Disusun oleh :
Ardiana Melinda Wirandana (1831811001)
Mimi Khadija (1831811001)
Siska (1831811021)
Qatar bergabung ke dalam anggota aktif OPEC sejak dari tahun 1961,
produksi minyak bumi milik negara anggota OPEC di dominasi oleh negara -
negara yang berasal dari wilayah Timur Tengah, diantaranya Arab Saudi, Iraq,
Iran, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Dengan nilai produksi Arab Saudi sekitar
9,96 juta barel per hari; Iraq sekitar 4,47 juta barel per hari; Iran sekitar 3,87
juta barel per hari, dan Kuwait sekitar 2.7 juta barel per hari. Salah satu negara
yang juga merupakan negara Timur Tengah yang nyatanya tidak menduduki
posisi teratas terkait produksi minyak ialah Qatar. Terkecuali Qatar yang juga
negara Timur Tengah, namun dalam produksi minyak buminya, ia hanya
berada pada urutan ke-11 dari 14 negara anggota OPEC, dengan nilai produksi
sebesar 600 ribu barel perhari.(Putri & Ranggi, 2020).
Per 2020, PDB per kapita Qatar menempati posisi nomor 9 tertinggi di
dunia, dengan total pendapatan sebesar 52.751 USD menurut Dana Moneter
Internasional (IMF). Dengan tidak adanya pajak penghasilan, Qatar (bersama
Bahrain) adalah salah satu negara dengan tingkat pajak terendah di dunia
dengan tingkat pengangguran bulan Juni 2013 adalah 0,1%. Negara ini hampir
tidak menerapkan pajak, namun otoritas negara berencana untuk
menerapkannya pada makanan siap saji dan barang mewah. Pajak ini akan
diimplementasikan pada barang yang membahayakan tubuh seperti makanan
siap saji, rokok, dan minuman ringan.
Antara tanggal 5 dan 6 Juni 2017, Arab Saudi, UEA, Yaman, Mesir,
Maladewa, dan Bahrain secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah
memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Terjadinya pemutusan
hubungan diplomatik ini bukan tanpa faktor. Ada beberapa faktor pemicu nya.
Antara lain, pertama, isu terorisme. Qatar diduga oleh negara Arab mendanai
organisasi ekstremis dengan tujuan terorisme. Salah satu nya Ikwanul
Muslimin yang dianggap sebagai organisasi radikal yang sangat
membahayakan stabilitas negara Arab. (Tumanggor & Arifin, 2019)
Keempat, peretasan Situs web Qatar News Agency dan platform media
pemerintah. Menurut Al Jazeera (media Qatar), peretas menulis komentar
palsu di Qatar News Agency yang dikatikan dengan Emir Qatar, Sheikh
Tamim bin Hamad Al-Thani, yang menyatakan dukungannya untuk Iran,
Hamas, Hizbullah, dan Israel. Dalam komentar tersebut kesimpulannya agar
Iran tidak dipandang sebelah mata oleh negara Teluk, karena ia adalah salah
satu kekuatan besar yang ada di Timur Tengah. Qatar menuding UEA, Arab
Saudi, dan Amerika berada di belakang ini semua. Kondisi ini kembali
membuat hubungan kedua belah pihak semakin memanas (Tumanggor &
Arifin, 2019).
B. Kebijakan Moneter
1. Kebijakan moneter di Qatar, 1940s-1993
1. Required Reseve
2. Certificates of Deposit
3. QCB Rate
7. Discount Window
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thani, Fahad Faisal. Monetary policy in Qatar and Qatar’s attitude towards the
proposed singel currency for the gulf cooperatin council.
https://www.bis.org/publ/bppdf/bispap17j.pdf