Anda di halaman 1dari 12

BAB V

REFORMASI EKONOMI

5.1 Saudi Vision 2030


Setelah bertahun-tahun perekonomian Arab Saudi bertumbuh dengan begitu cepat
dan signifikan, dimana hal ini disebabkan oleh perekonomian yang berbasis pada
sektor minyak. Namun dengan persoalan yang terjadi, yakni kejatuhan harga minyak
membuat kerajaan sadar bahwa tidak bisa lagi mengandalkan sektor minyak. Sehingga
dengan itu membuat kerajaan menyadari bahwa ada potensi lain selain minyak yang
memberikan peluang untuk membangun kembali perekonomian yang sempat jatuh.
Dengan demikian, kerajaan merencanakan pertumbuhan ekonomi yang dinamis
melalui produktifitas serta investasi. Reformasi ekonomi merupakan langkah konkrit
yang dilakukan untuk melepaskan ketergantungan terhadap minyak dengan membantu
memastikan pertumbuhan, lapangan kerja serta masyarakat Saudi yang makmur dan
sejahtera.

Reformasi ekonomi yang sementara dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi disebut
dengan “Saudi Vision 2030” merupakan sebuah transformasi ekonomi yang ambisius
dengan tujuan untuk menjadikan kerajaan sebagai jantung dunia Arab dan Islam, pusat
investasi dan pusat penghubung antar 3 benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa (Saudi
Vision 2030 document, 2017:13). Berdasarkan letak wilayah Arab Saudi yang strategis
menjadikan kerajaan ini sebagai gerbang perdagangan global. Dengan adanya
reformasi ini, pendapatan Saudi akan diarahkan pada sektor non-minyak serta
menjadikan kerajaan ini terbuka pada semua agama dan dunia internasional.

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh McKinsey & Company (2015), mengatakan
bahwa ada potensi penuh pada tahun 2030 sehingga dengan itu merencanakan

40
transformasi ekonomi dengan menargetkan pada tahun 2030 yaitu, PDB dapat
bertumbuh dua kali lipat yakni sekitar 800 miliar USD; 4 triliun USD akan
diinvestasikan dalam ekonomi non-minyak terutama dari sektor swasta; angkatan kerja
masyarakat Saudi akan bertambah sebanyak 6 juta pekerja; pendapatan rumah tangga
akan meningkat sebesar 60 %. Delapan sektor yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan juga pekerjaan yaitu pertambangan, pariwisata, petrokimia, keuangan, manufaktur,
konstruksi, perdagangan serta kesehatan.

Saudi Vision 2030 memiliki 3 tema utama yakni: a vibrant society, a thriving
economy, dan an ambitious nation. Setiap poin tersebut, hal yang disoroti ialah
komitmen dan representasi sebagai suatu ambisi dari tujuan yang ingin dicapai oleh
Arab Saudi. Visi ini dapat dikatakan pula sebagai acuan dalam kebijakan masa depan
kerajaan, sehingga dengan ini semua proyek dapat dijalankan selaras dengan isinya.

Tema yang pertama ialah a vibrant society atau masyarakat yang dinamis, dimana
masyarakat dapat hidup sesuai dengan prinsip Islam yang moderasi yang menjadi
kebanggaan identitas nasional. Prinsip dari Islam moderasi menjadi kekuatan
pendorong baik dalam menjalankan nilai-nilai toleransi, disiplin, keunggulan, maupun
transparansi. Dalam bidang jasa, akan berfokus untuk melayani para pengunjung
Umrah dengan memberikan keramahan, kenyamanan serta memperlancar proses visa.
Hal ini dilakukan dengan memulai modernisasi dan meningkatkan kapasitas untuk
menyambut pengungjung Umrah dari 8 juta menjadi 30 juta setiap tahun. Dalam
mempromosikan identitas nasional, akan membangun lebih banyak museum, tempat
wisata dan situs bersejarah.

Melalui tema ini juga Arab Saudi menyadari bahwa kekayaan suatu negara tidak
hanya terletak pada sumber daya alam, melainkan kekayaan yang sebenarnya ialah
terletak pada sumber daya manusia. Sehingga pemerintah berupaya untuk mendorong
kontribusi masyarakat dalam menghasilkan penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini
dilakukan melalui penyediaan proyek-proyek bagi masyarakat. Selain itu, budaya dan

41
hiburan merupakan hal yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup, dari sini
pemerintah akan mendukung upaya daerah, lembaga non-profit maupun sektor swasta.
Dan terakhir ingin meningkatkan peran dana pemerintah serta menarik investor lokal
dan internasional serta menciptakan kemitraan dengan perusahaan luar negeri. Melalui
langkah yang dilakukan oleh kerajaan, mendorong pemerintah untuk memperkuat
masyarakat pada identitas nasional yang telah mengakar.

Tema kedua berfokus pada pengembangan ekonomi (thriving economy) jangka


panjang dan berkelanjutan. Dimana kerajaan ingin mengembangkan sektor lain dan
melepaskan ketergantungan terhadap pendapatan minyak. Pengembangan ekonomi ini
memberikan kesempatan pada semua masyarakat baik itu pria, wanita, tua dan muda.
Sehingga mereka dapat berkontribusi yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki.
Salah satu aset yang paling menonjol ialah generasi muda, dimana lebih dari setengah
populasi Arab Saudi berusia di bawah 25 tahun. Dengan demikian pemerintah
mengambil peluang dari peran pemuda dengan memperluas ekonomi kewirausahaan
dan juga perusahaan, dimana hal tersebut termasuk dalam upaya diversifikasi
perekonomian.

Pengembangan ekonomi secara khusus bertujuan untuk mengurangi tingkat


pengangguran dari 11.6 % menjadi 7 %, meningkatkan kontribusi UKM terhadap PDB
dari 20 % menjadi 35 % dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja
dari 22 % menjadi 30 %. Selain itu, privatisasi aset negara termasuk perusahaan
Aramco akan meningkatkan pendapatan domestik dengan mentransfer kepemilikan
Aramco terhadap Dana Investasi Publik (Saudi Vision 2030 document, 2017:39).

Ada beberapa sektor yang mendorong keberhasilan ekonomi seperti sektor


manufaktur, pertambangan, teknologi dan sektor pariwisata. Pada saat bersamaan,
pemerintah Arab Saudi terus melakukan diversifikasi ekonomi dengan melokalisasikan
sektor minyak dan gas. Kemudian, pemerintah juga akan meningkatkan kontribusi
sektor swasta jangka panjang, dengan demikian akan membuka peluang investasi baru,

42
memfasilitasi investasi, menghapus hambatan dan mendorong inovasi. Selain itu, zona
khusus akan disediakan bagi pariwisata maupun industri.

Tema terakhir yakni bangsa yang ambisius, ialah kesadaran pemerintah untuk
melakukan transparansi dan akuntabilitas secara jelas dalam kontrol terhadap proyek-
proyek yang memberi pengaruh yang signifikan bagi perkembangan ekonomi Saudi.
Pemerintah juga merasa perlu untuk mengelola keuangan secara efektif dan efisien.
Tidak hanya itu, masyarakat juga diberikan ruang untuk berkontribusi dalam mencapai
nilai-nilai Islam dan tradisi nasional dengan menghormati, mendukung, membantu,
serta meningkatkan keramahan dan menghargai hak setiap orang. Pemerintah
bertanggung jawab dalam mengembangkan masyarakat ke arah yang saling
menguntungkan dengan membangun kehidupan professional, meningkatkan
produktifitas para pekerja dengan menerapkan manajemen kinerja yang tepat,
memberdayakan organisasi non-profit dan mendorong bisnis masyarakat sehingga
dapat menciptakan ekonomi yang berkelanjutan.

Tujuan Arab Saudi melalui tema ini untuk meningkatkan tabungan rumah tangga
dari 6 % menjadi 10 % dari total pendapatan rumah tangga serta meningkatkan
kontribusi sektor non-profit terhadap PDB yaitu kurang dari 1 % menjadi 5 % dengan
menerapkan standar tata kelola yang baik dan memfasilitasi pelatihan berkualitas tinggi
(Saudi Vision 2030 document, 2017:77).

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, saat ini pemerintah memang
belum mengidentifikasi dan memberlakukan cara-cara terbaik untuk memastikan para
pekerja dapat memiliki keterampilan yang tepat bagi masa depan mereka. Akan tetapi,
pada tahun 2020, akan ada pelatihan pada 500.000 pekerja/karyawan, serta bagi
lembaga pemerintahan dan kementerian diinstruksikan untuk mengadopsi praktek-
praktek terbaik dengan menerapkan manajemen kinerja yang tepat dalam
pengembangan sumber daya manusia.

43
Dari segi pelayanan lembaga pemerintah, akan berkontribusi dalam meningkatkan
efisiensi dan produktivitas belanja pemerintah. Dalam pelayanan di berbagai sektor
juga akan meningkatkan kualitas, menyediakan lapangan pekerjaan yang tepat bagi
masyarakat dengan biaya yang tidak mahal serta mentransfer pengetahuan.

Vision 2030 merupakan langkah reformasi yang ambisius yang sementara dijalani
oleh Arab Saudi, memiliki target untuk masa depan yang lebih baik bagi kerajaan dan
masyarakat Saudi. Dengan dikeluarkannya visi ini dapat mengembangkan strategi
perekonomian dan meningkatkan kualitas kinerja. Sumber daya manusia merupakan
faktor penting dalam kesuksesan setiap proyek. Pemerintah telah berkomitmen untuk
meluncurkan program menyeluruh untuk mengembangkan kemampuan masyarakat.

5.2 Saudi Vision 2030 sebagai Pilihan Rasional Mohammed bin Salman
Reformasi ekonomi Arab Saudi tidak dapat diimplementasikan tanpa ada aktor
yang menggerakkannya. Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota Arab Saudi
menjadi pencetus sekaligus arsitek dalam reformasi yang direalisasikan melalui
program Saudi Vision 2030. Keputusan untuk melaksanakan reformasi dibuat oleh
MBS dengan mempertimbangkan keadaan sosial dan ekonomi kerajaannya. Reformasi
ekonomi merupakan kebijakan yang ia buat dengan konsekuensi yang lebih
menguntungkan daripada tidak melakukan reformasi sama sekali.

Dalam teori pilihan rasional yang disampaikan oleh Coleman (1990), tidak hanya
menjelaskan mengenai aktor itu sendiri, tetapi juga menjelaskan mengenai tindakan
sang aktor1. Mohammed bin Salman merupakan aktor yang rasional yang melakukan
tindakan purposive dengan pilihan yang ada berdasarkan suatu tujuan terarah untuk
memperoleh keuntungan. Dengan terjadinya ketidakstabilan ekonomi kerajaan,

1
Sebagai bukti nyata, penulis melampirkan wawancara Mohammed bin Salman-sebagai aktor yang
rasional, dan blueprint Saudi Vision 2030-sebagai tindakan aktor tercantum pada bagian akhir
penulisan ini.

44
kondisi sosial yang kaku serta tingkat pengangguran yang meningkat, kondisi tersebut
menjadi penggerak untuk dilaksanakannya reformasi dengan segera. MBS merupakan
aktor yang mampu melihat potensi lain yang dimiliki oleh kerajaan selain komoditas
tunggal yang dijadikan sebagai pendapatan utama perekonomian. Potensi lain yang
dimaksud ialah sumber daya manusia, dimana lebih dari setengah populasi Saudi
berasal dari pemuda. Selain itu juga pertisipasi perempuan dalam angkatan pekerjaan
sangat dibutuhkan. Tidak hanya itu, sektor pariwisata memiliki potensi yang besar
dalam penciptaan lapangan pekerjaan maupun menghasilkan pendapatan yang tidak
sedikit. Kemudian banyak sektor lain lagi yang dikembangkan oleh kerajaan dan
disebut dengan diversifikasi.

Menurut Walt (1999), ada tiga poin penting dalam pilihan rasional hal ini yang
dilakukan oleh Mohammed bin Salman yaitu : pertama Mohammed bin Salman
merupakan aktor yang bersifat individualis, dimana keadaan yang terjadi baik sosial
maupun ekonomi dilihat sebagai produk kolektif yang dibuat oleh MBS sebagai aktor
yang rasional. Ia merupakan aktor yang berani mengambil resiko dalam menjalankan
apa yang menjadi keputusannya. Kedua, MBS berusaha untuk memaksimalkan utilitas
subjektifnya yakni ia mengejar keuntungan yang maksimal dengan berusaha
memaksimalkan potensi sumber daya manusia. Ketiga, sebelum MBS memutuskan
kebijakannya, terdapat spesifikasi dari preferensi yang dimiliki berkaitan dengan
situasi kerajaan. Dalam hal ini MBS, memiliki preferensi yaitu melakukan reformasi
atau tidak melakukan reformasi. Disebabkan reformasi adalah tindakan yang sangat
penting dan dibutuhkan untuk dilakukan segera, maka MBS memilih tindakan
reformasi sebagai preferensi yang tepat berdasarkan keputusan yang ia buat demi
memaksimalkan utilitas. Jika tidak melakukan reformasi, maka tidak ada harapan
untuk masa depan perekonomian Arab Saudi. Setiap keputusan memiliki resiko, namun
MBS mengambil keputusan dengan resiko yang lebih menguntungkan. Meskipun
dalam kebijakannya saat ini mengalami kontra terlebih dari ulama-ulama dan

45
masyarakat yang teguh pada pendirian yang konservatif, tapi sebagai aktor yang
rasional MBS tetap melanjutkan reformasi yang sudah ia mulai.

Harapan Mohammed bin Salman terhadap Arab Saudi yaitu menjadikan


kerajaannya lebih terbuka terhadap dunia internasional dan melepaskan
ketergantungan terhadap minyak. MBS telah melakukan sejumlah tur ke luar negeri
lebih banyak dari ayahnya untuk mempromosikan kerajaan Arab Saudi dan
meningkatkan kerjasama ekonomi serta melakukan kesepakatan investasi. Selain itu
meningkatkan pariwisata tidak hanya pada aspek religius tapi juga non-religius, dengan
cara memudahkan visa bagi wisatawan internasional. Tidak hanya itu, situs-situs
pariwisata juga ditingkatkan dengan gencarnya. Langkah tersebut diwujudkan dengan
Saudi Vision 2030 yang bertujuan untuk menjadikan kerajaan sebagai jantung dunia
Arab dan Islam, pusat investasi dan pusat penghubung tiga benua.

Mohammed bin Salman telah mengadakan kunjungan di banyak negara selama


dua tahun terakhir yakni sejak pengangkatannya sebagai Putra Mahkota. Negara-
negara seperti Amerika Serikat, London, Mesir, UEA, Bahrain, Pakistan, India dan
China merupakan agenda dalam membangun hubungan kerjasama ekonomi yang lebih
luas, termasuk kesepakatan investasi Arab Saudi dengan negara-negara tersebut.

MBS bersama dengan generasi muda saat ini berfokus pada apa yang hilang, yakni
apa yang tidak bisa dikerjakan oleh penguasa sebelumnya. Dengan memaksimalkan
potensi yang dimiliki dan melakukan modernisasi yang dapat digunakan pula untuk
melawan ekstrimis. Sehingga generasi muda Saudi saat ini tidak disia-siakan dengan
terus mengikuti doktrin yang kaku dan tertutup.

MBS cepat memberi imbalan kepada sekutu dan menghukum siapa saja yang
enggan mendukungnya di setiap stan kebijakan luar negeri. Ia merupakan pengambil
resiko dan kebijakan luar negeri didasarkan pada satu doktrin tunggal yaitu berupaya
untuk menjadikan kerajaan Arab Saudi sebagai satu-satunya wasit urusan Arab dan

46
titik masuk bagi semua kekuatan internasional ke wilayah tersebut (King Salman and
His Son: Winning the US Losing the rest, 2017, p. 5).

5.3 Realisasi dan Analisis Pilar Saudi Vision 2030 sebagai Reformasi Ekonomi
Keadaan Arab Saudi yang sempat mengalami krisis ekonomi dan dinamika
masyarakat yang ultra-konservatif mempengaruhi tindakan untuk melakukan
reformasi. Reformasi Arab melalui Saudi Vision 2030 menyajikan peta jalan (road
map) bagi kebijakan ekonomi kerajaan. Tindakan ini didasari oleh kebutuhan yang
jelas.

Ketiga tema yang telah disebutkan sebelumnya merupakan pilar dalam Vision
2030 dimana memiliki arah/tujuan dengan target yang telah ditetapkan pada masing-
masing proyek. Melalui pilar pertama yaitu masyarakat yang dinamis/a vibrant society
mengarahkan kerajaan menuju ke Islam moderat.

Putra Mahkota Arab Saudi telah mendapatkan sorotan dalam berita utama selama
beberapa bulan terakhir sejak dikeluarkannya Vision 2030. Ia bersumpah untuk
mengembalikan kerajaan ke Islam moderat, melalui Vision 2030 ia menjabarkan
sebuah visi untuk ‘negara yang toleran dengan Islam sebagai konstitusi dan moderasi
sebagai metodenya’ (English Al Arabiya News: 2017). Selama ini kerajaan bersifat
tertutup dengan aturan yang ketat dan kaku yang sangat konservatif. Sehingga melalui
visi yang sedang dijalankan tersebut, akan mengarahkan kerajaan kembali pada Islam
moderat yang telah diterapkan sebelum periode 1979.

Pada masa sebelum 1979 yang terjadi ialah budaya dalam masyarakat cukup
religius serta terbuka bagi kehidupan dan masa depan. Dengan menerapkan toleransi
dimana menolak doktrin ekstrimis yang mencoba menyusup ke masyarakat dan
berkembang di dalamnya. Namun budaya toleransi ini kemudian menghilang dan

47
budaya kebencian menyebar. Selain itu juga pada periode ini, masyarakat mudah untuk
berintegrasi dalam budaya yang berbeda dan tidak terpengaruh dengan organisasi
ekstrimis maupun teroris seperti apa yang terjadi pada tahun selanjutnya dimana
beberapa bahkan banyak orang bergabung bersama organisasi teroris yang
menimbulkan kebencian dan ancaman bagi kemakmuran negara dan masyarakat.
Selain itu perempuan Saudi juga mencerminkan karakter yang kuat dan percaya diri
sebelum dituntut dengan bagaimana mereka harus berpakaian dan bagaimana mereka
berperilaku (Mamdouh AlMuhaini: 2017). Hal tersebut mempegaruhi mereka, sehingga
mereka mengalami kemunduran dan tidak percaya diri untuk tampil dalam ranah publik
yang benar-benar membutuhkan mereka. Selain itu juga tidak memberikan kebebasan
pada seniman atau artis dalam mengekspresikan diri.

Dalam wawancara yang dilakukan Majalah Time dengan Mohammed bin Salman
(Time: 2018), MBS menjelaskan bahwa pasca tahun 1979, dimana ekstrimis mencoba
untuk mewakili Islam. Praktik itu bukanlah praktik Islam melainkan praktik orang-
orang yang telah membajak Islam setelah tahun 1979, dan praktik ekstrimis tersebut
tidak selaras dengan gagasan Arab Saudi yang mengikuti agama Islam.

Pemerintah pun telah menjalankan sejumlah langkah nyata dengan tidak


membiarkan siapapun menyebarkan dan memberi dukungan pada kaum ekstrimis atau
teroris dan semacamnya. Hal ini dilakukan dengan cara memecat ribuan imam yang
menyebarkan paham ekstrimis. Selain itu, pemerintah Saudi juga bekerja sama dengan
Moskow dalam perlawanan terhadap teroris. Dalam bidang pendidikan juga,
dilaksanakannya modernisasi sistem pendidikan dengan maksud agar mencegah
potensi salah tafsir (Arab News: 2017). Tidak hanya itu, larangan mengemudi bagi
kaum perempuan telah dicabut sehingga perempuan dapat memiliki SIM dan
berkendara sendiri (Arab News: 2018). Dalam bidang olahraga dan pertunjukan,
perempuan juga diizinkan untuk menghadiri pertandingan olahraga di stadion dan
bioskop telah dibuka. Dengan demikian, segregasi bagi kaum perempuan sedikit demi

48
sedikit telah dilunturkan dan memberikan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi
dalam ranah publik.

Pilar yang kedua yaitu a thriving economy direalisasikan dengan melakukan


diversifikasi ekonomi. Diversifikasi ekonomi merupakan salah satu instrumen
prosedural dari reformasi seperti yang telah dijelaskan oleh Sukharev (2015:21).
Dengan adanya diversifikasi, membuat kerajaan tidak lagi tunduk pada pendapatan dari
sektor minyak yang merupakan komoditas yang sangat beresiko mengalami fluktuasi
atau ketidakstabilan harga. Melainkan ingin mengembangkan perekonomian dengan
memaksimalkan potensi lain baik itu dari masyarakat sebagai sumber daya manusia
yang tidak boleh diremehkan serta mengurangi sektor publik yang dijadikan sebagai
peran utama yakni dengan mempromosikan pertumbuhan sektor swasta. Selain itu juga
mengembangkan program kerjasama yang strategis dengan negara lain.

Walaupun pada kenyataannya Arab Saudi memiliki cadangan minyak yang luar
biasa besar yakni mewakili 16 % dari total cadangan minyak bumi secara global dan
juga disebutkan sebagai pemasok utama dunia, hal ini tidak menjamin keberlangsungan
perekonomian Saudi dapat tetap stabil dari masa ke masa. Mengingat pada tahun 2016
dimana harga minyak jatuh hingga ke titik terendahnya yaitu 27 USD per barel (Saudi
Press Agency: 2017). Harga minyak dunia yang turun tersebut sangat berpengaruh pada
harga minyak Saudi tentunya.

Salah satu bagian dari diversifikasi ekonomi melalui privatisasi perusahaan


minyak Saudi yakni Aramco yang melakukan IPO2 sebesar 5% dari saham perusahaan
akan dijual. Dana yang diperoleh tersebut dapat diinvestasikan di luar negeri serta dapat

2
IPO (Initial Public Offering) atau Penawaran Umum Perdana merupakan saham dari suatu
perusahaan yang dilepas untuk pertama kali, saham ini dijual kepada publik secara terbuka. Dengan
dilakukannya IPO, maka perusahaan akan mendapatkan modal tambahan. Selain itu, IPO merupakan
salah satu langkah yang dilakukan pemerintah upaya melepas ketergantungan terhadap sektor
minyak.

49
tercipta sovereign wealth fund3 terbesar di dunia. Perolehan dana tersebut diperkirakan
mencapai nilai 2 triliun USD bahkan lebih.

Dengan demikian, privatisasi akan menyediakan modal yang diperlukan untuk


pengembangan sektor yang strategis dan membangun perusahaan nasional. Privatisasi
merupakan aspek penting dalam Vision 2030. Privatisasi dapat mencapai banyak hal
baik jika dijalankan dengan baik. Ketika dijalankan dengan benar, maka privatisasi
perusahaan milik negara dapat membawa manfaat yang jelas bagi perekonomian,
mendorong pertumbuhan dan lapangan pekerjaan serta meningkatkan keseimbangan
fiskal (Wyman, Creating a Sustainable Privatization Program : 2018, p. 3). Inilah yang
sedang diupayakan oleh pemerintah Saudi dalam mendiversifikasi perekonomian
domestik melalui privatisasi perusahaan minyak Aramco.

Selain privatisasi, pemerintah Saudi juga merancang sebuah proyek besar yang
disebut dengan Neom. Neom merupakan sebuah kota wisata lintas batas yang terletak
di perbatasan Arab Saudi dengan Mesir dan Yordania. Proyek ini bernilai 500 miliar
USD yang berada di wilayah Barat Laut Tabuk. Dana yang demikian besar bersumber
dari kerajaan, Dana Investasi Publik Saudi dan investor internasional maupun lokal.

Proyek Neom telah disebut sebagai “proyek paling ambisius di dunia” yang
bertujuan memposisikan kerajaan Arab Saudi di garis depan dalam bidang teknologi,
inovasi, pariwisata dan keramahan bisnis di wilayah tersebut (Ipsos, Saudi Arabia’s
Mega-City, The Neom Project: 2019). Putra Mahkota Arab Saudi menjelaskan bahwa
Neom akan berfokus pada sembilan sektor investasi khusus dan kondisi kehidupan
yang akan mendorong masa depan peradaban manusia, energi dan air, mobilitas,
bioteknologi, makanan, teknologi, manufaktur maju, media dan hiburan dengan
landasan layak huni. Sektor-sektor ini akan merangsang pertumbuhan dan diversifikasi
ekonomi dengan memelihara inovasi dan manufaktur internasional, untuk mendorong

3
SWF adalah kendaraan finansial yang dimiliki oleh negara yang memiliki atau mengatur dana publik
dan menginvestasikannya ke asset-aset yang luas dan beragam (Kemenkeu : 2019).

50
industry lokal, penciptaan lapangan pekerjaan serta dengan demikian PDB kerajaan
akan bertumbuh (Saudi Gazzette: 2018).

Proyek-proyek yang telah diperkenalkan dan sementara dijalankan mencerminkan


ambisi pemerintah bagi masyarakat Saudi untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Tidak hanya pemerintah saja, melainkan ambisi
masyarakat diperlukan untuk kesejahteraan bersama. Sehingga dengan itu, masing-
masing elemen dalam kerajaan Saudi dibutuhkan untuk saling bekerja sama
meningkatkan produktifitas dan membangun kehidupan profesional. Hal ini tercermin
dalam pilar ketiga dalam Vision 2030, yakni an ambisious nation. Pilar ini mendorong
pemerintah untuk giat dalam melakukan transparansi dan akuntabilitas. Sehingga
setiap proyek dapat dikontrol dengan baik dan dikelola secara efektif dan efisien.

An ambisious nation atau bangsa yang ambisius merupakan pilar terakhir dari
Vision 2030 yang bermaksud memberikan dampak yang tahan lama. Hal ini
disebabkan, reformasi yang baik harus berkelanjutan sehingga dengan adanya pilar ini
dapat menciptakan keberadaan hysteresis effects dari reformasi yang telah
dilaksanakan. Hysteresis effects diterapkan melalui proyek-proyek dalam program
reformasi. Dapat dilihat dengan langkah-langkah besar dan mega-proyek yang berani
dan ambisius dikeluarkan oleh Arab Saudi di bawah kekuasaan Putra Mahkota.

51

Anda mungkin juga menyukai