk pertanian (kakao dan karet). Indonesia merupakan negara transit bagi manusia
perahu/pencari suaka yang hendak berlayar ke negara tujuan mereka, Australia. Sejak Australia
dipimpin oleh Tony Abbott terhitung 2013 lalu, pemerintahan Australia memang membuat
kebijakan yang sangat keras terhadap penyelesaian masalah manusia perahu.
Pemerintahan Abbott sendiri menerjemahkan manusia perahu sebagai isu yang serius bagi
keamanan nasional mereka. Meskipun pandangan terhadap Australia diangkat menjadi
pertanyaan debat salah satu kandidat, namun nampak jelas bahwa isu mengenai pencari suaka
tidak akan menjadi prioritas siapapun yang akan menjadi pemimpin di pemerintah Indonesia
empat tahun mendatang. Namun, besar kemungkinan kerjasama manusia perahu ini akan terus
berlanjut. Negara Australia mungkin merupakan negara produsen paling kompetitif di seluruh
dunia dalam memproduksi hasil-hasil pertanian, mineral dan energi. Seperti terlihat bahwa
sebuah lembaga pendanaan Austarlia menawarkan kualitas pendanaan bagi para pengusaha
eksportir lndonesia, hal ini ditujukan untuk meningkatkan volume perdagangan.
Kerjasama tersebut tidak hanya memberikan manfaat berupa materi (seperti: pembangunan
fisik prasarana pendidikan, dan manfaat ekonomi lainnya), namun bisa pula dalam bentuk
peningkatan kapasitas (peningkatan hubungan bilateral, peningkatan kapasitas layanan
pendidikan kedua negara), bertambahnya akses (seperti untuk lebih memahami kondisi sosial
budaya kedua negara), serta saling menguntungkan atau mutual benefit yaitu kerjasama memberi
manfaat pada kedua negara baik Indonesia dan Australia.

DAFTAR PUSTAKA

5
Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Cet. 4. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI
Press.

Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1983.

Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Basri MS. 2006. Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik).
Jakarta: Restu Agung.

Dienaputra, Reiza D. 2006. Konsep dan Metode Sejarah lisan. Bandung : Minor Books

Anda mungkin juga menyukai