Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada 2017 lalu ketegangan terjadi dikawasan teluk Arab antara negara Qatar dan Arab
Saudi dan ditandai dengan putusnya hubungan diplomatik kedua negara ini. Tepat pada tanggal 5
Juni 2017, Saudi Arabia, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain, Libya, Yaman dan Maladewa
memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Qatar. Hal ini terjadi karena anggapan bahwa
Qatar menjadi pendukung dan mendanai operasi kelompok-kelompok teroris di kawasan Timur
Tengah.

Pada awalnya dalam membendung pengaruh buruk dari luar kawasan regional, keenam
negara anggota GCC menerapkan perjanjian tentang kebijakan koordinasi mobilitas keamanan,
di mana setiap negara anggota diminta untuk tidak memberikan intervensi yang berhubungan
dengan aksi terorisme di setiap negara. Kelompok-kelompok terorisme dianggap akan
mengganggu keamanan kawasan Teluk terlebih setelah terjadinya peristiwa Arab Spring yang
kemudian memunculkan banyak isu-isu terorisme. Atas dasar stabilitas kawasan tersebut, Arab
Saudi dan Qatar berkomitmen dalam Perjanjian Riyadh (23 November 2013) untuk menghindari
segala aksi intervensi urusan internal negara lain dan juga memberikan dukungan kepada
kelompok-kelompok ekstrimis seperti Ikhwanul Muslimin, Al Jazeera, dan kelompok oposisi
Yaman. Namun perjanjian tersebut dilanggar oleh Qatar, sehingga membuat Arab Saudi dan
negara-negara teluk lainnya akhirnya memutuskan hubungan diplomatik diantara mereka dimulai
dengan menarik duta besar mereka dari negara Qatar.

Saudi Arabia dan sekutunya mengajukan 13 tuntutan sebagai prasyarat untuk menormalisasi
hubungan dengan Qatar yang langsung ditolak oleh Qatar, diantaranya :
1. Mengurangi/membatasi hubungan diplomatik dengan Iran
2. Memutuskan hubungan dengan kelompok Ikhwanul Mukminin
3. Mengehentikan pendanaan pada Al Jazirah dan menghentikan siarannya
4. Menutup kantor-kantor berita yang didanai Qatar
5. Mengakhiri kerja sama militer ddengan Turki
6. Mengakhiri segala bentuk pendanaan pada siapapun yang dianggap Arab sebagai teroris
7. Menyerahkan teroris yang dicari pihak Arab
8. Mengakhiri keterlibatan Qatar terhadap permasalahan negara berdaulat
9. menghentikan kontak dengan pihak oposisi politik Arab
10. membayar kompensasi atas kerugian dan kematian yang diakibatkan Qatar dalam
beberapa tahun terakhir
11. mensejajarkan diri dengan negara-negara teluk lainnya di segala bidang
12. menyetujui semua tuntutan dalam waktu 10 hari seetelah tuntutan ini diberikan kepada
Qatar
13. menyetujui audit bulanan pada tahun pertama persetujuan tuntutan ini dan perkuartal
setiap tahun kedua selama sepuluh tahun (Masfiya, 2018)
Tetapi Qatar menolak tuntutan tersebut dan menimbulkan kekhawatiran krisis ini akan
berujung pada konflik terbuka. Blockade yang dilakukan Arab dan negara-negara teluk terhadap
Qatar ini terjadi karena dugaan bahwa Qatar telah membantu dan memberikan bantuan finansial
pada kelompok-kelompok dengan aliran garis keras seperti ISIS, Ikhwatul Mukminin, kelompok
Hamas dan lainnya. Qatar juga dianggap terlalu banyak mencampuri urusan dalam negeri
negara-negara anggota GCC seperti perang di Suriah, Yaman, dan Mesir.
Setelah di blockade oleh negara-negara tetangga, Qatar tentunya mengalami beberapa
problematika setelah lalu lintas antar negara ditutup baik jalur darat, laut maupun udara. Qatar
yang merupakan dengan importir pangan dari Arab Saudi kemudian tidak bisa lagi mendapatkan
sumber pangan dari negara yang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan mereka
tersebut. Masalah pangan merupakan masalah yang sangat pelik mengingat konsumsi merupakan
kebutuhan pokok manusia. Lantas bagaimana cara Qatar mengatasi krisis diplomatik yang
mereka hadapi ?
Alih-alih mengalami krisis setelah diblokade oleh negara-negara tetangganya, Qatar semakin
meningkatkan ekonomi politiknya seolah tanpa hambatan. Penutupan jalur darat, laut dan udara
antara Qatar dengan negara-negara tetangganya ini, bahkan pelabuhan Fujairah UEA menolak
semuan kapal berbendera Qatar untuk berlabuh membuat impor bahan makanan untuk Qatar
terhalangi dan memakan waktu lebih lama untuk sampai ke Qatar yaitu selama 12 jam lebih
lambat karena menggunakan jalur yang lebih jauh (Octaviarie, 2018). Untuk bertahan dalam
blokade yang mempengaruhi ekonomi negaranya, Qatar memanfaatkan cadangan devisa mereka
yang berlimpah yang merupakan hasil ekspor gas. Qatar merupakan negara yag sangat
bergantung pada impor makanan sebagai sumber utama makanan mereka. meskipun demikian,
setelah blockade Qatar mendapatkan rute perdagangan baru dengan Oman dan India. Qatar juga
telah membuka pelabuhan baru untuk kepentingan impor makanan yang sangat penting bagi
mereka tersebut. Berikut negara-negara yang membantu pasokan pangan Qatar saat mengalami
Krisis diantaranya:
1. Amerika Serikat, membantu memenuhi kebutuhan susu dan peternakan
2. Turki, Mengekspor susu, jus, yoghurt dan ungags.
3. Iran, mengirim pasokan sayuran
4. Pakistan, memberikan sumbangan berbagai daging
5. Oman, menyepakati kerjasama perekonomian dan investasi
6. India, menjalin kerjasama mengenai ketahanan pangan dan mengirim makanan ke Doha
Perekonomian Qatar juga ikut tumbuh dan meningkat, pada November 2018 lalu Dana
Moneter Internasional memberikan laporan bahwa PDB Qatar tumbuh 2,4 persen dalam tahun
tersebut meningkat 1,6 persen dari tahun sebelumnya (Etehad, 2018). Negara Qatar tetap
berjalan dengan bisnis minnyak mereka sebagai salah satu negara yang kaya akan minyak. Selain
minyak, Qatar juga merupakan negara pengekspor gas alam cair terbesar di dunia. Dibandingkan
dengan negara teluk lainnya, Qatar juga mingkatkan teknologi dan memodernisasi infrastruktur,
layanan public dan meningkatkan standar hidup masyarakatnya dengan pesat bahkan hingga
tertinggi di dunia.
Dengan kekayaan alam dan kerja sama ekonomi yang berjalan lancar dan berpotensi tinggi
iniah yang membuat Qatar tetap bertahan dalam blockade negara teluk Arab. Qatar berhasil
mengatasi krisis yang terjadi tanpa pengaruh yang dapat merugikan negaranya. Qatar semakin
maju baik dibidang ekonomi, politik, militer teknologi dan lainnya.
Selain itu, Qatar juga memperkuat aliansinya dengan Turki dan memberikan akses
diplomatik baru bagi Turki atas Qatar. Bersama dengan Turki, Qatar meningkatkan hubungan
yang lebih kuat dengan Iran, dimana Iran menjadi pemasok pangan utama untuk Qatar. Negara-
negara yang membantu kecukupan pangan bagi Qatar diantaranya Turki, Oman, India dan Iran.
Dalam memenuhi kebutuhan negaranya Qatar sangat mendukung Sektor perekonomian local
dalam membantu menangani krisis yang tengah mereka alami. Disektor gas, minyak dan energi,
Qatar berencana untuk meningkatkan produksi sebanyak 30% sesaat setelah diblokade. Produksi
ditingkatkan untuk negara Turki, Iran dan Pakistan.
Dibidang militer, Qatar semakin memperkuat kekuatan dengan mengeluarkan dana iliaran
dolar untuk belanja militer yaitu 36 jet tempur F-15 dari Washington. (Saidy, 2018). Selain itu,
Qatar juga memiliki kontrak untuk membeli pesawat tempur jenis Typhoon sebanyak 24 atau
senilai 5 miliar pound dengan BAE Systems. Tak hanya iitu, Qatar juga membeli alat dari
Prancis berupa 12 Dassault Rafale. Dapat dilihat bahwa Kekuatan militer semakin ditingkatkan
oleh Qatar untuk menjaga keamanan dan pertahanan negaranya.
Blockade yang terjadi pada Qatar dengan putusnya hubungan diplomatik dengan negara-
negara tetangganya menjadi momentum atas perubahan kebijakan dalam dan luar negri Qatar.
Qatar dengn kebijakan barunya terlepas dari hegemoni Arab dalam sistem pemerintahannya,
Negara ini masih mampu meningkatkan stabilitas ekonomi dan militernya tanpa terikat dengan
negara teluk Arab lainnya. Mereka masih tetap gencar memenuhi kebutuhan mereka sebagai
langkah mengutamakan kepentingan nasional mereka.

Bibliography
Etehad, M. (2018). Bukti Ketangguhan Qatar di Tengah Blokade Negara-Negara Teluk. Matamata
Politik : Berita Politik Dunia.

Masfiya, U. Q. (2018, juli kamis). Pemutusan Hubungan Diplomatik Qatar Oleh Arab Saudi Pada Tahun
2017 dalam Tinjauan Ekonomi Politik Internasional. pp. 4-5.

Memo, N. (2017). Qatar Economic Outlook Stable . Ladane Nasseri.

Octaviarie, R. S. (2018). ALASAN KEBJAKAN ARAB SAUDI MELAKUKAN BLOKADE TERHADAP QATAR. 3.

Saidy, B. (2018). Qatar Deffence Policy : Smart Choice of a Small State . Qatar Research Project Policy
Brief no.24.

Anda mungkin juga menyukai