Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN STRATEGI HUBUNGAN INTERNASIONAL

DAMPAK AKTIVITAS EKONOMI MANUSIA TERHADAP PEMANASAN


GLOBAL DAN DEGRADASI LINGKUNGAN

Sofyan Effendi, S. Ip, M. Si

Shafa Sofia Retania


07041282025097

Program Studi Hubungan Internasional B Indralaya

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya

2022
Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Mayoritas negara didunia, memiliki tonggak ekonomi sebagai pilar utama yang menompang
kehidupan bernegaranya. Oleh karena itu, berbagai cara dan metode akan dilakukan demi
mencapai pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Beragam kegiatan sektor
perekonomian menjadi aktifitas non-stop yang dilakukan oleh manusia, hal ini menyebabkan
berbagai dampak sebagai hasil dari kegiatan yang tak hanya menghasilkan output berupa
ekonomi saja, namun juga permasalahan lainnya seperti politik, kemasyarakatan, hingga
lingkungan. Dimana pada lingkungan, akan terjadi penipisan SDA diiringi dengan meningkatan
polusi baik itu pencemaran udara, air, dan degradasi lingkungan yang menyebabkan penipisan
ozon.

Dampak yang dirasakan mrngenai masalah lingkungan yang disebabkan kegiatan ekonomi
manusia antara lain perubahan iklim dan pemanasan global, saat ini isu tersebut telah menjadi isu
global. Kegiatan pada seluruh sektor ekonomi yang dilakukan dalam mencapau target
pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menjadi
pemicu masalah lingkungan berupa pemanasan global. Degradasi lingkungan akibat
pembangunan dapat menjadi masalah di masa depan, dan hal tersebut juga tidak sesuai dengan
konsepsi pembangunan berkelanjutan.

Rumusan Masalah

Dalam hubungan antara kegiatan ekonomi dan masalah lingkungan, ini dapat dijabarkan jika
pada awal tahap pembangunan, pendapatan nasional akan naik yang diiringi dengan kerusakan
lingkungan tetapi pada tingkat pendapatan tertentu ada titik balik. Titik tersebut adalah dimana
pendapatan meningkat yang diiringi dengan berkurangnya kerusakan lingkungan, karena dengan
meningkatnya pendapatan akan mendorong kenaikan permintaan akan lingkungan yang bersih.
Dengan begitu, pemerintah akan berusaha dalam merespon permintaan tersebut dengan
mengeluarkan beberapa kebijakan yang dinilai ramah lingkungan untuk memperhatikan
permasalahan lingkungan. Hal ini kemudian menjadi salah satu dampak dari kegiatan ekonomi
yang akan mempengaruhi tidak hanya manusia tetapi juga lingkungan. Karena itu, peneliti
merasa harus mengetahui apa-apa saja dampak dan bagaimana sektor ekonomi manusia
berpengaruh terhadap masalah lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim.
Bab II

Pembahasan

Antara Kepentingan Ekonomi Dan Pelestarian Alam

Perkembangan populasi dunia yang makin meningkat harus turut memperhatikan pasokan
ketersediaan energi

Kontestasi diantara kepentingan ekonomi dan pelestarian alam, seringkali dimenangkan oleh
kepentingan ekonomi dan menempatkan alam pada urutan ke-2 atau ke-3. Karena itu,
kepentingan alam harus mengalah demi pembangunan. Fakta tersebut pada awalnya muncul
dikarenakan negara yang membutuhkan kegiatan pembangunan yang dimulai setelah Perang
Dunia II berakhir di tahun 1949 dimana Amerika keluar sebagai pemenang dan pusat hagemoni
dunia. Lalu, negara-negara yang kalah dalam peperangan dan baru merdeka ingin membangun
negeri serta mensejahterakan rakyat melalui aktifitas pembangunan. Hingga istilah 'under
development countries' mulai dikenal bagi negara yang sedang berkembang, dan istilah tersebut
dalam pandangan Amerika dan Eropa merupakan istilah untuk kemiskinan dan keterbelakangan
ekonomi. Oleh karenanya, Ekonom Barat mengatakan jika ingin keluar dari kondisi tersebut,
diperlukan pembangunan ekonomi.

Sejak saat itu, pembangunan ekonomi menjadi dambaan dan harapan bagi negara-negara yang
belum dan sedang berkembang sebagai upaya dalam mendorong peningkatan kualitas
kenegaraan ditengah kemiskinan pasca Perang Dunia, mereka melihat keberhasilan pertumbuhan
ekonomi dilihat dari sisi pendapatan rata-rata penduduk dan produk nasional bruto, sedangkan
sektor lain seperti sosial dan ekologi tidak terlalu menarik perhatian. Hingga saat era dasawarsa
pembangunan berakhir dengan bukti jika pembangunan ekonimi bukanlah satu-satunya jalan
dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan rakyat, ada cakupan lain yang perlu diperhatikan
agar tujuan tersebut dapat diraih dan dirasakan bersama.

Bagaimana Ketidakpastian Ekonomi Menciptakan Krisis Iklim Dan Sebaliknya

Ilmu ekonomi berbicara tentang tabiat manusia yang umum dilakukan dalam
tindakannya menuju pencapaian kemakmuran. Tabiat manusia menjadi obyek
pengetahuan ekonomi (Hatta, 1994: 89).

KTT yang diselenggarakan PBB, membahas tentang perubahan iklim dengan tajuk 'The 25th
session of the Conference of the Parties (COP25)' pada 2019 di Madrid diakhiri dengan
kekecewaan karena memberikan pernyataan jika akan terjadi marginalisasi nilai-nilai
kemanusiaan pada lingkup global. Asumsi ini ini diperkuat dengan pernyataan Sekjen PBB yang
mengatakan bahwa komitmen akan iklim harusnya semakin ditingkatkan karena ancaman krisis
iklim semakin terasa tetapi pembahasan isu tersebut malah digantikan dengan diskusi politik
ekonomi saja. Masyarakat internasional kini kehilangan momentum dalam menunjukan ambisi
dibidang adaptasi, mitigasi, dan sumbangsih menghentikan krisis iklim dan negara yang
seharusnya bertindak memerangi permasalahan tersebut hanya bersikap politis demi kepentingan
sendiri dan mengabaikan komitmen iklim nasional negara mereka.

Rasa ketidakpastian ini semakin berlanjut, beragam ancaman lain kian mengiringi kemungkinan
terjadi ketegangan antar negara dengan tingkat sensitifitas yang mampu memicu terjadi gerakan
militer. Ini juga diperparah dengan kebijakan proteksi yang mengarah pada ketidakstabilan
perrkonomian sehingga negara diharuskan untuk memutar otak demi mempertahankan diri
mereka dengan mengesampingkan isu-isu lingkungan yang makin nyata keberadaannya.

Sentralitas antara isu lingkungan terhadap perekonomian khususnya terkait isu iklim
mendominasi indikator resiko untuk jangka panjang sebagai penghambat ekonomi global. Ada
lima indikator resiko penghambat, yang antara lain;

1. Cuaca ekstrem/Pemanasan Global, pemanasan ini akan mengakibatkan es diwilayah


kutub mencair dan menyebabkan kenaikan suhu dan permukaan air laut.
2. Gagalnya aksi iklim, kegagalan dalam berbagai kebijakan dan komitmen mengenai iklim
yang diciptakan untuk memerangi permasalahan iklim memberikan dampak yang akan
dirasakan oleh generasi di masa depan dan semakin menempatkan perekonomian global
dalam ketidakpastian.
3. Bencana alam, ini disebabkan oleh tak menentunya kondisi di bumi akibat krisis yang
terjadi sehingga bencana alam akan sulit untuk dihindari.
4. Hilangnya Keanekaragaman Hayati, berdasarkan data yang diperoleh terdapat hampir
1juta spesies kini terancam punah. Dengan kekayaan alam yang semakin menghilang,
keseimbangan dunia juga akan ikut terganggu sehingga menyebabkan siklus global
terganggu.
5. Bencana Lingkungan Oleh Manusia, dikarenakan keserakahan manusia yang merusak
alam untuk kepentingan diri mereka sendiri terutama demi ekspansi bisnis semakin
memperburuk kondisi alam dan berdampak pada bisnis itu sendiri.

Negara Kaya Semakin Kaya Dan Miskin Semakin Miskin Akibat Pemanasan Global

Kesenjangan sosial antara negara miskin dan kaya meluas hingga sebanyak 25% dibandingkan
dengan keadaan tanpa pemanasan global. Terdapat korelasi bagaimana temperatur dan fluktuasi
ekonomi negara, dan negara kawasan Afrika yang beriklim tropis menjadi wilayah paling
terdampak, pemanasan global turut menyumbangkan GDP per kapita di beberapa negara kaya
trrmasuk negara emitor gas rumah kaca. Pertumbuhan berlangsung cukup cepat di negara iklim
dingin pada tahun-tahun yang lebih hangat daripada rata-rata. Sementara itu, negara beriklim
hangat mengalami keterlambatan.

Pemerintah dan para peneliti juga turut menghadapi tantangan lainnya berupa kerusakan
lingkungan, terutama di abad ke-21 saat ini. Mereka mencoba memberikan perhatian terhadap
tantangan tersebut dalam sebuah diskusi lintas negara 'Intergovernmental Planet on Climate
Change (IPCC)', dimana dari hasil diskusi tersebut menyimpulkan bahwa perubahan iklim yang
terjadi saat ini bukanlah dikarenakan faktor alamiah melainkan karena adanya intervensi manusia
dalam kegiatannya. Hal ini juga didukung oleh Organisasi Pangan dan Pertanian(FAO) yang
menyatakan jika ancaman paling serius dari masa depan keberlangsungan ekonomi pangan
adalah perubahan iklim dan kita dituntut untuk melakukan memperkuat kemampuan adaptasi dan
untuk jangka waktu yang panjang, diperlukan mitigasi yang sinergis.

Dampak terhadap sektor pertanian ini antara lain kekhawatiran akan sumber daya pangan,
dimana perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan, peningkatan suhu, perubahan kadar air,
perubahan kesuburan tanah, banjir, dan sebagainya yang akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan sumber bahan pangan. Karena itu, adanya ancaman ini akan langsung menyerang
bidang biofisika hingga sosial ekonomi.

Solusi Dampak Buruk Kegiatan Ekonomi Pembangunan

Sektor ekonomi saat ini masih cenderung eksploitatif terhadap keanekaragaman sumber daya
alam, dan urgensi mengenai kegiatan ekonomi yang konsumtif ini mulai disadari oleh
masyarakat global. Negara-negara kini mulai tersadar mengenai bagaimana pentingnya
memahami dan menyikapi isu pemanasan global dan perubahan iklim yang kian tahun kian
terasa keberadaannya hingga menjadi momok ancaman yang ditakuti khususnya bagi generasi
penerus dimasa depan.

Maka dari itu, diperlukan sebuah perubahan besar yang sebaiknya segera dilakukan untuk
mencapai suatu keseimbangan. Yaitu dimana kerusakan alam dapat dihentikan dan bahkan
dikurangi, namun juga memberikan dorongan bagi sektor perekonomian. Prubahan ini dapat
dimaknai sebagai suatu konsep ekonomi pembangunan yang tidak merusak lingkungan, misalnya
ekonomi hijau.

Pada konteksnya, ekonomi hijau mengacu pada makin rendahnya angka deforestasi
(pemangkasan hutan) dan kegiatan perusakan lingkungan yang terjadi, akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas. Kualitas ekonomi tersebut akan sangat
bergantung pada kualitas ekologi. Apabila terjadi kerusakan di ekosistem, hal tersebut dapat
memberikan dampak secara signifikan bagi kehidupan dan pada akhirnya turut mengancam
perekonomian.
Membangun ekonomi tanpa merusak lingkungan bukan berarti melarang penebangan pohon,
seperti konsep zero deforestasi, deforestasi bukan berarti kehilangan satu pohon, tetapi dengan
mempertimbangkan dan mendorong restorasi atau rehabilitasi dalam bentuk kawasan hilangnya
ekosistem hutan Reboisasi jika kerusakan terjadi.

Misalnya dalam hal pembangunan jalan. Dalam konteks ekonomi, pembangunan jalan
merupakan salah satu langkah untuk mendorong pertumbuhan, karena membuka akses dan
menekan biaya kegiatan ekonomi. Kawasan hutan harus dikorbankan untuk membangun jalan,
namun perlu dicatat bahwa upaya pemulihan kawasan ini perlu memperhitungkan dampak
kerusakan lingkungan akibat konstruksi. Inilah konsep zero deforestasi/pembangunan tanpa
merusak lingkungan.

Mencapai kemakmuran bukanlah tentang mengambil jalan pintas untuk menghapus kemiskinan
dengan cepat, tetapi mengembangkan modal alam secara besar-besaran. Kita tidak menyadari
bahwa penurunan kualitas alam akan menambah panjang garis kemiskinan dalam proses
pembangunan ke depan. Kita juga lupa bahwa sesungguhnya kearifan suatu bangsa akan tercipta
melalui pemberdayaan yang optimal dan berkesinambungan, bahwa manusia itu sendiri adalah
objek pembangunan dan harus hidup selaras dengan alam.

Dalam mencermati proses pembangunan yang semakin melupakan kelestarian alam, diperlukan
pengkajian lebih lanjut untuk menilai sejauh mana lingkungan dimanfaatkan secara efektif
sebagai modal alam, apa akibat dari degradasi lingkungan, dan bagaimana keterkaitan konsep
kelestarian lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan, meminimalkan degradasi
lingkungan melalui kebijakan atau peraturan yang tepat.
Bab III

Penutup

Kesimpulan Dan Saran

Sumber daya alam berupa hutan, air, udara bersih dan kekayaan alam lainnya merupakan unsur
dari ekologi lingkungan alam yang selalu mampu memperbaharui diri dengan sendirinya.
Sumber daya alam dapat ditambang, ditebang dan digunakan untuk tujuan apa pun, tetapi mereka
dapat tumbuh kembali. Namun tedapat ambang batas atas kemampuan alam dan lingkungan
dalam pembaharuannya. Jika pengambilan sumber daya dilakukan melebihi ambang batas daya
dukungnya, maka ekosistem alam akan runtuh, dan kemampuan pembaharuan diri alam akan
tercabut, sehingga ekosistem alam kehilangan daya dan tidak dapat tumbuh kembali. Hutan
menjadi gundul, mata air berheti mengalir, sungai dan sawah mengering, dan tanah menjadi
kering dan kehilangan kesuburannya. Dengan demikian, penggundulan hutan dan semua
perusakan alam telah menghasilkan efek kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran sungai
dan sejumlah bencana alam lainnya hingga dianggap sebagai bencana lingkungan dengan
konsekuensi yang semakin meningkat bagi kehidupan manusia dan masyarakat secara
keseluruhan, dimana hal ini berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia dan berakibat pada lingkungan. Bahkan, hal ini juga dapat mengancam keberlangsungan
hidup manusia, adanya peningkatan pemanasan hutan karena lahan hijau yang semakin
berkurang dapat menyebabkan perubahan iklim secara besar-besaran dan mempengaruhi sistem
ekonomi itu sendiri.

Pembangunan memiliki lingkup yang lebih luas, lebih kompleks, dan dalam daripada sekadar
urusan ekonomi saja. Pemerintah harus bersikap secara hati-hati perihal anggaran pengeluaran
belanja negara dalam pembangunan, memotong segala bentuk anggaran yang akan membebani
negara dan memberikan fokus alokasi dana pada pembangunan tak hanya di bidang ekonomi saja
tetapi juga non-ekonominya. Hal itu mencakup kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja dan
juga lingkungan.
Daftar Pustaka

EKONOMI GLOBAL DAN KRISIS IKLIM. MADANI BERKELANJUTAN. (N.D.). RETRIEVED


NOVEMBER 25, 2022, FROM HTTPS://MADANIBERKELANJUTAN .ID/2020/01/28/EKONOMI -
GLOBAL- DAN -KRISIS- IKLIM

PEMBANGUNAN EKONOMI VERSUS LINGKUNGAN: SIAPA YANG MESTI MENANG? MADANI


BERKELANJUTAN . (N.D.). RETRIEVED NOVEMBER 25, 2022, FROM
HTTPS://MADANIBERKELANJUTAN .ID/2020/06/28/ PEMBANGUNAN -EKONOMI - VERSUS-
LINGKUNGAN - SIAPA-YANG -MESTI -MENANG

UNTUK BUMI YANG LESTARI - FOREST DIGEST. (N. D.). RETRIEVED NOVEMBER 25, 2022,
FROM HTTPS://WWW. FORESTDIGEST. COM /DETAIL/659/ DAMPAK - EKONOMI- TERHADAP-
PEMANASAN- BUMI /EN

Anda mungkin juga menyukai