Anda di halaman 1dari 22

Geopolitik Nasional ; Menelaah Power Partai Politik Dalam Dinamika

Pengambilan Kebijakan

Konstalasi Arah Koalisi Partai Politik pada Tahun 2024 dan Pengaruh nya
terhadap Arah Pembangunan yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas
2045

Oleh : Munansar

Email : uhoansar05@gmail.com

Himpunan Mahasiswa Islam

Cabang Kendari

2023
Abstrak

Arah pembangunan sebuah bangsa dilakukan secara berkelanjutan dan hal


tersebut didukung dengan komitmen serta setiap pergantian kepemimpinan yang
dilakukan memiliki komitmen yang sama untuk menyelesaikan apa yang menjadi
Istilah geopolitik semula oleh pencetusnya, Frederich Ratzel (1944-1904),
diartikan sebagai ilmu bumi politik (Political Geography), Istilah geopolitik
dikembangkan dan diperluas lebih lanjut oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan
Karl Haushofer (1869-1946) menjadi Geographical Politic. Perbedaan kedua
artian tersebut terletak pada fokus perhatiannya. Ilmu Bumi Politik (Political
Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan
geopolitik (Geographical Politic) mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi. Geopolitik dapat diartikan sebagai Ilmu Bumi Politik Terapan (Applied
Political Geography). Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep
geopolitik yang keduan: Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif sederhana berdasarkan fenomena, pemberitaan dan informasi
melalui media cetak dan media elektronik baik ditingkat lokal dan nasional.
Adapun tujuan dengan menggunakan metode ini adalah untuk mendapatkan
informasi dan gambaran politik secara nasional untuk melihat gambaran politik
secara nasional dan arah koalisi partai politik untuk mengukur sebarapa besar
keberlanjutan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi dan Jusuf
Kalla maupun Jokowi – Maruf Amin dan dampak hal tersebut terhadap tujuan
tercapainya Indonesia Emas tahun 2045Jika berkaca dari dua fenomena besar
yang terjadi diatas maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa arah
pembangunanyang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045 harus dilakukan
dengan komitmen ketiga calon presiden untuk melanjutkan pembangunan proyek
strategis nasional yang telah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya jika ingin
menuju arah Indonesia Emas 2045. Kesimpulan 1. Arah koalisi sangat
berpengaruh besar terhadap presentase kemenangan calon presiden tetapi tidak
menjadi satu-satu nya indikator penting dalam memperoleh kemenangan sebagai
presiden dan wakil presiden 2. Arah Pembangunan yang berkelanjutan menuju
Indonesia Emas 2045 dapat dicapai dengan komitmen ketiga pasangan calon
presiden dan calon wakil presiden untuk melanjutkan pembangunan yang telah
dilakukan oleh pemerintah sebelumnya
Abstract

The direction of development of a nation is carried out in a sustainable manner


and this is supported by commitment and every leadership change that is carried
out has the same commitment to completing what the term geopolitics was
originally defined by its originator, Frederich Ratzel (1944-1904), as political
geography (Political Geography). ), The term geopolitics was developed and
expanded further by Rudolf Kjellen (1864-1922) and Karl Haushofer (1869-1946)
to become Geographical Politics. The difference between these two meanings lies
in the focus of attention. Political Earth Science (Political Geography) studies
geographic phenomena from a political aspect, while geopolitics (Geographical
Politics) studies political phenomena from a geographic aspect. Geopolitics can be
interpreted as Applied Political Geography. There are two meanings contained in
the second geopolitical concept: The methodology used in this research is simple
descriptive analysis based on phenomena, news and information through print and
electronic media at both local and national levels. The aim of using this method is
to obtain information and a national political picture to see the national political
picture and the direction of political party coalitions to measure how sustainable
the development carried out by the Jokowi and Jusuf Kalla and Jokowi - Maruf
Amin governments is and the impact of this on The goal of achieving a Golden
Indonesia in 2045. If you look at the two major phenomena that occurred above,
you can draw a common thread that the direction of sustainable development
towards a Golden Indonesia in 2045 must be carried out with the commitment of
the three presidential candidates to continue the development of national strategic
projects that have been carried out by the previous government if they want to
achieve this. the direction of a Golden Indonesia 2045. Conclusion 1. The
direction of the coalition has a big influence on the winning percentage of
presidential candidates but is not the only important indicator in achieving victory
as president and vice president 2. The direction of sustainable development
towards a Golden Indonesia 2045 can be achieved with the third commitment pair
of presidential candidates and vice presidential candidates to continue the
development carried out by the previous government
Geopolitik Nasional ; Menelaah Power Partai Politik Dalam Dinamika
Pengambilan Kebijakan

Konstalasi Arah Koalisi Partai Politik pada Tahun 2024 dan Pengaruh nya
terhadap Arah Pembangunan yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas
2045

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arah pembangunan sebuah bangsa dilakukan secara berkelanjutan dan hal


tersebut didukung dengan komitmen serta setiap pergantian kepemimpinan yang
dilakukan memiliki komitmen yang sama untuk menyelesaikan apa yang menjadi

Istilah geopolitik semula oleh pencetusnya, Frederich Ratzel (1944-1904),


diartikan sebagai ilmu bumi politik (Political Geography), Istilah geopolitik
dikembangkan dan diperluas lebih lanjut oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan
Karl Haushofer (1869-1946) menjadi Geographical Politic. Perbedaan kedua
artian tersebut terletak pada fokus perhatiannya. Ilmu Bumi Politik (Political
Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan
geopolitik (Geographical Politic) mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi. Geopolitik dapat diartikan sebagai Ilmu Bumi Politik Terapan (Applied
Political Geography). Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep
geopolitik yang keduan:

1) Geopolitik sebagai ilmu : memberikan wawasan obyektif akan posisi kita


sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan
negara lain dalam pergaulan dunia.
2) Geopolitik sebagai ideology (landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu
negara): hendak menjadikan wawasan tersebut sebagai cara pandang kolektif
untuk melangsungkan, memelihara dan mempertahankan semangat
kebangsaan.
Kajian Literatur

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) telah menjadi tren


global masa kini (United Nations Conference on Trade and Development., 2018).
Para pemangku kepentingan yang tertarik dengan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) perusahaan semakin meningkat. Hal yang menjadi
fokus mereka ada tiga yaitu Environmental, Social, dan Governance (ESG). Isu
terkait Environmental,Social, dan Governance (ESG) telah mengubah entusiasme
dari spekulator, pemegang saham dan pemerintah dalam melihat risiko
manajemen dimana bagi perusahaan, ketiga dimensi ini telah berubah menjadi
strategi meningkatkan keunggulan kompetitif (Tarmuji, Ruhanita, & Nor, 2016).
Saat ini masyarakat dunia tengah menghadapi permasalahan yang sulit
dihindarkan. PBB mencatat bahwa penduduk dunia akan mencapai sembilan
milyar pada pertengahan abad 21 yang saat ini diperkirakan telah mencapai sekitar
7,3 milyar jiwa. Permintaan bahan makanan dan bahan bakar semakin meningkat.
54% penduduk dunia bermukim di perkotaan dan diperkirakan melonjak menjadi
66% pada tahun 2050. Disamping itu, kesenjangan pendapatan semakin
meningkat. Kemiskinan dan pengangguran masih mewarnai sebagian besar
belahan dunia. Masih sangat terasa ketidaksetaraan dalam setiap dimensi, baik
dimensi pendidikan, gender, etnik dan kelompok-kelompok ras. Lebih ironis lagi
sekitar 1,2 miliar penduduk dunia masih hidup tanpa listrik. 2,8 miliar orang
masih memasak makanan dengan menggunakan bahan bakar padat. 748 juta orang
masih tidak memiliki akses jalan. Pertumbuhan ekonomi global melambat (hanya
3,4% pada tahun 2014). Pengrusakan lingkungan (hutan dan sumber daya
laut/pesisir) masih terjadi dimana-mana . Perubahan iklim dan polusi yang belum
teratasi dengan baik. Kepunahan keanekaragaman hayati dan penurunan jumlah
sumber daya termasuk energi dan air sudah sangat mengkhawatirkan
(Tribunnews.com).
Pada 2 Agustus 2015, di markas PBB, New York, secara aklamasi 193
negara anggota PBB mengadopsi dokumen yang berjudul Transforming Our
World: The 2030 Agenda for Sustainable Development. Pertemuan ini dilanjutkan
dengan development summit yang berlangsung 25-27 September 2015, di tempat
yang sama. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari 193 negara anggota dan
berhasil mengesahkan dokumen yang disebut dengan Sustainable Development
Goals (SDGs) yang memuat 17 tujuan dan terbagi ke dalam 169 target untuk
menjadikan kehidupan manusia lebih baik (Mediaindonesia.com). Di Indonesia
sendiri, pemerintah telah mengeluarkan Perpres No. 59 tahun 2017 tentang
pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam Perpres telah
dijelaskan bahwa seluruh masyarakat dituntut untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dua tahun menjelang pemilu, kisruh gusar para kontestan politik yang akan
beradu pemilu mendatang mulai menunjukkan taringnya. Dalam kesempatan yang
tak mungkin dilewatkan oleh satu partai politik pun tentu menjadikan pemilu
sebagai momentum besar dalam akselerasi dan eskalasi konstruksi ideologi partai-
partai yang beradu dalam kancah demokrasi. Maka menyambut tahun-tahun
politik tidak pernah lepas dengan berbagai pertimbangan yang matang, strategi,
manuver hingga rekonstruksi copot pasang status kawan dan lawan menjadi
penting guna menghidupkan perdebatan narasi dan gagasan politik. Berbagai
upaya pertimbangan partai politik demi meraih idealitas dan stabilitas parpol
dalam menjaga imun untuk bertarung di kemudian hari salah satu upaya terbaik,
baik bagi pihak petahana maupun oposisi yang berharap cemas menunggu
pergiliran kekuasan entah akan hendak beralih kepada tangan mereka atau justru
kemenangan kembali dimenangkan oleh juara bertahan selama dua periode
terakhir.
Sejauh ini setidaknya ada 4 kubu yang telah membentuk koalisi dan
mengusung masing-masing bakal calon. Kubu pertama dari Koalisi Indonesia
Bersatu (Golkar-PAN-PPP), kedua kubu PKB-Gerindra, kubu PDIP, dan kubu
terakhir NasDem-Demokrat-PKS. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
atau PDIP selaku partai petahana, sampai saat ini belum mengumumkan bakal
calon yang diusung, meski tindak tersirat melahirkan tafsir tafsir politik yang
beragam, dari muncul nama Puan Maharani yang kini masih menjabat sebagai
Ketua Umum DPR-RI, ataupun Ganjar Pranowo yang digadang akan
mencalonkan diri menjadi Capres, namun menurut laporan terakhir, sampai saat
penutupan rakernas pada 21-23 Juni 2022, belum ada nama yang secara resmi
dijadikan bakal calon untuk mewakili partai mengisi kursi Capres pemilihan
umum nanti.
Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri juga mengatakan bahwa kriteria
capres 2024 bukan hanya mengandalkan elektoral semata. Maka keseimbangan
dan stabilitas bakal calon, analisis figur hingga elektabilitas masih sangat
dibutuhkan dan masih harus terus berhati-hati. Berbeda dengan kubu NasDem,
berdasarkan hasil rakernas Jumat, 18 Juni 2022. Ketua Umum Partai NasDem,
Surya Paloh. Dia mengumumkan ada tiga bakal calon yang akan mereka usung
pada pemilihan umum nanti. Ketiga nama itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Pranowo. Dilansir dari Tempo.com “Amanat Rakernas memutuskan,
menetapkan rekomendasi nama bakal capres yang akan diusung Partai NasDem di
Pemilu 2024 adalah tiga nama, yakni Anies Baswedan, Andika Perkasa, dan
Ganjar Pranowo,” ujar Surya Paloh di lokasi Rakernas NasDem, JCC Senayan,
Jakarta, Jumat, 17 Juni 2022.
Meski Hasto, Sekjen PDIP membantah secara implisit bahwa Ganjar adalah
Kader PDIP akan tegak lurus mengikuti perintah ketua umum. Sehingga sampai
saat ini, PDIP tidak terpancing mengumumkan terlalu cepat calon yang akan
diusungnya nanti. Selanjutnya kabar dari kubu PKB Gerindra, pasca rakernas
NasDem, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin
Iskandar beserta jajaran pimpinan partainya berkunjung ke kediaman Ketua
Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada 18 Juni lalu. Kunjungan
silaturahim ini sebagai simbol akan terbentuknya Koalisi yang dinamai sehari
pasca pertemuan, Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, memastikan resminya
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Bila melihat kondisi terkini, memang beberapa partai sudah tak ragu
mendeklarasikan bakal calon yang diusung, bahkan bermanuver ke partai yang
pemilu lalu berlawanan menimbang analisis elektabilitas yang memiliki
presentase besar dalam pertimbangan bakal calon yang diusung parpol. Bila
melihat bagaimana kekuatan dari ke empat kubu, tentu masing-masing memiliki
alasan tersendiri, memilih kawan untuk dijadikan sekutu ataupun tidak memilih
yang lain untuk dijadikan lawan dalam pemilu nanti, selain citra partai,
elektabilitas bakal calon, faktor ideologis tentu tidak akan terlupa pada
pertimbangan partai-partai yang berkoalisi, mencari teman sejawat yang memilih
visi yang relevan ataupun ideologi yang sepaham memang sangat penting agar
menjaga kerukunan demi 5 tahun kedepan bila satu periode kedepan dapat
dimenangkan oleh suatu Koalisi tertentu, tentu akan jadi repot bila mana
keselarasan ideologi dan kerukunan kader diabaikan sehingga keseimbangan
parpol dipertaruhkan pada Koalisi tersebut. Bila merujuk pada persyaratan
pengusungan calon presiden dan wakil presiden, akibat dampak dari syarat 20%
presidential threshold untuk bisa mengajukan capres dan cawapres maka jalan
tengah berkoalisi, kini sudah menjadi barang tentu akan ditempuh oleh sebagian
besar parpol kala jelang pemilu, berbeda dengan PDIP sebagai pemenang
legislatif, tentu tak berkoalisi bukan masalah baginya. Pada kajian teoritis, secara
terminologi, Koalisi adalah sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan, atau
aliansi beberapa unsur, yang dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki
kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau
berasas manfaat. teori kepartaian setidaknya terdapat tiga arena bagi partai politik
dalam berkoalisi.
Pertama, koalisi dibentuk pada arena pemilu dengan orientasi utama
bersama-sama memenangkan pemilu. Koalisi ini idealnya bersifat voluntaristik di
mana partai politik bersepakat untuk bekerjasama secara sukarela karena
kedekatan ideologi atau program partai. Konsekuensinya, partai politik yang
bersepakat membentuk koalisi akan melakukan aktivitas kampanye secara
bersama-sama untuk meraih suara terbanyak. Maka diskursus mengenai politik
praktis tidak akan tuntas pada perputaran pemilu 5 tahun sekali, melainkan terus
sepanjang masa, melahirkan tafsir politik, pergolakan elektabilitas antar politisi,
politik identitas yang lahir dari rahim rahim diferensiasi geopolitik, hingga
resonansi kampanye dengan berbagai agenda dari yang bersih hingga kotor tentu
akan selalu ada pada tahun-tahun yang kita lewati. Yang jelas proses politik ini
masih panjang, koalisi masih terus dijajaki dan belum permanen sampai saatnya
proses pendaftaran calon presiden untuk pemilu 2024. Tentu harapannya tidak
berhenti pada diskursus baik kajian teoritis maupun praktis pada fenomena politik
dan indikasi politik lainnya, melainkan resolusi yang diharapkan muncul, yakni
calon-calon yang diusung tentu bukan hanya diukur pada aspek keunggulan
elektabilitas melainkan juga pemimpin yang adil, bijaksana serta mampu
menyejahterakan rakyat dan membawa bangsa menuju kemajuan dan
kemakmuran.
Istilah geopolitik semula oleh pencetusnya, Frederich Ratzel (1944-1904),
diartikan sebagai ilmu bumi politik (Political Geography), Istilah geopolitik
dikembangkan dan diperluas lebih lanjut oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan
Karl Haushofer (1869-1946) menjadi Geographical Politic. Perbedaan kedua
artian tersebut terletak pada fokus perhatiannya. Ilmu Bumi Politik (Political
Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan
geopolitik (Geographical Politic) mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi. Geopolitik dapat diartikan sebagai Ilmu Bumi Politik Terapan (Applied
Political Geography). Ada dua pengertian yang terkandung dalam konsep
geopolitik yang keduan:

3) Geopolitik sebagai ilmu : memberikan wawasan obyektif akan posisi kita


sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan
negara lain dalam pergaulan dunia.
4) Geopolitik sebagai ideology (landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu
negara): hendak menjadikan wawasan tersebut sebagai cara pandang kolektif
untuk melangsungkan, memelihara dan mempertahankan semangat
kebangsaan.

Teori Geopolitik Fredefich Ratzel Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori


Ruang, menyebutkan bahwa:

a) Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme (makhluk


hidup), yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) cukup agar dapat
turnbuh dengan subur melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup, menyusut, dan mati.
b) Kekuatan suatu negara harus marnpu mewadahi pertumbuhannya. Makin
luas ruang dan potensi geografi yang diternpati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan makin besar kemungkinan kelompok politik itu
tumbuh.
c) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat
bertahan hidup terus dan berlangsung.
d) Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang
itu dapat dipeluas dengan mengubah batas-batas negara baik secara damai
maupun melalui jalan kekerasan atau perang.

Pandangan Ratzel tentang geopolitik menimbulkan dua aliran kekuatan,


yaitu:

1) Berfokus pada kekuatan di darat (kontinental) dan


2) Berfokus pada kekuatan di laut (maritim). Melihat adanya efek persaingan
dua aliran kekuatan yang bersumber dari teorinya, Ratzel meletakkan
dasar-dasar suprastruktur geopolitik, yaitu bahwa kekuatan suatu negara
harus mampu mewadahi tumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya.
Dengan demikian, esensi pengertian politik adalah penggunaan kekuatan
fisik dalam rangka rnewujudkan keinginan atau aspirasi nasional suatu
bangsa. Hal ini seiring kearah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan
dengan tujuan ekspansi.
3) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen Pokok-pokok teori Kjellen dengan tegas
menyatakan bahwa negara adalah suatu organisme hidup. Pokok teori
tersebut terinspirasi oleh pendapat Ratzel vang menyatakan bahwa negara
adalah suatu organisme yang tunduk pada hukum biologi, sedangkan
pokok teori Ratzer mencoba menerapkan metodologi biologi teori Evolusi
Darwin yang sedang popular di Eropa pada akhir abad ke-l9 ke dalam teori
ruangnya.
Pokok-pokok teori Kjellen rnenyebutkan:
a) Negara merupakan satuan biologis, suatu organism hidup, yang memiliki
intelektualitas. Negara dimungkinkan untuk mendapatkan ruang yang cukup
luas agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara
bebas.
b) Negara merupakan suatu sistem politik yang meliputi geopolitik, ekonomi
politik, demo politik, dan krato politik (politik memerintah).
c) Negara harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan
kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya: ke
dalam untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis dan ke luar
untuk mendapatkan batas-batas negara yang lebih baik. Sementara
itukekuasaan Imperium Kontinental dapat mengontrol kekuatan maritim.
Teori Geopolitik Karl Haushofer Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya
menganut teori Kjellen dan bersifat ekspansionis serta rasial, bahkan dicurigai
sebagai teori yang menuju kepada peperangan. Teori Haushofer berkembang di
Jerman dan mempengaruhi Adolf Hitler. Teori ini pun dikembangkan di Jepang
dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat materialisme dan fasisme.
Inti teori Haushofer adalah:
a) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam.
b) Kekuasaan Imperium Daratan dapat mengejar kekuasaan Imperium
Maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
c) Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa,
Afrika, dan Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia Timur
Raya.
METODOLOGI PENELITIAN

I. Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif


sederhana berdasarkan fenomena, pemberitaan dan informasi melalui media cetak
dan media elektronik baik ditingkat lokal dan nasional. Adapun tujuan dengan
menggunakan metode ini adalah untuk mendapatkan informasi dan gambaran
politik secara nasional untuk melihat gambaran politik secara nasional dan arah
koalisi partai politik untuk mengukur sebarapa besar keberlanjutan pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla maupun Jokowi –
Maruf Amin dan dampak hal tersebut terhadap tujuan tercapainya Indonesia Emas
tahun 2045

II. Desain Rancangan Metodologi Penelitian

Creswell (2016), menyatakan bahwa desain penelitian merupakan model


atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang
memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian ditetapkan
berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian yang dimulai dengan penentuan lokasi
penelitian berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan.
Langkah–langkah penelitian yang akan dilakukan dan tersusun secara sistematis
tersebut meliputi :

a) Mengidentifikasi masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dilihat dari seberapa besar dampak dan
pengaruh pembangunan dan kemajuan Republik Indonesia apabila pemerintahan
yang akan datang (2024-2029) tidak memiliki komitmen untuk melanjutkan dan
menyelesaikan program dan pembangunan yang telah dilakukan oleh
pemerintahan Joko Widodo selama 2 Periode

b) Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam adalah berdasarkan pemberitaan media cetak dan
elektronik baik itu yang di ucapkan oleh presiden, calon presiden dan tokoh –
tokoh partai politik yang kebenaran nya dapat di pertanggung jaweabkan serta
analisis sederhana yang dilakukan oleh penulis berdasarkan data yang di peroleh
maupun literatur yang didapatkan dari berbagai buku dan bahan bacaan lain nya.

c) Pengolahan Data

Data maupun informasi yang telah diperoleh akan dilakukan analisis deskriptif
sederhana guna melihat pola dan gambaran politik secara nasional dan dampaknya
terhadap sistem pemerintahan, politik dan dampaknya secara nasional

d) Hasil dan Pemabahasan

Hasil pengolahan data yang diperoleh kemudian akan dilanjutkan dengan


pembahasan hasil, hal ini akan menujukan seberapa besar pengaruh kebijakan
politik dan arah koalisi partai politik terhadap arah pembangunan dan kemajuan
NKRI secara berkelanjutan.

e) Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil yang telah dibahas pada pembahasan maka akan ditarik sebuah
kesimpulan yang akan menunjukan bahwa seberapa besar Konstalasi Arah Koalisi
Partai Politik pada Tahun 2024 dan Pengaruh nya terhadap Arah Pembangunan
yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045
Hasil dan Pembahasan

I. Arah Koalisi Partai Politik


Tidak perlu justifikasi untuk mengatakan bahwa bakal calon presiden
(capres) Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo masih berpeluang kalah.
Karena apapun jenis dan level sebuah kompetisi, pemenangnya pasti tunggal.
Yang lain tidak menang. Begitulah hukum lomba, termasuk lomba berebut kuasa.
Artinya, setiap kontestan punya peluang kalah atau menang.
Yang kita bisa utak-atik saat ini, dalam konteks Pemilihan Presiden (Pilpres)
2024, adalah variabel yang mempengaruhi kemenangan atau kekalahan. Faktor-
faktor itu bisa digunakan untuk memprediksi peluang kemenangan atau kekalahan
secara lebih presisi. Paling tidak mendekati. Ruang itulah yang kini ramai dengan
prediksi hingga ragam spekluasi. Salah satunya terkait siapa yang akan
memenangkan pertarungan Pemilihan Presiden periode 2024-2029.
Kita berangkat dari asumsi tiga pasang capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Perkiraan ini paling kuat jika melihat dinamika yang terjadi hari-hari ini. Pertama,
bakal capres Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar yang disokong Nasdem, PKB,
dan PKS. Kedua, calon Presiden dan Wakil Presiden dari PDIP, Hanura, dan Perindo
Ganjar Pranowo – Prof. Dr. Mahfud Md. Mantan Gubernur Jawa Tengah ini sudah
menjadi salah satu kontestan. Satu lagi yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo
– Gibran yang mengumpulkan partai – partai besar dalam koalisinya. Golkar pun
mendukung Prabowo setelah rekan koalisinya, setelah PPP telah memastikan
menyokong Ganjar. PAN pun mengikuti langkah Golkar mendukung Prabowo –
Gibran maju pada pemilihan presiden.
Ketiga bakal capres tersebut dalam berbagai survei pun bersaing ketat.
Terlebih Prabowo dan Ganjar yang selisihnya tipis berebut posisi puncak. Selisih
itu bahkan masih di bawah margin of error. Artinya, siapa yang unggul di antara
keduanya belum mutlak. Sementara Anies Baswedan, selalu di posisi ketiga tapi
tak jauh jaraknya. Sederhananya, ketiganya cukup kompetitif.
Dengan selisih tidak signifikan, semua masih berpeluang menang. Maka,
variabel paling mempengaruhi kemenangan capres adalah pasangannya atau
cawapresnya. Pemilihan cawapres menjadi aspek paling krusial. Sebab, figur
cawapres ini diharapkan mampu mengambil ceruk suara dari kantong-kantong
lain yang sulit „dijangkau‟ capres. Artinya, secara elektabilitas juga bisa bersaing.
Berebut Suara NU untuk memenangkan pertarungan
Dari ketiga kandidat capres tersebut, tak ada satu pun yang dari Jawa Timur
maupun kader Nahdlatul Ulama (NU). Ini menarik, karena dalam Pilpres 2019
pasangan Jokowi-Ma‟ruf unggul telak dari pasangan Prabowo-Sandi. Suara sah di
Pemilu 2019 ada 24,6 juta orang. Prabowo-Sandi mendapat separuh dari suara
yang diraih Jokowi. Prabowo 8,4 juta suara, Jokowi 16,2 juta suara. Telaknya
kemenangan ini ternyata tidak terjadi di 2014, di mana Jokowi-Jusuf Kalla
meraup 11,6 juta suara, sedangkan Prabowo-Hatta Rajasa 10,2 juta suara. Relatif
sedikit selisihnya.
Mengapa itu terjadi? Calon RI 2 atau pasangan masing-masing capres
ternyata menjadi penentu. Kiai Ma‟ruf adalah magnet pemilih di Jatim. Provinsi
paling timur Pulau Jawa ini jelas merupakan basis nahdliyyin, warga NU.
Apalagi, jika kiai-kiai sudah bersikap dan menentukan pilihan, sebagian besar
umatnya sami’na wa atho’na. Itulah yang terjadi di 2019.
2014 tidak demikian. Tak ada „orang NU‟ sebagai kontestan, baik capres
maupun cawapres. Meski ketua umum PBNU saat itu KH Said Aqil Siradj
mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo-Hatta, dampaknya terhadap elektoral
tidak signifikan. Beberapa kiai pun sikapnya tak segamblang seperti di Pilpres
2019.
Yang pasti, suara pemilih di Pulau Jawa tetap akan menjadi penentu
kemenangan. Separuh lebih pemilih nasional ada di enam provinsi di Pulau Jawa.
Dari keenam provinsi tersebut, Jatim, Jateng, dan Jabar, menjadi arena penentu
pertarungan. Ada 70 juta lebih pemilih di tiga provinsi ini dari total 154 juta
pemilih pada Pilpres 2019.
Di antara ketiganya, Jateng menjadi provinsi dengan jumlah pemilih paling
sedikit. Pada Pilpres 2019, suara sahnya 21,7 juta orang. Jumlah tersebut lebih
sedikit tiga juta suara dibandingkan Jatim, dan lima juta suara dari Jabar. Tetapi
suaranya solid. Di Pilpres 2019, Prabowo-Sandiaga hanya mendapat 4.944.447
suara dan Jokowi-Ma‟ruf 16.825.511 suara. Angka ini adalah bukti paling nyata
bahwa memang Jateng adalah kandang banteng. Apalagi, capres 2024 dari PDIP
adalah Ganjar, mantan gubernur Jateng.
Jabar pun relatif lebih cair. Ada 26,8 juta suara sah di Pilpres 2019. Terbesar
dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Dua kali pilpres itu pula Prabowo
berhasil menjadikan Jabar sebagai lumbung suara. Selisih suara Prabowo dan
Jokowi di kisaran lima juta, baik di Pilpres 2014 maupun 2019. Dua pilpres
terakhir kita tahu tak ada tokoh Jabar jadi kontestan.
Baik Prabowo, Ganjar, maupun Anies, pasti memilih formula yang pas
dalam menentukan pasangan masing-masing. Selain faktor elektabilitas yang
menjadi perhitungan, ada faktor lain yang pasti diperhitungkan. Sosok cawapres
juga harus telah diterima parpol koalisi masing-masing. Dan tak kalah penting,
adalah sokongan logistik pemenangan. Suka atau tidak, sistem pemilihan kita
memang butuh biaya tinggi. Siapa yang bisa menambah „bahan bakar‟ tentu
menjadi poin plus.
Elektabilitas tinggi, bisa mengambil ceruk suara di luar basis capres,
akseptabilitas, hingga modal pemenangan yang mumpuni menjadi faktor-faktor
yang dihitung secara detail dan teliti dalam memilih cawapres. Belum ada satu
orang yang mempunyai semua itu secara lengkap. Tetapi, semua kandidat akan
berhitung probabilitas paling maksimal dari kombinasi sebagian faktor-faktor
tersebut.

II. Dampak Hasil Pilpres Terhadap Indonesia Emas 2045


Secara nasional hasil pemilihan presiden merupakan gambaran bagaimana
arah pembangunan secara nasional dan bagaimana gambaran Indonesia menuju
2045 dengan tagline “Indonesia Emas”. Hal ini kaitan erat dengan proses
pemilihan presiden tahun 2024 yang akan sangat berpengaruh bagaimana kita bisa
menuju ke arah yang ingin kita tuju, ini juga berkaitan dengan komitmen ketiga
kandidat capres dan cawapres dalam melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh
pemerintahan sebelumnya. Bila melihat pengalaman yang terjadi dari berbagai
negara didunia, melihat arah pembangunan yang tidak berkelanjutan dan dampak
nya sangat berpengaruh seberapa jauh negara tersebut bisa berkembang dan
menjadi negara maju.
Dalam buku karya Prof. Asvi Warman Adam “Seabad Kontroversi Sejarah”
dalam buku itu dijelaskan bahwa bagaimana pembangunan dan arah pemerintahan
orde baru yang berjalan selama kurang lebih 32 tahun sangat berpengaruh besar
terhadap arah dan sektor yang menjadi prioritas pemerintah, bagaimana kondisi
saat itu indonesia sangat dominan dalam hal sektor pertanian, Indonesia bisa
melakukan swasembada pangan dan menjadi salah satu negara yang sangat
disegani di Asia Tenggara.
Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana melihat arah pemerintah indonesia
2024 – 2029, menjadi penting karena komitmen ketiga calon presiden untuk
melanjutkan pembangunan pemerintah yang telah berlangsung selama 10 tahun
oleh Joko Widodo dan ke dua wakilnya. Bagaimana kita melihat terhadap
jalannya pemerintahan selama terjadinya sebuah fenomena bencana yang terjadi
secara global yakni wabah pendemi covid-19, bagaimana jalan nya pemerintahan
yang didukung dengan koalisi yang sangat besar di legislatif sehingga berdampak
pada jalan nya kebijakan pemerintah di eksekutif cenderung cepat bahkan sangat
tepat dilakukan dikala pemerintah sangat membutuhkan langkah-langkah cepat
untuk menghadapi masyarakat dan melakukan adaptasi ditengah wabah yang
terjadi secara global. Ditengah kondisi pandemi, terjadi juga fenomena politik
secara nasional yang bahkan secara tidak lazim terjadi yaitu bergabungnya kubu
Prabowo kedalam pemerintahan Joko Widodo yang tak lain adalah rival dalam
pertarungan presiden pada 2014 dan 2019. Hal ini secara nasional dan bahkan
dunia mengakui bahwa ini berdampak sangat besar terhadap bagaimana pengaruh
kebijakan yang di ambil oleh pemeritah dalam hal penanganan pandemi, kondisi
ini membuat indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi rujukan dalam
penanganan pandemi covid-19 oleh negara-negara didunia (Luhut Binsar
Panjaitan/Menkomarvest, 2021).
Jika berkaca dari dua fenomena besar yang terjadi diatas maka dapat ditarik
sebuah benang merah bahwa arah pembangunanyang berkelanjutan menuju
Indonesia Emas 2045 harus dilakukan dengan komitmen ketiga calon presiden
untuk melanjutkan pembangunan proyek strategis nasional yang telah dilakukan
oleh pemerintahan sebelumnya jika ingin menuju arah Indonesia Emas 2045.

Gambar Proyeksi Piramida Penduduk Indonesia di Era Bonus Demografi


tahun 2045
Sumber : diolah dari BPS, 2022
Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

1. Arah koalisi sangat berpengaruh besar terhadap presentase kemenangan calon


presiden tetapi tidak menjadi satu-satu nya indikator penting dalam
memperoleh kemenangan sebagai presiden dan wakil presiden
2. Arah Pembangunan yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045 dapat
dicapai dengan komitmen ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil
presiden untuk melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan oleh
pemerintah sebelumnya

Saran

“Pilihlah calon Presiden dengan mengikuti kata hatimu”


Daftar Pustaka

Abdar, Y. (2018). Koalisi Partai Politik Dalam UU NO 10 Tahun 2016. Jurnal


Hukum Magnum Opus, 1(1), 53-60.

Adam, A. W. (2007). Seabad kontroversi sejarah. Ombak.

Addiansyah, M. N. R. (2019). Koalisi Partai Politik Islam Pada PILPRES 2019:


Antara Ideologis dan Pragmatis. Politea, 2(2), 189.

Alfathani, A. S., Ali, M., Roiyyaan, R. A., Christian, A. B., Mahardika, M. A.,
Prayogo, A., ... & Nasir, M. (2021). Indonesia Emas Berkelanjutan 2045:
Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia Sedunia Seri 9 Teknologi.

Gunawan, G., Bainus, A., & Paskarina, C. (2020). Strategi Koalisi Partai Politik
Lokal Dan Partai Politik Nasional Dalam Pemenangan Pasangan Calon Kepala
Daerah: Studi Kasus Kemenangan Pasangan Jamin Idham Dan Chalidin Pada
Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Nagan Raya Tahun 2017. Politea:
Jurnal Politik Islam, 3(1), 51-68.

Hasudungan, A. N., & Kurniawan, Y. (2018, October). Meningkatkan Kesadaran


Generasi Emas Indonesia Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Melalui
Inovasi Digital Platform www. indonesia2045. org. In Prosiding Seminar
Nasional Multidisiplin (Vol. 1, pp. 51-58).

Koalisi, I. (2020). Koalisi Partai Politik dan Implikasinya Terhadap Sistem


Presidensial Multipartai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 8(1), 8.

Saleh, H., Hadjaratie, L., Masaong, A. K., & Panai, A. H. (2023). Mempersiapkan
Generasi Emas Indonesia 2045 Menghadapi Bonus Demografi Melalui
Pembelajaran Berbasis Kreatifitas. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal, 9(2), 949-958.

Sumadinata, R. W. (2016). Dinamika Koalisi Partai-Partai Politik Di Indonesia


Menjelang Dan Setelah Pemilihan Presiden Tahun 2014. Jurnal Wacana
Politik, 1(2), 1-4.
Wardhani, L. C. (2019). Pengaruh Koalisi Partai Politik Terhadap Pelaksanaan
Sistem Presidensial di Indonesia. Justitia Jurnal Hukum, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai