Anda di halaman 1dari 15

Usaha Diversifikasi Arab Saudi Untuk Penanganan Ketergantungan

Terhadap Petrodollar

Muhammad Fawwaz Afif¹, Adrian Maulana Firmansyah², Muhammad Ilham³


1
Universitas Padjadjaran; muhammad22508@mail.unpad.ac.id
2
Universitas Padjadjaran; adrian22010@mail.unpad.ac.id
3
Universitas Padjadjaran; ilhammuhammad0598@gmail.com
Usaha Diversifikasi Saudi Arabia Untuk Penanganan Economic Shock Dan
Ketergantungan Terhadap Petrodollar

Abstrak

Arab Saudi adalah negara yang sangat bergantung pada minyak bumi sebagai sumber
pendapatan utama. Ketergantungan ini membuat Arab Saudi rentan terhadap economic shock,
seperti fluktuasi harga minyak dan krisis ekonomi global. Untuk mengurangi ketergantungan
tersebut, Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya diversifikasi ekonomi, termasuk
pengembangan sektor pariwisata, manufaktur, dan teknologi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya diversifikasi Arab Saudi dalam
penanganan economic shock dan ketergantungan terhadap petrodollar. Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur untuk mengkaji kebijakan dan program diversifikasi
ekonomi Arab Saudi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya diversifikasi Arab Saudi telah menunjukkan
kemajuan, tetapi masih menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara
lain:Kurangnya infrastruktur dan tenaga kerja yang terampil, Persaingan dari negara-negara
lain, Perubahan tren ekonomi global

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Arab Saudi perlu memperkuat upaya diversifikasi
ekonominya untuk mengurangi ketergantungan terhadap petrodollar dan meningkatkan
ketahanan ekonominya terhadap economic shock.

Kata kunci: Arab Saudi, diversifikasi ekonomi, economic shock, petrodollar


Latar Belakang

Arab Saudi merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Sejak lama,
minyak telah menjadi sumber pendapatan utama negara ini. Namun, ketergantungan yang
tinggi terhadap minyak membuat Arab Saudi rentan terhadap gejolak ekonomi global.

Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 menyebabkan harga minyak dunia anjlok hingga 70%.
Hal ini menyebabkan Arab Saudi mengalami kerugian yang besar. Defisit anggaran negara
ini meningkat tajam, dan pertumbuhan ekonominya pun melambat.

Selain pandemi, Arab Saudi juga menghadapi tantangan lain, yaitu transisi energi global.
Negara-negara di dunia semakin beralih ke energi terbarukan, yang membuat permintaan
minyak dunia menurun.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya
diversifikasi ekonomi. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan negara ini
terhadap minyak, dan meningkatkan ketahanan ekonominya. Menteri Ekonomi Arab Saudi
Faisal Al-Ibrahim, Rabu (18/1), mengatakan pihaknya tengah mengintensifkan langkah untuk
mengurangi ketergantungan kerajaan pada ekspor minyak mentah.

Terlepas dari tekad kerajaan untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada 2060, negara
tersebut tetap sangat bergantung pada ekspor minyak mentah yang telah mendorong
pertumbuhan ekonominya selama beberapa dekade. Fakta tersebut menimbulkan keraguan
terkait apakah Saudi dapat melakukan perubahan kebijakan ekonominya dalam waktu dekat.

"Kami ingin mengurangi ketergantungan kami pada minyak. Kami ingin mendiversifikasi
ekonomi kami, ini penting, ini perlu dilakukan," kata Al-Ibrahim kepada AFP di World
Economic Forum di Davos.

Riyadh mengirim delapan pejabat tinggi ke pertemuan elit bisnis tersebut, seiring dengan
keinginan pemerintah mencari lebih banyak investasi asing dan mitra di luar industri minyak
yang memang sangat penting bagi negara tersebut (VOA Indonesia, 2023).

Arab Saudi mulai mengambil langkah preventive untuk mengurangi ketergantungannya pada
sektor minyak dan mengembangkan sektor non minyak melalui diversifikasi ekonomi yang
dikemas dalam kebijakan Saudi Vision 2030. Dalam pelaksanaannya Arab Saudi perlu untuk
mengembangkan SDM dan menuntaskan permasalahan tingkat pengangguran perempuan
yang tinggi.
Pembukaan sektor kerja baru untuk perempuan dan promosi kesetaraan kesempatan bekerja
bagi laki-laki dan perempuan menjadi langkah yang diambil oleh pemerintah Arab Saudi.
Visi ini sejalan dengan cita-cita global mengenai kesetaraan gender yang tertuang dalam butir
kelima SDG’s. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menganalisis bagaimana
pengaruh penerapan Saudi Vision 2030 terhadap perkembangan kesetaraan gender di Arab
Saudi pada tahun 2015-2022.

Ekonomi Arab Saudi sedang mengalami transformasi, seiring dengan pelaksanaan reformasi
untuk mengurangi ketergantungan pada minyak, mendiversifikasi sumber pendapatan, dan
meningkatkan daya saing. Tahun ini menandai titik penting sebagai titik tengah dari
perjalanan ambisius Visi 2030 Arab Saudi. Seperti yang ditunjukkan dalam tinjauan tahunan
IMF terbaru tentang ekonomi negara tersebut, kemajuan terutama tercermin dalam
pertumbuhan non-minyak, yang telah meningkat sejak 2021, dengan rata-rata 4,8 persen pada
tahun 2022. Meskipun pertumbuhan keseluruhan lebih rendah yang mencerminkan
pengurangan produksi minyak tambahan, pertumbuhan non-minyak akan tetap mendekati 5
persen pada tahun 2023, didorong oleh permintaan domestik yang kuat
(Novia Tri Ramadhani, n.d.).

Diversifikasi telah didorong oleh perbaikan dalam lingkungan regulasi dan bisnis. Sebagai
hasil dari seperangkat undang-undang baru untuk mempromosikan kewirausahaan,
melindungi hak-hak investor, dan mengurangi biaya berbisnis, kesepakatan dan lisensi
investasi baru tumbuh masing-masing sebesar 95 persen dan 267 persen pada tahun 2022.
Selain itu, Dana Investasi Saudi (PIF) telah mengerahkan modal, termasuk untuk membantu
merangsang investasi sektor swasta.

Pertumbuhan perekonomian non-minyak didorong oleh kuatnya permintaan dalam negeri,


khususnya investasi swasta non-minyak. Untuk mempertahankan kinerja ini diperlukan
kebijakan makroekonomi yang sehat dan menjaga momentum reformasi, terlepas dari
perkembangan pasar minyak. Tantangan ke depan termasuk memastikan proyek-proyek besar
menghasilkan keuntungan dan meningkatkan produktivitas, yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan akan membantu mendiversifikasi
perekonomian lebih lanjut.

Terdapat kebutuhan untuk melanjutkan upaya yang sedang berlangsung untuk menciptakan
lingkungan yang lebih kondusif bagi inovasi dan berinvestasi pada keterampilan tenaga kerja
yang melengkapi agenda diversifikasi. Penyederhanaan biaya dan pajak yang dihadapi oleh
dunia usaha—khususnya di tingkat lokal dan kota—akan semakin meningkatkan
pengembangan sektor swasta. Meningkatnya peran PIF dalam perekonomian harus terus
merangsang investasi sektor swasta. Terakhir, pemantauan dan evaluasi yang ketat dapat
membantu meminimalkan risiko dari intervensi yang ditargetkan dan kebijakan industri,
memastikan bahwa kebijakan-kebijakan ini (yang bukan merupakan pengganti reformasi
struktural yang lebih luas) mencapai manfaat yang diharapkan (Amine Mati, 2023).

Dari kondisi tersebut menjadikan pemerintahan Saudi berusaha mencari cara melepas
ketergantungan kekuatan ekonominya bukan hanya dari dari minyak tetapi dari sektor lain
seperti pariwisata, investasi dan jasa. Maka penelitian ini merumuskan pertanyaan riset yaitu:
Bagaimana Cara Pemerintah Arab Saudi Dalam diversifikasi Economi dan mengurangi
ketergantungan pada petrodollar, dan menghindari Economic shock?
Penelitian Terdahulu

ANALISIS KEBIJAKAN MBS DALAM UPAYA MODERNISASI ARAB SAUDI

TAHUN 2017-2020

Penelitian ini berfokus pada analisis kebijakan yang diterapkan oleh Muhammad bin Salman
(MBS) untuk memodernisasi Arab Saudi dari tahun 2017 hingga 2020. Transformasi
ekonomi negara tersebut akibat fluktuasi harga minyak global mendorong pengumuman Visi
2030, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan minyak dan memodernisasi ekonomi
melalui inisiatif-inisiatif seperti pemberdayaan manusia, pembukaan bioskop, dan visa
pariwisata. Perubahan sosial dan politik di Arab Saudi, khususnya yang berkaitan dengan
modernisasi, legitimasi, hukum Syariah, pendidikan Islam, dan hak-hak perempuan,
dianalisis dengan menggunakan teori perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan sumber data sekunder untuk mengkaji kebijakan MBS dan upaya modernisasi
Arab Saudi. Terlepas dari tantangan yang terkait dengan hukum Islam dan resistensi
masyarakat, Visi 2030 telah membawa peluang untuk pertumbuhan ekonomi dan kerja sama
internasional, memposisikan Arab Saudi sebagai negara yang lebih modern dan progresif.
Makalah ini juga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut mengenai dampak Visi 2030 dari
perspektif agama dan global.

SAUDI VISION 2030 SEBAGAI KATALISATOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT


GOALS BUTIR KELIMA (KESETARAAN GENDER) DI ARAB SAUDI TAHUN
2015-2022

Penelitian ini membahas upaya Arab Saudi untuk memodernisasi ekonominya dan
mengurangi ketergantungannya pada minyak. Pencabutan larangan pengemudi wanita di
Arab Saudi pada tahun 2017 dipandang sebagai langkah signifikan menuju perubahan sosial
dan kebebasan yang lebih besar bagi perempuan. Program Visi 2030 di Arab Saudi bertujuan
untuk mendiversifikasi ekonomi, mempromosikan usaha kecil dan menengah, dan
berinvestasi dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pemerintah Arab Saudi telah
melakukan proses restrukturisasi untuk menyelaraskan dengan tujuan Visi 2030 dan
meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada penerima manfaat. Makalah ini juga
menyebutkan pendanaan untuk investasi Arab Saudi, yang mencakup penawaran umum
perdana saham di Aramco, perusahaan minyak milik negara Arab Saudi.
Tinjauan Teoretis

Diversifikasi Ekonomi

Diversifikasi ekonomi, penganekaragaman ekonomi, atau penganekaan ekonomi


adalah usaha menganekaragamkan produk atau bidang usaha yang dilakukan suatu negara
untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas negara dapat lebih stabil. Ini dilakukan
negara untuk mengatasi krisis ekonomi sehingga apabila suatu negara mengalami
kemerosotan pendapatan di salah satu produk atau negara/daerah, di produk atau
negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan sehingga kekurangan yang terjadi bisa
tertutupi.

Diversifikasi ekonomi merupakan proses transformasi structural, dimana sumberdaya


atau kapital dialihkan dari sektor primer (berbasis sumber daya alam), ke sektor sekunder
(manufacturing) dan sektor tertier (services) (Siegel et al., 1995) . Dengan diversifikasi
ekonomi, suatu negara tidak akan bergantung pada satu jenis industri atau produk tetapi
negara juga dapat mengandalkan industri lainnya karena jika salah satu jenis produknya
mengalami penurunan, maka akan dapat teratasi dengan produk jenis lainnya.

Dalam operasional perdagangan, negara yang bergantung pada satu produk akan
terpapar risiko lebih tinggi apabila produk tersebut gagal di pasaran. Itu sebabnya, negara
perlu melakukan diversifikasi dengan menghasilkan produk atau jasa lainnya agar negara
terhindar dari risiko kegagalan. Selain mengurangi risiko karena ketergantungan pada satu
produk atau jasa, mendiversifikasi ekonomi berarti semakin banyak peluang keuntungan yang
bisa didapatkan sehingga membuat negara semakin stabil ekonominya.

Contoh diversifikasi ekonomi yang berhasil dari ketergantungan petrodollar adalah


negara Uni Emirate Arab Dimana dari tahun ke tahun total GDP UEA dari minyak
berkurang. Sejak kemunculannya sebagai federasi independen pada tahun 1971, Uni Emirat
Arab (UEA) telah muncul sebagai salah satu negara paling kaya dan makmur di tingkat
regional dan global. Lokasi yang strategis, cadangan sumber daya alam yang besar, dan
fundamental ekonomi makro yang kuat telah menjadikan UEA sebagai salah satu pusat
keuangan terkemuka di dunia dan menjadi kisah sukses yang patut dicontoh. Pada zaman
dahulu, ekonomi UEA didorong terutama oleh penangkapan ikan, penyelaman mutiara, dan
perdagangan ke Timur khususnya India. Dalam lima puluh tahun terakhir, negara ini telah
membuat kemajuan ekonomi yang luar biasa karena cadangan minyak dan diversifikasi
ekonominya ke berbagai sektor lainnya.
Sovereign Wealth Fund

Menurut International Monetery Fund (2007), Sovereign Wealth Fund (SWF) adalah dana
investasi khusus yang dibuat atau dimiliki oleh pemerintah untuk memegang atau menguasai
aset-aset asing untuk tujuan jangka panjang. Sementara menurut Deutsche Bank Research
(2007), sovereign wealth funds atau state investment funds adalah kendaraan finansial yang
dimiliki oleh negara yang memiliki, mengelola atau mengadministrasikan dana publik dan
menginvestasikannya ke dalam aset-aset yang lebih luas dan lebih beragam. Robert M
Kimmitt (2008) mendefinisikan SWF sebagai sekumpulan besar modal yang dikendalikan
oleh pemerintah dan diinvestasikan dalam pasar swasta internasional atau kendaraan investasi
pemerintah yang didanai dengan aset-aset mata uang asing dan dikelola secara terpisah dari
cadangan devisa resmi.

Petrodollar

Petrodolar adalah pendapatan ekspor minyak mentah dalam mata uang dolar AS. Istilah ini
mulai populer pada pertengahan tahun 1970an ketika melonjaknya harga minyak
menghasilkan surplus perdagangan dan transaksi berjalan yang besar bagi negara-negara
pengekspor minyak.

Dulu, seperti sekarang, penjualan minyak dan surplus transaksi berjalan yang dihasilkan
dinyatakan dalam dolar karena dolar AS sejauh ini merupakan mata uang yang paling banyak
digunakan. Popularitas dolar AS secara global tidak bergantung pada niat baik para eksportir
minyak. Hal ini didasarkan pada status AS sebagai negara dengan perekonomian dan importir
barang terbesar di dunia, dengan pasar modal yang dalam dan likuid yang didukung oleh
supremasi hukum serta kekuatan militer

Pembahasan

Dunia pada umumnya sedang mengalami peralihan sumber energi dari bahan bakar fosil atau
minyak bumi ke energi terbarukan. Berdasarkan perkiraan dari World Energy Outlook,
publikasi yang dirilis tahun 2023 oleh International Energy Agency’s yang berisi tentang
proyeksi dan analisis energi global, teknologi bersih yang menggunakan energy bersih atau
terbarukan akan meningkat secara signifikan perannya dalam kehidupan sehari-hari. Analisis
menunjukkan bahwa di jalan raya, jumlah EV atau kendaraan listrik di jalan raya akan
meningkat sebanyak sepuluh kali lebih banyak dari sekarang, listrik yang berasal dari tenaga
surya menghasilkan tenaga listrik yang jauh lebih bayak dibandingkan seluruh output dari
sistem energi Amerika Serikat di saat ini, pangsa energi terbarukan dalam total energi yang
dipakai diseluruh dunia mendekati 50%, pompa panas dan sistem pemanas listrik terjual lebih
banyak dibandingkan boiler yang berbahan bakar fosil secara global, dan peningkatan jumlah
investasi dalam proyek pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai jika(energi terbarukan)
dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas.

Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi di dalam analisis dengan dasar kebijakan yang


diimplementasikan di pemerintah seluruh dunia saat ini. Ketika pemerintahan diseluruh dunia
mulai melaksanakan janji atau mempercepat pelaksanaan kebijakan energi terbarukan dengan
berbagai alasan, entah politik atau ekonomi, maka analisis bisa melenceng, dan energi
terbarukan mungkin akan menguasai energi global. Tentu saja, selain sebagai bahan bakar,
bahan bakar fosil memiliki kegunaan lain. Namun persentase penggunaan non energi itu
sangat kecil, misalnya, hanya 7% di total penggunaan bahan bakar fosil secara keseluruhan di
Amerika (EIA, 2017). Ketika energi terbarukan menjadi raja dalam ekonomi global, maka
apa yang akan terjadi dengan negara yang ekonominya bersandar pada produk-produk
minyak bumi, seperti layaknya Arab Saudi?

Perubahan yang perlahan tapi pasti terjadi di dunia, dari bahan bakar fosil ke energi
terbarukan dapat berakibat fatal ke negara-negara yang mengandalkan penjualan produk
minyak bumi sebagai sumber pendapatan negara mereka. Bagi Arab Saudi, yang sektor
minyaknya menyumbang 87 persen pendapatan anggaran, 90 persen pendapatan ekspor, dan
42 persen dari PDB (Forbes, 2018), peralihan dunia yang terjadi setelah peak demand di
tahun 2030 akan menjadi mimpi buruk jika negara tidak mempersiapkan ekonomi nasional
mereka dengan baik dan seksama.

Hal yang terjadi apabila negara gagal dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi
perubahan demand, apalagi negara yang sebagian besar pendapatannya bergantung pada satu
sumber seperti Arab Saudi, adalah economic shock. Economic Shock mengacu pada setiap
perubahan pada variabel atau hubungan makroekonomi fundamental yang berdampak besar
pada hasil makroekonomi dan ukuran kinerja ekonomi, seperti pengangguran, konsumsi, dan
inflasi . Guncangan sering kali tidak dapat diprediksi dan biasanya disebabkan oleh peristiwa
yang dianggap berada di luar jangkauan transaksi ekonomi normal. Economic Shock
mempunyai dampak yang luas dan bertahan lama terhadap perekonomian, dan menurut teori
siklus dagang riil (RBC) , dianggap sebagai akar penyebab resesi dan siklus ekonomi.
Economic Shock adalah peristiwa acak, tidak dapat diprediksi, dan mempunyai dampak luas
terhadap perekonomian dan disebabkan oleh hal-hal di luar cakupan model ekonomi.
Economic Shock dapat diklasifikasikan berdasarkan sektor ekonomi dimana guncangan
tersebut berasal atau berdasarkan pengaruh utamanya terhadap penawaran atau permintaan.
Karena pasar-pasar saling terhubung, dampak guncangan dapat berpindah ke banyak pasar
dalam perekonomian dan mempunyai dampak makroekonomi yang besar, baik atau buruk

Bagi Arab Saudi, dan negara yang menggantungkan pendapatannya pada produk minyak
bumi, guncangan terhadap ekonomi mungkin bisa dihindari selama pemerintahan negara
tersebut melakukan persiapan yang matang. Namun apa yang terjadi apabila negara yang
menggantungkan pendapatan mereka secara mayoritas ke satu sumber gagal dalam persiapan
menghadapi perubahan tersebut?

Salah satu contoh negara yang kolaps ekonominya dikarenakan gagal beradaptasi terhadap
ketergantungan minyak adalah Venezuela. Venezuela adalah contoh dari negara ekonomi
petrodollar yang gagal, kata para ahli. Minyak terus memainkan peran dominan dalam
kekayaan negara ini lebih dari satu abad setelah ditemukan di sana. Jatuhnya harga minyak
dari lebih dari $100 per barel di tahun 2014 menjadi di bawah $30 per barel di awal tahun
2016 membuat Venezuela berada dalam kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu,
dan meskipun ada peningkatan harga dalam beberapa tahun terakhir, kondisinya tetap suram.

Arab Saudi mungkin tidak akan mengalami guncangan ekonomi separah Venezuela. Arab
Saudi memiliki cukup banyak waktu, dan data, untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
peralihan dunia ke energi terbarukan dari produk minyak bumi. Salah satu langkah konkrit
yang telah diambil oleh pemerintah Arab Saudi adalah upaya mereka untuk diversifikasi
perekonomian nasional.

Upaya Diversifikasi Pemerintah Arab Saudi

Langkah nyata yang diambil oleh pemerintah Arab Saudi dalam diversifikasi ekonomi
mereka adalah Saudi Vision 2030 atau Project 2030. Saudi Vision 2030 adalah program yang
dipelopori oleh Muhammad Bin Salman Al Saud, Putra Mahkota, Perdana Menteri dan de
facto ruler dari Kerajaan Arab Saudi. Saudi Vision 2030 bertujuan untuk mencapai target-
target yaitu peningkatan diversifikasi ekonomi, sosial, dan budaya.

Saudi Vision 2030 adalah bentuk nyata dari usaha pemerintah Arab Saudi dalam komitmen
mereka terhadap diversifikasi ekonomi nasional, yang sebenarnya telah lama menjadi tujuan
pemerintah, sejak tahun 1970. Mengurangi ketergantungan pemasukan negara terhadap
pemasukan dari minyak bumi, Saudi Vision 2030 memiliki prioritas untuk menciptakan
sumber pemasukan alternatif bagi pemerintah, yang berasal dari pajak, bea cukai, dan
keuntungan yang didapat dari hasil investasi luar negeri.

Gambar 1. Obyektif Strategis Saudi Vision 2030

Saudi Vision 2030 memiliki 3 obyektif, yaitu:

 An Ambitious Nation: meningkatkan keefektifan pemerintah, dan menjalankan


tanggung jawab sosial
 Thriving Economy: Menumbuhkan dan diversifikasi ekonomi nasional, dan
memperluas lapangan pekerjaan
 Vibrant Society: Memperkuat Identitas Nasional dan Keislaman, menawarkan hidup
yang memuaskan dan sehat bagi semua.

Dari tiga Grand Objective tersebut, di bagian Thriving Economy lah upaya diversifikasi
ekonomi Arab Saudi dituliskan. Alat utama yang dimiliki Kerajaan Arab Saudi untuk
mencapai hal tersebut adalah Public Investment Fund, atau PIF. PIF berfungsi sebagai
channel, mengalirkan dana yang didapat dari ekonomi minyak bumi ke berbagai proyek baik
di dalam maupun di luar negeri, yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
diluar industry minyak bumi, dan menciptakan peluang baru diluar industri minyak bumi.
Upaya diversifikasi memiliki banyak sisi, selain dari proyek investasi dari PIF, di dalam
Saudi Vision 2030 juga terdapat National Transformation Program atau NTP. NTP memiliki
peranan penting dalam melaksanakan inisiatif di sektor-sektor tertentu. NTP memiliki tujuan
strategis yakni mengubah Arab Saudi menjadi bangsa yang maju, seperti privatisasi ekonomi,
mencapai pemerintahan yang unggul, dan membangun kerjasama ekonomi. NTP juga
mempercepat transformasi digital, baik dalam sisi pemerintahan, menciptakan bisnis, dan lain
sebagainya. NTP juga secara aktif mengembangkan sektor non-profit.

Ada beberapa proyek ekonomi yang harus diperhatikan dalam meninjau usaha diversifikasi
Arab Saudi, yaitu:

 National Industrial Development and Logistics Program (NIDL)


 Made In Saudi Program
 Public Investment Fund Program (PIF)

NIDL adalah salah satu dari 11 Saudi Vision 2030 program yang memiliki fokus pada
mengubah Arab Saudi menjadi salah satu pemimpin global di bidang energi, pertambangan,
logistik dan industri. Dengan tujuan untuk diversifikasi ekonomi, NIDL berusaha untuk
menciptakan pekerjaan dan menjamin pertumbuhan berkelanjutan bagi masa depan Arab
Saudi.

NIDL menjadi salah satu kendaraan Arab Saudi dalam perubahan dan shift dunia dari bahan
bakar fosil. Salah satu produk NIDL, Shamsi, adalah suatu portal dimana keluarga dan bisnis
di Arab Saudi dapat melihat apakah energi matahari cocok atau tidak untuk mereka.

Salah satu program yang berada di bawah naungan NIDL adalah Made In Saudi. Program ini
bertujuan untuk membantu produk dalam negeri dalam persaingan baik dalam maupun luar
negeri. Made In Saudi dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan Arab Saudi kepada konsep
comparative advantage dengan penerapan protectionism. Program ini dibuat sebagai usaha
pemerintah Arab Saudi untuk tidak terlalu bergantung dengan produk minyak bumi, yang
merupakan suatu advantage yang dimiliki oleh mereka, dan sebaliknya melakukan
diversifikasi dengan mendorong pertumbuhan dan perluasan sektor ekonomi dengan menjaga
dan mendorong pertumbuhan industri dan produk dalam negeri. Program ini juga bertujuan
untuk menarik dunia untuk berinvestasi, yang pada akhirnya, diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan PDB dari ekspor non minyak ke 50% dari total PDB di tahun 2030.
Semua program dan proyek diversifikasi ekonomi Arab Saudi membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Semua program dan proyek itu didanai oleh PIF. PIF bertujuan untuk mengalirkan
dana yang melimpah dari minyak bumi ke proyek investasi, yang sejauh ini lebih banyak
digunakan di negara GCC, terutama Arab Saudi itu sendiri, yaitu sekita 69% (SWF, 2022).
PIF juga menargetkan portofolio mereka terbagi seimbang 50:50 di asset internasional dan
asset domestic di tahun 2030.

Ada beberapa proyek besar dalam negeri yang dibiayai oleh PIF sebagai salah satu upaya
pemerintah Arab Saudi dalam upaya diversifikasi ekonomi mereka. NEOM, kota berdesain
masa depan dan pusat ekonomi, yang semuanya didukung oleh energi terbarukan seperti
angin dan matahari, menunjukkan komitmen Arab Saudi terhadap teknologi dan inovasi.
Selain NEOM, ada juga Proyek Laut Merah, Al-Qiddiya, Diriyah Gate, dan berbagai
megaproject yang merupakan proyek bertujuan menjadikan Arab Saudi sebagai tujuan turis
mancanegara.

Selain dari proyek dalam negeri diatas, PIF juga bergerak dibidang entertainment dan
olahraga. Contoh dari proyek-proyek ini adalah takeover PIF terhadap kepemilikan klub
Premier League yaitu Newcastle United. PIF memulai proses pengambilalihan klub sejak
April 2020, dan sukses di bulan Oktober 2021. Pengambilalihan klub Newcastle
menempatkan PIF sebagai pemegang saham pemilik terbesar dari klub, yaitu 80%. Selain
pengambilalihan klub, PIF juga mengiringi pembelian klub dengan rencana investasi sebesar
$30 Miliar ke ekonomi Inggris dalam kurun waktu 10 tahun.

Selain dari Newcastle, PIF juga membiayai berbagai investasi sejenis yaitu LIV golf (yang
kemudian melakukan merger dengan rivalnya yakni PGA(CNBC, 2023), menandatangani
kontrak dengan WWE, promotor gulat professional Amerika Serikat untuk mengadakan
massive show sebanyak 2 kali pertahun(Currier, 2019), balap mobil F1, dan lainnya. Semua
kontrak ini menjadi bagian upaya Arab Saudi untuk menjadikan negaranya sebagai pusat
hiburan dan juga sebagai bentuk diversifikasi ekonomi.

Simpulan

Arab Saudi perlu memperkuat upaya diversifikasi ekonominya untuk mengurangi ketergantu-
ngan terhadap petrodollar. Adanya Saudi Vision 2030 ini membuka peluang terhadap Arab
Saudi untuk terlepas dari ketergantungannya terhadap petrodollar. Karena dengan adanya
Program Saudi Vision 2030, khususnya PIF membuat Arab Saudi bisa ekspansi ekonomi ke
berbagai sektor baik dari hiburan, pariwisata, infrastruktur, dan Olahraga.
Daftar Pustaka

Amine Mati. (2023). Saudi Arabia’s Economy Grows as it Diversifies.

Currier, J. (2019, November 4). WWE announces “expanded” partnership with Saudi Arabia. Wrestling
Observer Figure Four Online. https://www.f4wonline.com/news/wwe/wwe-announces-expanded-
partnership-saudi-arabia-296556

Febriyanta, M. (2021, January 19). Mengenal sovereign wealth fund, Dana Investasi untuk Masa Depan
Bangsa. Direktorat Jendral Kekayaan Negara.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13654/Mengenal-Sovereign-Wealth-Fund-Dana-
Investasi-untuk-Masa-Depan-Bangsa.html

Francis, M. (2018, April 6). About 7% of fossil fuels are consumed for non-combustion use in the
United States. Homepage - U.S. Energy Information Administration (EIA).
https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=35672#:~:text=Over%20the%20past
%20decade%2C%20non,consumption%20in%20the%20United%20States.

GlobalSWF. (2022, October 3). Pif’s big performance disclosure highlights global investment
push (GlobalSWF). (GlobalSWF) Global SWF. https://globalswf.com/news/pif-s-big-
performance-disclosure-highlights-global-investment-push

IEA (2023), World Energy Outlook 2023, IEA, Paris https://www.iea.org/reports/world-energy-


outlook-2023, License: CC BY 4.0 (report); CC BY NC SA 4.0 (Annex A)

Novia Tri Ramadhani. (n.d.). SAUDI VISION 2030 SEBAGAI KATALISATOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS BUTIR KELIMA (KESETARAAN GENDER) DI ARAB SAUDI TAHUN 2015-2022.

Pelit, A. (2023, June 24). Saudi Arabia’s $650B PIF and its sports connections, explained.
Sportico.com. https://www.sportico.com/business/finance/2023/pif-saudi-arabia-sovereign-
fund-1234726846/

Rizzo, L. (2023, June 7). PGA Tour agrees to merge with Saudi-backed rival Liv Golf. CNBC.
https://www.cnbc.com/2023/06/06/pga-tour-agrees-to-merge-with-saudi-backed-rival-liv-
golf.html

Siegel, P. B., Johnson, T. G., & Alwang, J. (1995). Regional Economic Diversity and Diversification. Growth
and Change, 26(2), 261–284. https://doi.org/10.1111/j.1468-2257.1995.tb00171.x

VOA Indonesia. (2023, January 23). Arab Saudi Bertekad Pangkas Ketergantungan pada Minyak.

https://www.forbes.com/places/saudi-arabia/
https://www.investopedia.com/terms/e/economic-shock.asp. Diakses Pada 6 November 2023,
Pukul 19.30 WIB.

Utami, Fajria Anindya (27-11-2020). "Apa Itu Diversifikasi?". Warta Ekonomi. Diakses Pada
6 November 2023, Pukul 19.30 WIB.

Hermawan, Lucius (2015). "Dilema Diversifikasi Produk: Meningkatkan Pendapatan atau


Menimbulkan Kanibalisme Produk?". Competence: Journal of Management Studies. Fakultas
Ekonomi dan Dagang, Universitas Trunojoyo. 9 (2): 143.
doi:10.21107/kompetensi.v9i2.1702. ISSN 2541-2655

Anda mungkin juga menyukai